Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

2.1.1. Anatomi Mata


Mata merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Mata dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan. Lapisan terluar adalah kornea dan sklera yang masing-
masing mempunyai fungsi yang berbeda. Kornea berfungsi sebagai pelindung mata dari
infeksi dan kerusakan struktural serta membiaskan cahaya ke lensa dan retina. Sklera
merupakan mantel atau pelindung mata agar tetap mempertahankan bentuknya saat ada
tekanan dari internal maupun eksternal. Sklera tertutup oleh selaput transparan yang
disebut dengan konjungtiva. Kornea dan sklera dihubungkan oleh limbus. (Willoughby
CE, 2010).
Lapisan kedua terdiri dari iris, badan siliar dan koroid. Iris berfungsi dalam
pengaturan akomodasi pupil agar cahaya yang masuk dapat tersampaikan ke retina dengan
baik. Badan siliar berfungsi dalam memproduksi aqueous humor dan terletak antara iris
dan koroid (Borges, AS, 2013). Koroid berfungsi dalam memasok oksigen dan nutrisi ke
bagian luar dan dalam retina. Fungsi lain dari koroid adalah menyerap cahaya,
termoregulasi dengan menghilangkan panas dari mata, dan juga mengatur tekanan
intraokuler dengan mengontrol vasomotor aliran darah (Nickla, DL, 2010).
Lapisan terdalam dari mata adalah retina. Retina merupakan bagian mata yang peka
terhadap cahaya, mengandung sel-sel kerucut dan sel batang. Bila sel batang dan sel
kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui sel saraf pada retina itu sendiri, ke
serabut saraf optikus dan diinterpretasikan oleh korteks serebri (Guyton,2013).

Menurut ilmu anatomi mata manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu: bagian luar dan
bagian dalam.
1) Bagian Luar

Gambar.2.1 Bagian Luar Mata


a. Bulu Mata Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak
mata.7
b. Alis Mata (Supersilium) Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas
mata.
c. Kelopak Mata (Palpebra) Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan
bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli.
d. Kelenjar Air Mata
e. Kelenjar Meibom
2) Bagian Dalam

Gambar.2.2 Anatomi Bagian Dalam pada Mata

a. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam
kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera (bagian putih mata), kecuali
kornea.Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah
b. Sklera
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar
mata yang berwarna putih.
c. Kornea
Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat
membran pupil dan iris.
d. Koroid
Koroid adalah selaput tipis dan lembab merupakan bagian belakang tunika
vaskulosa ( lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan).
e. Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.
f. Pupil
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya
yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.
g. Lensa
Lensa adalah organ focus utama, yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang
terpantul dari benda-benda yang dilihat, menjadi bayangan yang jelas pada retina
Lensa berada dalam sebuah kapsul yang elastic yang dikaitkan pada korpus siliare
khoroid oleh ligamentum suspensorium.10
h. Retina
Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif
terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).
i. Aqueous humor
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama
dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas
dengan udara luar melalui kornea.
j. Vitreus humor (Badan Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti
jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata
membulat.
k. Bintik Kuning
Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya karena
merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk kerucut dan batang
l. Saraf Optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
m. Otot Mata
Otot-otot yang melekat pada mata :
a) Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak
mata
b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata
c) Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata), berfungsi menggerakkan
bola mata ke bawah dan ke dalam
d) Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) berfungsi untuk
menggerakkan mata dalam (bola mata)
e) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas, ke bawah
dan ke luar
2.1.2. Anatomi kulit
Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas ukurannya yaitu 15% dari berat
tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis,
dermis dan subkutan atau subkutis. Tikus putih (Rattus novergicus) memiliki struktur kulit dan
homeostatis yang serupa dengan manusia (Wibisono, 2008)
Gambar 2.3 Struktur kulit

