Anda di halaman 1dari 18

Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

APLIKASI RESILIENSI ARSITEKTUR TROPIS


PADA RENOVASI DISAIN MASJID
(STUDI KASUS DISAIN MASJID BAITUL HIKMAH – LOSARI BREBES)

Eddy Prianto, Septana, Bambang Suyono dan M.Sahid

a
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
b
Laboratorium Teknologi Bangunan Arsitektur JAFT UNDIP
a
E-mail:eddyprianto@arsitektur.undip.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Pemahaman Resiliensi dalam ilmu rekayasa keteknikan
Diterima : 28 November 2017 khususnya pada Ilmu Arsitektur untuk daerah tropis sebenarnya
Disetujui : 2 Desember 2017 bukan hal yang baru. Kebertahanan suatu disain karena factor
iklim sudah puluhan tahun terkonsep dan aplikasinya dikenal
Kata Kunci : dengan “Design with Climate “. Maraknya pembangunan masjid
Renovasi, Resiliensi, Masjid, di berbagai tempat tentunya akan menambah kenyamanan
Arsitektur Tropis, Aspek hujan, beraktifitas dalam menjalankan ibadahnya bilamana kegiatan
Aspek sinar matahari dan Aspek didalamnya tidak terganggu oleh dampak cuaca ekstrem,
sirkulasi udara bilamana element disain bagian bangunan ini didisain tanggap
terhadap factor cuaca.
Dalam kegiatan perencanaan kembali disain masjid di desa negla
kecamatan Losari Kabupeten Brebes ini, dikemas menjadi
kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengaplikasikan
beberapa hasil penelitian sebelumnya dan kajian refeseni lain dari
konsep Resiliensi pada suatu bangunan.
Ada 2 (dua) aspek pendekatan disain, yaitu kajian disain masjid
dan kajian resiliensi arsitektur tropis bangunan masjid.
Dan hasilnya adalah secara prinsip aplikasi disain berkonsep
resiliensi iklim tropis yang terterapkan ada pada respond hujan,
pancaran sinar matahari yang berlebihan dan mengoptimalkan
surkulasi udara, yang teraplikasi pada selubung bangunan masjid.

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article History Resilience in engineering especially in Architectural Science for
Received : November 28, 2017 the tropics is not a new matter. Sustainable designs respons to the
Accepted : December 2, 2017 have been applied since last decades known as "Design with
Climat". The development of mosques as place of worship must
Key words: provide indoor comfortable environment by designing the
Renovation, Resilience, Mosque, building with the climate factors to be taken into considerations.
Tropical Architecture, Rainfall, The redesign of the mosque in the Losari village, Kabupeten
Sun radiations and Air Brebes was a community service activity to apply some previous
Movement research results about the concept of Resiliency in a building.
Two design approaches carried out to analyse of mosque existing
design and resiliency of tropical architecture.
The result showed the concept of resilient tropical architecture to
tackle sun radiations and rainfall excessively and optimising
indoor air movement through the building envelope.

24
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
1. PENDAHULUAN baru masjid menjadikan trandmark bagi
Kegiatan pengembangan/ penambahan lingkungannya juga diharapkan pada kegiatan
bangunan yang sudah ada sering kita sebut renovasi disain masjid ini.
dengan istilah renovasi. Menurut kamus Bagaimana mewujudkan disain masjid
bahasa, istilah renovasi adalah memperbaharui/ yang resiliensi iklim tropis ? menjadi tujuan
meremajakan gedung, bangunan dan utama dalam pembahasan makalah ini, yang
sebagainya (KBBI, 2017). Atau dapat tersusun dari dua pertanyaan pengamatan :
dikatakan proses renovasi adalah usaha untuk Pertama : Faktor iklim apa saja yang
memperbaiki dan bahkan melengkapi dari menyebabkan suatu bangunan perlu
suatu bentuk yang sudah ada. Dua hal persepsi ‘bertahan’?
dari pemahaman bentuk yang sudah ada dan Kedua : Bagian element-element disain
kini akan diperbaiki : Pertama, dapat masjid yang mana saja yang perlu tanggap/
mengandung pemahaman adanya kerusakan bertahan ?
atau ketidak sempurnaan disain yang Ketiga : bagaimana akhir bentuk disain
menyebabkan kerusakan dari suatu sebab. dariterapan resiliensi arsitektur tropis untuk
Kedua, dapat mengandung pemahaman bahwa sebuah masjid?
disain tersebut telah terbukti mencoba
merespon penyebab eksternal. Hal kedua inilah
dapat kita katakana sebagai bentuk resilansi
bagian bangunan, terhadap apa? Tentunya KECAMATAN
terhadap penyebab-penyebab kerusakan/ LOSARI
KABUPATEN
penyebab eksternal. BREBES
Kerusakan yang ditemukan pada masjid
Baitul Hikmah yang berlokasi di desa Negla
Kecamatan Losari Kabupaten Brebes ini,
bukan saja karena usia bangunan itu sendiri,
tapi kerusakan lain yang makin memperparah
LOKASI
kondisi bangunannya adalah kebocoran dan
KEGIATAN
tampias dari air hujan, kondisi ruang yang
cenderung gelap pada siang hari (kurangnya
pencahayaan sinar matahari, sehingga Desa
pemakaian penerangan buatan menjadi KAPONAN
handalan pada kegiatan siang hari), lembab
dan basah pada malam hari dan panas pada
Gambar 01 :
siang hari pada bagian interiornya karena Gambar 01:
Lokasi kegiatan (sumber google map) dan tampak masjid pada kondisi eksisting
sirkulasi udara alami kurang/terganggu. Lokasi (sumber google map) dan tampilan
Diawali suatu permohonan bantuan masjid pada kondisi eksisting)
disain kembali dari Panitia Pembangunan
Masjid Baitul Hikmah dipertengahan tahun
2017, mereka membutuhkan suatu document 2. KAJIAN PUSTAKA
sebagai pedoman teknis perencanaan dan 2.1. Faktor yang Mempengaruhi
pelaksanaan pengembangan pembangunannya Resiliensi
yang akan direalisasi dalam waktu dekat ini. Pemahaman istilah Resiliensi dalam
Setelah dilakukan survey lapangan, psikologi adalah suatu perkembangan
kesepakatan perubahan total tampilan kebertahanan diri manusia yang merupakan
bangunan akhirnya disepakati dalam proses perkembangan manusia yang sehat –
perencanaan masjid ini, karena kami akan suatu proses dinamis dimana terdapat pengaruh
menekankan aplikasi konsep kebertahanan dari interaksi antara kepribadian seorang
iklim tropis dalam mengatasi dampak hujan, individu dengan lingkungannya dalam
panas dan minimnya sirkulasi udara, hubungan yang timbal balik. Hasilnya
disamping prinsip utama perencanaan disain ditentukan berdasarkan keseimbangan antara
masjid tidak tertinggalkan. Tampilan disain faktor resiko, kejadian dalam hidup yang

