Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Aplikasi Psikologi dalam Berbagai Bidang Desma Husni, S.Pd,I, S.,M.A.

Analisis Jurnal Penerapan Humility dalam Meningkatkan Karakter Pada


Siswa SMP

Disusun Oleh:

Annisa 11761201237
Rehanil Jannah 11760124797
Reviza Wulandari. S 11761202246

Kelas: VI/B

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
Analisis Jurnal Penerapan Humility dalam Meningkatkan Karakter Pada
Siswa SMP

Kerendahan hati mencakup kualitas interpersonal seperti kesopanan,


rasa hormat dan empati selama konflik, keterbukaan terhadap budaya atau
pandangan dunia yang berbeda, dan penerimaan diri sebagai bawahan kepada
Tuhan atau transenden (untuk tinjauan definisi, lihat Davis, Worthington, &
Hook, 2010).
Kerendahan hati relasional didefinisikan sebagai penilaian pengamat
bahwa orang yang dituju (a) berorientasi pada orang lain dari pada berfokus pada
diri sendiri, ditandai oleh kurangnya keunggulan; dan (b) memiliki pandangan
akurat tentang diri tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. kerendahan hati
relasional diukur dengan memiliki informan, yang menjalin hubungan dengan
seseorang, menilai kerendahan hati orang tersebut.
(McElroy-Heltzel, Davis, DeBlaere, Worthington, & Hook, 2019)
mengungkapkan bahwa sebagian besar peneliti konsep kerendahan hati sebagai
melibatkan kedua proses intrapersonal dan interpersonal, meskipun agak lebih.
Kesepakatan di antara ulama tentang aspek intrapersonal, Intrapribadi, kerendahan
hati melibatkan sejauh mana seseorang tampaknya memiliki pandangan yang
relatif akurat diri. Ekspresi dari aspek kerendahan hati mungkin termasuk
kemampuan untuk mengakui dan memiliki keterbatasan.

Kerendahan hati memiliki tiga aspek yaitu kesadaran diri dalam mengakui
kesalahan, kesadaran diri untuk bertanggung jawab dalam memperbaiki
kesalahan, dan kesadaran diri menjadi orang yang lebih baik atau pribadi yang
lebih baik. Kerendahan hati pada prinsipnya diperlukan untuk akuisisi kebajikan
lainnya karena membuat individu menyadari ketidaksempurnaan dan membuat
individu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Menurut Elliott (Permatasari,
2018) definisi kerendahan hati, yaitu 1) sebuah penilaian yang akurat dari
kemampuan individu; 2) kemampuan untuk mengakui kesalahan,
ketidaksempurnaan, kesenjangan dalam mengenali pengetahuan, dan
keterbatasan; 3) terbuka terhadap ide-ide baru, informasi yang bertentangan,
kritikan dan saran; dan 4) individu dengan relatif fokus diri yang rendah,
sementara tidak melupakan dirinya yang terlalu besar.

Kerendahan hati bukan merupakan perilaku atau sikap yang dapat dilihat
secara langsung, melainkan kerendahan hati merupakan nilai yang ada di dalam
diri yang dapat teramati melalui transaksi (komunikasi percakapan), tindakan
perbaikan yang ditunjukkan dengan tingkah laku. Perbedaan pendapat atau
pemikiran yang terjadi antar remaja, kesalahpahaman, perselisihan, perkelahian,
konflik merupakan bentuk kejadian-kejadian yang tidak jauh dari kehidupan siswa
saat ini yang dikarenakan tidak memiliki kesadaran diri dalam mengakui
kesalahan dan bertanggung jawab memperbaiki kesalahan. kerendahan hati bukan
hanya tidak adanya sifat-sifat negatif tetapi juga pada kualitas positif. Artinya,
seorang yang rendah hati tidak hanya kekurangan arogansi atau fokus diri, tetapi
juga memiliki kualitas yang rendah hati seperti menjadi sederhana atau intelektual
dan terbuka.

Davis et al. ( 2011 ) Menemukan kerendahan hati untuk berhubungan


negatif dengan kurangnya pengampunan, serta penghindaran dan balas dendam,
ketika sedang berhubungan positif dengan empati. Dan tingkat lebih tinggi dari
kerendahan hati yang dirasakan terkait dengan persepsi yang lebih tinggi dari
kedua kebajikan berbasis conscientiousness kehangatan berbasis dan. Landrum
( 2011 ) kerendahan hati untuk cukup berkorelasi dengan harga diri dan kebutuhan
untuk berprestasi, serta kesediaan untuk mengakui kesalahan, pengakuan
kesenjangan dalam pengetahuan, keterbukaan, fleksibilitas, kasih sayang bagi
orang lain, dan menjadi pintar tapi mengetahui bahwa salah satu tidak maha tahu.

