Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pemahaman remaja tentang HIV/ AIDS masih sangat minim. Padahal, remaja termasuk
kelompok usia yang rentan dengan perilaku berisiko.Demikian terungkap dalam jumpa pers,
Jumat (26/11) di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, terkait Peringatan Hari AIDS
Sedunia 1 Desember 2012 yang tahun ini dikoordinasi Kementerian Pendidikan Nasional.
Deputi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Bidang Pengembangan
Program Kemal Siregar mengatakan, salah satu indikator kinerja pengendalian HIV/AIDS ialah
pengetahuan.

Persentase perempuan dan laki-laki usia muda (15-24 tahun) yang mampu menjawab
dengan benar cara-cara pencegahan penularan HIV serta menolak pemahaman yang salah
mengenai penularan HIV baru 14,3 persen.Persentase itu antara lain mengindikasikan belum
banyak remaja yang menguasai dengan komprehensif dan benar tentang HIV/AIDS. Edukasi
remaja menjadi penting karena remaja termasuk orang terinfeksi HIV. Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan, jumlah kasus AIDS (kumulatif) sampai Agustus 2012 dari semua umur
21.770 orang.Londonon – Dua ilmuwSan yang menemukan HIV berbagi Nobel Kedokteran
dengan ilmuwan yang mengkaitkan HPV dengan kanker rahim. adapun kedua ilmuwan ini
masing-masing Barré-Sinoussi dan Luc Montagnier. Keduanya dinilai berjasa dengan penelitian
mereka dalam nememukan virus penyebab AIDS.

Komite Nobel mengatakan penemuan kedua warga Perancis itu amat vital dalam
membantu para ilmuwan memahami biologi dari virus yang mengancam dunia.Lebih dari 25 juta
orang meninggal akibat HIV/AIDS sejak tahun 1981 dan di seluruh dunia tercatat 33 juta orang
yang mengidap virus HIV.Temuan Sinoussi dan Montagnier antara lain mendorong metode
diagnosa pasien maupun dalam memeriksa darah, yang membatasi penyebaran wabah
HIV/AIDS.Walau masih belum ditemukan obat untuk HIV, dalam beberapa tahun belakangan
penyakit itu tidak lagi menjadi hukuman mati langsung bagi penderitanyaPengobatan saat ini
sudah berhasil memperpanjang masa hidup pengidap HIV sampai puluhan tahun.Sementara itu
Harald zur Hausen, asal Jerman, meraih Nobel Kedokteran karena jasanya dalam mengkaitkan
HPV, atau human papilloma virus, dengan kanker rahim.HPV bisa dideteksi pada 99,7% yang
menderita kanker rahim dan infeksi virus itu diperkirakan menyebabkan sekitar 5% dari total
kanker di seluruh dunia. Hasil temuan Professor zur Hausen membantu para ilmuwan untuk
mengembangkan vaksin bagi HPV.Vaksin tersebut kini diberikan secara rutin kepada jutaan
remaja perempuan di seluruh dunia untuk mencegah kanker rahim. Sekitar setengah juta kasus
baru kanker rahim didiagnosa.

1
2. TUJUAN UMUM
1. Untuk memahami definisi penyakit HIV/AIDS
2. Untuk memahami etiologi penyakit HIV/AIDS
3. Untuk memahami patogenesis penyakit HIV/AIDS
4. Untuk memahami manifestasi klinis penyakit HIV/AIDS
5. Untuk memahami patway penyakit HIV/AIDS
6. Untuk memahami pemeriksaan penunjang penyakit HIV/AIDS
7. Untuk memahami diagnosis penyakit HIV/AIDS
8. Untuk memahami penatalaksanaan penyakit HIV/AIDS
9. Menentukan diagnosa pada penyakit HIV/AIDS
10. Menentukan Asuhan Keperawatan Pada pasien HIV/AIDS

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
AIDS (Acquired Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Penyakit ini dicirikan dengan timbulnya berbagai penyakit infeksi bakteri,
jamur, parasit, dan virus yang bersifat oportunistikatau keganasan seperti sarkoma kaposi
dan limfoma primer di otak. Dengan ditegakkannya penyakit-penyakit tersebut, meskopun
hasil pemeriksaan laboratorium untuk infeksi HIV belum dilakukan atau tidak dapat diambil
kesimpulan, maka diagnosis AIDS telah dapat ditegakkan.

