Anda di halaman 1dari 10

Nama : Muhammad Faqih

NPM : 1748201110048
Prodi : S1 Farmasi kelas B Semester VI
Mata Kuiah : Pemodelan Molekul Obat

RESUME IKATAN KIMIA


Ikatan Hidrogen
adalah gaya tarik antar-molekul yang terjadi antara atom hidrogen yang terikat dengan
atom sangat elektronegatif (N, O, atau F) dan pasangan elektron bebas dari atom sangat
elektronegatif lainnya. Ikatan ini muncul sebagaimana ikatan N—H, O—H, dan F—H
bersifat sangat polar, di mana muatan parsial positif pada H dan muatan parsial negatif pada
atom elektronegatif (N, O, atau F). Sebagai contoh, ikatan hidrogen terdapat pada antar
molekul H2O dan antar molekul NH3, seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut.

Ikatan hidrogen pada H2O dan NH3 (Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., &
Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Ikatan hidrogen sebenarnya merupakan gaya dipol-dipol yang terjadi antara molekul-
molekul polar. Namun, ikatan ini dibedakan secara khusus karena kekuatan gaya interaksinya
relatif lebih kuat dibanding gaya dipol-dipol umumnya. Hal ini dikarenakan atom hidrogen
tidak memiliki elektron inti yang dapat melindungi (shielding) inti atom dan ukurannya
cukup kecil sehingga dapat lebih didekati oleh molekul-molekul lain dan jarak antara
hidrogen dan muatan parsial negatif pasangan elektron bebas menjadi sangat dekat.
Akibatnya, energi interaksi dipol-dipol antara hidrogen dan pasangan elektron bebas pada
atom elektronegatif menjadi lebih besar dari energi interaksi dipol-dipol lainnya.
Secara umum, ikatan hidrogen digambarkan sebagai X—H···Y—, di mana X dan Y
melambangkan atom sangat elektronegatif (N, O, atau F) dan tiga titik (···) melambangkan
ikatan hidrogen. Fragmen X—H biasanya dikenal sebagai donor ikatan hidrogen
sebagaimana fragmen X—H memiliki hidrogen yang menjadi bagian dari ikatan hidrogen.
Sedangkan, fragmen Y— dikenal sebagai akseptor sebagaimana Y adalah atom elektronegatif
dengan pasangan elektron bebas penerima hidrogen yang menjadi bagian dari ikatan
hidrogen.
Ikatan Hidrogen dan Sifat Fisis
Sifat fisis seperti titik lebur dan titik didih sangat dipengaruhi oleh gaya interaksi
antar-molekul. Adanya ikatan hidrogen sebagai gaya interaksi antar-molekul yang paling kuat
memberikan pengaruh yang signifikan pada titik didih beberapa senyawa hidrida biner dari
unsur-unsur golongan IVA hingga VIIA. Berikut grafik yang menunjukkan titik didih dari
senyawa-senyawa biner hidrogen dan unsur golongan IVA hingga VIIA.

Grafik titik didih sebagai fungsi massa molekul senyawa hidrida golongan IVA–VIIA
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition).
New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Titik didih dari senyawa hidrida unsur golongan IVA (CH4, SiH4, GeH4, dan SnH4,
seluruhnya nonpolar) meningkat dari atas ke bawah golongan (dari C ke Sn). Hal ini dapat
dimengerti sebagai akibat dari adanya polarisabilitas dan gaya dispersi London secara umum
meningkat seiring dengan bertambahnya massa molekul. Senyawa-senyawa hidrida dari
golongan VA, VIA, dan VIIA secara umum juga mengikuti pola kenaikan titik didih yang
sama, namun khusus untuk senyawa NH3, H2O, dan HF titik didihnya jauh lebih tinggi dari
yang diperkirakan.
Faktanya, ketiga senyawa ini juga memiliki sifat-sifat yang membedakannya dari
senyawa-senyawa lain dengan massa molekul dan polaritas yang bermiripan. Sebagai contoh,
air (H2O) memiliki titik leleh yang tinggi, kalor jenis yang tinggi, dan kalor penguapan yang
tinggi. Sifat-sifat ini menunjukkan bahwa adanya gaya antar-molekul tak lazim yang kuat
pada molekul-molekul ketiga senyawa tersebut, yakni ikatan hidrogen.
Ikatan Hidrogen pada Air
Pada air, satu molekul air dapat berikatan hidrogen dengan empat molekul air lain di
sekitarnya dalam susunan tetrahedral seperti terlihat dalam gambar (a) di bawah. Pada es,
molekul-molekul air berikatan hidrogen dalam struktur susunan yang kaku namun lebih
terbuka. Struktur yang lebih terbuka (berongga) pada es seperti terlihat pada gambar (b)
mengakibatkan es memiliki densitas (massa jenis) yang lebih kecil. Ketika es melebur,
sebagian ikatan hidrogen putus. Hal ini menyebabkan molekul-molekul air dapat tersusun
lebih rapat sehingga densitasnya meningkat seperti terlihat pada gambar (c). Dengan kata
lain, jumlah molekul H2O per satuan volum dalam wujud cair lebih banyak dibanding dalam
wujud padat.

