Abstract: The amount of motor vehicle has increased every year. An increase the amount of
vehicles, it is also found high number of accidents on the highway. Many factors can be the
cause of road accidents include driving behavior will not pay attention to safety. The purpose
of writing this article directed to provide an overview of the factors that influence the
behavior of safety driving, especially related to age and sex. The discussion in this article will
begin with an overview of safety driving are closely related to the rise of road accidents and
an overview of the age and gender-related safety driving.
Keywords: Safety driving, driving accident, age, sex
K
eberadaan transportasi Indonesia jumlah kendaraan di Indonesia
merupakan kebutuhan yang mencapai 104,211 juta unit pada tahun
sangat penting saat ini bagi 2013 (Kurniawan, 2014). Jumlah ini
masyarakat. Pentingnya transportasi meningkat 11% dari tahun 2012 yang
tidak terlepas akan kebutuhan mobilitas mencapai 94,299 juta unit. Menurut
yang harus dilakukan oleh masyarakat. Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian
Dalam hal ini kebutuhan akan mobilitas Negara Republik Indonesia, sumbangan
yang tinggi erat kaitannya dengan daerah terbesar adalah peningkatan sepeda
perkotaan (Munawar dalam Haryanto, motor dengan jumlah 86,253 juta unit
2011). Kebutuhan akan transportasi yang yang meningkat dari jumlah 77,755
tinggi ini terlihat dengan meningkatnya juta unit pada tahun 2012. Sumbangan
jumlah kendaraan bermotor yang ada terbesar kedua adalah mobil penumpang
hingga saat ini. Menurut data Korps dengan 10,54 juta unit dari jumlah 9,524
92
93 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
juta unit pada tahun sebelumnya. Untuk Lebih lanjut, keselamatan dalam
mobil barang (truk, pick up, dan lainnya) berkendara dalam hal ini merupakan
tercatat 5,156 juta unit naik 9 persen dari salah satu fokus penting yang perlu dikaji
4,72 juta unit. Untuk kendaraan khusus terkait dengan perilaku berkendara di
naik 6% dari 280.372 unit menjadi masyarakat saat ini. Keselamatan dalam
297.656 unit. Untuk bus mengalami berkendara dalam hal ini diarahkan pada
kenaikan 1% menjadi 1,962 juta unit dari upaya untuk menghindari terjadinya
sebelumnya 1,945 juta unit. kecelakaan di jalanan (Fuller, 2005).
Peningkatan akan jumlah Berkaitan dengan keselamatan dan
kendaraan saat ini tidak dipungkiri kecelakaan di jalan raya, beberapa kajian
erat kaitannya dengan keberadaan mengenai hubungan antara kedua hal
angka kecelakaan yang terjadi. Angka tersebut sedikit banyaknya telah dilakukan
kecelakaan yang terjadi pada transportasi pengujiannya secara empiris. Kalaˇsov´a
darat masih menjadi permasalahan dan Krchov´a (2011) dalam penelitiannya
yang serius hingga saat ini, khususnya di memberikan gambaran bahwa penekanan
Indonesia. Amanda (2014) melaporkan pada keselamatan dalam berkendara
bahwa menurut laporan World Health menjadi salah satu cara untuk mengurangi
Organization, Indonesia menempati tingkat kecelakaan di jalanan. Varmazyar,
urutan kelima dengan jumlah kematian Mortazavi, Hajizadeh, dan Arghami
terbanyak akibat kecelakaan lalu lintas di (2013) dalam risetnya mengenai para
dunia. Menurut data Kepolisian Republik pengendara bus menjelaskan bahwa
Indonesia, angka kecelakaan di jalan raya para perilaku berkendara yang banyak
pada tahun 2013 sebanyak 26.464 kasus, melanggar peraturan erat kaitannya
tahun 2012 sebanyak 29.544 kasus, dan dengan kecelakaan. Sejalan dengan
tahun 2010 sebanyak 31.234 kasus. penelitian Varmazyar, dkk., (2013),
Meskipun terjadi penurunan jumlah Mahawati dan Ekaprasetya (2013) juga
angka kecelakaan akan tetapi hal ini masih melakukan riset pada remaja mengenai
menjadi perhatian khususnya kepolisian perilaku berkendara yang melanggar
untuk bisa menekan jumlah kecelakaan peraturan (menggunakan handphone
semininal mungkin. Masih tingginya saat berkendara) juga memiliki
jumlah kecelakaan di jalanan ini menurut keterkaitan dengan jumlah kecelakaan
Kepolisian tidak terlepas dari perilaku yang terjadi. Menurut Parker et. al (Parker
berkendara yang tidak mengindahkan & Manstead, 1996) keselamatan dalam
akan keselamatan. Konteks keselamatan berkendara pada dasarnya tidak terlepas
dalam hal ini memiliki hubungan terkait dari keberadaan perilaku berkendara
dengan tingginya rendahnya risiko yang sesuai dengan aturan. Ivers, et. al
kecelakaan yang akan terjadi nantinya. (2009) juga menjelaskan dalam studinya
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
94
pada usia 17-24 tahun yang memberikan dilepaskan dari keberadaan faktor-faktor
gambaran bahwa keberadaan perilaku yang bersifat internal maupun eksternal.