25
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
menekan dan faktor protektif (Glantz dan  Kapasitas merupakan Performa
Johnson, 2002). (ukuran)yang menyatakan kemampuan
“atribut tertentu”dari “sebuah kondisi
a. Faktor Risiko (ruang)” dalam mendukung tercapainya
Faktor risiko dapat berasal dari kondisi kelangsungan “system”kehidupan.
budaya, ekonomi, atau medis yang Dideskripsikannya oleh Zeji Mandala
menempatkan individu dalam risiko kegagalan (Mandala, 2013) untuk skala kota, maka suatu
ketika menghadapi situasi yang sulit. Faktor kota memiliki tingkat resiko tinggi ketika kota
risiko menggambarkan beberapa pengaruh tersebut mengalami permasalahan-
yang dapat meningkatkan kemungkinan permasalahan kota seperti: Kemacetan lalu
munculnya suatu penyimpangan hingga lintas, Kemiskinan, Bencana alam,
keadaan yang lebih serius lagi. Trait risiko Pencemaran lingkungan dan sebagainya. yang
merupakan predisposisi individu yang menimbulkan bahaya dan kota tersebut kurang
meningkatkan kelemahan individu pada hasil adanya kapasitas dalam beradaptasi untuk
negatif. Efek lingkungan, dimana lingkungan menyelesaikan masalah yang menimbulkan
atau keadaan dapat berhubungan atau kerentanan terhadap masyarakatnya sehingga
mendatangkan risiko. Hubungan antar perlu adanya inovasi untuk menyelesaikan
beberapa variabel resiko yang berbeda akan masalah perkotaan tersebut.
membentuk suatu rantai risiko. Berbagai
macam situasi dapat diidentifikasikan sebagai
faktor risiko, yang muncul baik pada level
individual, keluarga, komunitas maupun
lingkungan yang lebih luas. Faktor-faktor
risiko utama yang banyak disebutkan dalam
berbagai literatur antara lain kehilangan
pekerjaan, kemiskinan, perceraian, kematian,
penyakit kronis dan kemandulan.
Dalam ranah bidang teknik arsitektur
(mungkin) dapat diberikan contoh sebagai
berikut : rasa ketidak nyamanan, kerusakan
Gambar 02:
bangunan, pemborosan energy, rasa Konsep Resiko (Risk) dioilustrasikan oleh Zeji
kejenuhan, rasa kebisingan, rasa kesilauan, (Mandala, 2013)
dan sebagainya.
Konsep Resiko ala Zeji Mandala dapat b. Faktor Protektif
dikatakan sauatu kondisi “merugikan” dari Faktor-faktor protektif merupakan hal-
sebuah kemunculan (exsposure) sampai hal potensial yang digunakan sebagai alat
tekanan (stress) terkait dengan perubahan untuk merancang pencegahan dan penanggulan
lingkungan dan sosial karena kurang/tidak berbagai hambatan, persoalan, dan kesulitan
adanya kapasitas untuk beradaptasi. dengan cara-cara yang efektif (Maddi dan
Kerentanan (Vulnerability) merupakan Khoshaba, 2005). Terdapat empat jalur
“kerugian” yang dapat dinyatakan melalui potensial yang digunakan oleh faktor-faktor
kerusakan dan kehilangan karena bahaya protektif untuk mengubah efek merugikan dari
(hazard) tertentu untuk daerah tertentu dan faktor risiko, yaitu:
pada periode tertentu. Berdasarkan perhitungan  Mereduksi dampak dari faktor risiko ;
matematis , resiko adalah produk dari bahaya  Mereduksi rantai negatif dari sebuah
dan kerentanan (Mandala 2013) kejadian yang menekan;
 Bahaya (Hazard) merupakan Kejadian  Memelihara dan mengembangkan self-
“luar biasa/diluar kebiasaan” yang esteem dan self-efficacy; serta
mampu mengganggu, mengurangi atau  Membuka diri terhadap kesempatan-
menghilangkan kondisi kenyataan yang kesempatan baru (Norman, 2000).
ada, sehingga mengakibatkan kerugian Dalam ranah bidang teknik arsitektur
(lost/cost) pada aspek terkait. misalnya dapat diberikan contoh sebagai

