Anda di halaman 1dari 3

KONFLIK FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Kepemimpinan & Pengambilan Keputusan

(Konsentrasi SDM)

Yang di Bimbing Oleh :

RIO SUDIRMAN

Disusun Oleh :

ZENI NUR QOIDAH ( 31185790)

DEVITA AINUR ROCHMAH (31185872)

YENI LIA AGUSTIN (31185920)

SILFI CANDRA LESTARI ( 31185949)

SURIPNO HENDRAYANTO (31185938)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2021
KONFLIK FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL
A. Konflik Fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan
memperbaiki kinerja kelompok. Konflik Fungsional Merupakan kondisi yang diperlukan
untuk menumbuhkan daya kreatifitas. Sehingga walaupun terjadi konflik, tetap
berdampak positif, kreatifitas karyawan akan meningkat dan juga akan menjadi lebih
baik, karena sifat nya yang membangun, dampak yang diberikan pun juga akan
membangun suatu organisasi. Konflik dikatakan fungsional apabila dampaknya dapat
memberi manfaat atau keuntungan bagi organisasi, sebaliknya disebut infungsional
apabila dampaknya justru merugikan organisasi. Konflik dapat menjadi fungsional
apabila dikelola dan dikendalikan dengan baik.
B. Konflik Disfungsional merupakan konflik yang menghambat pencapaian tujuan
kelompok. Konflik disfungsional bersifat merusak dan dapat menurunkan kinerja
organisasi. Konflik disfungsional dapat berarti setiap interaksi antar kelompok yang
merusak organisasi atau menghambat pencapaian tujuan organisasi.
Cara Penanganan Konflik Disfungsional
Beberapa cara untuk menyelesaikan konflik disfungsional adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penyebab konflik. Hal pertama dan paling penting dilakukan dalam
penyelesaian konflik adalah memahami dengan jelas penyebab spesifik dari konflik.
Perlu diketahui bahwa penyebab terbesar untuk kegagalan penyelesaian konflik
adalah kegagalan untuk mengidentifikasi secara akurat penyebab sebenarnya dari
konflik.
2. Memahami intesitas konflik. Setelah kita mengetahui sebab utama konflik,
selanjutnya perlu memahami tingkat intensitas. Yang Pertama, bagaimana masing-
masing pihak yang berkepentingan mempunyai keinginan dalam menyelesaikan
konflik. Proses penyelesaian konflik hanya akan berjalan jika kedua peserta bersedia
untuk mengatasi konflik.
3. Memilih startegi untuk memecahkan konflik. Berdasarkan kreitner, Ada lima
strategi dasar dalam penyelesaian konflik, masing-masing mengarah ke hasil tertentu
yaitu :
➢ Integrating (Problem Solving) dirancang untuk membantu para pihak yang
berkonflik bekerja sama untuk menemukan solusi saling menguntungkan untuk
masalah sehingga setiap orang puas dengan hasilnya.
➢ Dominating merupakan strategi di mana salah satu pihak yang bertikai mencoba
untuk "memenangkan" konflik dengan memaksa solusi nya di sisi lain. Dalam
hal ini, salah satu pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan (dan menang)
sedangkan pihak lain tidak (dan kehilangan).
➢ Obliging (Smoothing) justru sebaliknya. Di sini, salah satu pihak yang
berkonflik bersedia mengorbankan hasil yang mereka inginkan dan menyerah
pada pihak yang bersengketa lain. Hal ini lebih penting bagi mereka untuk
menjaga keharmonisan dan menjaga hubungan utuh.
➢ Avoiding, strategi ini berfokus pada menghindari konflik sama sekali. Para
pihak tidak melakukan apa pun untuk menyelesaikan konflik dan karena itu
orang tidak mungkin untuk mendapatkan hasil yang mereka inginkan (sehingga
kedua kalah).
➢ Compromising, Strategi ini adalah setiap pihak saling memberi dan menerima
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sehingga tidak ada pihak yang merasa
kalah. Namun hasilnya tidak akan efektif kalau membawa ke sesuatu yang tidak
meyakinkan.

Contoh Konflik Fungsional


1. Konflik yang fungsional dengan kasus seorang manajer perusahaan yang menghadapi
masalah tentang bagaimana mengalokasikan dana untuk meningkatkan penjualan
masing-masing jenis produk. Pada saat itu setiap produk line berada pada suatu devisi.
Salah satu cara pengalokasian mungkin dengan memberikan dana tersebut kepada
devisi yang bisa mengelola dana dengan efektif dan efisien. Jadi devisi yang kurang
produktif tidak akan memperoleh dana tersebut. Tentu saja di sini timbul konflik
tentang pengalokasian dana. Meskipun dipandang dari fihak devisi yang menerima
alokasi dana yang kurang, konflik ini dipanang infungsional, tetapi dipandang dari
perusahaan secara keseluruhan konflik ini adalah fungsional, karena akan mendorong
setiap devisi untuk lebih produktif.
2. Konflik yang terjadi antara bagian staff akademik dengan bagian staff pengajar.
Konflik tersebut bisa terjadi karena perberdaan cara pandang para anggota bagian
tersebut. Staff akademik hanya mengatur penjadwalan pengajar sesuai dengan mata
kuliahnya. Tanpa menghiraukan berapa lama pengajar tersebut mengajar dalam satu
hari. Sedangkan staff pengajar hanya dapat menerima jadwal yang sudah dibuat oleh
staff akademik. Mungkin sebagian pengajar mengeluh karena begitu padatnya jadwal
yang telah dibuat. Maka staff pengajar melakukan komplen kepada staff akademik.
Hal ini menyebakan staff akademik harus bekerja dua kali untuk mengatur ulang
jadwal yang telah dibuat.

Contoh Disfungsional
1. Perbedaan pendapat yang mengedepankan kepentingan pribadi dalam kelompok
sehingga tidak ada penyelesaian yang baik karena masing-masing mau keinginannya
dilakukan.
2. Dua orang karyawan yang tidak bisa bekerja sama karena permusuhan pribadi,
anggota komite yang tidak dapat menyetujui tujuan yang ditetapkan organisasi. Batas
yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak
tegas(kabur).suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak
fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada
waktu tertentu,tetapi tidak fungsional diwaktu yang lain. Kriteria yang membedakan
apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut
terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok,walaupun kurang memuaskan bagi individu,
maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik
tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka
konflik tersebut disfungsional.

Anda mungkin juga menyukai