B. Etiologi
HIV merupakan retrovirus penyebab penyakit defisiensi imun ini, HIV
ditemukan oleh Montagnier dkk pada tahun 1983.

C. Epidemiologi
Sampai juli 1993 telah dilaporkan sekitar 718.894 kasus AIDS dari 182 negara di
dunia ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sedangkan WHO memperkirakan sekitar 2,5 juta
kasus AIDS dan 14 juta HIV positif dengan perincian : Amerika Utara 1 juta; Amerika Latin
1,5 juta ; Eropa Barat 0,5 juta; Eropa Timur dan Asia Tengah 50.000 ; Afrika Utara dan
Timur Tengah 75.000; Afrika Sub Sahara 8 juta; Asia Timur dan pasifik 25.000; Asia
Selatan dan Tenggara 1,5 juta; dan Australia 25.000. Diperkirakan pada tahun 2000 akan
terdapat 40 juta HIV positif di seluruh dunia, termasuk 10 juta wanita dan anak-anak.
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 April 1987 di Bali
pada seorang wisatawan Belanda. Menurut Dirijen Pemberantasan Penyait Menular dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus AIV/AIDS (+) per
Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan 286 kasus AIDS.

3
D. Patogenesis
HIV masuk tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan sekret vagina, serta
transmisi dari ibu ke anak. Tiga cara penularan HIV adalah sebagai berikut :
1) Hubungan seksual baik secara oral, vagina, maupun anal dengan seorang pengidap.
Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total kasus sedunia.

Tabel 20.1. Efisiensi tiap pemaparan tunggal dan perkiraan persentase terjadinya
HIV/AIDS

Cara Penularan Efficiency per single Estimated percentage of


exposure global total
Transfusi Darah >90% 3-5%
Perinatal ± 30% 5-10%
Hubungan Seksual 0,1-1,0% 70-80%
-heteroseksual >70%
-homoseksual 5-10%
Injecting drug use-sharing 0,5-1,0% 5-10%
needle
Health Care-needle stick 0,5% <0,1%
Sumber: The HIV expert: A comprehensive review of HIV and AIDS management.

2) Kontak langsung dengan darah, produk darah, atau jarum suntik. Transfusi
darah/produk darah yang tercemar mempunyai resiko sampai >90%, ditemukan 3-5%
total kasus sedunia.
3) Transmisi secara vertikal,dari ibu hamil mengidap HIV kepada bayinya melalui
plasenta. Risiko penularan dengan cara ini 25-40% dan terdapat <0,1% total kasus
sedunia.
Setelah masuk tubuh, virus menuju ke kelenjar limfedan berada dalam sel dendritik selama
beberapa hari. Kemudian terjadi sindrom retroviral atau seperti flu. Disertai viremia hebat
dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe. Pada tubuh timbul respon imun humoral
maupun selular. Sindrom ini akan hilang sendiri setelah 1-3 minggu. Kadar virus yang tinggi
dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini terjadi berminggu-minggu
sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan virus baru dan upaya eliminasi oleh
respon imun. Titik keseimbangan yang disebut set point ini penting karena menentukan

4
proses perjalanan peyakit selanjutnya. Bila tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan
berlangsung lebih cepat.
Serekonversi terjadi 1-3 bulan setelah infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8
bulan. Kemudian pasien akan memasuki masa tanpa gejala.dalam masa ini terjadi penurunan
bertahap jumlah CD4 (jumlah normal 800-1.000/mm 3) yang terjadi setelah replikasi
persisten HIV dengan kadar RNA virus relatif konstan. CD4 adalah reseptor pada limfosit
T4 yang menjadi target sel utama HIV. Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30-
60/mm3/tahun sehingga bila tanpa pengobatan rata=rata masa infeksi HIV sampai terjadi
AIDS adalah 8-10 tahun, dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm3.

