Nilai Dasar, Nilai I
nstrumental dan
Nilai Praksis
Dalam kaitannya
dengan derivasi a
tau penjabaranny
a maka nilai dapa
t dikelompokkan
menjadi tiga mac
am yaitu, nilai das
ar, nilai instrume
ntal dan nilai prak
sis.
a.
Nilai Dasar
Walaupun nilai m
emiliki sifat abstr
ak artinya tidak d
apat diamati mela
lui indra manusia,
namun dalam real
isasinya nilai berk
aitan dengan ting
kah laku atau seg
ala aspek kehidup
anmanusia yang b
ersifat nyata (pra
ksis). Namun dem
ikian setiap nilai
memiliki nilai das
ar (dalam bahasa
ilmiahnya disebut
dasar ontologis),
yaitu merupakan
hakikat, essensi, i
ntisari atau makn
ayang terdalam d
ari nilai-nilai terse
but. Nilai dasar ini
bersifat universal
karena menyangk
uthakikat kenyata
an objektif segala
sesuatu misalnya
hakikat Tuhan, m
anusia atau segal
a sesuatulainnya.
Jikalai nilai dasar i
tu berkaitan deng
an hakikat Tuhan
maka nilai-nilai te
rsebut bersifatmu
tlak karena hakika
t Tuhan adalah ka
usa prima (sebab
pertama), sehingg
a segala sesuatudi
ciptakan (berasal)
dari Tuhan. Demi
kian juga jikalau n
ilai dasar itu berk
aitan dengna haki
katmanusia maka
nilai-nilai tersebut
harus bersumber
kan pada hakikat
manusia, sehingg
a jikalaunilai-nilai
dasar kemanusiaa
n itu dijabarkan d
alam norma huku
m maka diistilahk
an sebagai hakdas
ar (hak asasi). De
mikian juga hakik
at nilai dasar itu d
apat juga berland
askan pada hakik
atsesuatu benda,
kuantitas, kualitas
, aksi, relasi, ruan
g maupun waktu.
Demikianlah sehi
ngga nilaidasar da
pat juga disebut s
ebagai sumber no
rma yang pada gil
irannya dijabarka
n dandirealisasika
n dalam suatu ke
hidupan yang ber
sifat praksis. Kons
ekunsinya walaup
un dalamaspek pr
aksis dapat berbe
da-beda namun s
ecara sistematis ti
dak dapat bertent
angan dengan nil
aidasar yang mer
upakan sumber p
enjabaran norma
serta realisasi pra
ksis tersebut.
b.
Nilai Instrumental
Untuk dapat direa
lisasikan dalam su
atu kehidupan pr
aksis maka nulai d
asar tersebut diat
asharus memiliki f
ormulasi serta par
ameter atau ukur
an yang jelas. Nila
i instrumental inil
ah yangmerupaka
n suatu pedoman
yang dapat diukur
dan dapat diarahk
an. Bilamana nilai
instrumentalterse
but berkaitan den
gan tingkah laku
manusia dalma ke
hidupan sehari-
hari maka hal itu
akanmerupakan s
uatu norma moral
, namun jikalau ni
lai instrumental it
u berkaitan denga
n suatuorganisasi
ataupun negara
maka nilai-nilai in
strumental itu me
rupakan suatu ara
han,kebijaksanaa
n atau strategi ya
ng bersumber pa
da nilai dasar. Seh
ingga dapat juga
dikatakan bahwa
nilai instrumental
itu merupakan su
atu eksplisitasi da
ri nilai dasar.
c.
Nilai Praksis
Nilai praksis pada
hakikatnya merup
akan penjabaran l
ebih lanjut dari nil
ai instrumentaldal
am suatu kehidup
an yang nyata. Se
hingga nilai praksi
s ini merupakan p
erwujudan dari ni
laidasar dan nilai i
nstrumental. Real
isasi praksis dari n
ilai dasar dan nilai
instrumental itu d
apat juga dimung
kinkan berbeda-
beda wujudnya, n
amun demikian ti
dak bisa menyimp
ang atau bahkan
tidak dapat berte
ntangan. Artinya
oleh karena nilai
dasar, nilai instru
mental dan nilai p
raksis itu merupa
kan suatu sistem
perwujudannya ti
dak boleh menyi
mpang dari siste
m tersebut.
d.