Siswa SMP merupakan siswa yang menempuh jenjang sekolah dasar pada
pendidikan formal di indonesia setelah luus sekolah dasar (atau sedrajat). Pada
umumnya siswa berusia 13-15 tahun dan masa pertumbuhannya di kategorikan
masa remaja. Suatu peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia ini, siswa
berada dalam masa pubertas, dimana terjadi transisi dan perkembangan pada
dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Sarwono, 2011). Siswa
mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha tidak tergantung pada
orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk kondisi fisik
serta berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan dengan membentuk teman
sebayanya (peer group). Perkembangan emosi siswa pada usia remaja awal
menunjukkan sifat yang sensitif dan rekreatif (kritis), emosinya sering bersifat
negatif dan temperamental. Melalui interaksi sosial timbal balik dengan
lingkungan yang kurang baik, mereka akan mudah tergoda untuk melakukan
berbagai kenakalan. guru menegur salah seorang siswa yang membuat gaduh di
kelas, akan tetapi siswa tersebut mencari-cari kesalahan temannya sebagai
pertahanan siswa.
Salah satu survei kelompok dari 251 sekolah menengah pertama (kelas 6-
8) dan SMA (kelas 9-12) Kami meminta mereka untuk berpikir tentang kebajikan
kerendahan hati dan menjelaskan apa yang seseorang yang memiliki banyak
kerendahan hati (yaitu yang sangat rendah hati) adalah seperti. Kami menemukan
tren perkembangan menarik dalam kedua dimensi. Untuk dimensi pertama, 22%
dari siswa kelas 5 dan 6, 54% dari anak kelas 7-8, 76% dari siswa kelas 9-10, dan
71% dari 11-12 siswa kelas mengacu kepada diri fokus rendah. Untuk dimensi
kedua, 15% dari siswa kelas 5 dan 6, 46% dari anak kelas 7-8, 63% dari siswa
kelas 9-10, dan 67% dari Salah satu referensi berikutnya yang paling umum
dibuat - terutama untuk siswa sekolah menengah - mengejutkan negatif. Lima
puluh enam persen dari anak kelas 5 dan 6, 33% 7-8 kelas, dan 10% dari kedua 9-
10 dan 11-12 kelas berbicara orang-orang tentang yang sangat rendah hati sebagai
malu atau merasa buruk tentang diri mereka sendiri dan / atau sesuatu yang
mereka lakukan , sebagai telah menderita kesulitan, dan sebagai sedih, kesepian,
atau malu.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dianalisis bahwa perkembangan


emosi pada usia remaja awal menunjukkan sifat yang sensitif dan rekreatif (kritis),
emosinya sering bersifat negatif dan temperamental. Mereka akan mudah tergoda
untuk melakukan berbagai kenakalan, seperti siswa melakukan kejahilan kepada
teman dengan mendorong dari belakang ketika jam istirahat berlangsung, akan
tetapi siswa yang melakukan tidak mengakui kesalahanya melainkan
menyalahkan temannya. Hal ini menunjukkan bahwa kerendahan htian siswa
masih rendah karena tidak mau mengakui kesalahannya, dan kurangnya rasa
empati dan rasa hormat yang dapat mengakibatkan ketidakstabilan hubungan
siswa tersebut dengan temannya. Siswa juga masih kurang dalam hal kesopanan
dan rasa hormat, cara siswa berinteraksi baik dengan orang tua, guru maupun
teman masih banyak yang menunjukkan kurang tercerminnya kerendahan hati.
Individu yang rendah hati tidak akan mengatakan kerendahatian mereka,
orang yang mengatakan kerendahan hati mereka mungkin melebih-lebihkan
kerendahan hati mereka. Kerendahan hati bukan merupakan perilaku atau sikap
yang dapat dilihat secara langsung, melainkan kerendahan hati merupakan nilai
yang ada di dalam diri yang dapat teramati melalui transaksi (komunikasi
percakapan), tindakan perbaikan yang ditunjukkan dengan tingkah laku. Oleh
karena itu kerendahan hati dapat dilihat berdasarkan penilaian orang lain
mengenai perbuatan, ucapan, empati, rasa rormat yang dimiliki individu.
DAFTAR PUSTAKA

Davis, E Don, dkk. 2011. Relational Humility: Conceptualizing and Measuring


Humility as a Personality Judgment. Journal Of Personality Asesment.
93(3). 225-234.

Davis, E Don, dkk. 2015. Distinguishing Intellectually Humility and General


Humility. Journal Of Positive Psychology. 26. 03. 16.

Elliott, J. C. (2010). Humility: Development and analysis of a scale. University of


Tennessee, Knoxville. Retrieved from http://trace. tennessee.
edu/utk_graddiss/795

Wright, Jenifer Cole., & Dkk. (2017). The Psychological significance of


humanility. The Journal Of Positive Psychology. 12, 1, ‘3-12.

Anda mungkin juga menyukai