Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015

Yogyakarta, 29 Oktober 2015

Penentuan Safety Stock, Reorder Point dan Order Quantity Suku


Cadang Mesin Produksi Berdasarkan Ketidakpastian Demand dan
Lead Time pada Perusahaan Manufaktur
(Studi Kasus di PT Wijaya Karya Beton PPB Boyolali)
Setiya Wahyu Nugraha, Andi Rahadiyan Wijaya
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta 55281
E-mail: nugraha.tyo@gmail.com, andi.rw@gmail.com

Intisari

Ketersediaan suku cadang mesin produksi di sebuah perusahaan mutlak diperlukan, karena digunakan
untuk mendukung proses pemeliharaan dan proses produksi perusahaan. Namun dengan adanya
ketidakpastian demand dan lead time, jumlah persediaan tidak dapat ditentukan dengan mudah.
Persediaan memiliki peran yang penting, namun adanya persediaan juga akan menyebabkan biaya
persediaan yang semakin besar bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai nilai
reorder point dan order quantity yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai reorder
point, order quantity, dan safety stock suku cadang mesin produksi yang optimal berdasarkan
ketidakpastian demand dan lead time yang terjadi. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Wijaya Karya
Beton PPB Boyolali, dengan objek penelitian adalah kontaktor dan stop kontak. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan statistika. Pendekatan statistika ini dilakukan dengan mencari
distribusi yang dapat mewakili data demand dan lead time. Parameter dari distribusi yang sesuai dengan
data digunakan untuk menghitung probability density function, cumulative distribution function, dan hal
lain yang dibutuhkan dalam perhitungan. Perhitungan dilakukan melalui beberapa iterasi hingga nilai
reorder point dan order quantity konvergen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reorder point
dan order quantity aktual yang ditetapkan perusahaan masih terlalu rendah. Nilai safety stock, reorder
point, dan order quantity hasil perhitungan untuk suku cadang kontaktor secara berurutan adalah 6, 10,
dan 18, sedangkan untuk suku cadang stop kontak nilai safety stock, reorder point, dan order quantity
secara berurutan adalah 4, 9, dan 14. Dengan nilai tersebut, total inventory cost pada optimal system
lebih kecil dibandingkan dengan total inventory cost pada existing system.

Kata kunci: Inventory, continuous review, demand uncertainty, lead time uncertainty

1. Pendahuluan
Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat
ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya bertambah
menjadi 23.941 perusahaan (BPS, 2013). Seiring dengan bertambahnya perusahaan yang ada
tentunya akan menyebabkan persaingan antar perusahaan meningkat, di mana persaingan
tersebut erat kaitannya dengan kemampuan sebuah perusahaan dalam melakukan produksi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Agar proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan
baik, maka ketersediaan suku cadang mesin produksi harus dijaga. Berbeda dengan persediaan
bahan baku, work in process, dan produk jadi yang dipengaruhi oleh proses produksi dan
permintaan pelanggan, persediaan suku cadang mesin produksi disimpan untuk mendukung
proses pemeliharaan dan proses produksi perusahaan. Pengelolaan persediaan suku cadang
mesin harus dilakukan dengan efektif oleh sebuah perusahaan salah satunya pada perusahaan
manufaktur (Porras dan Dekker, 2008). Oleh karena itu pengelolaan persediaan suku cadang
mesin produksi harus dilakukan dengan baik sehingga proses produksi perusahaan dapat
berjalan dengan baik pula.
Dalam pengelolaan persediaan suku cadang mesin produksi terdapat dua pertanyaan
utama yaitu berapa banyak jumlah yang dibutuhkan dan kapan barang tersebut harus dipesan.
Hal tersebut penting untuk diketahui, sehingga suku cadang dapat tersedia pada jumlah dan
waktu yang tepat. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah
persediaan, di antaranya adalah ketersediaan lokasi penyimpanan, biaya pemesanan, biaya

