Eka Wahyuni1
Titun Arsita2
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran self-compassion siswa di
SMA Negeri se-Jakarta Pusat. Sampel penelitian ini adalah siswa di SMA Negeri se-
Jakarta Pusat sebanyak 1348 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
multistage random sampling. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan survei dan dianalisis dengan
menggunakan persentase Hasil penelitian menunjukkan self-compassion siswa di
SMA Negeri se-Jakarta Pusat cukup baik, dengan sebagian besar siswa berada pada
kategori sedang sebesar 68.47%. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa masih perlu
diadakan peningkatan karena masih ada kecenderungan untuk melakukan kritik diri,
merasa terasing, dan melebih-lebihkan masalah dan perasaan saat mengalami
masalah. Oleh sebab itu, guru BK perlu memberikan layanan preventif dan responsif
untuk meningkatkan self-compassion pada siswa melalui layanan klasikal maupun
layanan individual.
Kata Kunci : self-compassion, siswa SMA, Jakarta Pusat
Abstract
This study aims to get a profile of students' self-compassion in State High Schools
throughout Central Jakarta. The samples were 1348 students in State High Schools
in Central Jakarta. This research uses a multistage random sampling as a sampling
technique. The method used is a quantitative method. The data collection was
carried out using surveys and analyzed using percentages. The result showed that
students' self-compassion in State High Schools in Central Jakarta was fairly well,
with most students got the medium category at 68.47%. This result indicates that
some improvements are needed because students still have a tendency to self-
criticize, feel alienated, and exaggerate problems and feelings when experiencing
problems. Therefore, the schools’ counselors need to provide preventive and
responsive services to improve self-compassion for students through both classical
and individual services.
Keywords: self-compassion, high school student, Central Jakarta
1
Universitas Negeri Jakarta, wahyuni.eka@gmail.com
2
Universitas Negeri Jakarta, titunarsita@gmail.com
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam Kategori- Jum Persen-
Rentang Skor sasi -lah tase
penelitian ini adalah metode penelitian
X < 2,50 Rendah 91 6,75%
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sedang 923 68,47%
2,50 ≤ X ≤ 3,50
Populasinya adalah siswa SMA Negeri se-
X > 3,50 Tinggi 334 24,78%
Jakarta Pusat. Adapun populasi siswa SMA
Table 1. Self-Compassion Siswa
Negeri di Jakarta Pusat sebanyak 8.817
siswa dari 13 SMA Negeri di Jakarta Pusat. Self-compassion siswa di SMA Negeri
Sampel yang didapatkan berjumlah 1348 se-Jakarta Pusat berada pada kategorisasi
siswa dari seluruh SMA Negeri se-Jakarta sedang dengan skor rata-rata sebesar 3,23
Pusat. (68,47%). Menurut Neff dan Knox (2017)
hal ini menunjukkan siswa memiliki
Teknik pengambilan sampel yang
kecenderungan untuk peduli terhadap diri
digunakan dalam penelitian ini adalah
sendiri, cukup memiliki kecenderungan
Gugus Bertahap Ganda atau Multistage
untuk memahami diri sendiri, cukup dapat
Random Sampling. Pengambilan sampel
menawarkan kehangatan pada diri sendiri,
dilakukan secara bertahap berdasarkan
cukup memberikan kenyamanan pada diri
wilayah-wilayah tersebut dengan langkah-
sendiri serta cukup dapat menawarkan
langkah sebagai berikut:
penerimaan tanpa syarat terhadap diri
1. Populasi sampel pertama terdiri dari sendiri saat menghadapi masa-masa sulit
seluruh kecamatan di wilayah Jakarta seperti kegagalan, penderitaan, kesedihan
Pusat. dan ketidaksempurnaan. Namun siswa yang
2. Sampel kedua terdiri dari 13 sekolah masuk pada kategori sedang cukup memiliki
dari seluruh kecamatan. sikap menyerang pada kekurangan diri,
3. Sampel ketiga terdiri dari 2-3 kelas cukup mencaci kekurangan diri di saat
terpilih secara acak pada setiap sekolah. menghadapi masa-masa sulit seperti
kegagalan, penderitaan, kesedihan dan
Instrumen yang digunakan adalah
ketidaksempurnaan. Siswa cukup mampu
terjemahan dari Self-Compassion Scale.
mengakui ketidaksempurnaan yang dimiliki
Item yang digunakan berjumlah 26 butir.
