PRAKTIKUM KOMPUTER
PERPAJAKAN 1
PTA 2013/2014
Tim Pengembangan
Laboratorium
Akuntansi Lanjut B
(Perpajakan)
Universitas
Gunadarma
Universitas Gunadarma
Laboratorium Akuntansi Lanjut B (Perpajakan)
Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22
Oktober 2012 dan berlaku mulai tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Catatan :
Dalam hal karyawati kawin (bekerja pada satu pemberi kerja), PTKP yang
dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. (Asumsi Suami memiliki
penghasilan).
Dalam hal tidak kawin pengurang PTKP selain untuk dirinya ditambah dengan
PTKP yang menjadi tanggungan sepenuhnya yaitu untuk setiap anggota sedarah,
semenda dalam garis keturunan lurus (vertikal) serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (Tiga) orang yang masing-masing besarnya
Rp 2.025.000 Setahun atau Rp 168.750 Sebulan.
Bagi Karyawati Kawin yang menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat (serendah-rendahnya dari kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar Rp.2.025.000
setahun atau Rp.168.750 sebulan, dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi
tanggungannya, paling banyak 3 (Tiga) Orang, masing-masing Rp.2.025.000
setahun atau Rp.168.750 sebulan.
Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan wajib pajak pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
Contoh :
1. Wajib Pajak A (K/2), maka besarnya PTKP Setahun :
(K/2) Wajib Pajak A status kawin dengan tanggungan 2 orang
PTKP : Wajib Pajak sendiri Rp24.300.000
Status Kawin Rp 2.025.000
Tanggungan 2 orang Rp 4.050.000 +
Rp30.375.000
2. Pada tanggal 1 Januari 2013 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1
(satu) orang anak, apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari 2013, maka
besarnya PTKP yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2013 tetap
dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) orang anak.
Contoh :
Bapak Galang (K/2) adalah seorang pengusaha batik di Pekalongan. Diketahui data penjualan
batik untuk tahun 2013 menurut pembukuan yang dibuat adalah sebesar Rp800.000.000.
Harga Pokok Penjualan sebesar Rp200.000.000, biaya-biaya untuk memproduksi batik
Perhitungan pajak penghasilan yang terutang dengan cara biasa (cara pembukuan):
Peredaran Usaha Rp800.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp200.000.000 -
Penghasilan Bruto Rp600.000.000
Biaya yang diperkenankan
(biaya opersional dan biaya administrasi) Rp 62.500.000 -
Penghasilan Neto Usaha Rp537.500.000
Penghasilan Lain-lain Rp 30.000.000 +
Penghasilan Neto dalam Negeri Rp567.500.000
Penghasilan Neto Luar Negeri Rp 0+
Penghasilan Neto Rp567.500.000
Kompensasi Kerugian (Tahun 2009) Rp 50.000.000 -
Penghasilan Neto Setelah Kompensasi Rp517.500.000
PTKP (K/2) Rp 30.375.000 -
PKP Rp487.125.000
Pajak Penghasilan Terutang:
5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
25% x Rp 237.125.000 = Rp 59.281.250 +
Rp. 91.781.250
Contoh :
PT. BLINK adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan makanan
ternak. Berdasarkan pembukuan yang dibuat tahun 2013 diketahui data-data sbb:
Penerimaan bruto sebesar Rp55.500.000.000, persediaan per 1 Januari 2013 sebesar
Rp10.000.000.000, pembelian selama tahun 2013 Rp20.500.000.000, dan persediaan per 31
Perhitungan pajak penghasilan yang terutang dengan cara biasa (cara pembukuan) :
Peredaran Usaha Rp55.500.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp25.500.000.000 -
Penghasilan Bruto Rp30.000.000.000
Biaya yang diperkenankan Rp 950.000.000 -
Penghasilan neto usaha Rp29.050.000.000
Penghasilan Lain-lain 0+
Penghasilan Neto Dalam negeri Rp29.050.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri 0+
Penghasilan Neto Rp29.050.000.000
Kompensasi kerugian (tahun 2010) Rp 1.125.000.000 -
PKP Rp27.925.000.000
1. Bapak Galang (K/3) adalah seorang pedagang pakaian. Diketahui data penjualan pada
tahun 2013 menurut pembukuan yang dibuatnya adalah Rp750.000.000, sedangkan
persediaan barang dagangan pada awal tahun Rp70.000.000. Pembelian yang dilakukan
selama tahun 2013 Rp330.000.000, dan persediaan akhirnya sebesar Rp50.000.000.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional sebesar Rp35.000.000.
Berapakah besarnya pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima
Bapak Galang?
2. Seorang pengusaha barang elektronik mempunyai data – data atas usahanya sbb:
Peredaran usaha selama tahun 2013 Rp 250.000.000
Persediaan awal Rp 6.000.000
Pembelian Rp 34.000.000
Persediaan akhir Rp 20.000.000
Biaya operasional Rp 25.500.000
Biaya administrasi Rp 8.500.000
Status pengusaha tersebut adalah duda dengan 2 orang anak dan ayahnya yang juga
menjadi tanggungannya karena tidak berpenghasilan. Hitunglah besarnya pajak yang
terutang pada tahun 2013!
3. Ny. Ipeh (K/2) mempunyai usaha boutique di daerah Jakarta Selatan. Dari pembukuan
yang dibuatnya selama tahun 2013 diketahui data – data sbb :
Peredaran Usaha Rp 675.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 315.000.000
Biaya operasional Rp 37.250.000
Biaya administrasi Rp 4.500.000
Berapakah besarnya pajak yang terutang atas penghasilan Ny. Ipeh untuk tahun 2013 jika
suami Ny. Ipeh mempunyai penghasilan dari PT. Merlyn!
4. Bapak Khatil (K/1) mempunyai 2 jenis usaha, yaitu usaha bengkel di Jakarta dengan
peredaran bruto tahun 2013 Rp27.000.000 dan sebagai seorang notaris di Bandung
dengan penerimaan bruto Rp58.000.000. Bapak Khatil kurang mengerti pembukuan
sehingga ia memilih menggunakan norma perhitungan untuk menentukan besarnya
penghasilan neto. Diketahui prosentase norma untuk bengkel 20% dan sebagai notaris
55%. Hitunglah pajak penghasilan yang terutang untuk tahun 2013!