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-91
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

penyimpanan dan ketidakpastian-ketidakpastian yang ada. Ketidakpastian tersebut diantaranya


adalah ketidakpastian permintaan (demand) dan ketidakpastian waktu penerimaan (lead time).
Dengan adanya ketidakpastian tersebut, proses penentuan jumlah persediaan suku cadang mesin
produksi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi
dengan adanya ketidakpastian permintaan dan lead time ini yaitu kekurangan persediaan (stock
out) dan kelebihan persedian (over stock). Dalam sistem persediaan yang stokastik dengan
pendekatan continuous review system, tiga hal yang harus diputuskan adalah nilai safety stock,
reorder point, dan order quantity (Chopra dan Meindl, 2007). Ketiganya harus dicari nilai
optimalnya sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diminimalkan.
Metode probabilistik untuk pengendalian persediaan yang saat ini banyak digunakan
masih terbatas pada asumsi bahwa ketidakpastian yang terjadi mengikuti distribusi normal.
Sehingga nilai parameter yang digunakan dalam menentukan safety stock, reorder point dan
order quantity juga didapatkan berdasarkan pada parameter distribusi normal. Beberapa
penelitian yang mengasumsikan data mengikuti distribusi normal antara lain dilakukan oleh
Aditya dkk (2010), Aisyati dkk (2013), Fahmi dan Pujawan (2012), dan Nugraha (2013).
Distribusi normal sering digunakan untuk memodelkan ketidakpastian karena memiliki
perhitungan matematis yang mudah. Namun, dalam praktiknya beberapa ketidakpastian yang
terjadi lebih baik jika dimodelkan dengan distribusi asimetris atau probabilitas (Cobb dkk,
2013). Penggunaan asumsi bahwa ketidakpastian yang terjadi mengikuti distribusi normal
belum dapat merepresentasikan kondisi sistem nyata di mana pada kondisi nyata terdapat
berbagai ketidakpastian yang terjadi belum tentu mengikuti distribusi normal. Terkadang
perhitungan persediaan menggunakan pendekatan distribusi normal akan menghasilkan tingkat
persediaan yang lebih besar sehingga meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
(Cobb dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan titik optimal safety stock, reorder
point dan order quantity suku cadang mesin produksi berdasarkan pada ketidakpastian
permintaan dan lead time yang terjadi, di mana ketidakpastian dimodelkan menggunakan
distribusi yang sesuai. Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di PT. Wijaya Karya Beton.

2. Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah safety stock, reorder point
dan order quantity suku cadang mesin produksi pada perusahaan manufaktur dengan
memperhatikan ketidakpastian demand dan lead time. Oleh karena itu, objek yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah data historis yang berhubungan dengan persediaan suku cadang
kontaktor dan stop kontak selama dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 dan 2014 di PT
Wijaya Karya Beton PPB Boyolali. Data tersebut diantaranya adalah data demand, data lead
time, dan data biaya-biaya yang terkait.
Tahapan-tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah identifikasi masalah terkait dengan pengelolaan
inventory yang dilanjutkan dengan perumusan tujuan penelitian. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan,
seperti pengendalian inventory, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan safety stock,
reorder point, order quantity dan juga teori mengenai statistical distribution. Setelah itu,
dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan. Data-data yang dikumpulkan tersebut akan
diolah sehingga dapat digunakan untuk melakukan perhitungan nilai safety stock, reorder point,
dan order quantity. Perhitungan tersebut dilakukan melalui beberapa iterasi hingga hasil yang
didapatkan telah konvergen. Setelah hasil didapatkan, kemudian dilakukan pembahasan,
pembuatan kesimpulan dan saran.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-92
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

Gambar 1. Flowchart Penelitian

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Deskripsi Sistem
Suku cadang yang digunakan di PT. Wijaya Karya Beton PPB Boyolali dapat dibedakan
menjadi 2 kategori, yaitu repairable dan non repairable. Suku cadang yang termasuk kategori
repairable umumnya adalah suku cadang mekanik, sedangkan yang termasuk kategori non
repairable adalah suku cadang elektrik. Suku cadang elektrik biasanya terpasang dalam sistem
pengontrolan alat-alat produksi seperti pada hoist, hopper, mixer, panel, dan boiler. Suku
cadang non repairable yang ada diantaranya adalah kontaktor, push button, contact block,
MCB, NFB, pressure switch, limit switch, fuse, dan stop kontak. Dalam penelitian ini, objek
yang akan diteliti adalah suku cadang kontaktor dan stop kontak.
3.2. Penentuan Distribusi Data
Data demand dan lead time untuk masing-masing suku cadang yang telah didapatkan
kemudian dicari distribusi yang dapat mewakilinya menggunakan bantuan software stat::fit.
Distribusi yang mewakili data demand dan lead time untuk masing-masing jenis suku cadang
dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-93
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