berkendara yang berisiko pada dasarnya Faktor internal dalam hal ini terkait
akan mempengaruhi risiko kecelakaan dengan keberadaan faktor pengendara
yang akan dihadapi. itu sendiri dan faktor eksternal erat
Lebih jauh berbicara mengenai kaitannya dengan faktor kondisi fisik
kecelakaan dan perilaku dalam berkendara lingkungan pengendara. Penulis dalam
pada dasarnya tidak terlepas pada kondisi hal ini akan mengeksplorasi lebih jauh
error dan violation (Reason, Manstead, mengenai faktor internal (faktor individu)
Stradling, Baxter, & Campbell, 1990). karena secara signifikan mendekati 90%
Konsep error dalam hal ini mengarahkan sebagai prediktor munculnya kecelakaan
pada konteks kesalahan seorang lalu lintas (Lewin dalam Juneman, 2010).
pengendara yang berkaitan dengan sejauh Beberapa kajian yang terkait dengan
mana kemampuan seorang pengendara di munculnya kecelakaan dalam berkendara
dalam mengendalikan kendaraan dengan terhadap faktor individu pengendara
benar serta memberikan keputusan yang dalam hal ini tidak sedikit yang
tepat untuk bertindak ketika berada menghubungkannya pada keberadaan
dalam satu kondisi saat berkendara. usia dan jenis kelamin
Dalam hal ini keberadaan konsep error pada pengendara tersebut.
erat kaitannya dengan fungsi kognitif. Faktor usia menjadi salah satu
Konsep violation berkaitan dengan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari
pelanggaran pada perilaku berkendara munculnya risiko kecelakaan (Lam,
yang erat dengan konteks sosial. Konsep 2002). Sejalan dengan hal tersebut,
violation ini berkaitan dengan bagaimana Nordfjærn, Jørgensen, dan Rundmo
pandangan maupun evaluasi pengendara (2012) juga memberikan hasil penelitian
terhadap hal-hal yang bersifat aturan, yang menggambarkan bahwa faktor
prosedur pelaksanaan, norma, dan demografis usia menjadi salah satu hal
sejenisnya. Kedua hal tersebut sedikit yang dapat mempengaruhi munculnya
banyak telah menjadi acuan para ahli risiko kecelakaan dalam berkendara baik
di dalam mengarahkan gambaran akan pada negara maju maupun berkembang.
keberadaan keselamatan serta perilaku Hasil penelitian Perepjolkina dan
dalam berkendara. Renge (2013) juga menjelaskan bahwa
Keberadaan akan gambaran keberadaan usia memiliki korelasi dengan
kecelakaan dan perilaku berkendara munculnya perilaku berkendara yang
(error dan violation) yang sudah agresif yang mengarah pada terjadinya
dijelaskan sebelumnya pada beberapa kecelakaan. Selain usia, keberadaan jenis
kajian yang telah dilakukan juga tidak bisa kelamin juga memberikan pengaruh
95 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Hopkin, 2010; Fildes, 1997). Beberapa akibat penuaan dan akibat permasalahan
penurunan kemampuan maupun kesehatan. Penurunan kemampuan
ketrampilan dalam berkendara ini dalam berkendara akibat penuaan
menurut Morris dan Hopkin (2010) erat kaitannya dengan kemampuan
diantaranya berupa pertama, penurunan visual yang dimiliki serta kemampuan
dalam kemampuan mengolah informasi kognitif yang ada. Pada pengendara
ketika berkendara seiring meningkatnya usia tua tidak jarang mendapatkan
usia. Kemampuan di dalam mengolah permasalahan mengenai kemampuan
informasi ketika dalam berkendara secara visual maupun kemampuan yang
mengarahkan pada upaya untuk mulai menurun dibandingkan pada usia-
memberikan respon yang cepat dan usia yang lebih muda. Akibat adanya
efektif ketika berkendara maupun saat penurunan kemampuan visual maupun
kondisi lalu lintas tertentu khususnya kognitif ini, maka sangat dimungkinkan
macet. Penurunan di dalam mengolah akan memiliki risiko kecelakaan yang
informasi ini tidak terlepas dari cukup tinggi nantinya. Penurunan
penurunan kemampuan penglihatan akan kedua kemampuan tersebut
maupun proses kognitif yang ada pada sangat dimungkinkan mengarahkan
individu di usia tua. Saat kemampuan pada lambatnya menangkap suatu
pengolahan informasi ini menurun maka stimulus atau salah mempersepsikan
akan menjadikan seorang pengendara sebuah stimulus sehingga respon yang
tidak mampu dengan cepat memberikan dimunculkan pun bisa terlambat dan
respon tertentu yang dibutuhkan ketika juga salah. Selain permasalahan visual
berkendara. Kondisi ini sangat riskan dan kognitif, permasalahan mengenai
dengan risiko munculnya kecelakaan di kesehatan juga menjadi salah satu faktor
jalanan. Kedua, penurunan fungsi gerak yang dapat mempengaruhi tingkat risiko
secara fisik. Permasalahan yang terjadi kecelakaan pada pengendara usia tua.