26
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
berikut : Pertama, Dalam mereduksi dengan kemampuan dinamis untuk
suasana ketidaknyamanan karena panasnya beradaptasi terhadap perubahan iklim
sinar matari, maka struktur dinding (Cantatore et all, 2017)
bangunan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperi ketebalan dinding, pelapisan 2.3. Arsitektur tropis lembab
material, pengecatan dan lain sebagainya. Mendasari pada permasalahan yang
Kedua, aspek kemudahan pemeliharaan ditemukan di lapangan/ kondisi kerusakan fisik
bangunan dapat dilakukan dengan masjid yang ada, maka kami terlebih dulu
pemilihan/ pemasangan yang mudah mengkaji pada beberapa referensi terkait dan
dijangkau, Ketiga, Mereduksi factor bahkan yang utama dalam kajian pustaka ini
kerusakan atap dengan cara pemilihan adalah aplikasi disain dari suatu haril
bahan, penentuan sudut bidang atap dan lain penelitian yang dilakukan laboratorium
sebagainya. Teknologi Bangunan Departement Asitektur
Fakultas Teknik Undip.
2.2. Beberapa penelitian resiliensi pada Beberapa pengaruh element-elemen
bidang arsitektur dan kota iklim tropis yang kami sering garis bawahi
 Dalam publikasi artikel penelitiannya dalam setiap perancangan arsitektur (Prianto,
Tapan K. Dhar dan Luna Khirfan, 2003) dan ataupun dari beberapa sumber
yang berjudul “Kerangka kerja multi- referensi lainnya (Olgay, 1973), (Lippsmeier
skala dan multi dimensi untuk ,1994), (Robert dan Gillespie 1995),
meningkatkan ketahanan bentuk (Soegijanto, 1998), (Prianto et all, 2001),
perkotaan terhadap perubahan iklim”, (Frick dan Darmawan 2007), (Karyono, 2010)
diusulkan perlunya satu set variabel dan (Liebard dan Andre, 2010) bahwa kondisi
yang berpotensi memengaruhi yang berpengaruh dalam perancangan
ketahanan bentuk perkotaan, dimana bangunan pada iklim tropis lembab adalah
variabel tersebut menggarisbawahi sebagai berikut :
karakteristik fisik, spasial, dan
fungsional bentuk perkotaan dan a. Kenyamanan Thermal (Brager dan
perubahannya seiring waktu. (Tapan Dear 2001), (Gallo et all, 1988) (Prianto
and Luna 2017). dan Depecker, 2003) dan (Perini dan
 Sedangkan E. Sharifia dan J. Bolanda Maglioco, 2014):
dalam publikasi artikel penelitian Kenyamanan termal dalam suatu ruangan
berjudul “Ketahanan panas di ruang didaerah tropis dapat diperoleh dengan :
publik dan aplikasinya di perkotaan yang Pertama dengan cara mengurangi total beban
sehat dan rendah karbon”, digaris bawahi panas dari panas udara eksterior ke dalam
bahwa ruang publik dengan lebih banyak ruangan, misalnya dengan cara memberikan
tajuk pohon dan lanskap alam memiliki aliran udara yang cukup yang akan membawa
ketahanan lebih terhadap tekanan panas panas keluar ruangan. Kedua, mencegah
dimana aktivitas di luar ruangan radiasi panas dari pancaran sinar matahari yang
menurun setelah ambang termal netral berlebihan, baik radiasi langsung matahari
28-32 ° C. Dan ruang publik tahan panas maupun tidak langsung yang kena dinding
dapat menyediakan lingkungan luar bangunan. Ketiga, Kesuaian kondisi ruangan
berkinerja tinggi dalam konteks terhadap aktifitas pelaku dalam ruangan.
perubahan iklim. (Sharifia and Bolanda Pada disain masjid ini, dari permasalahan
2017) eksisting masjid Baitul Hikmah, ternyata
 Cantatore Elena, De Fino Mariella dan kondisi sensasi ruangannya masuk kedalam
Fatiguso Fabio dalam artikelnya yang kriteria tidaknyaman. Hal ini diantaranya
berjudul “Ketahanan energi kota-kota dikarenakan; Pertama, Dalam ruangan tidak
bersejarah: tinjauan seni terhadap didapatkan aliran udara yang cukup dan
pendekatan baru”, disampaikan oleh sSejauh ini, solusi praktisnya adalah dengan
mereka bahwa strategi "berkelanjutan" digunakannya fan untuk mendapatkan aliran
perbaikan termal ruang luar dapat dicapai udara buatan.. Kedua, jumlah orang yang

27
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
melakukan ibadah cenderung bertambah saat
berjamaah. Bertambahnya orang memnambah
beban panas dalam ruangan.

Gambar 04:
Terbentuknya aliran udara karena
perbedaan tekanan/suhu luar (atas),
Kualitas udara menjadi lebih sejuk bila
melewati balkon /tritisan lebar/daerah
bayangan (bawah). (Prianto, 2002)

c. Kesilauan dan Penerangan alami


(Robert dan Gillespie 1995), (Prianto et
al. 2001), dan (Karyono, 2010) :
Intensitas dan pantulan cahaya matahari
yang kuat merupakan gejala dari karakter
Gambar 03: daerah beriklim tropis.Cahaya yang terlalu
Penyebab ketidaknyamanan termal kuat dan kontras yang terlalu besar (brightness)
karena tidak adanya sirkulasi udara dirasakan kurang menyenangkan atau
(atas) (www.arquinstal.com.ar), kualitas membuat ketidak nayaman visual. Tingkat
gerakan udara tergantung aktifitas dalam pencahayaan minimum untuk bangunan
ruangan (bawah) (Prianto, 2002) beribadah menurut standart SNI 03-6375-2001
sebesar 200 lux dengan tingkat renderasi warna
b. Aliran Udara Melalui Bangunan (I 1 atau 2 dan bilamana suatu aktifitas tertyentu
Chand, 1998), (Brager dan Dear 2001), dalam masjid membutuhkan tingkat
(Prianto dan Depecker, 2002) : pencahayaan lebih tinggi, maka dapat
Salah satu prinsip terjadinya aliran udara digunakan penerangan setempat. (SNI, 2001).
adalah adanya perbedaan tekanan udara dan Hubungan antara porosite
temperatur antara udara di dalam dan diluar dinding/pelobangan dinding dan tingkat
ruangan dan bahkan perbedaan ketinggian pencahayaan alami dalam ruangan, biasanya
letak lubang ventilasi dan disain arsitekturnya proporsi 30% luas dinding sudah cukup
juga mempengaruhi pola gerakan udara intensitas penerangannya untuk pemukiman
(Prianto, 2002). daerah tropis lembab (Prianto, 2001). Suatu
Keberadaan tower atau menara dalam strategi disain yang inovatif, bilamana
disain masjid ini dapat menciptakan pola pelubangan dinding melebihi 60%, namun
gerakan udara vertikal karena terjadinya panas pancaran sinar matahari tidaklah
perbedaan tekanan/ suhu udara antara ruang mengganggu kenyamanan termal dalam
luar dan dalam. Dalam penelitian Prianto ruangan. Solusi pemakaian pilihan material
(Prianto, 2003), disimpulkan bahwa kaca ataupun glass-art.
keberadaan balkon atau tritisan yang lebar
akan memperbaiki kualitas udara masuk
menjadi lebih dingin.