Ikatan hidrogen pada air


(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2017. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (11th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
Seiring air es dipanaskan di atas titik lebur, pemutusan ikatan hidrogen terus berlanjut
sehingga molekul-molekul air menjadi semakin tersusun rapat dan densitas air semakin
meningkat. Air dalam wujud cair akan mencapai densitas maksimum pada suhu 3,98°C. Di
atas suhu tersebut, air berperilaku “normal” seperti zat-zat lain pada umumnya sebagaimana
densitas menurun seiring dengan kenaikan suhu. Sifat anomali air ini berperan dalam
beberapa fenomena-fenomena yang terjadi di bumi, seperti misalnya gunung es yang
mengapung di atas perairan dan meledaknya pipa air pada musim salju. Ledakan pipa air
dapat terjadi jika pendinginan terjadi secara mendadak sebagaimana air yang membeku
menjadi es mengalami pemuaian. Dalam peristiwa es yang mengapung pada perairan yang
membeku di musim salju, mengapungnya bongkahan es akan menghambat terjadinya
pembekuan air lebih lanjut sehingga makhluk hidup yang berada di dalam perairan dapat
bertahan hidup. Tanpa adanya sifat anomali air oleh karena keberadaan ikatan hidrogen ini,
perairan akan membeku dari dasar hingga ke permukaan. Hal ini tentunya akan
mengakibatkan makhluk hidup di perairan tersebut terancam tidak dapat bertahan hidup
selama musim salju.
Ikatan Hidrogen pada Makhluk Hidup
Reaksi-reaksi kimia pada tubuh makhluk hidup melibatkan senyawa-senyawa dengan
struktur kompleks, seperti protein dan DNA, di mana dalam reaksi-reaksi tersebut ikatan-
ikatan tertentu harus dapat dengan mudah diputuskan dan dibentuk kembali. Ikatan hidrogen
merupakan ikatan yang energinya pas dalam memungkinkan hal tersebut. Energi ikatan
hidrogen paling besar di antara gaya-gaya interaksi antar-molekul lainnya, dan energinya
relatif jauh lebih kecil dibanding ikatan kimia intramolekul seperti ikatan kovalen dan ikatan
ionik. Bentuk dari suatu molekul protein sangat dipengaruhi oleh ikatan hidrogen; jika ada
ikatan-ikatan yang putus, molekul protein dapat kehilangan fungsinya. Ikatan ini juga
berperan penting dalam mengikatkan kedua untai molekul DNA membentuk heliks ganda.
Ikatan hidrogen yang tidak terlalu kuat ini dapat mempertahankan struktur rantai ganda DNA
namun juga dapat dengan mudah diputuskan pada proses replikasi DNA dalam pembelahan
sel.

Ikatan Ionik (Ikatan Elektrovalen)


Atom logam (energi ionisasi rendah) cenderung melepaskan elektronnya, lalu
diterima oleh atom nonlogam (afinitas elektron besar). Dari proses transfer elektron dari atom
logam ke atom nonlogam ini akan terbentuk ion positif dan ion negatif dengan konfigurasi
elektron gas mulia yang saling tarik menarik dengan gaya elektrostatis yang disebut ikatan
ionik. Sebagai contoh, dalam pembentukan senyawa ionik NaCl terjadi transfer elektron dari
atom Na ke atom Cl.