pada usia tua tidak jarang mengarahkan Permasalahan mengenai kesehatan
pada fleksibilitas gerakan fisik seseorang. dapat mempengaruhi keberadaan fisik
Ketika fungsi gerakan secara fisik mulai seorang pengendara. Keberadaan para
mengalami penurunan dan mengarah pengendara usia tua tidak jarang memiliki
pada kekakuan dapat mempengaruhi permasalahan kesehatan yang dapat
respon gerakan saat berkendara. mengganggu aktivitas khususnya saat
Fildes (1997) dalam studinya juga berkendara.
memberikan gambaran bahwa munculnya Faktor jenis kelamin dalam
risiko kecelakaan pada pengendara usia keselamatan berkendara.
tua tidak terlepas dari dua hal yaitu Melakukan kajian mengenai
penurunan kemampuan berkendara keselamatan dalam berkendara yang
99 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
berkendara pada perempuan juga tidak berkendara juga tidak terlepas dari
terlepas dari tuntutan peran secara bagaimana persepsi seorang pengendara
sosial di masyarakat. Dalam hal ini terhadap kemampuan berkendara yang
keberadaan seorang perempuan yang dimilikinya. Lebih lanjut, berkaitan
seringkali berperan sebagai penumpang dengan persepsi terhadap risiko salah
dibandingkan pengendara utama ketika satunya tidak terlepas dari keberadaan
memiliki pasangan (Oxley, Charlton, evaluasi diri terhadap aturan dalam
Fildes, Koppel, & Scully, 2004). Dalam berkendara. Yagil (1998) dalam studinya
penjelasan lebih lanjut mengenai menjelaskan bahwa keberadaan evaluasi
keberadaan pasangan dan keterampilan yang positif terhadap aturan akan
berkendara, para pengendara perempuan mempengaruhi perilaku berkendara
dalam usia tua lebih banyak memiliki yang akan dimunculkan. Keberadaan
pengalaman sebagai penumpang akan evaluasi terhadap aturan dan
dibandingkan sebagai pengendara utama kaitannya dengan gender pada dasarnya
yang mana dalam hal ini erat kaitannya kecenderungannya hanya terdapat pada
dengan pasangan yang dimilikinya pengendara usia muda. Dalam hal ini para
(Cedersund dalam Oxley, dkk., 2004). pengendara usia muda khususnya laki-laki
Menjadi catatan kecil dalam pembahasan cenderung lebih memiliki evaluasi yang
keterampilan berkendara ini, Oxley, dkk., negatif terhadap aturan dibandingkan
(2004) juga memberikan gambaran lain dengan para pengendara usia muda
bahwa terdapat studi yang bersifat kontras perempuan maupun pengendara usia
terkait dengan pengalaman sebagai tua (Yagil, 1998; Chang & Yeh, 2007;
pengendara utama. Dalam studi yang Yahia, dkk., 2014). Para pengendara laki-
bersifat kontras tersebut digambarkan laki usia muda memiliki kecenderungan
bahwa risiko kecelakaan malah lebih untuk melakukan pelanggaran terhadap
besar dihadapi oleh para pengendara yang peraturan dalam berkendara (Yagil, 1998;
memiliki pengalaman lebih lama sebagai Lancaster & Ward, 2002). Keberadaan
pengendara utama. Hal ini menjadi perilaku berkendara yang mudah
catatan yang menggambarkan masih melakukan pelanggaran dalam aturan
perlu adanya pengembangan penelitian berkendara akan mengarahkan pada
terkait dengan keberadaan pengalaman risiko kecelakaan berkendara (Parker &
berkendara dengan keselamatan dalam Manstead, 1996; Redhwan & Karim, 2010;
berkendara khususnya terkait dengan Yahia, dkk., 2014).