a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis bertanduk,
mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada
berbagai tempat di tubuh, paling tebal terdapat pada telapak 6 tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) yaitu stratum korneum,
stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (stratum
Germinatum) (Perdanakusuma, 2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis terutama terdiri
dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen
akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan serabut elastin terus
meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan saling bersilang dalam jumlah yang
besar dan serabut elastin akan berkurang mengakibatkan kulit terjadi kehilangan
kelenturanannya dan tampak berkeriput (Perdanakusuma, 2007). Di dalam dermis
terdapat folikel rambut, papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar
sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf dan sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah,
2007).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda 7 menurut daerah tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi
(Perdanakusuma, 2007).
2.2 Cream
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ini ada yang bertipe air
dalam minyak (A/M) atau minyak dalam air (M/A) (Anonim, 1979).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau disperse mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan
untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Anonim, 1995). Kestabilan krim akan rusak bila
terganggu sistem pencampurannya terutama disebabkan karena perubahan suhu dan
perubahan komposisi, disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau
pencampuran dua tipe krim, jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain
(Anonim, 1979).
2.2.1 Karakteristik
Karakteristik dasar krim, yaitu:
a. Stabil, selama masih dipakai mengobati. Maka krim harus bebas dariinkopatibilitas,
stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada dalamkamar.
b. Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadilunak dan
homogen.
c. Mudah dipakai, umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudahdipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi merata, obat harus terdispersi merata melalui dasar krimpadat atau cair
pada penggunaan .
2.2.2 Tipe Cream
Komponen-komponen yang terdistribusi di dalam sebuah emulsi, dinyatakan
sebagai fase terdispersi atau fase dalam atau fase terbuka. Komponen-komponen yang
mengandung cairan terdispersi, dinyatakan sebagai bahan pendispersi atau fase luar atau
fase tertutup. 9
Tipe krim di bagi menjadi 2 bagian, yaitu:
a. Tipe minyak dalam air (M/A)
Tipe minyak dalam air terbentuk jika fase hidrofob (minyak) didispersikan kedalam fase
hidrofil (air) zat pengemulsi tipe ini termasuk zat sintetik yang aktif pada permukaan,
seperti surfaktan nonionik, akasia, tragakan, gelatin.
b. Tipe air dalam minyak (A/M)
Tipe air dalam minyak terbentuk jikafase hidrofil merupakan fase terdispersi atau fase
dalam. Biasanya mengandung satu atau beberapa pengemulsi, seperti sabun-sabun
polivalen, ester-ester sorbitan, kolesterol, lemak wool, contoh basis A/M: cold cream
dan emollient cream.
2.2.3 Kriteria sediaan krim yang baik
Krim yang baik, harus memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Minyak dioleskan merata pada kulit atau rambut
2. Mudah dicuci bersih daerah lekatan
3. Tidak berbau tengik
4. Bebas partikulat tajam dan keras
5. Tidak mengiritasi kulit
6. Dalam penyimpanan, harus memiliki sifat berikut;
a. Harus tetap homogen dan stabil
b. Tidak berbau tengik
c. Bebas partikulat keras dan tajam

2.2.4 Pembuatan krim


Pada umumnya krim dibuat dengan melelehkan bahan-bahan krim berupa lemak pada
suhu 70o C. Memanaskan bahan-bahan krim larut air pada suhu 70oC, kemudian perlahan-
lahan menuangkannya ke dalam lelehan lemak, diaduk homogen hingga dingin (Depkes
RI, 1985).
Pencampuran zat aktif sukar larut air ke dalam basis krim dilakukan dengan cara
menggerus zat aktif hingga menjadi halus kemudian dilakukan pengayakan dengan nomor
pengayak 100. Setelah itu mencampurkannya dengan basis krim yang telah jadi (Anief,
2010).
Apabila zat aktif berupa ekstrak kental maka digerus dahulu dengan sedikit air. Bila dalam
resep terdapat gliserin dapat juga digerus dengan nya. Air yang digunakan supaya
dikurangkan pada basis (Anief, 2010).

