Intisari
Ketersediaan suku cadang mesin produksi di sebuah perusahaan mutlak diperlukan, karena digunakan
untuk mendukung proses pemeliharaan dan proses produksi perusahaan. Namun dengan adanya
ketidakpastian demand dan lead time, jumlah persediaan tidak dapat ditentukan dengan mudah.
Persediaan memiliki peran yang penting, namun adanya persediaan juga akan menyebabkan biaya
persediaan yang semakin besar bagi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai nilai
reorder point dan order quantity yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai reorder
point, order quantity, dan safety stock suku cadang mesin produksi yang optimal berdasarkan
ketidakpastian demand dan lead time yang terjadi. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Wijaya Karya
Beton PPB Boyolali, dengan objek penelitian adalah kontaktor dan stop kontak. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan statistika. Pendekatan statistika ini dilakukan dengan mencari
distribusi yang dapat mewakili data demand dan lead time. Parameter dari distribusi yang sesuai dengan
data digunakan untuk menghitung probability density function, cumulative distribution function, dan hal
lain yang dibutuhkan dalam perhitungan. Perhitungan dilakukan melalui beberapa iterasi hingga nilai
reorder point dan order quantity konvergen. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai reorder point
dan order quantity aktual yang ditetapkan perusahaan masih terlalu rendah. Nilai safety stock, reorder
point, dan order quantity hasil perhitungan untuk suku cadang kontaktor secara berurutan adalah 6, 10,
dan 18, sedangkan untuk suku cadang stop kontak nilai safety stock, reorder point, dan order quantity
secara berurutan adalah 4, 9, dan 14. Dengan nilai tersebut, total inventory cost pada optimal system
lebih kecil dibandingkan dengan total inventory cost pada existing system.
Kata kunci: Inventory, continuous review, demand uncertainty, lead time uncertainty
1. Pendahuluan
Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun 2013 tercatat
ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya bertambah
menjadi 23.941 perusahaan (BPS, 2013). Seiring dengan bertambahnya perusahaan yang ada
tentunya akan menyebabkan persaingan antar perusahaan meningkat, di mana persaingan
tersebut erat kaitannya dengan kemampuan sebuah perusahaan dalam melakukan produksi
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Agar proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan
baik, maka ketersediaan suku cadang mesin produksi harus dijaga. Berbeda dengan persediaan
bahan baku, work in process, dan produk jadi yang dipengaruhi oleh proses produksi dan
permintaan pelanggan, persediaan suku cadang mesin produksi disimpan untuk mendukung
proses pemeliharaan dan proses produksi perusahaan. Pengelolaan persediaan suku cadang
mesin harus dilakukan dengan efektif oleh sebuah perusahaan salah satunya pada perusahaan
manufaktur (Porras dan Dekker, 2008). Oleh karena itu pengelolaan persediaan suku cadang
mesin produksi harus dilakukan dengan baik sehingga proses produksi perusahaan dapat
berjalan dengan baik pula.
Dalam pengelolaan persediaan suku cadang mesin produksi terdapat dua pertanyaan
utama yaitu berapa banyak jumlah yang dibutuhkan dan kapan barang tersebut harus dipesan.
Hal tersebut penting untuk diketahui, sehingga suku cadang dapat tersedia pada jumlah dan
waktu yang tepat. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah
persediaan, di antaranya adalah ketersediaan lokasi penyimpanan, biaya pemesanan, biaya
2. Metode Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah safety stock, reorder point
dan order quantity suku cadang mesin produksi pada perusahaan manufaktur dengan
memperhatikan ketidakpastian demand dan lead time. Oleh karena itu, objek yang digunakan di
dalam penelitian ini adalah data historis yang berhubungan dengan persediaan suku cadang
kontaktor dan stop kontak selama dua tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 dan 2014 di PT
Wijaya Karya Beton PPB Boyolali. Data tersebut diantaranya adalah data demand, data lead
time, dan data biaya-biaya yang terkait.
Tahapan-tahapan yang dilakukan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah identifikasi masalah terkait dengan pengelolaan
inventory yang dilanjutkan dengan perumusan tujuan penelitian. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan studi literatur mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan,
seperti pengendalian inventory, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan safety stock,
reorder point, order quantity dan juga teori mengenai statistical distribution. Setelah itu,
dilakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan. Data-data yang dikumpulkan tersebut akan
diolah sehingga dapat digunakan untuk melakukan perhitungan nilai safety stock, reorder point,
dan order quantity. Perhitungan tersebut dilakukan melalui beberapa iterasi hingga hasil yang
didapatkan telah konvergen. Setelah hasil didapatkan, kemudian dilakukan pembahasan,
pembuatan kesimpulan dan saran.
E (max( D R,0)) ( x R) f ( x ) dx n( R) (5)
R
4) Tentukan nilai Q menggunakan Persamaan 2.
5) Kembali ke langkah 2, lanjutkan hingga hasil yang didapatkan konvergen.
Untuk dapat melakukan perhitungan, perlu diketahui terlebih dahulu berbagai hal tentang
distribusi yang sesuai. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis distribusi yang digunakan, yaitu
distribusi weibull dan lognormal. Probability density function (PDF) dari distribusi Weibull
dengan random variable ditampilkan pada Persamaan 6.
(6)
sedangkan untuk fungsi cumulative distribution function ditampilkan pada Persamaan 7.
(7)
Mean dari distribusi weibull ditampilkan pada Persamaan 8.
(8)
Confidence interval untuk parameter (scale) dan (shape) (Abernethy, 2000) dapat
ditentukan menggunakan Persamaan 3.14 dan Persamaan 3.15.