Gambar 05:
Proporsi porosite skala perumahan sebesar
30%-40% (Prianto, 2001)

28
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
 Hujan sangat lebat dengan intensitas ;
d. Temperatur (Soegijanto 1998), (Brager >20 mm/jam atau >100 mm/hari
and Dear 2001), (Prianto 2013)
Wilayah khatulistiwa adalah daerah yang Pada disain masjid ini, dari permasalahan
paling panas, dengan menerima radiasi eksisting masjid Baitul Hikmah adalah
matahari terbanyak. Temperatur maksimum kebocoran dan kelembaban ruangan karena
dicapai 1 hingga 2jam setelah tengah hari dinding yang basah. Strategi disaian dalam
karena saat itu radiasi matahari langsung mengalirkan volume curahan air hujan menjadi
bergabung dengan udara yang sudah panas. solusi dalam disain terbarunya. Kerusakan
Karakter umum dari temperature daerah tropis dinding karena keropos/ dinding lembab dapat
dapat dilihat pada diagram dibawah ini : diantisipasi dengan peninggian muka lantai
atapun pelapisan bahan anti air pada dinding
bagian luar bangunan.

f. Kelembaban Udara
Kadar kelembaban udara dapat
mengalami fluktuasi yang tinggi dan hal ini
tergantung pada temperatur udara / iklim
mikro.Semakin tinggi temperatur semakin
tinggi pula kemampuan udara menyerap air.
Keberadaan tanaman atau openspace dalam
Gambar 06: sekumpulan massa bangunan akan dapat
Profil intensitas temperature harian kota menurunkan temperature udara sekelilingnya
Semarangf (Prianto, 2001) (Sharifia and Bolanda 2017). Menurut Prianto
(Prianto et al, 2017) peran vegetasi dan
Bagian atas sebuah masjid (atap) openspace dalam skala perkotaan
merupakan bidang bangunan yang akan selalu berkonstribusi pula pada effesiensi energy
terkena pancaran sinar matahari sepanjang dalam bangunan.
hari. Pilihan warna dan jenis material sangat 3. Kehadiran tanaman dalam halaman
memepengaruhi dampak termal pada bagian masjid sangat disarankan, karena
bawah bangunan (Prianto, 2010). keberadaan daerah bayangan akan
Hasil penelitian Prianto dan kawan- memberi effek meningkatnya kualitas
kawan, bahwa, pilihan material untuk kota udara dan mereduksi kebisingan dari
semarang yang paling baik adalah genteng luar.
beton (Prianto, 2007).
3. METODE PENELITIAN
e. Presipitasi (Curah Hujan), (Robert
dan Gillespie 1995), (Prianto, 2011), Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada
(Prianto, 2012) masyarakat ini adalah : pertama, mengetahui
Presipitasi terbentuk oleh kondensasi sejauh ini apakah sajakah elemet disain masjid
atau sublimasi uap air.Presipitasijatuh sebagai yang bisa ‘bertahan’ dari pengaruh buruk
hujan, gerimis, hujan es, atau hujan salju. factor cuaca? Kedua, factor iklim apasajakah
Curah hujan didaerah tropis lembab relative di daerah tropis yang memberi dampak
tinggi. Ada beberapa skala curah hujan langsung pada kerusakan atau menurunnya
menurut BMG (BMG, 2017) : ‘pertahanan’ disain masjid ? dan ketiga,
 Hujan ringan dengan intensitas ; 0,1-5,0 bagaimana solusi sustainable dari relisensi
mm/jam atau 5-20 mm/hari disain masjid ini ?
 Hujan sedang dengan intensitas ; 5,0- Dan manfaat yang diharapkan dari
10,0 mm/jam atau 20-50 mm/hari kegiatan tersebut dan pembahasan ini adalah :
 Hujan lebat dengan intensitas ; 10,0-20  Memberi pengetahuan akademis pada
mm/jam atau 50-100 mm/hari masyarakat/ pengguna bangunan
prinsip-prinsip dan aplikasi praktis

29
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
resiliensi sebuah masjid dari iklim dan mengaplikasikan konsep resiliensi
tropis lembab. masjid di daerah tropis.
 Mengetahui secara empiris hubungan  Memberi contoh disain praktis aplikasi
antara factor dominan iklim tropis dan praktis resiliensi sebuah masjid dari
element arsitektur dalam mewujudkan iklim tropis lembab.

Gambar 07:
Proses pelaksanaan survey, pencatatan kondisi bangunan hingga forum pembahasan perencanaan

konsep resiliensi dan disainh masjid,


Alat dan Bahan baik itu berupa teori-teori terkait melalui
Beberapa alat survey dan alat ukur yang studi pustaka/literatur seperti buku,
digunakan adalah kini sudah serba digital, jurnal penelitian, artikel buletin/majalah,
seperti alat ukur, pengukuran penerangan, serta browsing internet. Kedua, rujukan
camera hingga kompas. hasil penelitian yang dilakukan di
Sedangkan pendekatan yang digunakan laboratorium Teknologi Bangunan
dalam penelitian ini adalah pendekatan Departemen Arsitektuir Fakultas Teknik
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dapat Undip Semarang.
diartikan sebagai metode penelitian yang  Metode observasi dilakukan dengan cara
berlandaskan pada filsafat positivisme, survey lapangan langsung ke masjid
digunakan untuk meneliti pada populasi atau Baitul Hikmah di Kecamatan Losari
sampel tertentu, dalam hal ini obyek sebuah Kabupaten Brebes yang dijadikan studi
masjid di Brebes ini. Teknik pengamatan dan kasus aplikakasi terapan-terapan hasil
pengukuran dilakukan pada peroiode tertentu penelitian sebelumnya, yang telah
sesuai instrumen penelitian yang digunakan, dikemas dalam kegiatan Pengabdian
dan analisis data bersifat kuantitatif dengan Kepada Masyarakat.
tujuan menemukan fakta. (Prianto et all, 2016),  Metode korelasional dilakukan dengan
(Sugiyono, 2009) cara menghubungkan atau
mengkorelasikan dua atau lebih variabel
dari data-data yang telah didapat dalam
metode observasi dengan teori yang
didapat melalui metode deskriptif, untuk
kemudian diujudkjan dalam solusi disain.