5. Nani status janda memiliki anak satu memiliki usaha salon di Jalan Wolter Monginsidi
Jakarta Selatan dengan peredaran usaha selama tahun 2013 sebesar Rp72.000.000. Di
samping itu ia juga membuka bisnis restoran di daerah Semanggi dengan penerimaan
bruto Rp185.000.000. Hitunglah besarnya pajak penghasilan yang terutang untuk tahun
2013 jika Nani memilih menggunakan norma perhitungan, dimana prosentase norma
untuk usaha salon 28% dan bisnis restoran 30%!
6. Dokter Ola (TK/0) bertempat tinggal di Jakarta. Selama tahun 2013 ia menerima
penghasilan bruto atas usaha klinik yang dimilikinya sebesar Rp80.000.000. Selain itu ia
juga mempunyai usaha tambak udang di Cirebon dengan peredaran usaha setahun sebesar
7. Bapak Sony (K/3) mempunyai usaha perkebunan kopi di Lampung dengan peredaran
usaha Rp120.000.000 setahun dengan prosentase norma 11%. Selain itu ia juga memiliki
usaha industri pengolahan pengawetan buah dan sayur di Lembang, Jawa Barat dengan
peredaran usaha Rp65.000.000 setahun dengan prosentase norma 14,5%. Disamping itu ia
juga memiliki usaha sebagai pedagang eceran di Jakarta dengan peredaran usaha
Rp90.000.000 dengan prosentase norma 25%. Hitunglah besarnya PPh terutang atas
penghasilan yang diterima Bapak Sony !
8. PT. EMAK KECE bergerak dalam industri barang – barang elektronik. Berdasarkan
pembukuan yang dibuatnya pada tahun 2013 diperoleh keterangan sebagai berikut :
Peredaran Usaha Rp56.000.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp33.500.000.000
Biaya operasional dan administrasi Rp 850.000.000
Penghasilan lain dari luar negeri Rp11.000.000.000
Berapa besarnya PPh terutang yang harus dibayar oleh PT. EMAK KECE pada tahun
2013?
9. PT. MAGER, sebuah perusahaan furniture selama tahun 2013 melakukan peredaran
usaha sebesar Rp69.000.000.000. Dibawah ini adalah data pembukuannya :
Persediaan per 1 Januari 2013 Rp 13.000.000.000
Pembelian Rp 11.500.000.000
Persediaan per 31 Desember 2013 Rp 12.500.000.000
Biaya operasional Rp 525.000.000
Biaya administrasi dan umum Rp 220.000.000
Biaya penyusutan Rp 115.000.000
Penghasilan dari luar usaha Rp 540.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 1.150.000.000
Sisa kerugian tahun 2009 Rp 31.000.000.000
Dari data diatas hitunglah pajak yang harus dilunasi oleh PT. MAGER atas penghasilan
yang diperoleh selama tahun 2013!
Catatan :
PPh Pasal 21 dipotong atas penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Negeri (WPDN) adalah WNI dan WNA yang tinggal di Indonesia > 183 hari.
Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri (WPLN) dipotong PPh Pasal
26.
Catatan :
Untuk menentukan besarnya penghasilan neto penerima pensiun, maka penghasilan
bruto berupa uang pensiun dikurangi biaya pensiun yang besarnya 5% dari
penghasilan bruto pensiun dengan jumlah maksimum Rp. 2.400.000 setahun atau Rp.
200.000 sebulan.
Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari seorang pegawai,
maka penghasilan netonya terlebih dahulu dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP)
Andri adalah pegawai pada PT. BUTTERFLY, menikah dan mempunyai 1 orang anak.
Setiap bulannya ia memperoleh gaji sebesar Rp2.500.000, tunjangan keluarga dan
tunjangan makan masing-masing Rp200.000 dan Rp150.000. PT. BUTTERFLY
mengikuti program Jamsostek , premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi
kematian yang dibayar oleh pemberi kerja sebesar Rp40.000 dan Rp50.000. PT.
BUTTERFLY menanggung iuran THT setiap bulan sebesar Rp15.000 sedangkan Andri
membayar Rp20.000 setiap bulannya. PT. BUTTERFLY membayar iuran pensiun untuk
Andri ke badan dana pensiun setiap bulannya Rp40.000 sedangkan Andri sendiri
membayar sebesar Rp25.000 yang dipotong dari penghasilannya. Berapakah besarnya
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Andri tiap bulannya?
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang memperoleh gaji bulanan :
Catatan:
- Untuk kasus seorang karyawan Indonesia yang memiliki kewajiban subjektifnya sejak
awal tahun, tetapi baru mulai atau berhenti bekerja pada pertengahan atau dalam tahun
berjalan maka perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilannya tidak perlu disetahunkan
tetapi hanya dikalikan dengan banyaknya bulan bekerja dari karyawan yang
bersangkutan.
- Sementara untuk karyawan asing yang kewajiban subjektifnya tidak dimulai sejak awal
tahun dan mulai atau berhenti bekerja di Indonesia pada pertengahan atau dalam tahun
berjalan maka atas penghasilannya tersebut harus disetahunkan terlebih dahulu. Untuk
lebih jelasnya lihat contoh berikut ini !
Contoh Kasus 2 :
Perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap yang mulai / berhenti bekerja pada
pertengahan tahun
Wayan bekerja pada PT. KUTA BEACH sebagai pegawai tetap sejak 1 Juli 2013.
Wayan sudah menikah tetapi belum mempunyai anak. Gaji sebulan yang ia peroleh
sebesar Rp5.000.000, tunjangan transport dan makan sebesar Rp800.000. Setiap bulan ia
harus membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000. Berapa PPh Pasal 21 yang harus
dibayar untuk tahun 2013?
Perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap yang mulai / berhenti bekerja pada
pertengahan tahun
Contoh Kasus 3:
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai yang menerima gaji bulanan bagi orang
asing yang menjadi WPDN yang mulai / berhenti bekerja pada pertengahan tahun
Mr. Del Piero (K/2) adalah warga negara Inggris mulai bekerja di PT. Juventus yang
berada di Indonesia tanggal 2 Mei 2013. Ia memperoleh gaji sebulan sebesar
Rp4.000.000, tunjangan jabatan Rp45.000 dan tunjangan keluarga Rp100.000.
Perusahaan menanggung premi asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian
masing-masing sebesar Rp24.000 dan Rp12.000. Sementara itu setiap bulan Mr. Del
Piero membayar iuran THT sebesar 1% dari gaji pokok dan iuran pensiun sebesar
Rp20.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Mr. Del Piero untuk
tahun 2013?