perempuan. Sejalan dengan apa yang
Selain terkait dengan konteks dijelaskan sebelumnya mengenai persepsi
kemampuan di dalam berkendara, terhadap risiko, dalam penelitian yang
permasalahan keselamatan dalam dilakukan oleh Holland, Geraghty dan
101 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Shah (2010) pada 222 responden laki- risiko terhadap para pengendara laki-
laki dan perempuan usia 18-29 tahun laki adalah adanya rasa kepercayaan
ditemukan bahwa pada laki-laki juga diri yang terlalu tinggi saat berkendara.
mudah muncul rasa marah pada saat Rasa kepercayaan diri ini akibat adanya
berkendara. Hal ini sangat rentan dengan bias optimisme dalam diri pengendara.
munculnya perilaku berkendara yang Bias optimisme ini menurut Noked
agresif dan berisiko (Deffenbacher dkk., (2010) merupakan keadaan dalam
dalam Holland, dkk., 2010) yang mana diri seorang pengendara yang mana
sangat mempengaruhi munculnya risiko merasa kemampuan dirinya dalam
kecelakaan dalam berkendara nantinya berkendara lebih baik dibandingkan
(Ivers, dkk., 2009). Kajian yang dilakukan rata-rata pengendara lainnya. Dengan
oleh The Social Issues Research Centre adanya pemahaman seperti halnya
(2004) juga menggambarkan bahwa tersebut menjadikan pengendara lebih
keberadaan akan keselamatan dalam meremehkan kondisi-kondisi yang
berkendara yang erat kaitannya dengan bersifat negatif sehingga mengarahkan
keberadaan laki-laki sebagai mayoritas pada munculnya perilaku-perilaku yang
korban dalam kecelakaan. Kondisi ini berisiko saat berkendara. Lebih lanjut
tidak terlepas dari keberadaan laki- dijelaskan bahwa keberadaan bias
laki yang memiliki kecenderungan suka optimisme dalam berkendara ini pada
mencari sensasi dan mengambil risiko dasarnya lebih banyak dimiliki oleh para
yang mana kecenderungan tersebut pengendara laki-laki di kalangan usia
juga lebih dimiliki oleh para pengendara muda (DeJoy dalam Al-Balbisi, 2003).
di usia muda. Kecenderungan mencari Berbeda dengan keberadaan para
sensasi dan risiko ini juga tidak terlepas pengendara pada usia muda, keberadaan
dari konteks hormonal (hormone akan keselamatan dalam berkendara dan
testosterone) yang mana laki-laki pengendara usia tua tidak terlepas dari
memiliki tingkat hormon testoren jauh menurunnya kondisi fisik yang ada. Seperti
lebih tinggi dibandingkan perempuan. halnya dijelaskan oleh Hu, Trumble, Foley,
Keberadaan hormon testosteron yang Eberhard, dan Wallace (1996) keberadaan
tinggi khususnya pada usia remaja glukoma dan penurunan secara potensial
dan dipengaruhi dengan sistem sosial pada kognitif menjadi faktor yang
(berkendara dengan kecepatan yang menyebabkan kecelakaan khususnya
tinggi) yang ada maka akan mengarahkan pada laki-laki. Keberadaan akan kedua
pada perilaku yang berisiko (Arnett, dkk., faktor tersebut memberikan pemahaman
dalam Heck & Carlos, 2006). bahwa para pengendara usia tua memang
Faktor lain yang erat kaitannya telah mengalami penurunan fungsi secara
dengan rendahnya persepsi terhadap fisik maupun kognitif (Morris & Hopkin,
Haryanto, H,C Keselamatan dalam Berkendara: Kajian terkait dengan
Usia dan Jenis Kelamin Pada Pengendara
102
2010; Fildes, 1997) yang mana dapat secara fisik sehingga kemampuan dalam
mempengaruhi kemampuan seseorang kedua hal tersebut menjadi berkurang.