Digital Camera Laser Distance Compass for


Thermal Imager Camera Meter Android
Gambar 08:
Alat-alat yang digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam


ulasan makalah ini adalah sebagai berikut:
 Pemahaman metode deskriptif yang kami
lakukan ini, ada dua cara : Pertama suatu
tahapan dengan cara mencari data-data
mengenai konsep-konsep iklim tropis,

30
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

a. Kajian Disain Arsitektural Masjid :

 Oriantasi kiblat
Penentuan arah Qiblat sangat penting
dalam disain awal sebuah masjid, tidak
halnya dengan kegiatan renovasi disain
saat ini. Pada kondisi ini, diasumsikan
bahwa arah kiblat masjid yang sudah ada
ini telah benar karena masjid ini telah
berfungsi puluhan tahun. Bberepa
referensi menerangkan bahwa penentuan
ini akan menentukan arah sholat,
orientasi bangunan, zonasi dan pola
sirkulasi hingga pada penentuan arah
Gambar 09:
wudhu agar tidak menghadap Qiblat.
Ada 4 (empat) pokok bahasan pengamatan
ketahanan bangunan dengan mengadop pola  Zonasi tata letak ruangan dan sirkulasi
pemikiran Zeji Mandala (Prianto, 2017) Pada bangunan utama masjid,
sebenarnya hanay terdapat dua zonasi :
Alur Konstruksi Pembahasan zonasi sholat dan zonasi tempat
Pengkajian secara komprehensif antara wudhu&toilet. Namun dalam
konsep resiko, aspek ketangguhan bangunan perkembangan fungsi tambahan dari
dan aspek iklim tropis, kami jadikan materi sebuah masjid, dapat pula dikelompokan
untuk menyusun pola pembahasan dalam menjadi zona kegiatan non sholat dan
artikel ini. Kami mengadop langkah yang zona kegiatan non-sholat.dan keduanya
setara dengan hasil pengamatan sebelumnya menurut beberapa pertimbangan, perlu
(Prianto, et al 2017). Secara diagramatis dapat adanya pembedaan daerah laki-laki dan
dilihat pada gambar dibawah ini Dan agar perempuan.
lebih sistematis pola pembahasannya, tersusun
dari deskriptif analitis respon dari 5 (lima) Secara zonasi ruang dari disain masjid
pertanyaan sebagai berikut : ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini
a. Pada bagian bangunan mana yang akan :
di amati aspek ketangguhan?
b. Apa bentuk aspek Adaptasi disainnya
dari elemen gedung tersebut ?
c. Apa penyebab kerusakan (Aspek Resiko)
yang terjadi ?
d. Elemet factor iklim apa yang
menyebabkan kerusakan bagian tersebut
(Faktor Resiko) ?
e. Bagaimana solusi disain arsitekturnya
untuk masjid Baitul Hikmah ini ? (Aspek
Inovasi) ?

4. PEMBAHASAN
Pada bagian ini terdapat 5 (lima) aspek
pembahasan\, yaitu : 1).Kajian Disain
Arsitektural Masjid, 2). Kajian solusi disain
tampilan atap masjid, 3). Kajian solusi disain Gambar 10:
tampilan dinding masjid dan 4) Kajian solusi Disain sirkulasi dan atata ruang masjid Baitul
disain tampilan pelobangan dinding masjid. Hikmah

31
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

b. Kajian dan solusi disain tampilan atap


: bentuk, bahan dan pilihan warna
masjid.
 Resiliensi elemen arsitektur : Atap
masjid pada bagian element bangunan
inilah yang dikaji terhadap aspek
ketangguhan terhadap factor iklim
bagian teratas dari masjid yang selalu
tersentuh element iklim tropis.
 Aspek Adaptasi yang bagaimana pada
elemen gedung tersebut : Bentuk atap
masjid dan mahkota (kubah) didisain
dengan bentuk atap yang memiliki
kemiringan yang terjal dan bahkan
cenderung berbentuk kubah bulat.
Begitupula pilihan untuk menara
masjidnya.
 Aspek Resiko : Sebagaimana hasil Gambar 11:
pengamatan pada bangunan masjid Resiliensi atap tropis : distribusi curah hujan
dan kemiringan serta pilihan warna pelapis
eksisting, kerusakan karena kebocoran
atap.
air hujan, tidak saja dikarenakan
kemiringan tapi tempat sambungan
 Aspek Inovasi (bagian dari ketahanan
antara bangunan awal dan baru, dimana
bangunan) : Mencermati kerusakan
pilihan talangnya sering tidak
karena dampak curah hujan dan pancaran
menampung volume cucuran air hujan.
panas sinar matahari, maka dalam
Resiko konstruksi dan kurangnya
disaian atap ini :
perawatan sering menyebabkan rusak
o Kemiringan atap pada bangunan
pada bagian ini.
utama dibuat menjadi 4 orientasi
 Faktor Resiko : faktor iklim yang ‘galak’
(depan, belakang, kanan dan kiri)-
terhadap keberadaan atap adalah volume
yaitu aplikasi dari bentuk atap
curahan hujan dan pancaran sinar
limasan untuk masa segiempat,
matahari.
sehingga volume curahan hujan akan
tersebar merata ke bagian tepi
bangunan.
o Kemiringan atap didisain dengan
sudut 45 derajat, dengan
pertimbangan meminimalisir factor
sudut jatuh sinar matahari dari
segala bidang atapnya.
o Pilihan material penutup kubah
dengan menggunakan bahana
berwarna terang dan gilap. faktor
reflesi sinar matahari akan maksimal
sehingga mengurangi beban panas
dalam bangunan. Pilihan element
putih pada bagian atap beton datar
dapat berupa cat pelapisan anti bocor
yang mempertimbangkan factor
refleksi. Hal ini merupakan pilihan
solusi dari hasil penelitian
sebelumnya (Prianto, 2015).

