Anda di halaman 1dari 12

Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291.

Halaman 43-54

Penerapan Teknologi Pen Culture Pada Budidaya Perikanan Perairan Dalam Dan
Dangkal Di Perairan Laut Kepulauan Natuna

Henky Irawan

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

INFO NASKAH ABSTRAK

Peraiaran kepulauan Natuna memiliki potensi lahan budidaya laut yang besar,
Kata Kunci: baik pada perairan dangkal di pesisir hingga perairan dalam. Pemanfaatan lahan
budiaya perikanan laut masih terbatas pada keramba, rakit dan long line dengan
Pen Culture, Perairan Dalam, biota ikan ekonomis tinggi dan rumput laut. Budidaya dengan teknologi pencultur
Perairan Dangkal dapat memanfaatkan lahan budidaya di perairan pesisir yang dangkal hingga ke
dalam perairan di perairan dalam dengan biota budidaya yang beragam selain ikan
juga bisa biota bethos bernilai ekonomis seperti teripang dan bulu babi. Penerapan
teknlogi dalam budiaya perikanan laut pen cultur dapat menjadi alternativ
pemberdayaan masyarakat di kepulauan Natuna.

Gedung FIKP Lt. II Jl. Politeknik Senggarang, 29115, Tanjungpinang, Telp :


(0771-8041766, Fax. 0771-7004642. Email: henkyirawan.umrah@gmail.com

PENDAHULUAN

Perairan kepulauan Natuna memiliki potensi perikanan budidaya yang sangat


besar tetapi baru sebagain kecil yang gunakan untuk aktifitas budidaya. Menurut
Pusat Data, Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2016,
luas potensial yang sesuai untuk pengembangan budidaya laut di Natuna
berdasarkan kriteria kesesuaian adalah sekitar 12.997 hektar yang meliputi
perairan pesisir pantai sampai kedalaman maksimal 20 m, dimana dari luasnya
lahan tersebut hanya sebagian kecil yaitu sekitar 268,25 hektar sehingga baru
sekitar 2,06% yang sudah dimanfaatkan untuk mengembangkan budidaya
perikanan.

Kegiatan budidaya perikanan di perairan kepulauan Natuna umumnya


menggunakan teknologi keramba jaring apung yang dilakukan pada perairan
dalam dan keramba jaring tancap untuk budidaya ikan-ikan nilai ekonomis tinggi
serta penggunaan rakit dan long line untuk budidaya rumput laut, Pemerintah
Daerah Kabupaten Natuna. 2015. Potensi budidaya perikanan di perairan

43
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
kepulauan Natuna masih besar jika di tinjau dari segi kawasan budidaya dan jenis
biota budidaya.

Sejauh ini perairan dalam kepulaun Natuna hanya digunakan pada bagian
permukannya saja, padahal bagian dalam perairan juga dapat digunakan sebagai
tempat budidaya perikanan dengan biota non ikan yang bernilai ekonomis tinggi
seperti teripang dan bulu babi. Perairan dangkal baru digunakan untuk kegiatan
budiaya rumput laut, padahal juga dapat digunakan sebagai tempat budidaya biota
ikan seperti jenis ikan kerapu dan biota non ikan seperti teripang dan bulu babi.

Pen culture adalah berupa bentuk kurungan yang bagian bawahnya merupakan
dasar perairan, Kutty dan Campbell. 1987. Penerapan teknologi pen cultute pada
perairan dalam dan dangkal akan menetukan biota budidaya yang dapat di
budidayakan. Pada perairan dalam, teknologi pen culture hanya sesuai untuk biota
yang hidupnya di dasar perairan seperti teripang dan bulu babi karena biota ini
tidak dapat bergerak kearah atas untuk keluar dari kurungan, biota jenis ikan
karena dapat berenang keatas untuk keluar dari kurungan.. Pada perairan dangkal
teknologi pen culture sesuai untuk biota ikan dan non ikan karena dengan
kurungan yang lebih tinggi dari permukaan air membuat biota tidak bisa keluar
dari kurungan.