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai yang menerima gaji bulanan bagi orang asing
yang menjadi WPDN yang mulai / berhenti bekerja pada pertengahan tahun
PTKP (K/2)
• Wajib Pajak = Rp 24.300.000
• Status Kawin = Rp 2.025.000
• Tanggungan (2) = Rp 4.050.000 +
Jumlah PTKP Rp 30.375.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 16.568.400
Panduan Praktikum Komputer Perpajakan 1
PTA 2013/2014 Halaman 14
Universitas Gunadarma
Laboratorium Akuntansi Lanjut B (Perpajakan)
Catatan :
Ada beberapa perusahaan yang menanggung PPh Pasal 21 dari penghasilan karyawannya
dan ada pula yang memberikan tunjangan pajak.
- Bila perusahaan memberikan tunjangan pajak, maka tunjangan pajak tersebut
merupakan penghasilan karyawan yang bersangkutan dan harus ditambahkan
kedalam penghasilan brutonya sebelum dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 atas
penghasilan karyawan tersebut.
- Sedangkan jika perusahaan menanggung PPh 21 dari karyawannya, maka PPh 21
yang ditanggung oleh perusahaan tersebut bukan merupakan penghasilan dari
karyawan yang bersangkutan sehingga tidak ditambahkan kedalam penghasilan
bruto karyawan tersebut. Dengan syarat bahwa PPh Pasal 21 karyawan yang
ditanggung perusahaan itu juga tidak boleh dianggap sebagai biaya oleh perusahaan.
Contoh Kasus 4:
Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang memperoleh gaji bulanan dan
tunjangan pajak
Rommy bekerja pada suatu perusahaan setiap bulannya menerima penghasilan berupa
gaji sebesar Rp3.000.000, tunjangan keluarga bagi istri dan keempat anaknya sebesar
Rp350.000 serta tunjangan pajak sebesar Rp50.000. Setiap bulan ia harus membayar
iuran pensiun sebesar Rp12.000 dan iuran THT sebesar Rp10.000. Berapakah PPh Pasal
21 yang harus ditanggung oleh Rommy?
Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang memperoleh gaji bulanan dan tunjangan
pajak
Penghasilan gaji sebulan Rp 3.000.000
Tunjangan Keluarga Rp 350.000
Tunjangan lainnya (tunjangan pajak) Rp 50.000 +
Penghasilan Bruto Rp 3.400.000
Pengurang :
• Biaya jabatan
(5% x Rp3.400.000) = Rp 170.000
• Iuran pensiun = Rp 12.000
• Iuran THT = Rp 10.000 +
Jumlah pengurangan Rp 192.000 -
Penghasilan neto sebulan Rp 3.208.000
Penghasilan Neto setahun Rp38.496.000
PTKP (K/3)
• Wajib Pajak = Rp24.300.000
• Status Kawin = Rp 2.025.000
• Tanggungan (3) = Rp 6.075.000 +
Jumlah PTKP Rp 32.400.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 6.096.000
Panduan Praktikum Komputer Perpajakan 1
PTA 2013/2014 Halaman 15
Universitas Gunadarma
Laboratorium Akuntansi Lanjut B (Perpajakan)
Contoh Kasus 5 :
Pegawai / Karyawan yang Memperoleh Gaji / Upah Bulanan & Mendapat Bonus
Bapak Azzur (K/1) memperoleh gaji sebulan sebesar Rp2.500.000 dan mendapat
tunjangan jabatan serta tunjangan keluarga masing-masing Rp250.000 dan Rp150.000.
Premi asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian yang dibayarkan perusahaan
masing-masing sebesar Rp15.000 dan Rp20.000. Setiap bulan Bapak Azzur membayar
iuran pensiun Rp10.000 dan iuran THT Rp15.000. Pada bulan Juni ia mendapat bonus
sebesar Rp10.000.000. Berapa besarnya pajak yang terutang atas gaji dan bonus yang
diterima Bapak Azzur?
Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang memperoleh gaji bulanan dan bonus
Contoh Kasus 6 :
Pegawai / Karyawan yang Memperoleh Gaji / Upah Bulanan Tetap & Pensiun
Yudhie (K/2) bekerja pada salah satu perusahaan sepatu di Bandung dengan gaji sebulan
sebesar Rp4.500.000, tunjangan keluarga Rp50.000 dan tunjangan jabatan sebesar
Rp200.000. Perusahaan membayarkan premi asuransi kecelakaan dan kematian masing-
masing Rp40.000 dan Rp55.000. Yudhie sendiri setiap bulan membayar iuran pensiun
Rp30.000 dan iuran THT Rp20.000. Pada tanggal 1 September 2013 ia pensiun dan
menerima uang pensiun Rp3.000.000 setiap bulannya. Berdasarkan data tersebut
berapakah PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan pensiun yang diterima Yudhie?
Catatan:
Wajib pajak yang menerima penghasilan dari pensiun tetap dikenakan PPh atas uang
pensiun yang diterimanya. Untuk menentukan PKP maka penghasilan kotor hanya boleh
dikurangi dengan biaya untuk mendapat, menagih dan memelihara penghasilan (biaya
pensiun) sebesar 5% dari penghasilan setingi-tingginya Rp200.000 sebulan atau
Rp2.400.000 setahun serta dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Gaji dan Pensiun dari Badan Dana pensiun
Pengurang:
• Biaya jabatan
(5% x Rp4.845.000) = Rp 242.250
• Iuran pensiun = Rp 30.000
• Iuran THT = Rp 20.000 +
Jumlah potongan Rp 292.250 –
Penghasilan neto sebulan Rp 4.552.750
Penghasilan neto 8 bulan Rp 36.422.000
PTKP (K/2)
• Wajib Pajak = Rp 24.300.000
• Status Kawin = Rp 2.025.000
• Tanggungan (2) = Rp 4.050.000 +
Jumlah PTKP Rp 30.375.000 -
Penghasilan Kena pajak (PKP) Rp 6.047.000
Sebagai imbalan atas jasa yang dilakukan di Indonesia, diterapkan tarif Pasal 17 dari
perkiraan penghasilan neto dari masing-masing tenaga ahli dengan menggunakan norma
perhitungan sebesar 50% untuk semua jenis pekerjaan tenaga ahli (Tarif Pasal 17 x (50% x
Penghasilan Bruto).