E. Anatomi Fisiologi

HIV (Human Immunodeficiency Virus)


Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus
adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim,
yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi
rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus
ikut mengalami replikasi.Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah

5
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat
pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha
mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

F. Manifestasi Klinis
Kondisi yang ditetapkan sebagai AIDS (CDC,1993 revisi)
1) Keganasan :
a) Sarkoma Kaposi
b) Limfoma Burkitt
c) Limfoma imunobrastik
d) Limfoma primer pada otak
e) Kanker leher rahim invasif
f) Ensefalopati yang berhubungan dengan proses infeksi HIV
g) Sindrom kelelahan karena infeksi HIV
h) Penurunan imunitas yang hebat (CD4 < 200/mm3).
2) Infeksi oportunistik :
a) Kandidosis pada bronkus, trakea, atau paru
b) Kandidosis pada esofagus
c) Koksididodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
d) Kriptokokosis ekstrapulmoner
e) Kriptosporidosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
f) Infeksi cytomegalovirus (selain herpes, limpa, atau kelenjar limfe)
g) Herpes simpleks (ulkus kronis lebih dari 1 bulan, bronkitis, peneumonitis,
atau esofagitis)
h) Histoplamosis
i) Isosporiasis pada usus bersifat kronis
j) Mycobacterium avium complex diseminata atau ekstrapulmoner
k) Mycobacterium tuberculosis (pada paru atau ekstrapulmoner)

6
l) Pneumonia rekurens
m) Salmonella septikemia rekuens
n) Toksoplamosis pada otak

G. Patway

Seks bebas, obat-obatan


terlarang, menggunakan jarum
suntik yang bersamaan

Masuknya virus HIV/AIDS


kedalam tubuh

Menghambat Menyerang bagian Menyerang sistem imun


penyerapan nutrisi pernafasan
dalam tubuh
Kecemasan
Sesak nafas
Menimbulkan diare

Ketidakefektifan Ansietas
Penurunan berat badan Pola Nafas

Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan

H. Komplikasi

Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain :

a.  Pneumonia pneumocystis (PCP)

b.  Tuberculosis (TBC)

c.   Esofagitis

7
d.  Diare

e.  Toksoplasmositis

f.    Leukoensefalopati multifocal prigesif

g.  Sarcoma Kaposi

h.  Kanker getah bening

i.    Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan
mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus
adalah dengan polymerase Chain Rection (PCR). Penggunaan PCR antara lain
untuk :
a) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga
menghambat pemeriksaan serelogis.
b) Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
c) Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi seronegatif
d) Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2 rendah.
2) Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik. Tes misalnya :
a) ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100%). Biasanya memberikan hasil
positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan western blot.
b) Western blot, sensifisitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup
sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak harus
dibutuhkan konfirmasi pemeriksaan ELISA positif
c) Immunofluorescent assay (IFA)
d) Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)

J. Diagnosis
1) Diagnosis dini infeksi HIV

8
Diagnosis ini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium dengan petunjuk gejala
klinis atau adanya perilaku berisiko tinggi. Untuk diagnosis HIV, yang lazim dipakai
adalah ELISA, western blot, dan PCR.
2) Diagnosis AIDS
AIDS merupakan stadium akhir HIV.pasien dinyatakan sebagai AIDS bila dalam
perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi atau kanker oprtunistik
yang mengancam jiwa penderita (lihat kriteria kondisi yang ditetapkan sebagai AIDS
oleh CDC,1993). Selain itu, terdapat juga ensefalopati, sindrom kelelahan yang
berkaitan dengan AIDS dan hitungan CD4 < 200/mm3.

K. Penatalaksanaan
1) Medikamentosa
Peningkatan survival pada pasien dengan manifestasi klinis dapat dicapai dengan
diagnosis dini, pemberian zidovudin, pengobatan komplikasi, serta penggunaan
antibiotik sebagai profilaksis secara luas, khususnya untuk pneumonia karena
P.carinni.
a. Infeksi dini
CDC menyarankan pemberian antiretrovial pada keadaan asimtomik bila
CD4 < 300/mm3, dan CD4 < 500/mm3 pada keadaan simtomatik. Obat-obatan
:
a) Zidovudin merupakan analog nukleosida yang telah terbukti
menurunkan angka kematian, insidens infeksi oportunistik, dan
gejala-gejala umum pada pasien AIDS yang telah muncul gejala
kelinis. Zidovudin ini bekerja dengan cara menghambat replikasi HIV
dengan menghambat kerja enzim reverse transcriptase. Obat ini
menekan P24 antigenaemia, dan memproduksi a modest biasanya
transient, meningkatkan hitung sel CD4.
CDC telah menyarankan pemakaian obat ini untuk infeksi HIV.
Volberding menyarankan pemberian ZDV bila hitungan CD4 <
500/mm3 tanpa melihat ada tidaknya gejala. Dosis yang diberikan
500-600 mg/hari, pemberian 100 mg/4 jam sewaktu penderita terjaga.