Tabel 1. Distribusi Data Demand


Jenis Suku Cadang Distribusi Parameter
Shape ) 1,13081
Kontaktor Weibull
Scale ( ) 0,30747
Shape ) 1,25782
Stop Kontak Weibull
Scale ( ) 0,181376

Tabel 2. Distribusi Data Lead Time


Jenis Suku Cadang Distribusi Parameter
1,73277
Kontaktor Lognormal
0,807666
2,10747
Stop Kontak Lognormal
0,872527

3.3. Penentuan Reorder Point, Safety Stock, dan Order Quantity


Distribusi yang sesuai dengan data akan menjadi dasar dalam perhitungan dalam
menentukan nilai optimal safety stock, reorder point, dan order quantity suku cadang mesin
produksi yang diteliti. Dengan nilai optimal tersebut, diharapkan total biaya persediaan dapat
diminimalkan. Menurut Silver dkk (1998), total biaya persediaan yang dinyatakan sebagai
expected cost function dapat dihitung menggunakan rumus pada Persamaan 1.
Q K pn( R)
G(Q, R)  h(  R   )    c (1)
2 Q Q
Dengan adalah holding cost per unit per periode, adalah order quantity, adalah reorder
point, adalah demand per unit waktu, adalah lead time, adalah biaya pemesanan dalam
satu kali pemesanan, adalah stock out cost per unit per periode, adalah expected
shortage per cycle dan adalah harga pembelian material per unit. Dari expected cost function
tersebut, nilai reorder point dan order quantity dapat dicari dengan menurunkan expected cost
function terhadap Q untuk order quantity dan terhadap R untuk reorder point. Hasil penurunan
terhadap Q menghasilkan rumus pada Persamaan 2.
2 K  p n(R)
Q (2)
h
Dan penurunan terhadap R menghasilkan persamaan rumus pada Persamaan 3.
Qh
1  F ( R)  (3)
p
Dengan menyatakan fill rate. Ketika demand dan lead time tidak tetap atau berfluktuasi,
fluktuasi tersebut dapat digambarkan dengan distribusi dari probabilitas demand dan lead time
tersebut. Persamaan yang digunakan untuk menghitung order quantity dan reorder point
diturunkan sesuai dengan probability density function (PDF) dan cumulative distribution
function (CDF) masing-masing distribusi. Untuk mendapatkan nilai optimal, maka penentuan
nilai Q dan R dilakukan secara iteratif hingga nilai yang didapatkan sudah konvergen seperti
yang dikemukakan oleh Silver (1998). Langkah yang dilakukan adalah seperti berikut:
1) Hitung nilai Q awal menggunakan metode EOQ.
2 K
Q (4)
h
2) Substitusikan nilai Q ke Persamaan 3 dan hitung nilai R.
3) Gunakan nilai R yang didapatkan untuk menghitung nilai n(R).

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-94
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015


E (max( D  R,0))   ( x  R) f ( x ) dx  n( R) (5)
R
4) Tentukan nilai Q menggunakan Persamaan 2.
5) Kembali ke langkah 2, lanjutkan hingga hasil yang didapatkan konvergen.