Contoh kasus 7 :
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahli
Ir. Herman adalah seorang arsitek. Pada bulan Maret 2013 menerima fee Rp100.000.000 dari
PT. Sejahtera sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya. Pada bulan Juli 2013
menerima pelunasan fee sebesar Rp70.000.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahli
Contoh Kasus 8 :
dr. Junaidi merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit
Harapan Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh
pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai penghasilan rumah sakit dan
sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Junaidi pada setiap
akhir bulan. Dalam semester pertama tahun 2013, jasa dokter yang diterima oleh dr. Junaidi
adalah sebagai berikut:
Mei 30.000.000
Juni 25.000.000
Jumlah 180.000.000
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2013:
Dasar
Dasar
Penghasilan Pemotongan Tarif PPh Pasal 21
Pemotongan
Bulan Bruto PPh pasal 21 Pasal Terutang
PPh Pasal 21
(Rupiah) Kumulatif (Rupiah)
(Rupiah)
(Rupiah
(1) (2) (3) = (2) x 50% (4) (5) (6)=(3)x(5)
Januari 30.000.000 15.000.000 15.000.000 5% 750.000
Februari 30.000.000 15.000.000 30.000.000 5% 750.000
Maret 25.000.000 12.500.000 42.500.000 5% 625.000
April 15.000.000 7.500.000 50.000.000 5% 375.000
25.000.000 12.500.000 62.500.000 15% 1.875.000
Mei 30.000.000 15.000.000 77.500.000 15% 2.250.000
Juni 25.000.000 12.500.000 90.000.000 15% 1.875.000
Jumlah 180.000.000 90.000.000 8.500.000
Uang Pesangon
Penghasilan Bruto Tarif
Sampai dengan Rp50.000.000 0%
Di atas Rp50.000.000 s/d Rp100.000.000 5%
Di atas Rp100.000.000 s/d Rp 500.000.000 15%
Di atas Rp500.000.000 25%
Contoh Kasus 9 :
Joko bekerja pada PT. AXIO selama 15 tahun. Pada bulan Agustus ia berhenti bekerja dan
mendapat uang pesangon Rp120.000.000. Hitunglah berapa besarnya pajak yang dipotong
atas pesangon tersebut!
1. Bapak Fuad (K/1) bekerja pada sebuah BUMN dengan gaji Rp4.000.000 sebulan,
tunjangan makan dan tunjangan keluarga sebesar Rp250.000 dan Rp300.000. Premi
asuransi kematian yang ditanggung kantor sebesar Rp40.000 setiap bulan, sedangkan
Bapak Fuad membayar iuran pensiun dan iuran THT sebesar Rp45.000 dan Rp40.000.
Mulai 1 Agustus 2013 ia pensiun dan memperoleh uang pensiun Rp3.000.000 setiap
bulannya. Hitunglah :
a. PPh pasal 21 yang terutang atas gaji selama tahun 2013
b. PPh pasal 21 yang terutang atas gaji dan pensiun selama tahun 2013
c. PPh pasal 21 yang terutang atas pensiun selama tahun 2013
d. PPh pasal 21 yang terutang atas pensiun untuk tahun berikutnya (2014)
2. dr Sri bekerja pada rumah sakit Ibu dan Anak sebagai spesialis anak menerima
penghasilan dari prakteknya dengan perjanjian setiap jasanya dipotong 30% untuk pihak
rumah sakit dan sisanya 70% untuk jasa dokter yang akan dibayarkan kepada dr. Sri.
Dalam semester pertama jasa yang diterima oleh dr.Sri adalah sebagai berikut:
Jumlah Jasa Dokter yang diterima
Bulan
(Rupiah)
Januari 30.000.000
Februari 40.000.000
Maret 20.000.000
April 30.000.000
Mei 35.000.000
Juni 40.000.000
Jumlah 195.000.000
3. Devi adalah seorang konsultan pajak. Pada bulan September 2013 ia mendapat proyek
untuk mengaudit pajak pada PT. ADC dan mendapat fee sebesar Rp40.000.000 dan pada
bulan Desember Rp60.000.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT.
ADC atas fee yang dibayarkan tersebut?
4. Bapak Nazar pada bulan Agustus 2013 menerima uang tebusan pensiun dari Badan Dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan sebesar Rp150.000.000.
Berapa PPh Pasal 21 yang terutang atas uang tebusan pensiun tersebut?
5. Ibu Desy pada bulan Mei 2013 menerima uang pesangon yang dibayarkan sekaligus
karena diberhentikan dengan hormat oleh perusahaan. Uang pesangon yang diterimanya
sebesar Rp80.000.000. Berapa PPh Pasal 21 yang terutang atas pesangon yang
diterimanya?
Mekanisme Pemungutan:
• PPh Pasal 22 disetor oleh pemungut menggunakan SSP atas nama Wajib Pajak
yang dipungut (penjual).
• PPh Pasal 22 tersebut harus disetor oleh pemungut pada hari yang sama saat
pembayaran dengan menggunakan SSP atas nama Wajib Pajak yang dipungut
(penjual). Pemungut juga wajib melaporkan atas seluruh pemungutan yang
dilakukan paling lambat 14 hari sejak masa pajak berakhir.
2. Bank devisa dan Direktorat Jendral Bea dan Cukai atas barang impor
Subjek PPh Pasal 22 Impor :
Setiap Wajib Pajak yang melakukan impor, kecuali yang mendapat fasilitas
pembebasan (memperoleh surat keterangan bebas).
Nilai Impor:
Nilai yang berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk yaitu Cost,
Insurance and Freight (CIF) ditambahkan dengan Bea Masuk dan Pungutan Lainnya
yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang–undangan pabean bidang
Impor.
Contoh Perhitungan:
a. PPh Pasal 22 Bea Cukai
Seorang importir pada awal tahun 2010 memasukkan barang ke wilayah pabean
Indonesia dengan Cost sebesar US$ 80,000. Biaya angkut dari luar negeri ke
pelabuhan tujuan sebesar US$ 5,000 dan premi asuransi perjalanan yang dibayar dari
luar negeri ke pelabuhan tujuan sebesar US$ 1,000. Bea Masuk yang dibebankan
sebesar Rp34.200.000 dan pungutan pabean lain yang rsemi sebesar Rp16.000.000,
kurs yang berlaku saat terjadinya import adalah US$ 1.00 = Rp10.000. Hitunglah
Pajak penghasilan Pasal 22 Bea Cukai, dalam kondisi baik importir memiliki
API/APIS/APIT dan jika importir belum memiliki API/APIS/APIT ?
Contoh Kasus 2 :
Bapak Agung menerima pembayaran atas penjualan meja tulis seharga Rp750.000 ke
Pemda DKI. Berapakah PPh Pasal 22 yang dipotong atas penjualan tersebut?
Jawab :
Atas transaksi penerimaan pembayaran penjualan penjualan meja tulis sebesar
Rp750.000 ke pemda DKI tidak terutang PPh Pasal 22, disebabkan berdasarkan KMK
Nomor 254/KMK.03/2001 atas pembayaran dari penyerahan barang (bukan
merupakan jumlah yang dipecah-pecah) meliputi jumlah kurang dari Rp1.000.000
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22.