2.2.5 Evaluasi Mutu Krim


Sediaan topikal, mata dan yang berhubungan dengan hidung, dalam kategori ini adalah
salep, krim, lotion, pasta, gel, dan aerosol non-material untuk kulit. Preparasi topikal
harus dievaluasi untuk penampilan, kejelasan warna, homogenitas, bau, pH, kemampuan
pensuspensi (untuk lotion), konsistensi, viskositas, distribusi ukuran partikel (untuk
suspensi, jika memungkinkan), uji produk degradasi pengawet dan kandungan
antioksidan (jika ada), batas mikroba/sterilitas dan penurunan berat (jika perlu) (Asean
Guideline On Stability Study of Drug Product, 2005:5). Beberapa pengujian yang
dilakukan dalam proses evaluasi mutu krim, antara lain organoleptik, pH, daya sebar,
penentuan ukuran droplet, dan aseptabilitas sediaan (Widodo, 2013:173).
1) Organoleptik
Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat indera manusia
sebagai alat ukur terhadap penilaian suatu produk. Indera manusia adalah instrumen
yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari indra penglihatan, penciuman,
pencicipan, perabaan dan pendengaran. Proses pengindraan terdiri dari tiga tahap,
yaitu adanya rangsangan terhadap indra oleh suatu benda, akan diteruskan oleh sel-sel
saraf dan datanya diproses oleh otak sehingga kita memperoleh kesan tertentu
terhadap benda tersebut (Setyaningsih; dkk, 2010:7). Penilaian kualitas sensorik
produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran, kejernihan, kekeruhan, warna
dan sifat-sifat permukaan dengan indera penglihatan ( Setyaningsih; dkk, 2010:8). Bau
dan aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk diklasifikasikan dan
diperjelas karena ragamnya yang begitu besar. Penciuman dapat dilakukan terhadap
produk secara langsung (Setyaningsih; dkk, 2010:9). Indera peraba terdapat pada
hampir semua permukaan tubuh, beberapa bagian seperti rongga mulut, bibir, dan
tangan lebih peka terhadap sentuhan. Untuk menilai tekstur suatu produk dapat
dilakukan perabaan menggunakan ujung jari 10 tangan. Biasanya bahan yang akan
dinilai diletakkan antara permukaan ibu jari, telunjuk, atau jari tengah. Penilaian
dilakukan dengan menggosok-gosokkan jari tersebut ke bahan yang diuji diantara
kedua jari (Setyaningsih; dkk, 2010:11).
2) Uji pH
Semakin asam suatu bahan yang mengenai kulit dapat mengakibatkan kulit menjadi
kering, pecah-pecah, dan mudah terkena infeksi. Maka dari itu sebaiknya pH kosmetik
diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5.
Kosmetik demikian disebut kosmetik dengan “pH-balanced” (Tranggono dan Latifah,
2007:21). Evaluasi pH dilakukan dengan menggunakan alat bernama pH meter.
Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus
dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan air dicampur dengan
perbandingan 60g:200ml air, kemudian diaduk hingga homogen dan didiamkan agar
mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera
pada layar pH meter (Widodo, 2013:174).
3) Homogenitas
Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit krim diatas kaca
objek dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau ketidakhomogenan partikel
terdispersi dalam krim yang terlihat pada kaca objek (Depkes RI, 1979:33).
4) Daya sebar
Evaluasi ini dilakukan dengan cara sejumlah zat tertentu diletakkan di atas kaca yang
berskala. Kemudian, bagian atasnya diberi kaca yang sama dan ditingkatkan
bebannya, dengan diberi rentang waktu 1-2 menit. Selanjutnya, diameter penyebaran
diukur pada setiap penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan waktu
tertentu secara teratur) (Widodo, 2013:174).
5) Penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet suatu sediaan krim, digunakan alat biologi bernama
mikroskop. Caranya, sediaan diletakkan pada gelas objek, kemudian diperiksa adanya
tetesan-tetesan fase dalam ukuran dan penyebarannya (Widodo, 2013:174). 11
6) Aseptabilitas sediaan
Evaluasi ini dilakukan pada kulit beberapa orang, kemudian mereka diberi suatu
questioner tentang beberapa kriteria krim yang dicobakan pada kulit mereka, seperti
kemudahan dioleskan, kelembutan, sensasi yang ditimbulkan, dan kemudahan
pencucian. Selanjutnya dari data tersebut, dibuat scoring untuk masing-masing
kriteria. Misalnya untuk kriteria kelembutan, ada yang bernilai agak lembut, lembut,
dan sangat lembut (Widodo, 2013:175).
7) Viskositas
Kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk
mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan
datar lain dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi
dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Satuan dasar kekentalan yaitu
poise, namun oleh karena kekentalan yang diukur umumnya merupakan harga pecahan
poise, maka lebih mudah digunakan satuan dasar sentipoise , 1 poise = 100 sentipoise
(Depkes RI, 1995:1037). Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan
meliputi penetapan waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan
untuk mengalir melalui kapiler (Depkes RI, 1995: 1038). Metode pengukuran
vikositas dapat dilakukan dengan viskosimeter kapiler, viskosimeter bola jatuh dan
viskosimeter rotasi (Voigt, 1994: 90).
8) Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan hanya sebuah
cara untuk mengkarakteristikkan sifat berulang, seperti sifat lunak dari sediaan melalui
angka ukur.Alat yang digunakan untuk mengukurnya disebut penetrometer. (Voigt,
1994: 380).
9) Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya
tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping penulis mengemukakan
tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat
kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal
“suka” dapat mempunyai skala hedonik 12 seperti amat sangat suka, sangat suka,
suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak suka” dapat mempunyai skala
hedonik seperti suka dan agak suka, terdapat tanggapannya yang disebut sebagai
netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (neither like nor dislike)
(Setyaningsih; dkk, 2010:59).

Anda mungkin juga menyukai