di dalam menangkap stimulus saat b. Berdasarkan pada penjelasan yang
berkendara serta mempersepsikan sudah ada maka dapat disimpulkan bahwa
dengan tepat untuk dapat memunculkan keberadaan akan keselamatan berkendara
reaksi yang sesuai. dan jenis kelamin yang kaitannya
dengan keterampilan berkendara dan
KESIMPULAN persepsi terhadap risiko tidak dapat
Berdasarkan pada pembahasan dilepaskan dari keberadaan variabel
yang sudah ada maka dapaat disimpulkan usia. Selain hal tersebut, permasalahan
bahwa keberadaan faktor usia dan jenis akan keterampilan berkendara dan
kelamin terhadap keselamatan berkendara keselamatan berkendara lebih banyak
yang diarahkan pada keterampilan dalam diarahkan pada pengendara perempuan
berkendara serta persepsi terhadap risiko yang dirasa kurang memiliki pengalaman
dapat disimpulkan sebagai berikut: dalam berkendara akibat faktor usia yang
a. Berdasarkan pada penjelasan yang masih muda, kebiasaan atau tuntutan
sudah ada mengenai keselamatan secara sosial dalam posisinya sebagai
berkendara yang berkaitan dengan penumpang dibandingkan pengendara
usia dapat disimpulkan bahwa utama (supir) maupun penurunan
keberadaan para pengendara usia kemampuan akibat bertambahnya usia.
muda memiliki risiko menghadapi Lain halnya pada pengendara laki-laki,
kecelakaan akibat adanya masih belum keberadaan keselamatan berkendara
matangnya kemampuan yang dimiliki. tidak terlepas dari keberadaan
Ketidakmatangan ini terkait dengan kecenderungan pelanggaran terhadap
keterampilan dalam berkendara serta aturan, kesukaan akan sensasi dan
kemampuan mempersepsikan terhadap risiko yang terkait dengan keberadaan
risiko yang dihadapi. Lain halnya dengan hormone testosteron, bias optimisme
para pengendara usia tua, dalam hal terhadap kemampuan berkendara yang
ancaman terhadap keselamatan sangat mana lebih diarahkan pada pengendara
erat kaitannya dengan mulai menurunnya laki-laki di usia muda. Pada pengendara
kemampuan yang dimiliki baik terkait laki-laki di usia tua lebih diarahkan pada
dengan keterampilan berkendara penurunan fungsi fisik maupun kognitif
maupun persepsi terhadap risiko. Hal yang mempengaruhi di dalam merespon
ini diakibatkan para pengendara usia tua dengan tepat terhadap satu situasi risiko
ini sudah mengalami degenerasi fungsi tertentu saat berkendara.
103 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
Reason, J., Manstead, A., Stradling, S., Shope, J. T., & Ebi, D. W. (1998, Juli).
Baxter, J., & Campbell, M. 1990. Errors Improvement of older drivers safety
and violation on the roads: A real through self-evaluation: Focus
distinction?. Ergonomics, 33 (10), 1315- group results. Diakses dari http://
1332. deepblue.lib.umich.edu/bitstream/
Redhwan, A. A., & Karim, A. J. (2010). hndle/2027.42/1249/91199.0001.001.
Knowledge, attitude, and practice pdf?sequence=2 pada tanggal 30 Juni
towards road traffic regulations among 2015.
university students, Malaysia. The Strecher, V. J., Bauermeister, J, A., Shope,
International Medical Journal Malaysia, J., Chang, C., Newport-Berra, M., Giroux,
9 (2), 29-4. A., & Guay, E. (2006, Desember).
Schwebel, D. C., Ball, K. K., Severson, J., Intervention to promote safe driving
Barton, B. K., Rizzo, M., & Viamonte, S. behaviour: Lesson learned from other
M. (2007). Individual difference factors health-related behaviours. Diakses
in risky driving among older adults. dari http://deepblue.lib.umich.edu/
Journal of Safety Research, 38 (5), 501- bitstream/handle/2027.42/85185/
509. B E H A V _ R E S _ I N _ R O A D _ S A F E T Y.
Shi, J., Bai, Y., Ying, X., & Athcley, P. (2010). pdf?sequence=1 pada tanggal 27 Mei
Aberrant driving behaviors: A study of 2015.
drivers in Beijing. Accident Analysis and Sun, D., Benehokal, R. F., & Estrada, H.
Prevention, 42, 1031–1040 (2008). Comparative analysis of the
107 INQUIRY Jurnal Ilmiah Psikologi, Vol. 7 No. 2, Desember 2016, hlm 92-106
attitude and behavior of young driver’ Varmazyar, S., Mortazavi, S., B., Hajizadeh,
use of two-way two-lane highways. E., & Arghami, S. (2013). The relationship
Advances in transportation studies, 15, between driving aberrant behavior and
75-84. self-reported accidents involvement
Symmons, M., Haworth, N., & Johnston, amongst professional bus drivers in
I. (2004, Maret). Rural road safety- the public transportation community.
overview of crash statistic. Diakses dari Health Scope, 2 (2), 110-115.