Anda di halaman 1dari 9

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Fase prainteraksi

Kondisi: klien mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Tuhan atau Sang Yang
Widi, ia meyakini bahwa dirinya dapat menyembuhkan bebagai penyakit dan dapat
berbicara dengan Tuhan

Diagnosa Kep: TUK 1,3

Intervensi: SP 1 Pasien

Fase orientasi

“selamat pagi, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini diruang
melati. Saya dinas dari pukul 07.00-14.00 nanti, saya yang akan merawatabang hari
ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”

“bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?” ”berapa
lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang bang?”

Fase kerja

“saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayakan karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”

“ tampaknya bang B gelisah sekali, bias abang ceritakan apa yang bang B rasakan ?”

“o.. jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri abang sendiri?”

“siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”

“jadi ibu yang terlalu mengatur-atur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”

“kalua abang sendiri inginnya seperti apa?”


“o.. bagus abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”

“coba kita tuliskan rencana dan jadwal terebut bang “

“wah bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan di luar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”

Fase terminasi

“bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”

“apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

“bagaimana kalua jadwal ini abang coba lakukan, setuju bang?”

“bagaimana kalua saya dating dua jam lagi?”

“kita bercakap cakap tentang kemampuan yang pernah abang miliki? Mau dimana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalua disini lagi?”.

SP 2 Pasien : mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya.

Fase prainteraksi

Kondisi : klien tetap mengaku kalau dirinya nabi, terlihat gelisah dan tidak senang
jika ada yang mengatur dirinya. Klien ingin melakukan kegiatan yang disenangi tetapi
selalu dilarang keluarga.

Diagnose kep. : gangguan proses piker ; waham kebesaran

Tujuan khusus : TUK 2

Intervensi : SP 2 pasien

Fase orientasi

“selamat pagi bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”


“apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran abang?”

“bagaimana kalua kita bicarakan hobi itu sekarang ?”

“dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut ?”

“berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalua 20 menit


tentang hal tersebut?”

Fase kerja

“apa saja hobi abang? Saya catat ya bang, terus apa lagi?”

“wah.. rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bias bermain volley
seperti itu lho B”

“bias B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”

“bias bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang baik itu?”

“wah… baik sekali permainannya”

“coba kita buat jadwal untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali sehari/seminggu
bang B mau bermain volley?”

“apa yang bang B harapkan dari keammpuan bermain volley ini?”

“ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?”

Fase terminasi

“bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan


kemampuan abang?”

“setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal yang telah kita
buat ya ?”

“besok kita ketemu lagi ya bang ?”


“bagaimana kalua nanti sebelum makan siang ? di kamar makan saja, ya setuju?”

“nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum, setuju?”

“bagaimana kalua sekarang bang B teruskan kemampuan bermain volley tersebut….”

SP 3 Pasien : mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Fase prainteraksi

Kondisi : klien senang olahraga volley dan ingin ikut kegiatan ini baik di rumah sakit
atau saat pulang ke rumah nanti.

Diagnosa : gangguan proses piker ; waham kebesaran

Tujuan khusus : TUK 6

Intervensi : SP 3 pasien

Fase orientasi

“selamat pagi bang B.”

“bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”

“sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalua sekarang kita
membicarakan tentang obat yang bang B minum ?”

“dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”

“berapa lama bang B mau kita berbicara ? 20 atau 30 menit?”

Fase kerja

“bang B berapa macam obat yang diminum/jam berapa saja obat yang diminum?”

“bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”

“bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk membantu
mengatasinya abang bias banyak minum dan mengisap-isap es batu”

“sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar.

“obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya bang B tidak
menghentikan sendiri obatnya yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan
dokter.”

Fase terminasi

“bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum
? apa saja nama obatnya ? jam berapa minum obat?”

“mari kita masukkan pada jadwal kegiatan abang. Jangan lupa minum obatnya dan
nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”

“jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!”

“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalua seperti biasa, jam 10 di tempat sama?”

“sampai besok”

Tindakan keperawatan untuk keluarga

Tujuan
keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi


oleh wahamnya.

Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal.

Tindakan

Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.

Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien

Diskusikan dengan keluarga tentang:

Cara merawat pasien waham di rumah

Follow up dan keteraturan pengobatan

Lingkungan yang tepat untuk pasien

diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping,
akibat penghentian obat)

diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera

latih cara merawat

menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga’

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)

Fase prainteraksi
Kondisi klien sudah berlatih beberapa kemampuan dan aktifitas di rumah sakit, sudah
tidak pernah mengatakan dirinya nabi lagi. Keluarga mengunjungi klien dan terlihat
sedih dan bingung dengan kondisi klien,

Diagnose kep: Gangguan proses pikir: waham kebesaran

Tujuan khusus: TUK 5

Intervensi: SP 1 keluarga

Fase Orientasi

“ selamat pagi pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dinas di ruang
melati ini, saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak da ibu siapa,senangnya
di panggil apa?”

“ bagaimana kalo sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara
merawat B di rumah?”

“ dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalo di ruang wawancara?”

“ berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

Fase kerja

“pak, bu, apa masalah yang bapak/ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang
sudah dilakukan di rumah? Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yag selalu
mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi kenyataannya bukan nabi merupakan
salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu, akan saya jelaskan sikap dan cara
menghadapinya setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi
bapak/ibu dengan mengatakan pertama:

‘Bapak/ibu mengerti merasa seorang nabi,tapi sulit bagi bapak/ibu untuk


mempercayainya karena setahu kami semua nabi sebuah meninggal.”

“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal baik.”
“ketiga: hal ini sebaliknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berintraksi dengan
B”

“bapak/ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B,


minsalnya bapak/ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan
kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ___” (kemampuan yang pernah dimiliki
oleh anak)

“ keempat: bagaimana kalo dicoba lagi sekarang? “(jika anak mau mencoba berikan
pujian)” pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikiranya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”

“ Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya supaya rileks, dan yang merah jambu
ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara
teratur 3kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam, jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali”
(libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B
sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri
pujian.

Fase terminasi

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap cara merawat B di
rumah?”
DAFATAR PUSTAKA

Ma’arifatul, Lilik. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori Aplikasi Praktikum
Klinik Original. Yogyakarta: group graham ilmu.

Anda mungkin juga menyukai