32
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

Dari kajian tersebut diatas, dapat


disampaikan bahwa ketangguhan bangunan
masjid ini meliputi solusi disain bentuk, bahan
dan tampilan atap yang diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan
kompleks factor iklim. “Ketangguhan element
atap suatu bangunan tropis, bukan saja
meliputi pilihan bentuk, bahan dan tampilan
atap yang mempertimbangkan kualitas dan
intensitas pancaran sinar matahari dan curah
hujan, serta kecepatan udara sekelilingnya, tapi
juga pada tahap peluang memanfaatkan
kembali potensi element iklim tersebut”

c. Kajian dan solusi disain tampilan


dinding masjid : bahan dan pilihan
pelapisan warna dinding.
 Resiliensi elemen arsitektur : element
bangunan masjid berupa dinding luar
inilah yang dikaji terhadap aspek
ketangguhan terhadap factor iklim.
Konstruksi dinding bagian luar dari
bangunan masjid ini menggunakan batu
bata.
 Aspek Adaptasi yang bagaimana pada
elemen gedung tersebut : Perlindungan Gambar 12:
dari factor iklim sejauh ini dilakukan Resiliensi dinding tropis : solusi dinding bata
dengan pemberian plesteran (penutup tanpa tritisan dan pelapisan dinding dengan
batu bata) dan kemudian dilapisi cat batu alam/keramik
tembok warna hijau muda. Pemakaian
pelapisan keramik hanya terjadi pada  Aspek Inovasi (bagian dari ketahanan
dinding-dinding bagian tempat basah/ bangunan) : Pertimbangan disain
kamar mandi/ tempat wudhu. dinding masjid ini mempertimbangkan
 Aspek Resiko : ragam kerusakan akibat factor kerusakan dinding yang
factor iklim adalah pemudaran warna didominasi factor (aspek pancaran sinar
dinding karena terpaan panas atau pilihan matahari, hujan/kelembaban), tapi satu
kualitas cat tembok (?), lembab/basah sisi mempertimbangkan kebutuhan
karena tampias hujan sehingga dinding pencahayaan alami. Dan juga
keropos dan ditumbuhi lumut serta mempertimbangkan kebutuhan sirkulasi
pengelupasan lapisan dinding. udara alami. Maka solusi pilihan disain
 Faktor Resiko : faktor iklim yang dinding masjid ini adalah :
menyebabkan kerusakan tersebut adalah o Pilihan konstruksi dinding dibagi
pancaran sinar matahari dan curah hujan menjadi dua hal : konstruksi dinding
dan kelembaban udara. sebagai pengisi, maka dipakailah
batu bata) sedangkan konstruksi
dinding sebagai penyangga,
digunakanlah beton (terutama untuk
menara mawsjidnya). Kekerasan
bahan dinding, dapat
memeperlambat sebaran panas
kedalam bangunan.

33
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
o Pelapisan dinding bata pada bagian Bila mana jendela tersebut hanya
luar seyognyanya lebih keras berfungswi sebagai penerangan tapi tidak
(trasraam) dari pada bagian dalam, membutuhkan/ buka pelubangan
agar factor kerusakan keropos dan lewatkan sirkulasi udara, pada umumnya
lembab/lumut dapat diantisipasi. bentuk ini disebut jendela mati. Yang
Pilihan pelapisan keramik atau batu terjadi pada kondisi eksisting adalah
alam sangat dianjurkan (Prianto, tidak demikian. Fungsi jendela hidup tapi
2011). sirkulasi udara tidak maksimal. Fungsi
o Pilihan warna terang dan gilap jendela cukup terbuka tapi sinar
dianjurkan untuk façade menghadap matahari/ terang sinar matahari tidak
barat dan timur atapun untuk bagian masuk kedalam.
dinding bagian atas bangunan.  Aspek Resiko : Secara fisik tidak
Pilihan warna gelap (berwarna) didapatkan kerusakan pada element
jangan mendominan dinding yang jendela, namun ketidak berfungsinya
terkena sinar matahari langsung. jendela lah yang didapatkan pada masjid
ini. Karena penempatan tritisan yang
d. Kajian dan solusi disain tampilan terlalu lebar sehingga menutup/
pelobangan dinding : porosite dan mengurangi intensitas cahaya terang
perletakan pelobangan dinding. sinar matahari. Pelebaran tritisan atau
Dua jenis pelobangan dinding pada atap dilakukan karena kebutuhan space
disain masjid ini terdiri dari bukaan jendela, tambahan kegiatan masjid.
penempatan roster (pelubangan yang  Faktor Resiko : sebenarnya bukan factor
digunakan untuk sirkulasi udara) dan resiko dari keberadaan jendela, justru
pelobangan hanya untuk penerangan alami memanfaatkan kembali fungsi jendela
(pemasangan glass-art/ yang tidak bisa untuk dari aspek penerangan amali dan
fungsi sirkulasi udara. optimalisasi sirkulasi udara yang
Permasalahan awal keberadaan masjid diharapkan.
dari aspek pelobangan adalah minimnya  Aspek Inovasi (bagian dari ketahanan
pelobangan dinding sehingga mengalami bangunan) : Keberadaan jendela jendela
kurang terangnya bagian interior deri ditempatkan berdasarkan fungsinya
pencahayaan alaminya, sehingga dibutuhkan (sebagai lubang penerangan alami dan
penerangan buatan pada siang hari dan lubang lintasan sirkulasi udara alami) :
minimnya sirkulasi udara. Solusi pemasangan o Biasanya proporsi demensi
alat pendingin ruangan dalam tritisan/pelindung jendela dan luas
perkembangannya kini juga tidak bisa bukaan dinding adalah signifikan.
dipungkiri, karena bukan hanya sensasi termal Makin lebar pelindung, makin luas
panas dan dingin, tapi aspek kebisingan serta jendela. Perluasan tritisan untuk
polusi udara luar sangatlah perlu kebutuhan penambahan space
dipertimbangkan. Kajian terkait resiliensi kegiatan, diatasi dengan penempatan
pelobangan dinding ini : perluasan pada lantai 2. Dengan
 Resiliensi elemen arsitektur : element demikian fungsi jendela dapat
bangunan masjid berupa pelobangan didapatkan kembali.
dinding luar inilah yang dikaji terhadap o Tuntutan disain minimalis
aspek ketangguhan terhadap factor iklim. (meminimkan demensi tritisan,
Keberadaan jendela biasanya tidak lepas diatasi dengan penempatan jendela
dari peran dari tritisan, namun pada mati/ penempatan glass art- sehingga
disain ini kami tidak mengeksplorasi penerangan alami masih didapatkan
bentuk tritisan, sehingga solusi disainnya dan tidak terlalu glare/panas.
adalah sebagaimana paparan dibawah.
 Aspek Adaptasi yang bagaimana pada
elemen gedung tersebut : Bentuk jendela
pada umumnya menyesuaikan fungsinya.