1. Importir NYM pada tahun 2011 melakukan impor barang dari Zimbabwe dengan nilai
impor sebesar US$ 50.000. Bea masuk ditetapkan sebesar 65%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan setiap triwulan untuk pelunasan Bea Masuk dan pajak penghasilan
adalah Rp10.000 / $. Hitunglah PPh pasal 22 impor apabila importir tersebut mempunyai
API?
2. PT. BLINK telah memiliki API, mengimpor barang ke Indonesia dengan cost barang
tersebut sebesar US$ 150.000 dengan biaya angkut US$ 2.000 dan premi asuransi yang
dibayar di luar negeri adalah US$ 10.000. Bea masuk dan pungutan pabean lainnya yang
dikenakan atas impor barang tersebut masing-masing adalah Rp10.000.000 dan Rp
1.500.000. Kurs yang berlaku saat itu US$ 1.00 = Rp 10.500. Hitunglah PPh Pasal 22 Bea
Cukai!
3. PT. CABULERS bergerak dalam bidang ekspor – impor dan pada tahun 2011 mengimpor
barang-barang tersebut untuk persediaan dengan nilai impor US$ 300.000. Asuransi yang
dibayar US$ 5.000. Untuk memasuki wilayah pabean Indonesia dikenakan bea masuk
sebesar Rp25.000.000. Berapakah PPh Pasal 22 Bea Cukai jika kurs yang digunakan
adalah Rp10.000 / $, baik perusahaan itu memiliki API maupun belum memiliki API?
4. Sebuah barang diserahkan oleh PT. JIJIERS kepada suatu instansi pemerintah dengan
harga barang Rp110.000.000. Harga barang tersebut sudah termasuk didalamnya PPN
sebesar 10% dan bukan termasuk barang mewah. Berapakah PPh pasal 22 yang dipungut
oleh bendaharawan?
5. PT. KOER bergerak dalam bidang kontraktor dan dalam tahun 2011 mengadakan kontrak
dengan suatu instansi pemerintah. Harga kontrak atas barang tersebut US$ 300.000
(sudah termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%). Kurs yang berlaku pada saat itu adalah
Rp6.500 / $. Berapakah PPh Pasal 22 Bendaharawan atas kontrak tersebut?
Catatan :
1. Jika Pajak Penghasilan Luar Negeri yang diminta untuk dikreditkan itu ternyata
dikembalikan, maka jumlah pajak yang terutang menurut Undang – Undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengembalian tersebut dilakukan.
2. Jika Penghasilan Luar Negeri berasal dari beberapa negara, maka jumlah maksimum
KPLN dihitung untuk masing – masing negara.
3. Untuk Kerugian yang diderita di Luar Negeri tidak diperhitungkan dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan dari Luar Negeri untuk tahun – tahun berikutnya
dapat dikompensasikan dengan kerugian tersebut.
4. Dalam hal pajak dibayarkan di Luar Negeri lebih besar dari Kredit Pajak yang
diperkenankan (PPh Pasal 24), maka kelebihan tersebut tidak dapat :
Diminta kembali (restitusi)
Dikompensasikan
Sebagai pengurang penghasilan
5. Bandingkan antara pajak yang telah dibayar di luar negeri (point 3) dengan KPLN
(point 4), lalu pilih yang terendah.
6. Jumlahkan point 5 untuk mencari besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan .
Contoh Kasus :
PT. BINTANG KECIL yang berlokasi di Jakarta, selama tahun 2010 memperoleh
penghasilan baik dari usahanya di dalam negeri maupun di beberapa cabangnya yang
berada di luar negeri. Atas penghasilan dari dalam negeri diperoleh penghasilan neto
sebesar Rp70.000.000.000. Sedangkan atas usahanya di luar negeri yaitu di Singapura
diperoleh penghasilan sebesar Rp60.000.000.000 dan di Hongkong penghasilannya
sebesar Rp80.000.000.000. Sementara itu atas usahanya di India menderita kerugian
sebesar Rp65.000.000.000. Pajak yang telah dibayar di luar negeri sebesar 25% untuk
penghasilan di Singapura, 30% untuk penghasilan di Hongkong dan 20% untuk
penghasilan di India. Berapakah PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan
dengan pajak penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri?
1. PT. OLA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri alat musik yang terletak
di Jogjakarta, Jawa Tengah. Karena usahanya terus berkembang maka PT. OLA
membuka beberapa cabangnya di luar negeri. Berikut ini adalah data-data hasil penjualan
untuk tahun 2013:
a. Di Indonesia memperoleh laba sebesar Rp500.000.000.000.
b. Di Jepang memperoleh laba sebesar Rp600.000.000.000 dengan tarif pajak 40%
c. Di Cina menderita kerugian sebesar Rp300.000.000.000 dengan tarif pajak 25%
d. Di Australia memperoleh laba sebesar Rp200.000.000.000 dengan tarif pajak 35%
Hitunglah berapa besarnya PPh terutang, batas maksimum KPLN dan PPh Pasal 24 yang
dapat dikreditkan di Indonesia!
2. PT. IPEH yang berlokasi di Ambon pada tahun 2011 memperoleh penghasilan sbb:
a. Di Jerman memperoleh laba sebesar Rp85.000.000.000 dengan tarif pajak 40%
b. Di Filipina menderita kerugian sebesar Rp65.000.000.000 dengan tarif pajak 35%
c. Di Malaysia memperoleh laba sebesar Rp75.000.000.000 dengan tarif pajak 45%
d. Penghasilan dari Dalam negeri diperoleh laba sebesar Rp80.000.000.000
Hitunglah berapa besarnya PPh terutang, batas maksimum KPLN dan PPh Pasal 24 yang
dapat dikreditkan di dalam negeri!
3. PT. OCTA adalah sebuah perusahaan jasa perjalanan wisata yang berlokasi di Jakarta dan
memiliki beberapa cabang di luar negeri antara lain:
a. Di Arab Saudi memperoleh laba sebesar Rp90.000.000.000 dengan tarif pajak 25%
b. Di Perancis memperoleh laba sebesar Rp85.000.000.000 dengan tarif pajak 40%
c. Di Yunani memperoleh laba sebesar Rp100.000.000.000 dengan tarif pajak 30%
Hitunglah berapa besarnya PPh terutang, batas maksimum KPLN dan PPh Pasal 24 yang
dapat dikreditkan jika di Indonesia sendiri menderita kerugian sebesar Rp70.000.000.000!