Untuk dapat melakukan perhitungan, perlu diketahui terlebih dahulu berbagai hal tentang
distribusi yang sesuai. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis distribusi yang digunakan, yaitu
distribusi weibull dan lognormal. Probability density function (PDF) dari distribusi Weibull
dengan random variable ditampilkan pada Persamaan 6.
(6)
sedangkan untuk fungsi cumulative distribution function ditampilkan pada Persamaan 7.
(7)
Mean dari distribusi weibull ditampilkan pada Persamaan 8.
(8)
Confidence interval untuk parameter (scale) dan (shape) (Abernethy, 2000) dapat
ditentukan menggunakan Persamaan 3.14 dan Persamaan 3.15.
(9)

(10)

Di mana adalah batas bawah dan batas atas dari parameter scale, sedangkan
adalah batas bawah dan batas atas dari parameter shape, serta adalah bilangan dalam tabel
distribusi normal dengan (1- ) yang memiliki sejumlah n sampel.
Probability density function (PDF) distribusi lognormal ditampilkan pada Persamaan 11,
(11)
sedangkan untuk fungsi cumulative distribution ditampilkan pada Persamaan 12.
(12)
adalah cumulative distribution function dari standard normal distribution. Mean dari
distribusi Lognormal ditampilkan pada Persamaan 13.
(13)

Confidence interval untuk (mean) (Olsson, 2005) dapat ditentukan menggunakan


Persamaan 14 dan Persamaan 15.

(14)

(15)

Di mana μ dan σ merupakan parameter dari distribusi lognormal dan menyatakan


jumlah sampel data.
Ketika data demand mengikuti distribusi weibull, maka Persamaan 5 dapat disubstitusi
menjadi seperti pada Persamaan 16.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-95
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

(16)

Selain itu, Persamaan 3 juga akan berubah menjadi seperti berikut.


(17)
Dalam penelitian ini, digunakan holding cost sebesar Rp 80.000,00 /(unit.tahun), order
cost sebesar Rp 100.000,00 /pemesanan, shortage cost sebesar Rp 300.000,00 /unit, purchase
cost kontaktor sebesar Rp 620.000,00 /unit, dan purchase cost stop kontak sebesar Rp
225.000,00 /unit. Biaya-biaya tersebut akan menjadi pertimbangan dalam penentuan nilai
reorder point, safety stock, dan order quantity dengan masuk ke dalam perhitungan.
Perhitungan nilai reorder point, safety stock dan order quantity akan dilakukan melalui
beberapa kali iterasi hingga hasil yang didapatkan konvergen.
Contoh perhitungan yang akan ditampilkan hanya perhitungan yang dilakukan pada suku
cadang kontaktor. Perhitungan diawali dengan menghitung nilai order quantity awal
menggunakan metode EOQ yang sudah umum digunakan. Perhitungan order quantity dilakukan
dengan metode EOQ menggunakan Persamaan 4. Dalam menghitung nilai order quantity, nilai
rata-rata demand harus diketahui terlebih dahulu. Dengan target service level yang ingin dicapai
adalah 95%, nilai rata-rata demand di mana demand mengikuti distribusi weibull didapatkan
melalui perhitungan adalah sebagai berikut.

Hasil perhitungan nilai rata-rata demand berdasarkan target service level 95% adalah
sebagai berikut.

Nilai rata-rata demand tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan untuk mencari
nilai order quantity, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.
2  100  0,385
Q  15,358
0,326531
Dari perhitungan EOQ didapatkan nilai order quantity sebesar 15,358. Nilai order
quantity yang didapatkan kemudian dijadikan masukan untuk perhitungan dalam mencari nilai
reorder point menggunakan Persamaan 17. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Nilai R tersebut menunjukkan nilai reorder point. Nilai R kemudian digunakan dalam
perhitungan menggunakan Persamaan 16 untuk mengetahui nilai expected shortage per cycle.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-96
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

Nilai expected shortage per cycle menunjukkan rata-rata jumlah demand yang tidak
dapat dipenuhi dari persediaan yang ada per siklus. Nilai expected shortage per cycle yang telah
didapatkan kemudian disubstitusi ke Persamaan 2, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
2  0,0,385100  300  0,091
Q  17,319
0,326531
Sama seperti sebelumnya, nilai order quantity yang sudah didapatkan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya untuk mencari nilai reorder point menggunakan Persamaan 17 sebagai
berikut.