Hubungan Nilai, N
orma, dan Moral
Nilai berbeda de
ngan fakta di man
a fakta dapat diob
servasi melalui su
atu verfikasi empi
ris,sedangkan nila
i bersifat abstrak
yang hanya dapat
dipahami, dipikirk
an dimengerti da
n dihayatioleh ma
nusia. Nilai berkai
tan juga dengan h
arapan, cita-cita,
keinginan dan seg
ala sesuatu perti
mbangan internal
(batiniah) manusi
a. Nilai dengan de
mikian tidak bersi
fat kongkrit yaitu
tidak dapat ditang
kap dengn indra
manusia, dan nilai
dapat bersifat sub
jektif maupun obj
ektif.Bersifat subj
ektif manakala nil
ai tersebut diberi
kan oleh subjek (d
alam hal ini manu
sia sebagai pendu
kung pokok nilai)
dan bersifat objek
tif jikalau nilai ter
sebut telah melek
at pada sesuatute
rlepas dari penilai
an manusia.Agar
nilai tersebut me
njadi lebih bergun
a dalam menuntu
n sikap dan tingka
h laku manusia,m
aka perlu lebih di
kongkritkan lagi s
erta diformulasi
menjadi lebih obj
ektif sehinggame
mudahkan manus
ia untuk menjaba
rkannya dalam tin
gkah laku secara k
ongkrit. Maka wuj
udyang lebuih ko
ngkrit dari nilai te
rsebut adalah me
rupakan suatu no
rma. Terdapat ber
bagaimacam nor
ma, dan dari berb
agai macam norm
a tersebut norma
hukumlah yang p
aling kuat berlaku
annya, karena da
pat dipaksakan ol
eh suatu kekuasa
an eksternal misal
nya penguasa ata
u penegak hukum
.Selanjutnya nilai
dan norma senan
tiasa berkaitan de
ngan moral dan e
tika. Istilah moral
mengandung inte
gritas dan martab
at pribadi manusi
a. Derajad keprib
adingan seseoran
g amatditentukan
oleh moralitas ya
ng dimilikinya. M
akna moral yang t
erkandung dalam
kepribadianseseir
ang itu tercermin
dari sikap dan tin
gkah lakunya. Dal
am pengertian inil
ah maka kitamem
asuki wilayah nor
ma sebagai penu
ntun sikap dan tin
gkah laku manusi
a.Hubungan antar
a moral dan etika
memang sangat e
rat sekali dan kad
angkala kedua hal
tersebut disamak
an begitu saja. Na
mun sebenarnya
kedua hal tersebu
t memiliki perbed
aan.Moral yaitu
merupakan suatu
ajaran-ajaran ata
upun wejangan-
wejangan, patoka
n-
patokan,kumpula
n peraturan, baik
lisan maupun tert
ulis tentang bagai
mana manusia ha
rus hidup dan ber
tindak agar menja
di manusia yang b
aik. Adapun di pih
ak lain etika adala
h suatu cabangfils
afat yaitu suatu p
emikiran kritis da
n mendasar tenta
ng ajaran-ajaran d
an pandangan- pa
ndangan moral te
rsebut (Krammer,
1988 dalam Darm
odihardjo, 1996).
Atau juga sebagai
manadikemukaka
n oleh De Vos (19
87), bahwa etika
dpat diartikan seb
agai ilmu pengeta
huan tentangkesu
sulaan. Adapun y
ang dimaksud de
ngan kesusulaan
adalah identik de
ngan pengertian
moral,sehingga e
tika pada hakikat
nya adalah sebag
ai ilmu pengetahu
an yang membah
as tentang prinsip
-prinsip moralitas.
Etika tidak berwe
nag menentukan
apa yang boleh at
au tidak boleh dil
akukan oleh sese
orang.Wewenang
ini dipandang ber
ada di tangan pih
ak-pihak yang me
mberikan ajaran
moral. Halinilah y
ang menjadi keku
rangan dari etika j
ikalau dibandingk
an dengan ajaran
moral. Sekalipund
emikian, dalma e
tika seseorang da
pat mengerti men
gapa, dan atas da
sar apa manusia h
arushidup menur
ut norma-norma t
ertentu. Hal yang
berakhir inilah ya
ng merupakan kel
ebihan etika jikala
u dibandingkan d
engan moral.Hal i
ni dapat dianalogi
kan bahwa ajaran
moral sebagai bu
ku petunjuk tenta
ng bagaimana kit
amemperlakukan
sebuah mobil den
gan baik, sedanga
n etika memberik
an pengertian pa
da kitatentang str
uktur dan teknolo
gi mobil itu sendir
i. Demikianlah hu
bungan yang siste
matik antaranilai,
norma, dan moral
yang pada gilirian
nya ketiga aspek t
ersebut terwujud
dalam suatutingk
ah laku praksis da
lam kehidupan m
anusia.