oleh setiap manusia, cukup mengakui bahwa
Keseluruhan item valid dengan koefisien
kegagalan pernah dialami oleh setiap
validitas berkisar dari 0,310-0,619 dan
manusia, cukup mengakui setiap manusia
koefisien reliabilitas sebesar 0,83.
pernah membuat kesalahan serta cukup
HASIL PENELITIAN mampu mengakui setiap manusia
mengalami tantangan hidup. Siswa cukup
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri merasa terpisah oleh pengalaman
yang ada di wilayah Jakarta Pusat dengan ketidaksempurnaan. Siswa juga menyadari
menyebarkan instrumen kepada siswa pengalaman menyakitkan pada seseorang
mengenai gambaran self-compassion pada dengan cara yang cukup seimbang, cukup
siswa di SMA negeri se-Jakarta Pusat. mengabaikan pengalaman yang
Jumlah sampel yang didapatkan adalah 1348 menyakitkan, cukup menguatkan
dengan rincian 551 siswa laki-laki dan 797 pengalaman yang menyakitkan, cukup
siswa perempuan. mengabaikan perasaan yang sakit serta
cukup menguatkan perasaan yang sakit.
Siswa masih cukup terbawa oleh situasi /
keadaan yang menyedihkan / menyakitkan
serta cukup bersikap melebih-lebihkan
situasi / keadaan yang tidak menyenangkan.
Menurut Mackintos, Power, Schwannauer,
dan Chan (2018) siswa dengan self-
compassion sedang cenderung cukup berada pada kategori sedang. Menurut Neff
memiliki harga diri lebih tinggi, menerima (2011) hal ini menggambarkan bahwa siswa
kesalahan dan kekurangan diri. cenderung dapat menerima kelebihan dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan kekurangan diri, cenderung cukup
Marshall, Parker, Ciarrochi, Sahdra, memahami bahwa individu tidak ada yang
Jackson, dan Heaven (2015) yang sempurna, cenderung cukup mampu
menemukan rata-rata self-compassion mengontrol emosi negatif, dan memiliki
responden siswa berada pada kategori kecenderungan cukup tidak berlebihan
sedang yang menggambarkan siswa dapat dalam menghadapi masalah.
memaafkan diri sendiri atas kegagalan yang Hal ini berbeda dengan penelitian yang
dialami dan menyadari bahwa kegagalan dilakukan oleh Chishima, Mizuno,
merupakan hal yang wajar dialami remaja Sugawara, dan Miyagawa (2018) yang
sebagai manusia. Peneltiian Jiang, You, menemukan bahwa komponen self-
Hou, Du, Lin, Zheng, dan Ma (2016) juga compassion responden yang paling tinggi
menemukan rata-rata self-compassion adalah over-identified (3,51) yang berada
responden siswa sedang dengan makna pada kategori tinggi dan kelima komponen
bahwa siswa dapat berdamai dengan rasa lain yaitu self-judgement (3,46), mindfulness
sakit emosional yang sedang dialami. (2,89), isolation (2,88), common humanity
Hasil self-compassion siswa berada (2,69), dan self-kindness (2,68) berada pada
pada kategori sedang dipengaruhi oleh kategori sedang. Siswa didefinisikan siswa
karakteristik perkembangan siswa sebagai cenderung belum cukup menyeimbangkan
remaja yang menurut Hurlock (2006) tidak sudut pandang dalam emosi negatif. Selain
realistik menjadikan siswa cenderung itu, hasil berbeda juga didapatkan dari
melihat dirinya dan orang lain sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Cunha,
yang dia inginkan, bukan sebagaimana Xavier, & Castilho (2016) ditemukan bahwa
adanya. Germer (2009)menjelaskan remaja self-kindness (2,86), self-judgement (2,88),
yang mengalami perubahan fisik terkadang common humanity (3,02), isolation (2,94),
mendapatkan kritikan dari orang di mindfulness (3,05), over-identified (2,85).
sekitarnya. Saat seperti ini, menurut Ini menggambarkan siswa cenderung cukup
Santrock (2007) dapat membuat siswa menyeimbangkan sudut pandang dalam
rentan mengalami stress, kemarahan, dan emosi negatif, cenderung cukup memahami
memicu munculnya masalah lain yang bahwa individu tidak sempurna, cenderung
menggangu aktivitasnya di lingkungan, melakukan kritik diri.
salah satunya di sekolah.