Teknologi pen culture dapat di terapkan sebagai alternative pemberdayaan


masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil karena teknologi ini relativ sederhana,
bahkan tanpa perlu pemberian pakan jika lokasi sangat luas dengan padat tebar
yang rendah, Effendi. 2004.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakuakan dengan pemodelan dan simulasi dengan rancang bangun
virtual 3 dimensi menggunakan software google skechup 2016. Topografi salah
satu pulau di perairan Natuna yaitu pulau Senoa, yang perairannya dijadikan

44
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
model virtual dengan ukuran sebenarnya untuk pemodelan kondisi perairan dalam
dan perairan dangkal.

Pulau Senua dan perairannya dipilih sebagai model dalam pemodelan ini karena
1. Memiliki karakteristik morfologi pulau seperti kebanyakan pulau di
kepulauan Natuna yaitu memiliki dataran tinggi, garis pantai, area perairan
dangkal dan area perairan dalam.
2. Memiliki stratifikasi kedalam yang jelas berdasarkan citra Google Earth
3. Citra sudah sangat bagus dan terbaru yaitu hingga pada tahun 2015
4. Merupakan salah satu pula terluar di Provinsi Kepulauan Natuna yang
menjadi titik tarik batas wilayah Indonesia

Wadah budidaya berupa pen culture di rancang secara virtual dengan ukuran
sebenarnya untuk pemodelan letak pada periran dalam dan perairan dangkal.
Ukuran dimensi pen culture mengacu pada Effendi 2004, dimana tinggi pen
culture sekitar 2 meter hingga 4 meter dan luas pen culture antara 100 m2 hingga
lebih besar dari 50.000m2.

Penentuan pemilihan lokasi untuk pen culture yang di peruntukan untuk budidaya
ikan mengacu pada Effendi 2004, dimana pada lokasi dengan kedalaman 1 meter
hingga 3 meter saat pasang dan masih tergenang minimal 1 meter saat surut.
Pemilihan lokasi untuk budidaya biota benthos seperti teripang dan bulu babi
dilakukan hingga kedalaman 20 meter.

HASIL

Hasil pemodelan secara virtual didapat gambaran penerapan teknologi pen culture
pada perairan dangkal dan perairan dalam yang dapat di lihat pada gambar-
gambar berikut ini:

45
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54

46
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
Gamabar 1. Peta Kepualauan Natuna dan Peta Pulau Senua.

Gamabar 2. Tampilan 3 dimensi hasil toggle terrain dari geo-location Pulau


Senua.

Hasil perubahan tampilan geo-lacation menjadi kontur tiap 1 meter Pulau Senua
yang dapat dilihat pada gambar 3, menunjukan bahwa peraiaran pulau Senua
memiliki kedalaman lebih dari 20 meter. Panjang area datar tiap kedalam jika di
lihat tegak lurus dari pulau adalah berkisar 48,9 meter hingga 305,30 meter
sehingga pen kultur dapat dimaksimalkan melebar sejajar garis pantai yang dapat
diliha pada gambar 4.

47
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54

48
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
Gambar 3. Perubahan tampilan geo-lacation menjadi kontur tiap 1 meter Pulau
Senua.

Gambar 4. Area simulasi peletakan pen culture pada kedalaman 1 meter


hingga 23 meter.

49
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54

Gambar 5. Simulasi pen culture dan peletakannya pada area peraiaran dangkal

Pada area perairan dangkal jika akan digunakan untuk membudidayakan biota
ikan, maka perlu memperhatikan surut terrendah dan pasang tertinggi, dimana
sebainya surut terendah air masih tergenang 1 meter di dalam pen culture dan saat
pasang teringgi begian teratas kurungan masih lebih tinggi 1 meter dari
permukaan air agar ikan tidak lepas berenang keluar kurungan.

Pada budidaya biota benthos seperti teripang dan bulu babi maka tidak akan
menjadi masalah jika bagian teratas kurungan terrendam air karena biota benthos
tidak bisa berenag, biasanya ketinggian kurungan 2 meter sudah cukup.

50
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54

Gambar 6. Simulasi pen culture dan peletakannya pada area perairan dalam

Pada area perairan dalam tidak sesuai digunakan untuk membudidayakan biota
ikan, hanya sesuai untuk memudidayakan biota benthos seperti teripang dan bulu
babi, dimana tidak akan menjadi masalah jika bagian teratas kurungan terrendam
air karena biota benthos tidak bisa berenag biasanya ketinggian kurungan 2 meter
sudah cukup.

PEMBAHASAN

Penerapan teknologi pen culture memiliki keunggulan dan kekurangan dimana


menurut Kutty dan Campbell. 1987.