Kredit Pajak adalah suatu jumlah yang merupakan angsuran pajak, baik yang telah
dipungut / dipotong maupun dibayar pada tahun pajak yang bersangkutan yang meliputi
PPh Pasal 21, 22, 23, 24 yang telah dibayar dalam tahun pajak tersebut.
Angsuran PPh 25 untuk tahun ybs = Pajak yang masih harus dibayar sendiri / 12
Contoh Kasus :
Tn. Bogel (K/1) mempunyai data penjualan tahun 2013 dengan penghasilan neto sebesar
Rp95.000.000 sedangkan ditahun 2010 menderita kerugian Rp15.000.000. Pajak yang
telah dibayar antara lain PPh Pasal 21 Rp850.000, PPh Pasal 22 Rp107.500, PPh Pasal 23
Rp510.000 dan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan sebesar Rp400.000 serta angsuran
PPh Pasal 25 yang telah dibayar sebesar Rp7.500.000. Berapakah Angsuran PPh Pasal 25
tahun 2014 dan berapakah pajak lebih / kurang bayar di tahun 2013?
1. Bapak Karce (K/2) mempunyai penghasilan neto Rp500.000.000 selama tahun 2013.
Pajak yang telah dibayar: PPh pasal 21 Rp6.300.000, PPh pasal 22 Rp4.500.000, PPh
pasal 23 Rp5.500.000, dan PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp5.700.000. Berapa
angsuran PPh pasal 25 untuk tahun 2014?
2. Selama tahun 2013 PT. Todo Ceria memperoleh penghasilan neto Rp72.500.000.000.
Pajak yang telah dibayar: PPh pasal 22 Rp30.500.000, PPh pasal 23 Rp37.700.000, dan
PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan Rp14.000.000. Berapa angsuran PPh pasal 25 untuk
tahun 2014 jika PT. Todo Ceria memiliki kerugian sebesar Rp150.000.000 pada tahun
2011 untuk dikompensasikan?
3. Bapak Katili (K/3) mempunyai data penjualan untuk tahun 2013 dengan penghasilan neto
sebesar Rp317.000.000, sedangkan tahun 2009 menderita kerugian Rp32.000.000. Pajak
yang telah dibayar: PPh pasal 21 yang telah dipotong Rp850.000, PPh pasal 22
Rp2.350.000, PPh pasal 23 Rp1.200.000, dan PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan
Rp2.000.000. Berapa angsuran PPh pasal 25 untuk tahun 2014?
Tarif 2% atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultasi dan jasa lain
Catatan:
Pemotongan pajak penghasilan berdasarkan tarif baru sebesar 2 % ini dikenakan atas
jumlah bruto tidak termasuk PPN sedangkan dalam hal penerima imbalan tidak memiliki
NPWP besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) dari pada
tarif yang berlaku.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
B. Sifat
Menurut keputusan Direktorat Jendral Pajak pengenaan pajak penghasilan dalam
ketentuan ini dapat bersifat final
b) Pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi penjualan saham dibursa efek (final)
:
• Bukan saham pendiri = 0,6 % x jumlah bruto nilai transaksi penjualan
• Pemilik saham pendiri = 0,15% dari nilai saham perusahaan
c) Pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto obligasi yang dijual di
bursa efek :
Catatan:
• Untuk bunga/diskonto obligasi yang ditempatkan di dalam negeri sebesar 15%
(lima belas persen) dari jumlah bruto.
• Untuk bunga/diskonto obligasi yang ditempatkan di luar negeri sebesar 20 % (dua
puluh persen) dari jumlah bruto.
e) Pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari persewaan tanah dana dan atau
bangunan (final) :
• 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau
bangunan
Catatan :
o FINAL bagi usaha kecil berdasarkan sertifikasi lembaga yg berwenang serta
mempunyai nilai pengadaan sampai dengan Rp 1 Miliar.
o TIDAK FINAL bagi usaha besar .
g) Pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan :
sebesar 5 % (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan
Catatan :
• Wp pribadi, yayasan atau organisasi yg usaha pokoknya melakukan transaksi
pengalihan hak atas tanah dan.atau bangunan bersifat Final .
• WP pribadi yang penghasilannya melebihi PTKP, atas pengalihan yang nilainya
kurang dari Rp60.000.000 objek pajak penghasilan, final sebesar 5 %. Kecuali
pelepasan kepada pemerintah bagi kepentingan umum.
h) bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi (final):
sebesar 10 % dari jumlah yang dibayarkan kepada anggota koperasi.
• Untuk bunga simpanan anggota koperasi yang besarnya < Rp240.000 dikenakan
tarif 0%
• Untuk bunga simpanan anggota koperasi yang besarnya ≥ Rp240.000 dikenakan
tarif 10% dari jumlah yang dibayarkan kepada anggota koperasi.
c. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau perusahaan antara
conduit company atau spesial purpose pengalihan saham company yang didirikan
atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia
d. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di
Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia.
Catatan :
Dalam hal telah dilakukan perjanjian penghindaran pajak berganda antara pemerintah
RI dan negara lain (Treaty Partner), penghitungan besarnya PPh 26 didasarkan pada
tax treaty tersebut (dibebaskan dari pengenaan PPh Pasal 26 atau dikenakan PPh Pasal
26 dengan tarif yang lebih rendah).
PT. SAMUGARA membayar tagihan sewa bus (untuk jemputan karyawan) kepada PO.
Jarang Mogok sebesar Rp3.300.000 (termasuk PPN 10%). Hitung PPh Pasal 23 yang
harus dipotong oleh PT. SAMUGARA!
Pajak Penghasilan atas Sewa sebesar
15% x 10% x Penghasilan bruto (Tanpa PPN)
1,5% x (100/110 x Rp3.300.000) = Rp 45.000
Yang melakukan kewajiban pemotongan PPh Pasal 23 adalah PT. SAMUGARA
PT. Fast food Indonesia membayarkan Royalti kepada PT. Fast food yang ada di USA atas
licency yang diberikan sebesar Rp 2.000.000.000. Berapa PPh dipotong atas royalty
tersebut?
PPh Pasal 26 yang dipotong : 20% x 2.000.000.000= Rp 400.000.000
1. Sebuah badan dalam negeri membayar deviden kepada Tn. Takimura seorang WNA yang
berada di Indonesia selama 7 bulan sebesar Rp50.000.000. Atas pembayaran deviden
tersebut hitunglah pajak yang harus dibayar!