9
Efek samping yang timbul antara lain anemia dan neutropenia,
gangguan gastrointestinal, dan pada penggunaan jangka panjang dapat
terjadi miopati dan masuknya virus dengan strain yang telah
berkurang sensitivitasnya.
b) Didanosis digunakan bila penderita tidak toleran terhadap ZDV, atau
sebagai pengganti bila ZDV sudah amat lama digunakan, atau bila
pengobatan dengan ZDV tidak menunjukkan hasil.
b. Profilaksis
Indikasi pemberian profilaksis untuk pneumocystis carinii pneumoniae ialah
bila CD4 < 200/mm3,terdapat kandidosis oral yang berlangsung lebih dari 2
minggu, atau pernah mengalami infeksi PCP di masa lalu. Sedangkan
profilaksis pada tuberkulosis diberikan bila tes kulit PPD 5 mm dengan
indurasi.
c. Stadium lanjut
Pada stadium ini banyak yang dapat terjadi, umumnya infeksi oportunistik
yang mengancam jiwa. Oleh karena itu diperlukan penanganan
multidisipliner. Obat yang dapat diberikan adalah ZDV dengan dosis awal
1000mm/hari dengan 4-5 kali pemberian (BB 70 kg).
d. Pada fase terminal, yakni penyakit sudah tak teratasi, pengobatan yang
diberikan hanya simtomatik dengan tujuan pasien merasa cukup enak, bebas
dari rasa mual dan sesak, mengatasi infeksi yang ada, dan mengurangi rasa
cemas.
2) Nonmedikamentosa
Mengingat hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah serta obat
yang dapat mengatasi masalah ini, maka upaya pencegahan merupakan cara paling
tepat untuk menurunkan insidens penyakit ini. Upaya pencegahan ini dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
a. Pendidikan kepada kelompok yang berisiko terkena AIDS
b. Anjurkan bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan
darah, organ atau cairan semen, dan mengubah kebiasaan seksualnya guna
mencegah terjadinya penularan

10
c. Skrining darah donor terhadap adanya antibodi HIV

L. Nursing Planing
a. Pengkajian 12 Domain NANDA
1. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif :-Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakit
yang diderita klien saat ini
Data Objektif :- Pasien tampak optimis untuk sembuh
…………………………….-Pasien tampak belajar merawat diri sendiri
Masalah Keperawatan :
Tidak terdapat masalah keperawatan

2. Nutrisi
Data Subjektif :- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
Data Objektif : -Pasien tampak hanya menghabiskan sebagian dari porsi makan
………………………...yang diberikan
Masalah Keperawatan
Kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh

3. Eliminasi
Data Subjektif : -Pasien mangatakan BAK normal dengan frekuensi ….5x/hari,
...konsistensi : cair, warna : kuning
...-BAB normal seperti biasa, frekuensi : 1x/hari, konsistensi :
…………padat, warna : kuning kecokelatan.
Data Objektif : -Pasien tampak BAB dan BAK dengan normal, hanya …saja …
memerlukan bantuan keluarga atau perawat …untuk ke kamar …
mandi
Masalah keperawatan
Tidak terdapat masalah keperawatan

4. Aktivitas/Istirahat

11
Data Subjektif :.-Pasien mengatakan merasakan sesak nafas.
Data Objektif : -Pasien tampak sesak nafas.

Masalah Keperawatan
Ketidak efektifan pola nafas

5. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif : -Pasien mengatakan merasa tidak terjadi apa-apa
……… -Pasien megatakan penyakit yang diderita adalah ujian
………...dari Allah SWT.
Data Objektif : -Pasien tampak optimis
……… -Pasien tampak tenang karena selalu didampingi
……………...keluarga
Masalah Keperawatan
Tidak terdapat masalah keperawatan

6. Persepsi Diri
Data Subjektif : -Pasien mengatakan merasa yakin penyakitnya akan segera
..sembuh
Data Objektif : - Pasien tampak sabar menghadapi penyakitnya