Perhitungan kemudian dilanjutkan menggunakan Persamaan 16 untuk mengetahui nilai


expected shortage per cycle, di mana nilai reorder point dijadikan salah satu masukan dalam
perhitungan. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Nilai expected shortage per cycle yang telah didapatkan kemudian disubstitusi kembali ke
Persamaan 2 untuk mendapatkan nilai order quantity. Untuk mendapatkan nilai reorder point,
safety stock, dan order quantity, perhitungan akan dilakukan melalui beberapa iterasi
menggunakan rumus pada Persamaan 2, Persamaan 17, dan Persamaan 16 secara berurutan
hingga hasil yang didapatkan konvergen.
Pada iterasi ke 8 perhitungan untuk suku cadang kontaktor, hasil yang didapatkan telah
sama di mana nilai order quantity (Q) adalah 17,614 yang kemudian dibulatkan menjadi 18 dan
nilai reorder point (R) adalah 10,247 yang kemudian dibulatkan menjadi 10. Dari hasil tersebut
dapat diartikan bahwa ketika nilai persediaan mencapai nilai 10 maka akan dilakukan
pemesanan sebanyak 18 unit untuk menambah persediaan yang ada. Nilai reorder point yang
telah didapatkan tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai safety stock yang
dibutuhkan, namun sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu nilai rata-rata lead time untuk
menghitung nilai demand selama lead time. Nilai rata-rata lead time di mana lead time
mengikuti distribusi lognormal, dengan confidence level sebesar 95%, nilai rata-rata lead time
yang didapat adalah sebagai berikut.

Nilai tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan untuk mencari nilai safety stock.
Nilai safety stock didapatkan dari reorder point yang dikurangi dengan rata-rata demand selama
lead time. Nilai rata-rata demand selama lead time merupakan hasil perkalian antara rata-rata
demand dan rata-rata lead time. Nilai safety stock yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-97
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

SS  10,247  0,0385 11,486


SS  5,823
Dari perhitungan didapatkan nilai safety stock sebesar 5,823 yang artinya untuk
mengantisipasi demand yang berfluktusasi selama satu siklus dibutuhkan persediaan sebesar 6.
Dengan cara yang sama, perhitungan safety stock, reorder point, dan order quantity untuk
suku cadang stop kontak dilakukan. Pada iterasi ke 9 hasil yang didapatkan telah sama di mana
nilai order quantity (Q) adalah 13,564 yang kemudian dibulatkan menjadi 14 dan nilai reorder
point (R) adalah 8,742 yang kemudian dibulatkan menjadi 9. Kemudian nilai safety stock
sebesar 4,385 yang artinya untuk mengantisipasi demand yang berfluktusasi selama satu siklus
dibutuhkan persediaan sebesar 4.
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, kemudian dapat dicari total inventory cost untuk
masing-masing suku cadang. Total inventory cost untuk suku cadang kontaktor pada existing
system adalah Rp 63.578.593,00, sedangkan pada optimal system adalah Rp 60.084.659,00.
Dengan kata lain bahwa dengan menerapkan nilai reorder point sebesar 10 dan order quantity
sebesar 18, perusahaan dapat melakukan penghematan pengeluaran sebesar Rp 3.493.933,00.
Sedangkan untuk suku cadan stop kontak didapatkan total inventory cost pada existing system
adalah Rp 18.034.688,00, sedangkan pada optimal system adalah Rp 14.088.352,00. Sehingga,
dengan menerapkan nilai reorder point sebesar 9 dan order quantity sebesar 14, perusahaan
dapat melakukan penghematan pengeluaran sebesar Rp 3.946.336,00.

4. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil
adalah pada penelitian ini telah didapatkan nilai safety stock, reorder point, dan order quantity
optimal untuk masing-masing suku cadang dengan mempertimbangkan ketidakpastian demand
dan lead time yang terjadi. Untuk suku cadang kontaktor nilai safety stock adalah 6, reorder
point adalah 10, dan order quantity adalah 18, sedangkan untuk suku cadang stop kontak nilai
safety stock adalah 4, reorder point adalah 9, dan order quantity adalah 14. Untuk suku cadang
kontaktor, total inventory cost pada existing system adalah Rp 63.578.593,00, sedangkan pada
optimal system adalah Rp 60.084.659,00. Untuk suku cadang stop kontak, total inventory cost
pada existing system adalah Rp 18.034.688,00, sedangkan pada optimal system adalah Rp
14.088.352,00. Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk kedua suku cadang, total inventory
cost yang dihasilkan pada optimal system lebih kecil. Oleh karena itu, nilai reorder point, safety
stock, dan order quantity yang didapatkan melalui perhitungan sudah optimal.
Tujuan penelitian ini, yaitu menentukan safety stock, reorder point, dan order quantity
sudah tercapai. Namun beberapa pengembangan masih diperlukan agar penelitian yang
dilakukan dapat lebih baik. Beberapa saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya adalah
melakukan analisis penentuan safety stock, reorder point dan order quantity menggunakan
metode lain untuk melihat perbandingan hasil antar metode, serta mengembangkan decision
support system yang dapat digunakan untuk membantu melakukan analisis penentuan safety
stock, reorder point dan order quantity
.
Daftar Pustaka
Aditya, W., Pujawan, I Nyoman, and Kurniati, N., 2010, Pengendalian Persediaan Spare Part
Dengan Pendekatan Periodic Review System (R,s,S), akses online 26 September 2014,
URL: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-11033-Paper.pdf.
Aisyati, A., Jauhari, W.A., and Rosyidi, C.N., 2013, Determination Inventory Level for Aircraft
Spare Parts Using Continuous Review Model, International Journal of Business
Research and Management (IJBRM), Vol. 4.
Ashari, M.A., 2014, Tugas Akhir: Penentuan Kebutuhan Silinder Gas Berdasarkan Pendekatan
Statistical Distribution, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-98
ISBN 978-602-73431-0-8
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
Yogyakarta, 29 Oktober 2015

BPS (Badan Pusat Statistik), 2013, Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang Menurut
SubSektor, akses online 9 Oktober 2014, URL: http://bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/
1054.
Chopra, S., dan Meindl, P., 2007, Supply Chain Management: Strategy, Planning, and
Operation,3rd Ed, Prentice Hall, New Jersey.
Cobb, B.R., Rumi, R., Salmero, A., 2013, Inventory Management with Log-Normal Demand
per Unit Time, Computers and Operations Research, Vol. 40, pp. 1842–1851.
El-Wakeel, M.F. and Fergany, H.A., 2013, Constrained Probabilistic Continuous Review
Inventory System with Mixture Shortage and Stochastic Lead Time Demand, Advances in
Natural Science, Vol. 6, pp. 9-13.
Fahmi, A., and Pujawan, I Nyoman, 2012, Pengendalian Persediaan Material Dengan
Pendekatan Continuous Review (s,S), akses online 26 September 2014, URL:
http://digilib.its.ac.id/public /ITS-Master-18934-9108201415-Paper.pdf.
Nugraha, W., 2013, Tugas Akhir: Pengendalian Persediaan MRO dengan Continuous Review
System Menggunakan Simulasi Monte Carlo Pada Kontraktor Migas, Program Studi
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Olsson, U., 2005, Confidence Intervals fo the Mean of a Log-Normal Distribution, Journal of
Statistics Education, Vol. 13.
Porras, E. and Dekker, R., 2008, An Inventory Control System For Spare Parts at a Refinery: an
Empirical Comparison of Different Re-Order Point Methods, European Journal of
Operation Research, Vol.184, pp. 101-132.
Rahmat, Y.R., 2010, Tugas Akhir: Pengaruh Review Policy dan Ketidakpastian Waktu Tunggu
pada Safety Stock dan Reorder Point (Studi Kasus di PT GE Lighting Indonesia), Jurusan
Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Silver, E.A., Pyke, D.F., dan Peterson, R., 1998, Inventory Management and Production
Planning and Scheduling. John Willey & Sons, New York.

Program Studi Teknik Industri


Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM TP-99
ISBN 978-602-73431-0-8

Anda mungkin juga menyukai