3. PT. Kembar Lima kekurangan tenaga kerja ahli dibidang konstruksi. Untuk itu PT.
Kembar Lima mengadakan perjanjian dengan PT. Ada Aja sebuah perusahaan pengadaan
tenaga kerja ahli. Tenaga ahli yang dibutuhkan sebanyak 5 orang. Atas pengadaan tenaga
kerja tersebut PT. Kembar Lima memberi imbalan Rp5.000.000 untuk setiap orang tenaga
ahli. Berapa PPh yang dikenakan atas penghasilan jasa pengadaan tenaga kerja tersebut?
4. Mr. Albert adalah karyawan asing yang bertempat tinggal di Indonesia selama 5 bulan
status kawin dengan 3 orang anak. Gaji yang diperolehnya per bulan sebesar US$ 5.000
dengan kurs yang berlaku 1$ = Rp11.450. Hitunglah pajak penghasilan yang harus
dibayar!
5. Tuan Yuddy sebagai direktur utama PT. AHM menyimpan uang di Bank Syariah
Mandiri dengan bagi hasil 16% per tahun sebesar Rp2.000.000.000 selama 6 bulan.
Berapa PPh terutangnya?
6. Nyonya Indah seorang notaris pada tanggal 1 Januari 2013 menyewa kantor dengan
kontrak sebesar Rp80.000.000 untuk jangka waktu 5 tahun dari PT. Kepo-Kepo. Berapa
pajak yang harus dibayar oleh PT. Kepo-Kepo?
7. Bapak Sakiat adalah seorang pedagang martabak. Pada tanggal 12 Maret 2013 Bapak
Sakiat menyewa sebuah kios untuk usaha martabaknya Rp45.000.000 untuk 2 tahun dari
Tuan Rendy yang merupakan juragan kontrakan yang kaya raya, berapakah pajak yg
harus dibayarkan Tuan Rendy?
8. Bapak Mamet adalah seorang anggota koperasi perajin tahu dan tempe. Pada akhir tahun
2012 ia mendapatkan bagian sisa hasil usaha dari koperasi tahu dan tempe sebesar
Rp30.000.000. berapakah pajak yang harus dibayar oleh Bapak Mamet?
PT. Suka dan Masih Galau adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri
meubel. Berikut ini adalah data karyawan yang diperlukan untuk pengisian SPT PPh Pasal 21
masa Desember pajak 2013:
I. Pegawai Tetap
1. Nama : Mohammad Faqih (06.435.620.8.123.456)
Alamat : Jl. Pondok Kopi No. 777 Jakarta
Jabatan : Direktur
Status : Kawin / 3 anak
Mulai bekerja : 1 Januari 2006
III.Penerima Honorarium
Nama : Diane Kathrine
NPWP : (67.987.321.5.638.908)
Alamat : Jl. Jalan No. 4 Jakarta
Status : Kawin / 3 anak
Honorarium yang dibayar atas Jasa Pelatihan Pegawai bulan Desember sebesar
Rp30.000.000
IV.Komisaris
Nama : Puji Rama
NPWP : 05.687.451.3.000.468
Alamat : Jl. Lima langkah No.03B Jakarta
Status : Kawin / 3 anak
Honorarium yang diterima sebesar Rp60.000.000
V. Tenaga Ahli
Nama : Irmawati Wijaya
NPWP : 07.475.682.4.331.261
Alamat : Jl. Cinta Kav. 32 Jakarta
Status : Kawin / 3 anak
Honorarium yang diterima selama tahun 2011 atas jasanya mengaudit laporan
keuangan sebesar Rp25.000.000.
JAWABAN
Penghasilan Normal
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah teratur sebulan
Jumlah teratur setahun
Bonus/ THR
Total
Pengurangan
1.Biaya jabatan
(Maksimal Rp 6.000.000/th)
2.Iuran terkait dengan gaji THT
Penghasilan Normal
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah teratur sebulan
Jumlah teratur setahun
Bonus/ THR
Total
Pengurangan
1.Biaya jabatan
(Maksimal Rp 6.000.000/th)
2.Iuran terkait dengan gaji THT
Penghasilan Normal
Gaji
Tunjangan
JKK
JPK
Jumlah teratur sebulan
Jumlah teratur setahun
Bonus/ THR
Total
Pengurangan
1.Biaya jabatan
(Maksimal Rp 6.000.000/th)
2.Iuran terkait dengan gaji THT
A. Pengertian SPT
Surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran
pajak yang terutang menurut ketentuaan peraturan perundang-undangan perpajakan.
B. Fungsi SPT :
Bagi Wajib Pajak Penghasilan
1. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
2. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
atau melalui pemotongan pajak atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak
atau bagian tahun pajak.
3. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Untuk melaporkan tentang pemenuhan penghasilan yang merupakan objekk pajak
dan atau bukan objek pajak.
5. Untuk melaporkan harta dan kewajiban.
G. Sanksi Perpajakan :
Dalam Undang-Undang Perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi
dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan ada yang
diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi pidana saja
dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan pidana. Perbedaan sanksi
Administrasi dan sanksi Pidana menurut Undang-Undang Perpajakan adalah :
1. Sanksi Administrasi
Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan
kenaikan. Menurut ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan ada 3 macam
sanksi administrati, yaitu : Denda, Bunga, Kenaikan.
2. Sanksi Pidana
Merupakan siksaan dan penderitaan, menurut Undang-Undang Perpajakan ada 3
macam sanksi pidana, yaitu : Denda Pidana, Kurungan, dan Penjara.
Denda Pidana
Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam /
dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan,
sanksi berupa denda pidana selain dikenakan kepada wajib pajak ada juga yang
diancam kepada pejabat pajak atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma.
Pidana Kurungan
Pidana kurungan hanya diancam kepada tindak pidana yang bersifat
pelanggaran. Dapat ditujukan kepada wajib pajak, pihak ketiga.
2. Sewa
a. Barang Tidak Bergerak (Tanah, Bangunan) baik pemiliknya WPOP/Badan 10%
Final
b. Barang Bergerak
- Khusus angkutan Darat 2 % Tidak Final
- Lainnya 4,5% Tidak Final
3. Pembagian Deviden
a. Penerima WPOP
- Berasal dari WPOP (Fa, Cv) BOP
- Berasal dari Badan (PT) 10% Tidak Final
b. Penerima Badan
- Pemilikan saham < 25% 15% Tidak Final
- Pemilikan saham > 25% BOP
4. Penjualan Saham
a. Melaui Bursa Efek Final tarif 0,15%
b. Tidak melaui bursa efek Tidak Final 15 %
5. Hadiah
a. Tidak Final
- Penghargaan atas prestasi tertentu tarif pasal 17
- Sehubungan dengan pemberian jasa dan kegiatan lain tarif pasal 17
b. Final : Hadiah Undian 25%
c. Bukan Objek Pajak Hadiah langsung karena membeli produk
KOREKSI FISKAL adalah koreksi yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya laba.