51
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
Keuggulan:
A. Penggunaan lahan yang intensif, dapat berkuran kecil beberapa meter atau
lebih besar dari 100 hektar.
B. Aman dari pemangsa karena pagar kurungan akan menghalangi pemangsa
untuk masuk.
C. Sesuai untuk digunakan dalam membudidayakan berbagai jenis biota.
D. Mudah dalam pemanenan.
E. Beragam ukuran dapat dibuat dengan beragam bahan sehingga dapat
disesuaikan dengan kemampuan biaya.
F. Membuat terjadinya pertukaran materi didasar perairan.

Kelemahan:
A. Membutuhkan oksigen dan pergantian air yang tinggi jika pada ikan di
pelihara terlalu padat.
B. Ketergantungan pada pakan buatan jika padat tebar tinggi sehingga pakan
alami tidak bisa mencukupi lagi.
C. Hilangnya pakan karena di bawa arus.
D. Menyebabkan polusi amoniak di perairan jika di pelihara terlalu padat
dengan kawasan yang luas.
E. Cepatnya penyebaran penyakit jika di pelihara terlalu padat.
F. Resiko pencurian.
G. Konflik kepentingan dalam pemanfaatan peraiaran seperti lalu lintas kapal.

Melihat dari kondisi perairan Kepulauan Natuna yang dipengaruhi oleh musim
angin dimana keceptan angin mempengaruhi tinggi gelombang maka dari data
kecepatan angina dari Windfinder. 2017, yang merupakan data statistik dari
Bandar Udara Ranai yang diukur sejak Oktober 2009 hingga Maret 2017, maka
kisaran tinggi gelombang sepanjang tahun berkisar antara 0.6 meter hingga 1
meter, data dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Rata-rata kecepatan angin dan konversi ke tinggi gelombang.

Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rata-rata 12 12 10 9 8 9 8 9 8 8 8 10
kecepatan angin
(kts)

52
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
Hasil konversi 1 1 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
ke tinggi
gelombang (m)

Struktur pen kulur akan lebih tahan dan stabil untuk di terapkan dibandingkan
dengan struktur yang terapung di permukaan air, karena terletak didalam air
dimana energi hantaman gelomabangnya lebih kecil dari pada di permukaan air.

Silmulasi yang dilakukan oleh Kraaiennest. 2008, menunjukkan pada perairan


dangkal dimana panjang gelombang lebih besar dari kedalaman air dengan
perbandingan 12:1 serta pada perairan dalam panjang gelombang dua kali dari
kedalaman air dengan perbandingan 2:1 terjadi penurunan energi gelombang pada
setiap kedalamannya.

KESIMPULAN

Teknologi pen culture dapat di terpakan di perairan laut kepulaun Natuna baik
pada perairan dalam maupun dangkal. Beragam ukuran dapat pen culure dapat
dibuat dengan beragam bahan sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan
biaya masyarakat. Pembuatan dan penerapan pen cultur dalam budidaya relativ
sederhana untuk dilakukan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kraaiennest. 2008. deep water wave.


https://en.wikipedia.org/wiki/File:Deep_water_wave.gif . [10 April 2017].

Kraaiennest. 2008. Shallow water wave.


https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Shallow_water_wave.gif . [10
April 2017].

53
Intek Akuakultur. Volume 1. Nomor 2. Tahun 2017. E-ISSN 2579-6291. Halaman 43-54
Kutty M N dan Campbell D. 1987. Pen Culture (Enclosure Culture) As An
Aquaculture System. UNITED Nations Development Programme Food
And Agriculture Organization Of The United Nations Nigerian Institute
For Oceanography And Marine Research Project RAF/82/009.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AC181E/AC181E00.htm. [10 April
2017].

Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna. 2015. Membangun Kelautan dan


Perikanan Natuna. http://www.natunakab.go.id/berita/374-membangun-
kelautan-dan-perikanan-natuna.html. [10 April 2017].

Pusat Data, Statistik Dan Informasi Kementerian Kelautan Dan Perikanan. 2016.
Kelautan Dan Perikanan Dalam Angka, Kabupaten Natuna.

Windfinder. 2017. Windstatistics ranai natuna airport .


https://www.windfinder.com/windstatistics/ranai_natuna_airport. [10 April
2017].

54

Anda mungkin juga menyukai