Anda di halaman 1dari 5

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Metode Amenorea Laktasi

2.1.1 Pengertian Metode Amenorea Laktasi

Lactational Amenorrhea Method (LAM) atau Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah metode
kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Proverawati, 2010).

Penelitian menyatakan bahwa wanita yang memberikan ASI secara eksklusif dan belum
mendapatkan menstruasinya maka biasanya tidak akan mengalami kehamilan selama masa 6
bulan setelah melahirkan (Marimbi, 2011).

MAL dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila :

1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif jika diberikan minimal 8 kali
sehari.

2. Belum mendapat haid.

3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.

Bila ketiga kondisi ini terpenuhi, maka pemberian ASI dapat memberikan perlindungan 98%
dari kehamilan pada 6 bulan pertama setelah persalinan.Bahkan beberapa penelitian
menyebutkan perlindungan terhadap kehamilan dapat lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI dapat
memberikan perlindungan 10% - 30% pada 12 bulan pertama, dimana bayi setelah 6 bulan
diberikan makanan tambahan. Menurut Labbok (2008,dalam Suparmi 2010), berikut adalah
alogaritma LAM sebagai metode kontrasepsi: Ketika salah satu jawaban berubah menjadi “ya”
(Labbok,1994)

Gambar 2.1 Alogaritma Lactational Amenorrhea Method (LAM)

Dalam Alogaritma tersebut, ibu pascapersalinan ditanyakan “Apakah pernah mengalami


menstruasi setelah persalinan?”. Bila jawaban “Ya”,maka ibu disarankan untuk menggunakan
metode kontrasepsi lain. Bila jawaban “Tidak”, kemudian ibu ditanyakan “Apakah bayi diberi
makanan tambahan?”. Bila jawaban “Ya”, maka ibu disarankan untuk menggunakan metode
kontrasepsi lain. Bila jawaban “Tidak”, kemudian ibu ditanyakan “Apakah bayi berusia lebih
dari 6 bulan?”. Bila jawaban “Ya”, maka ibu disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi
lain. Bila jawaban “Tidak”, maka kemungkinan ibu tersebut untuk mengalami kehamilan adalah
1-2%.

2.1.2 Cara Kerja

Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi.Pada masa
laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering
menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormon
penghambat (inhibitor). Hormon penghambat dapat mengurangi kadar esterogen, sehingga
ovulasi tidak terjadi.

2.1.3 Efektifitas

Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan secara benar dan memenuhi
persyaratan yaitu digunakan selama 6 bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid
pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan tambahan).
Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.

2.1.4 Manfaat

MAL memberikan manfaat kontrasepsi maupun non kontrasepsi :

1. Manfaat kontrasepsi

Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain :

a. Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama enam bulan pertama pasca melahirkan,
belum mendapat haid dan meyusui eksklusif.

b. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.

c. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.

d. Tidak memerlukan pengawasan medis.

e. Tidak mengganggu senggama.

f. Mudah digunakan.
g. Tidak perlu biaya.

h. Tidak menimbulkan efek sampinhg sistematik.

i. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.

2. Manfaat Non Kontrasepsi

Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain:

a. Untuk bayi:

1. Mendapatkan kekebalan pasif.,

2. Peningkatan gizi.

3. Mengurangi resiko penyakit menular.

4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minim yang
dipakai.

b. Untuk ibu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

2. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).

3. Mengurangi resiko anemia.

4. Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi (Proverawati,

2010).

2.1.5 Keterbatasan

Pada dasarnya, penggunaan MAL menjadi terbatas dan kurang efektif karena beberapa hal
berikut:

1. Banyaknya persiapan sejak perawatan kehamilan agar ibu dapat segera menyusui bayi
pada 30 menit pasca persalinan.

2. Pengaruh kondisi sosial.


3. Efektifitas tinggi hingga menstruasi datang kembali atau 6 bulan.

4. Tidak mampu melindungi dari IMS, termasuk virus hepatitis B/HVB, dan

HIV/AIDS (Prasetyono, 2012).

2.1.6 Yang Dapat Menggunakan MAL

MAL dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghidari kehamilan dan memenuhi criteria
sebagai berikut:

1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.

2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya kurang dari 6 bulan.

3. Wanita yang belum mendapat haid pasca melahirkan.

Wanita yang menggunakan MAL, harus menyusui dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dilakukan segera setelah melahirkan .

2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.

3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.

4. Tidak mengkonsumsi suplemen.

5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu atau bayi sedang sakit.

2.1.7 Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL

MAL tidak dapat digunakan oleh:

1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.

2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.

3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.

4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.,

5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.

6. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.


7. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme (Proverawati, 2010).

Anda mungkin juga menyukai