Ikatan Kovalen: “Sharing Elektron”


Atom-atom nonlogam cenderung tidak ingin melepaskan elektronnya (energi ionisasi
tinggi) dan ingin menarik elektron-elektron dari atom lainnya (afinitas elektron besar)
sehingga terdapat satu atau lebih pasangan elektron yang dipakai untuk berbagi bersama.
Ikatan kimia yang terbentuk dari sharing elektron terlokalisasi antara atom ini disebut ikatan
kovalen. Sebagai contoh, 2 atom H berikatan kovalen membentuk molekul H2 dan 2 atom Cl
berikatan kovalen membentuk molekul Cl2.
Struktur Lewis untuk senyawa kovalen dapat digambarkan dengan setiap pasangan elektron
ikatan (PEI) digambarkan sebagai satu garis dan pasangan elektron bebas (PEB) digambarkan
sebagai titik-titik. Berikut struktur Lewis untuk beberapa senyawa kovalen.

Ikatan kovalen dengan berbagi satu pasangan elektron disebut sebagai ikatan kovalen tunggal
(ikatan tunggal). Ikatan kovalen dengan berbagi dua pasangan elektron disebut ikatan
rangkap dua, contohnya CO2. Ikatan kovalen dengan berbagi tiga pasangan elektron disebut
ikatan rangkap tiga, contohnya N2.

Ikatan kimia di mana elektron-elektron digunakan bersama secara setara dan merata,
seperti pada Cl2 dan N2, disebut sebagai ikatan kovalen nonpolar. Ikatan di mana salah satu
atom memiliki daya tarik elektron (elektronegativitas) yang lebih tinggi terhadap elektron-
elektron ikatan dibanding atom lainnya, sehingga terjadi pembentukan dipol (pemisahan
muatan negatif dan muatan positif), seperti pada HF, disebut sebagai ikatan kovalen polar.
Ukuran kepolaran dinyatakan dengan besaran yang disebut momen dipol (μ). Semakin besar
momen dipol, semakin besar kepolarannya. Satuan momen dipol adalah debye (D), di mana 1
D = 3,34×10−30 Cm. Jika dua muatan berlawanan dengan besar muatan sama Q+ dan Q−
terpisah dengan jarak r, maka momen dipolnya adalah hasil kali Q dan r:
μ = Qr
Contoh soal Ikatan Kimia
Panjang ikatan dalam molekul HCl adalah 1,27 Å. Hitunglah momen dipol (dalam
debye) bila muatan pada atom H dan Cl masing-masing adalah +1 dan −1.
Jawab:
Muatan pada atom H dan Cl adalah sebesar muatan e−.
r = 1,27 Å =

Pengecualian Aturan Oktet

Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi (ikatan dativ) adalah ikatan kovalen di mana salah satu
atomnya mendonasikan pasangan elektron yang dimilikinya. Pada ikatan kovalen koordinasi,
pasangan elektron ikatannya hanya berasal dari satu atom, bukan dari kontribusi bersama
kedua atom yang berikatan. Contoh:

Ikatan logam: “lautan elektron”


Atom-atom logam cenderung mudah melepaskan elektronnya (energi ionisasi rendah) dan
susah menangkap elektron (afinitas elektron kecil) sehingga elektron-elektron valensi
terdelokalisasi dan tersebar merata menjadi lautan elektron di antara kation-kation logam.
Elektron-elektron “mengalir” di antara dan sekeliling kation logam dan mengikatkan kation-
kation logam tersebut.
Gaya Dipol-Dipol
Gaya dipol-dipol (dipole-dipole forces) merupakan gaya yang bekerja antara molekul-
molekul polar, yaitu antara molekul-molekul yang memiliki momen dipol. Asal gaya ini
adalah gaya elektrostatik. Makin besar momen dipolnya, makin kuat gayanya. Gambar 11.1
menunjukkan orientasi molekul polar dalam suatu padatan. Dalam cairan, molekul-molekul
tidak terikat sekaku seperti pada padatan, tetapi molekul-molekul cenderung tersusun
sedemikian rupa sehingga, secara rata-rata, interaksi tarik-menarik pada keadaan maksimum.