Masalah Keperawatan

7. Peran hubungan
Data subjektif :- Pasien mengatakan berinteraksi baik dengan keluarga ...dan …
masyarakat sekitar
..-Pasien mengatakan peran sebagai ibu rumah tangga terpenuhi
Data Objektif : -Pasien tampak akrab dengan keluarg
-Pasien tampak bertegur sapa dengan orang lain
Masalah Keperawatan
Tidak terdapat masalah keperawatan

12
8. Seksualitas
Data Subjektif :-Pasien tidak merasakan masalah seksual

Data Objektif :-Pasien tampak cemas terhadap penyakitnya

Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan

9. Toleransi/Koping Stress
Data subjektif :-Pasien mengatakan cemas terhap penyakitnya
Data Objektif : -Pasien tampak sangat cemas
-Pasien tampak sering bertanya kepada perawat tentang
……...penyakit yang di deritanya
Masalah Keperawatan
Ansietas

10. Prinsip hidup


Data subjektif :-Pasien mengatakan bahwa apapun yang terjadi akan ..ada
...hikmahnya
-Pasien mengatakan setiap masalah akan ada solusinya
Data Objektif : -Pasien tampak optimis
-Pasien tampak semangat untuk sembuh

Masalah Keperawatan
Tidak terdapat masalah keperawatan

11. Keselamatan/Perlindungan
Data subjektif : -Pasien mengatakan lebih tenang karena diperhatikan …dan …
dilindungi oleh keluarganya.

13
Data Objektif : - Pasien tampak tenang

Masalah Keperawatan
terdapat masalah keperawatan

12. Kenyamanan
Data subjektif :-Pasien mengatakan tidak ada masalah lain selain
…………………… ………. .penyakit HIV yang di deritanya
Data Objektif : - pasien tampak tenang karna penyakitnya sudah di
………………………………tangani

Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan

b. Diagnosa keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d Ansietas
2. Ketidak Seimbangan Nutrisi Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d Faktor
psikologis
3. Ansietas b.d Status kesehatan

c. Asuhan keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1. Ketidak efektifan Setelah dilakukan Monitor Pernafasan
tindakan keperawatan 1. Monitor
pola nafas b.d
selama 2x24 jam, kecepatan, irama,
Ansietas diharapkan masalah kedalaman, dan
pasien dapat teratasi kesulitan bernafas
dengan kriteria hasil : 2. Monitor suara
1. Frekuensi nafas tambahan
pernafasan seperti ngorok
2. Kedalaman atau mengi
inspirasi 3. Catat pergerakan
3. Kepatenan jalan dada, catat
ketidaksimetrisan,
nafas
penggunaan otot-
otot bantu nafas,

14
dan retraksi pada
otot interkosta
4. Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan, untuk
dicatat
5. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan, dan
kekurangan udara
pada pasien
2. Ketidak Seimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergi
Nutrisi Kurang tindakan keperawatan makanan.
nutrisi dari 3x24 jam diharapkan 2. Kolaborasi dengan
kebutuhan tubuh b.d pasien : ahli gizi untuk
faktor psikologis menentukan jumlah
Kriteria hasil : kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
1. Adanya pasien.
peningkatan berat 3. Monitor jumlah
badan sesuai dengan nutrisi dan
tujuan. kandungan kalori.
2. Berat badan ideal 4. Kaji kemampuan
sesuai dengan tinggi pasien untuk
badan. mendapatkan nutrisi
3. Tidak ada tanda- yang dibutuhkan.
tanda mal nutrisi.
3 Ansietas b.d status Setelah dilakukan 1. Pengurangan
. penyakit tindakan keperawatan kecemasan
selama 1x24 a. Gunakan
jam,tingkat kecemasan pendekatan yang
pasien akan membaik tenang dan
dengan criteria sebagai meyakinkan

15
berikut : b. Nyatakan dengan
a. Perasaan gelisah jelas terhadap
b. Wajah tegang. perilaku pasien
c. Peningkatan c. Dorong keluarga
tekanan darah untuk
d. Peningkatan mendampingi
frekuensi nadi klien dengan cara
e. Peningkatan yang tepat
frekuensi d. Dorong
pernapasan dari verbalisasi
perasaan,persepsi
dan ketakutan
2. Peningkatan koping
a. Bantu pasien
untuk memecah
tujuan yang
kompleksi
menjadi lebih
kecil dengan
langkah yang
dapat di kelola
b. Berikan penilaian
penyesuaian
pasien erhadap
perubahan
perubahan dalam
citra tubuh sesuai
dengan indikasi
c. Berikan suasana
penerimaan
d. Gunakan