3,3 3,28
3,19
Self-Kindness 3,2
3,56 3,50 3,48
Self-Judgement
3,1
3,18
3,01 Common Humanity Laki-laki Perempuan
2,99
Isolation
Mindfulness
Grafik 2 Self-Compassion Siswa Laki-laki dan
Perempuan
dipikirkan termasuk kejadian negatif di minim tekanan dapat membantu siswa untuk
masa lalu daripada laki-laki sehingga meningkatkan self-kindness agar dapat
perempuan dapat mengalami depresi dan mendukung diri saat berada dalam masalah.
kecemasan dua kali lipat dibandingkan laki- Pepping, Davis, P, O’Donovan, dan Pal
laki. Laki-laki menggunakan kemarahannya (2015) juga menjelaskan bahwa orangtua
untuk menghadapi kesulitan atau yang hangat akan membuat siswa meraa
ketidakmampuan. Kemarahan membuat lebih aman dan nyaman dalam hubungan
mereka merasa tangguh dan menutupi orangtua-anak, sehingga terhindar dari
semua perasaannya yang lemah. Menurut perasaan tidak dicintai dan diabaikan.
Pasiak (Amin, 2018) pemahaman perbedaan Menurut Chishima, Mizuno, Sugawara,
biologis laki-laki dan perempuan akan lebih dan Miyagawa (2018) self-compassion
mendalam dengan memahami struktur otak berkaitan dengan coping stress individu.
manusia. Terkait hal itu struktur otak laki- Self-compassion berpengaruh untuk
laki dan perempuan memiliki perbedaan mengurangi perasaan terancam dan
anatomi yang akan berimplikasi pada memberikan kemampuan untuk
perbedaan cara dan gaya melakukan sesuatu. mengendalikan tekanan karena sadar bahwa
Menurut Amin (2018) secara umum kesulitan dan masalah merupakan bagian
hipotalamus laki-laki terutama pada preoptic dari kondisi manusia. Sehingga siswa
region berukuran 2,5-3 kali besar dari mengambil sudut pandang yang seimbang
perempuan. Kondisi ini menjadikan laki-laki daripada fokus pada masalah yang terjadi.
lebih peka terhadap stimulus (suara dan Sehingga, semakin tinggi coping stress
sentuhan) daripada emosi, perempuan siswa, semakin tinggi pula self-compassion
sebaliknya. yang dimiliki.
Menurut Neff dan McGehee (2010) Menurut Neff (2011) siswa dengan self-
salah satu yang berkontribusi pada Self- compassion sedang masih perlu diadakan
compassion siswa adalah peran orangtua. peningkatan karena masih ada
Keluarga merupakan tempat siswa kecenderungan untuk melakukan kritik diri,
bergantung dari awal kehidupannya. merasa terasing, dan melebih-lebihkan
Orangtua diharapkan dapat menjelaskan hal- masalah dan perasaan saat mengalami
hal, membantu siswa untuk menghadapi masalah. Menurut Hidayati (2018) pelatihan
sebuah ketakutan dan menjaga siswa merasa psikodrama dapat membuat siswa sebagai
nyaman. Namun, ada beberapa orangtua individu memiliki ruang untuk meluapkan
yang berusaha untuk mengontrol siswa emosi yang terhambat, terlibat aktif dalam
dengan memberikan kritik untuk penyelesaian masalah, dan terbuka terhadap
menjauhkan siswa dari masalah atau pengalaman hidupnya. Aktifitas dalam
meningkatkan perilaku mereka. Kritik diri proses psikodrama ini dapat meningkatkan
terus-menerus dapat membuat siswa merasa keterbukaan individu terhadap pengalaman-
tidak berharga dan depresi. Menurut pengalamannya sehingga mampu
Moreira, Gouveia, dan Canavarro (2018), meningkatkan self compassionnya.
orangtua juga berperan untuk menciptakan
Menurut Bluth dan Blanton (2015) self-
lingkungan keluarga yang baik dan suportif
compassion bagi siswa khususnya siswa
akan dapat menginternalisasi sifat-sifat
perempuan dapat ditingkatkan dengan
responsif dan penuh kasih dari orangtua
mengadakan pelatihan peningkatan self-
kedalam hubungan intrapersonal yang sehat.
compassion untuk mengajarkan siswa peka
Dengan begitu, siswa juga dapat
terhadap situasi yang genting namun tetap
mengembangkan strategi regulasi emosi
dapat memberikan kebaikan pada diri
yang adaptif agar untuk mengendalikan
sendiri dalam situasi tersebut. Hal ini
emosi negatif. Menurut Gouveia, Carona,
membantu siswa perempuan untuk
Canavarro, dan Moreira (2016) orangtua
menyadari bahwa masalah yang mereka
yang mampu membangun lingkungan
alami adalah bagian dari proses