34
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

Ketangguhan bangunan dari aspek


pilihan bentuk, bahan dan tampilan jendela
suatu bangunan yang mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan kompleks factor
iklim sebagai solusi dalam menyelesaikan
permasalahan kerusakan bangunan di masjid
Baitul Hikmah : “Ketangguhan element
Cross ventilasi horosontal Cross ventilasi vertikal jendela suatu bangunan tropis tidak selalu
usaha mengatasi dampak negative dari element
cuaca, tapi menempatkan sebagai ‘potensi’
yang direspond dalam disain”

5. KESIMPULAN
 Keberadaan dan kekokohan bangunan
masjid Baitul Hikmah hingga kini,
merupakan bukti resiliensi bangunan
yang telah dibangun beberapa puluh
tahun yang lalu : Bangunan yang
dirancang dengan atap tumpuk miring/
joglo, pemakaian bahan penutup atap
dari genteng tanah liat masih kental
konsep arsitektur tropisnya, hanya saja
keberadaan bangunan tambahan (selasar
dan bangunan sekitanya yang
menyebabkan ketidak lancaran sirkulasi
udara dan penerangan alami dalam
ruangan.
 Kebertahanan disain bangunan masjid ini
secara prinsip ditemukan pada element
selubung bangunan : penutup atap,
dinding dan pelobangan dinding.
 Ketangguhan bangunan merupakan
disain bangunan yang tidak hanya
Gambar 13: mampu menyelesaikan permasalahan-
Optimalisasi pelobangan dinding tropis dengan permasalahan terkait factor iklim (panas,
cara ‘memanfaatkan’ potensi iklim tropis. hujan, angin dan kelembaban), namun
optimalisasi dan aplikasi dan inovasi
o Penempatan jendela besar aspek disain aktif (perangkat elektronik)
diposisikan pada bagian dinding  “Semakin tangguh suatu disain bangunan
sebelah Utara dan Selatan, agar adalah keseimbangan antara pengentasan
menghindari dampak negative yang dan pendayagunaan factor iklim”.
berlebihan dari pancaran langsung
sinar matahari pagi/sore. Ucapan Terimakasih
o Penerapan konsep cross ventilasi Makalah ini merupakan hasil skim
dilakukan dua cara : penempatan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang
secara horizontal (jendela saling dikoordinir Departement Arsitektur Fakultas
berhadapan pada sisi-sisi Teknik (DAFT) dengan dana DIPA Fakultas
dindingnya) dan penempatan secara Teknik Universitas Diponegoro tahun 2017
vertikal (peran dan fungsi dari dengan judul RENOVASI DISAIN MASJID
menara masjid). BAITUL HIKMAH DESA NAGLE

35
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
KECAMATAN LOSARIO KABUPATEN Lippsmeier, Georg. 1994. Bangunan Tropis.
BREBES – Dengan pendekatan Resiliensi Jakarta: Erlangga,
Arsitektur Tropis. Kegiatan ini telah tertuang Maddi, S, and D Khoshaba. 2005. Resilience at
dalam SK Dekan FT Undip work: How to succed no matter what life
No.170/SK/UN7.3.3/V/2017 tertanggal 15 mei throws at you. USA: American
2017. Untuk itu kami ucapkan terimakasih Management Association,
pada semua yang telah membantu dan Mandala, Zeji. 2013. Resilient Infrastructure:
memfasilitasi semuanya sehingga terselesaikan Konsep dan Strategi Perencanaan
penelitian ini. Pembangunan Transportasi Berkelanjutan
- Studi Kasus Kota Curitiba, Brazil.
6. DAFTAR PUSTAKA Master in Urban and Regional Planning,
Jogyakarta: Universitas Gadjah Mada,
Alain, Liebard, and Andre de Herd. 2010, Norman, E. 2000. Resiliency enhancement:
Bioclimatic Facades, London: Somfy. Putting the strength perspective into social
Brager, GS, and R De Dear. 2001, Climate, work practice. New York: Columbia
Comfort & Natural Ventilation : A new University Press,
Adaptive comfort standard for ASHRAE Olgay, Victor. 1973, Design with Climate -
Standard 55." Moving Thermal Comfort Bioclimatic Approach to Architectural
Standards into the 21st Century. Windsor Regionalism. New Jersey - USA:
UK: Loughborough University,. . Princeton University Press.
BMG, 2017, Prianto, E., Houpert, S., Depecker, P., &
http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/In Peneau, J.-P. 2001. Coinstribution of
formasi_Cuaca) Numerical Simulation with SOLENE to
Cantatore , Elena, Mariella De Fino, and Fabio find out the Traditional Type Cayenne -
Fatiguso. 2017: Energy resilience of Guyana France. International Journal on
historical urban districts: a state of art Architecture Science , 156-175.
review towards a new approach. Energy Prianto, Eddy and Depecker, Patrick, 2003:
Procedia 111, 426 – 434. Constribution of N3S Numerical
Frick, Heinz, and Antonius Darmawan. 2007. Simulation in Investigating the influence
Ilmu Fisika Bangunan. Jogjakarta: of Internal Devision Design on Indoor Air
Kanisius, Speed. International Journal on
Glantz, M, and J Johnson. 2002. Resilience Architecture Science, 114-122.
and development positive life adaptation. Prianto, Eddy, and Patrick Depecker, 2002,
USA: Kluwer Academic Publisher, Characteristic of airflow as the effect of
I Chand, PK Bhargava, LNV Krishak, 1998, balcony, opening design and internal
Effect of Balconies on Ventilation division on indoor velocity: A case study
Induching Aeromative Force on Low-rire of traditional dwelling in urban living
Buildings. Building and Environment, quarter in tropical humid region. Energy
385-396. and Buildings, Volume 34, Issue 4,: 401–
Gallo, C, M Sala, and A.M.M Sayigh. 1988. 409.
Architecture, Comfort and Energy. Great Prianto, Eddy, and Patrick Depecker, 2003.
Britain - UK: Pergamon. Optimazion of Architectural Design
Katia Perini, Adriano Magliocco. 2014, Effects Elements in Tropical Humid Region with
of vegetation, urban density, building Thermal Comfort Approach. Energy and
height, and atmospheric conditions on Buildings: 273-280.
local temperatures and thermal comfort. Prianto, Eddy, Jaka Windarta and Bernard
Urban Forestry & Urban Greening Vol. 13 Harianja, 2017, The Role of Vegeration
, 495–506. and Open Space in The Energy Effeciency
Karyono, Tri Harso, 2010. Green Arsitektur- - of Tropical Building, Advanced Science
Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau Letters, Volume 23, Number 3, March, pp.
di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2211-2214