(9)
(10)
Di mana adalah batas bawah dan batas atas dari parameter scale, sedangkan
adalah batas bawah dan batas atas dari parameter shape, serta adalah bilangan dalam tabel
distribusi normal dengan (1- ) yang memiliki sejumlah n sampel.
Probability density function (PDF) distribusi lognormal ditampilkan pada Persamaan 11,
(11)
sedangkan untuk fungsi cumulative distribution ditampilkan pada Persamaan 12.
(12)
adalah cumulative distribution function dari standard normal distribution. Mean dari
distribusi Lognormal ditampilkan pada Persamaan 13.
(13)
(14)
(15)
(16)
Hasil perhitungan nilai rata-rata demand berdasarkan target service level 95% adalah
sebagai berikut.
Nilai rata-rata demand tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan untuk mencari
nilai order quantity, hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.
2 100 0,385
Q 15,358
0,326531
Dari perhitungan EOQ didapatkan nilai order quantity sebesar 15,358. Nilai order
quantity yang didapatkan kemudian dijadikan masukan untuk perhitungan dalam mencari nilai
reorder point menggunakan Persamaan 17. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut.
Nilai R tersebut menunjukkan nilai reorder point. Nilai R kemudian digunakan dalam
perhitungan menggunakan Persamaan 16 untuk mengetahui nilai expected shortage per cycle.
Nilai expected shortage per cycle menunjukkan rata-rata jumlah demand yang tidak
dapat dipenuhi dari persediaan yang ada per siklus. Nilai expected shortage per cycle yang telah
didapatkan kemudian disubstitusi ke Persamaan 2, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut.
2 0,0,385100 300 0,091
Q 17,319
0,326531
Sama seperti sebelumnya, nilai order quantity yang sudah didapatkan digunakan dalam
perhitungan selanjutnya untuk mencari nilai reorder point menggunakan Persamaan 17 sebagai
berikut.
Nilai expected shortage per cycle yang telah didapatkan kemudian disubstitusi kembali ke
Persamaan 2 untuk mendapatkan nilai order quantity. Untuk mendapatkan nilai reorder point,
safety stock, dan order quantity, perhitungan akan dilakukan melalui beberapa iterasi
menggunakan rumus pada Persamaan 2, Persamaan 17, dan Persamaan 16 secara berurutan
hingga hasil yang didapatkan konvergen.
Pada iterasi ke 8 perhitungan untuk suku cadang kontaktor, hasil yang didapatkan telah
sama di mana nilai order quantity (Q) adalah 17,614 yang kemudian dibulatkan menjadi 18 dan
nilai reorder point (R) adalah 10,247 yang kemudian dibulatkan menjadi 10. Dari hasil tersebut
dapat diartikan bahwa ketika nilai persediaan mencapai nilai 10 maka akan dilakukan
pemesanan sebanyak 18 unit untuk menambah persediaan yang ada. Nilai reorder point yang
telah didapatkan tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghitung nilai safety stock yang
dibutuhkan, namun sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu nilai rata-rata lead time untuk
menghitung nilai demand selama lead time. Nilai rata-rata lead time di mana lead time
mengikuti distribusi lognormal, dengan confidence level sebesar 95%, nilai rata-rata lead time
yang didapat adalah sebagai berikut.
Nilai tersebut kemudian digunakan dalam perhitungan untuk mencari nilai safety stock.
Nilai safety stock didapatkan dari reorder point yang dikurangi dengan rata-rata demand selama
lead time. Nilai rata-rata demand selama lead time merupakan hasil perkalian antara rata-rata
demand dan rata-rata lead time. Nilai safety stock yang didapatkan adalah sebagai berikut.
BPS (Badan Pusat Statistik), 2013, Jumlah Perusahaan Industri Besar Sedang Menurut
SubSektor, akses online 9 Oktober 2014, URL: http://bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/
1054.
Chopra, S., dan Meindl, P., 2007, Supply Chain Management: Strategy, Planning, and
Operation,3rd Ed, Prentice Hall, New Jersey.
Cobb, B.R., Rumi, R., Salmero, A., 2013, Inventory Management with Log-Normal Demand
per Unit Time, Computers and Operations Research, Vol. 40, pp. 1842–1851.
El-Wakeel, M.F. and Fergany, H.A., 2013, Constrained Probabilistic Continuous Review
Inventory System with Mixture Shortage and Stochastic Lead Time Demand, Advances in
Natural Science, Vol. 6, pp. 9-13.
Fahmi, A., and Pujawan, I Nyoman, 2012, Pengendalian Persediaan Material Dengan
Pendekatan Continuous Review (s,S), akses online 26 September 2014, URL:
http://digilib.its.ac.id/public /ITS-Master-18934-9108201415-Paper.pdf.
Nugraha, W., 2013, Tugas Akhir: Pengendalian Persediaan MRO dengan Continuous Review
System Menggunakan Simulasi Monte Carlo Pada Kontraktor Migas, Program Studi
Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.
Olsson, U., 2005, Confidence Intervals fo the Mean of a Log-Normal Distribution, Journal of
Statistics Education, Vol. 13.
Porras, E. and Dekker, R., 2008, An Inventory Control System For Spare Parts at a Refinery: an
Empirical Comparison of Different Re-Order Point Methods, European Journal of
Operation Research, Vol.184, pp. 101-132.
Rahmat, Y.R., 2010, Tugas Akhir: Pengaruh Review Policy dan Ketidakpastian Waktu Tunggu
pada Safety Stock dan Reorder Point (Studi Kasus di PT GE Lighting Indonesia), Jurusan
Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Silver, E.A., Pyke, D.F., dan Peterson, R., 1998, Inventory Management and Production
Planning and Scheduling. John Willey & Sons, New York.