Menurut bunyi Pasal 4 UU No. 30 Tahun 2000, pemilik rahasia dagang memiliki hak,
yaitu pemilik rahasia dagang dapat memberikan lisensi bagi pihak lain. Yang dimaksud
dengan lisensi adalah izin yang diberikan kepada pihak lain melalui suatu perjanjian
berdasarkan pada pemberian hak (bukan pengalihan hak) untuk menikmati manfaat
ekonomi dari suatu rahasia dagang yang diberikan perlindungan pada jangka waktu
tertentu dan syarat tertentu. Tidak dianggap sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila:
Apabila seseorang merasa pihak lain telah melanggar hak Rahasia Dagang yang
dimilikinya, maka ia sebagai pemegang hak Rahasia Dagang atau pihak lain sebagai
penerima lisensi dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak Rahasia
Dagang. Sebagai contoh, menurut pasal 4 UURD ”pemilik hak Rahasia Dagang
memiliki hak untuk menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya, memberikan
lisensi atau melarang pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau
mengungkapkan Rahasia Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang
bersifat komersial”. Terhadap pasal tersebut, gugatan yang kita ajukan dapat berupa
gugatan ganti rugi dan / atau penghentian semua perbuatan. Dan berbeda dengan gugatan
HAKI lainnya, gugatan mengenai perkara Rahasia Dagang diajukan ke Pengadilan
Negeri.
Berkaitan dengan hal di atas, harus ditentukan pula kapan sebenarnya suatu perbuatan
dikatakan telah melanggar Rahasia Dagang milik orang atau pihak lain. Seseorang
dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia memperoleh atau menguasai
Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Disamping itu juga ada perbuatan yang tidak dianggap pelanggaran Rahasia Dagang
yakni apabila :
a. Pewarisan
Dalam hukum waris berlaku suatu asas, bahwa hanyalah hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan.
Dengan kata lain hanyalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang.[27] Dengan kata lain karena suatu rahasia dagang menurut pasal 1 angka 1
merupakan informasi yang memiliki unsur nilai ekonomis dan sifatnya yang bisa
dipindahtangankan maka dengan demikian dapat diwariskan.
b. Hibah
Hibah adalah merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan
musababnya) tanpa ada kontra prestasi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu
dilangsungkan pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang membedakannya dengan
wasiat, yang mana wasiat diberikan setelah si pewasiat meninggal dunia).
c. Wasiat
Wasiat adalah pemilikan harta, baik berupa benda ataupun jasa yang pelaksanaannya
dikaitkan dengan waktu setelah wafatnya pewasiat tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Pengertian perjanjian dalam pasal 1313 KUH Perdata, hanya menyebutkan sebagai
suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang
atau lebih.[28]Ini berarti bahwa satu orang atau lebih tersebut dalam mengikatkan diri
harus tertulis dalam hal rahasia dagang.
Sedangkan yang dimaksud dengan “sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan
perundang-undangan” misalnya putusan pengadilan yang menyangkut kepailitan. Dengan
kata lain bahwa ketika ada proses kepailitan maka sesuai aturan yang berlaku maka
rahasia dagang menjadi salah satu aset yang tidak dikecualikan mengenai akibat hukum
dari kepailitan.
Pengalihan Rahasia dagang disertai dengan dokumen pengalihan hak dan wajib dicatat
pada Direktorat Jenderal dengan membayar biaya sebagaimana diatur dalam undang-
undang Rahasia Dagang. Pengalihan hak Rahasia Dagang yang tidak dicatatkan pada
Direktorat Jenderal tidak berakibat hukum pada pihak ketiga. Pengalihan Hak Rahasia
Dagang diumumkan dalam Berita Resmi Rahasia Dagang.