36
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763
Prianto, Eddy. 2010, Effek warna dinding
terhadap pemakaian energi listrik dalam
rumah tinggal. RIPTEK, 31-35.
Prianto, Eddy. 2011, Effek Penggunaan Batu
Alam pada Fasad rumah tinggal terhadap
pemakaian energi listrik. RIPTEK, 53-60.
Prianto, Eddy. 2012: Strategi Disain Fasad
Rumah Tinggal Hemat Energi. RIPTEK,
55-65.
Prianto, Eddy. 2013: Pilihan Bentuk Tritisan
Hemat Energi untuk Kota Semarang.
Riptek, 37-56.
Prianto, Eddy. Dwiyanto, Agung, 2015, Profil
penutup atap beton dalam effesiensi
konsumsi energy listrik pada skala Rumah
Tinggal, Jurnal Modul
Prianto, Eddy. Suyono, Bambang, Septana dan
Sahid, 2017, Resilient bangunan tropis
pada Bangunan Kampus Universitas
Diponegoro, Jurnal Modul (in progress)
Prianto. E, Wahyudi, E dan Kusumastuti, R.P,
2015, Metode Pendokumentasian Data
Bangunan Kuno di Semarang dengan
Kritik Normative (Studi kasus pada
Gedung Lawang Sewu), Riptek.
Prianto. E, 2007, Rumah Tropis Hemat Energi,
bentuk keperdulian Global Warming,
Riptek, 1-10.
Robert, D.Brown, and Terry J Gillespie, 1995.
Microclimatic Lanscape Design. Canada:
John Wiley & Sons,Inc.,
Soegijanto. 1998. Bangunan di Indonesia
dengan iklm tropis lembab ditinjau dari
aspek fisika bangunan. Bandung: DIKTI
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B.
Bandung: Alfabeta.
Sharifia, E, and J Bolanda. 2017, Heat
resilience in public space and its
applications in healthy and low carbon
cities). Procedia Engineering 180, 2017:
944 – 954,.
SNI 03-6575-2001, 2001, Tata cara
perancangan sistem pencahayaan
buatanpada bangunan gedung.Jakarta.
Tapan, K. Dhar, and Khirfan Luna. 2017, A
multi-scale and multi-dimensional
framework for enhancing the resilience of
urban form to climate change. Urban
Climate, 72-91.
www.arquinstal.com.ar/publicaciones/ure-esso
- facebook/ARQQUILCURA

37
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

KEGIATAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMESTER GASAL (September-Pebruari)
2017/2018

JUDUL

RENOVASI DISAIN MASJID BAITUL


HIKMAH
Desa Negla Kecamatan Losari Brebes,
menggunakan konsep Low Coast Energy

TIM KEGIATAN
 Dr.Ir. Eddy Prianto,CES,DEA
 Septana Bagus Pribadi,ST,MT
 Ir. Bambang Sujono, MT
 M.Sahid , ST,MT

 Astrid cs (tim mhs)

GAMBAR
DENAH LANTAI
DASAR
HALAMAN LEMBAR

01/10

38
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

KEGIATAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMESTER GASAL (September-Pebruari)
2017/2018

JUDUL

RENOVASI DISAIN MASJID BAITUL


HIKMAH
Desa Negla Kecamatan Losari Brebes,
menggunakan konsep Low Coast Energy

TIM KEGIATAN
 Dr.Ir. Eddy Prianto,CES,DEA
 Septana Bagus Pribadi,ST,MT
 Ir. Bambang Sujono, MT
 M.Sahid , ST,MT

 Astrid cs (tim mhs)

GAMBAR
DENAH ATAP
HALAMAN LEMBAR

02/04

39
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

KEGIATAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMESTER GASAL (September-Pebruari)
2017/2018

JUDUL

RENOVASI DISAIN MASJID BAITUL


HIKMAH
Desa Negla Kecamatan Losari Brebes,
menggunakan konsep Low Coast Energy

TIM KEGIATAN
 Dr.Ir. Eddy Prianto,CES,DEA
 Septana Bagus Pribadi,ST,MT
 Ir. Bambang Sujono, MT
 M.Sahid , ST,MT

 Astrid cs (tim mhs)

GAMBAR
POTONGAN A-A
HALAMAN LEMBAR

03/04

40
Jurnal PPKM I (2018) 24 - 41 ISSN(print): 2354-869X | ISSN(online): 2614-3763

KEGIATAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA


MASYARAKAT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
SEMESTER GASAL (September-Pebruari)
2017/2018

JUDUL

RENOVASI DISAIN MASJID BAITUL


HIKMAH
Desa Negla Kecamatan Losari Brebes,
menggunakan konsep Low Coast Energy

TIM KEGIATAN
 Dr.Ir. Eddy Prianto,CES,DEA
 Septana Bagus Pribadi,ST,MT
 Ir. Bambang Sujono, MT
 M.Sahid , ST,MT

 Astrid cs (tim mhs)

GAMBAR
TAMPILAN TAMPAK
HALAMAN LEMBAR

04/04

41

Anda mungkin juga menyukai