Gaya Ion-Dipol
Interaksi elektrostatik juga menjelaskan gaya ion-dipol (ion-dipole forces)
yang terjadi antara suatu ion (bisa kation atau anion) dengan suatu molekul polar (Gambar
11.2). Kekuatan interaksi ini bergantung pada muatan dan ukuran ion dan pada besarnya
momen dipol dan ukuran molekul. Muatan kation umumnya lebih terpusat, karena kation
biasanya lebih kecil daripada anion. Jadi, untuk muatan yang sama, kation berinteraksi lebih
kuat daripada anion.
Hidrasi adalah salah satu contoh interaksi ion-dipol. Dalam larutan NaCl dalam air,
ion-ion Na+ dan Cl- dikelilingi oleh molekul air, yang memiliki momen dipol yang besar
(1,87 D). Bila senyawa ionik seperti NaCl dilarutkan molekul-molekul air bertindak sebagai
isolator listrik yang mempertahankan ion-ion saling berjauhan. Di sisi lain, karbon
tetraklorida (CCl4) adalah molekul nonpolar, dan karena itu tidak memiliki kemampuan
untuk terlibat dalam interaksi ion-dipol. Yang kita temukan dalam prakteknya adalah bahwa
karbon tetraklorida merupakan pelarut yang buruk untuk senyawa ionik, seperti kebanyakan
cairan nonpolar lainnya.

Demonstrasi tarik-menarik ion-dipol yang meyakinkan. Air dalam buret dialirkan ke


dalam gelas kimia. Jika batang yang bermuatan negatif (misalnya, batang ebonit yang
digosokkan ke rambut) didekatkan pada aliran air, air akan dibelokkan menuju batang
tersebut. Bila batang ebonit diganti oleh batang yang bermuatan positif (misalnya, batang
gelas yang digosok dengan sutra), air juga tertarik ke batang. Dengan batang ebonit, molekul-
molekul air mengorientasikan dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga ujung positif dipol
mengarah ke batang dan tertarik ke muatan batang dan tertarik ke muatan negatif batang. Bila
batang ebonit digantikan dengan batang kaca, ujung negatif dipol akan terorientasi menuju
batang. Penyimpangan yang serupa teramati untuk cairan polar yang lain. Bila cairan
nonpolar seperti heksana (C6H14) digunakan untuk menggantikan air maka tidak terjadi
pembelokan.
Ikatan Van Der Waals
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada salah satu jenis gaya
antara molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan
hingga saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum
merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas
(gaya Debye) serta pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Nama gaya ini diambil dari nama kimiawan Belanda Johannes van der Waals, yang
pertama kali mencatat jenis gaya ini. Potensial Lennard-Jones sering digunakan sebagai
model hampiran untuk gaya van der Waals sebagai fungsi dari waktu.
Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia, yang amat stabil dan cenderung tak
berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya gas mulia untuk mengembun. Tetapi, makin besar
ukuran atom gas mulia (makin banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut berubah
menjadi cairan. Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk pada jenis tertentu gaya
antar molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada semua jenis gaya antar molekul, dan
hingga saat ini masih kadang digunakan dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum
merujuk pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Hal ini mencakup gaya yang timbul dari dipol tetap (gaya Keesom), dipol rotasi atau bebas
(gaya Debye) serta pergeseran distribusi awan elektron (gaya London).
Gaya van der waals : gaya tarik di antara atom atau molekul, gaya ini jauh lebih
lemah dibandingkan gaya yang timbul karena ikatan valensi dan besarnya ialah 10-7 kali
jarak antara atom-atom atau molekul-molekul. Gaya ini menyebabkan sifat tak ideal pada gas
dan menimbulkan energi kisi pada kristal molekular. Ada tiga hal yang menyebabkan gaya
ini :
Interaksi dwikutub-dwikutub, yaitu tarikan elektrostatistik di antara dua molekul dengan
moment dwikutub permanen. Interaksi dwikutub imbasan, artinya dwikutub timbul karena
adanya polarisasi oleh molekul tetangga. Gaya dispersi yang timbul karena dwikutub kecil
dan bersifat sekejap dalam atom.
Gaya van der Waals: interaksi dipol-dipol
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain lebih dari yang meraka bisa
lakukan jika hanya menyandarkan pada gaya dispersi saja. Hal ini sangat penting untuk
merealisasikan bahwa semua molekul mengalami gaya dispersi. Interaksi dipol-dipol bukan
suatu alternatif gaya dispersi – penjumlahannya. Molekul yang memiliki dipol permanen
akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan molekul yang hanya
memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara. Agak mengherankan dayatarik dipol-
dipol agak sedikit dibandingkan dengan gaya dispersi, dan pengaruhnya hanya dapat dilihat
jika kamu membandingkan dua atom dengan jumlah elektron yang sama dan ukuran yang
sama pula.

Sumber:
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Johari, J.M.C. & Rachmawati, M. 2009. Kimia SMA dan MA untuk Kelas XI Jilid 2.
Jakarta: Esis

Anda mungkin juga menyukai