Isilah SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (Formulir 1770 S beserta Lampirannya).
Berikut ini adalah Data Wajib Pajak Orang Pribadi yang akan dimasukkan ke formulir 1770 S
Tahun Pajak 2013 :
3. PENGAHASILAN LAIN-LAIN
Keterangan
Telah Di Blm Di
No Deskripsi dari Penghasilan
Potong Potong
PPh PPh
Bunga deposito dari Bank Toyib
1. Rp 5.000.000 - Ya
Jakarta
Penghasilan sewa rumah kost dalam
2. Rp 12.000.000 - Ya
setahun
Hadiah undian “Granita Bagi Berkah” Rp 6.000.000
3. - Ya
berupa TV LCD touch screen
4. Warisan dari kakek Rp 100.000.000 - Ya
Hadiah langsung dari pembelian
5. apertemen bersubsidi berupa android Rp 3.000.000 - Ya
Mito
6. Penjualan tanah Rp 150.000.000 - Ya
7. Penghasilan sewa mobil Rp 15.000.000 - Ya
Penghasilan penjualan LJK ke Pemda
8. Rp 19.700.000 Ya -
Depok
Bunga tabungan dari Kuching Bank
9. Rp 2.925.000 Ya -
Malaysia (dikenakan tarif P3B 35%)
Tahun Harga
No. Jenis Harta Keterangan
Perolehan Perolehan
Jalan Kebenaran Raya No.
1. Rumah 2000 Rp 500.000.000
17 Jakarta(Luas 500m2)
2. Rumah 2005 Rp 280.000.000 Depok(Luas 200m2)
3. Mobil 2008 Rp 160.000.000 Toyota Avanza
4. Mobil 2010 Rp 210.000.000 Honda Oddysey
Tahun
No. Jenis Kewajiban Jumlah Keterangan
Pinjaman
1. Bank DKI Cabang Kelapa Dua 2010 Rp 150.000.000 Pinjaman
Keterangan:
SPT TAHUNAN
TAHUN PAJAK
FORMULIR
1770 S MEMPUNYAI PENGHASILAN :
PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 0
DEPARTEMEN KEUANGAN RI • DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DALAM NEGERI LAINNYA SPT PEMBETULAN KE - …
• YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PET UNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CET AK /DIKET IK DENGAN T INT A HIT AM
• BERI T ANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
NPWP :
PEKERJAAN : KLU :
*) Pengisian kolom-kolom y ang berisi nilai rupiah harus tanpa nilai desimal (contoh penulisan lihat buku petunjuk hal. 3) RUPIAH *)
1 PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN …….
……………………………………………..
1
[Diisi akumulasi jumlah penghasilan neto pada setiap Formulir 1721-A1 dan/atau 1721-A2 angka 14 yang dilampirkan atau Bukti Potong Lain]
A. PENGHASILAN NETO
12 PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN/DITANGGUNG PEMERINTAH DAN/ATAU KREDIT PAJAK LUAR 12
NEGERI DAN/ATAU TERUTANG DI LUAR NEGERI [Diisi dari Formulir 1770 S-I Jumlah Bagian C Kolom (7)]
TGL LUNAS
E. PPh KURANG/LEBIH
17 PERMOHONAN : PPh Lebih Bayar pada 16b mohon a. DIRESTITUSIKAN DIKEMBALIKAN DENGAN SKPPKP PASAL 17 C (WP PATUH)
DIHITUNG BERDASARKAN
a. 1/12 x JUMLAH PADA ANGKA 13
b. PENGHITUNGAN DALAM LAMPIRAN TERSENDIRI
Perhitungan PPh Terutang Bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta dan/atau
G. LAMPIRAN
a. Fotokopi Formulir 1721-A1 atau 1721-A2 atau Bukti Potong PPh Pasal 21 d. Mempunyai NPWP Sendiri
b. Surat Setoran Pajak Lembar Ke-3 PPh Pasal 29 e. …………………………………………………………..
PERNYATAAN
Dengan menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya termasuk sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan TANDA TANGAN
perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakan bahwa yang telah beritahukan diatas beserta lampiran-
lampirannya adalah benar, lengkap dan jelas.
NAMA LENGKAP :
NPW P :
F.1.1.32.18
LAMPIRAN - I
TAHUN PAJAK
1770 S - I
FORMULIR
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
• PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI LAINNYA
2 0
DEPARTEMEN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh
YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
NPWP :
JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
1. BUNGA
2. ROYALTI
3. SEWA
6. PENGHASILAN LAINNYA
JUMLAH PENGHASILAN
NO. JENIS PENGHASILAN
(Rupiah)
(1) (2) (3)
2. WARISAN
BAGIAN C : DAFTAR PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN DAN PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
NAMA PEMOTONG/ NPWP PEMOTONG/ BUKTI PEMOTONGAN/ JENIS PAJAK : JUMLAH PPh YANG
NO PEMUNGUTAN PPh PASAL 21/
PEMUNGUT PAJAK PEMUNGUT PAJAK DIPOTONG / DIPUNGUT
NOMOR TANGGAL 22/23/24/26/DTP*
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1.
2.
3.
4.
5.
dst
Catatan :
*) - DTP : Ditanggung Pemerintah Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir Induk
- Kolom (6) diisi dengan pilihan PPh Pasal 21/22/23/24/26/DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP) 1770 S Bagian D angka (12)
- Jika terdapat kredit pajak PPh Pasal 24, maka jumlah yang diisi adalah maksimum yang dapat dikreditkan sesuai lampiran tersendiri
(lihat buku petunjuk tentang Lampiran I Bagian C dan Induk SPT angka 3)
JIKA FORMULIR INI TIDAK MENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI
Panduan Praktikum Komputer Perpajakan 1 Halaman ke- dari halaman Lampiran-I
LAMPIRAN - II
1770 S - II
TAHUN PAJAK
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
FORMULIR DEPARTEMEN KEUANGAN RI • PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
2 0
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK • HARTA PADA AKHIR TAHUN
NPWP :
4 HADIAH UNDIAN
12 DIVIDEN
4
5
dst
5
dst
JIKA FORM ULIR INI TIDAK M ENCUKUPI, DAPAT DIBUAT SENDIRI SESUAI DENGAN BENTUK INI Halam an ke- dari halaman Lam piran-II