16
pendekatan yang
tenang dan
memberikan
jaminan

M. Analisis Jurnal
PEMBAHASAN

1. Kasus : HIV AIDS

17
Bapak W umur 28 tahun dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak
sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke dokter. Pekerjaan bapak W adalah supir truk
dan dia barusaja menikah dua tahun yang lalu. Bapak W mengatakan bahwa dia diare cair
±15 x sehari danBB menurun 7 kg dalam satu bulan serta sariawan mulut tak
kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan. 
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan, hasillaboratorium sebagai berikut: Hb 11
gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L,
Cl 11o mmol/L, protein 3,5. Tanda-tanda vital: TD=120/80mmHg, N=120x/mnt,
P=28x/menit, S=39 C, konjungtiva anemis, sklera tdk ikterik,
paru-paru :ronchi +/+ dan wheezing +/-. Diagnosa Medis HIV positif.

2. Pertanyaan Klinis

Apakah Pasien dengan HIV dan keluarga nya setelah dilakukan penyuluhan dapat
memahami mengenai intervensi pencegahan dan penularan HIV/AIDS ?

3. PICO
P : Bapak W umur 28 tahun dengan diagnosa HIV positif
I : Penyuluhan Intervensi pencegahan dan penularan HIV/AIDS
C :-
O : Mencegah terjadinya penularan HIV dan meningkatkan kualitas hidup.

4. Searching Literatur (Jurnal)


Setelah dilakukan searcing literatur jurnal di Google Schoolar,didapatkan 484 jurnal yang
terkait dan di pilih jurnal dengan judul “Pengaruh Intervensi Program Pencegahan HIV dan
AIDS Terhadap Pengetahuan dan Sikap Buruh Di Proyek Pembangunan Fakultas Teknik
UNHAS GOWA”.
Dengan alasan :
a) Jurnal Up to date
b) Jurnal juga dapat di terapkan oleh perawat di rumah sakit
c) Jurnal menggunakan bahasa yang mudah di pahami dan di mengerti

18
5. Tabel Analisis Jurnal
Judul : “Pengaruh Intervensi Program Pencegahan HIV dan AIDS Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Buruh Di Proyek Pembangunan Fakultas Teknik UNHAS GOWA”.
Penulis : Adam Badwi, Abdul Gafur, Munadhir

Critical Point critical appraisal Ya Tidak Keterangan


Appraisal
Judul - Apakah judul memenuhi √
kaidah penulisan judul

- Apakah penulisan judul


menggunakan tanda tanya (?) √

- Apakah penulisan judul


menggunakan tanda (!) √
Penulis - Apakah nama penulis di √ - Adam Badwi, Abdul
cantumkan ? Gafur, Munadhir

- Apakah asal institusi penulis di √ -Program Studi Kesehatan


cantumkan ? Masyarakat FKM UPRI
Makassar
- Apakah asal inmstitusi penulis
sesuai dengan topik √
penelitian ?
Bidang - Apakah bidang ilmu yang √
ilmu tercantum dalam judul
penelitian ?

- Apakah latar belakang penulis √


(institusi tempat bekerja)
sesuai dengan bidang ilmu
topik penulisan ?
Metodolog - Apakah tujuan penelitian √ -mencegah HIV
i tersebut ?
penelitian
- Apakah desain penelitian yang √ -Quasi-experimentasi
design dengan julah 60
di gunakan ? 0rang

- Apakah desain penelitian


sesuai dengan tujuan penelitian √
?

- Bagaimana level of evidence


dari desain penelitian ? √
- Bagaimana pemilihan sampel -Tabel

19
dalam penelitian tersebut ? √
- Dalam bentuk apa penelitian
sampel di sajikan ?

- Apakah uji statistik yang di


gunakan ?
Hasil - Apakah hasil penelitian dapat -ya dapat di
penelitian diimplementasikan di √ implementasikan
keperawatan?

- Apakah ada rekomendasi √


khusus terkait hasil penelitian ?
Daftar - Apakah daftar pustaka yang √ - KPAP, 2010, Peraturan
pustaka digunakan up to date ? Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan, Makassar, KPAP
Sulsel
- Apakah daftar pustaka yang
digunakan sesuai √ - ya, sesuai

- Apakah daftar pustaka di √


-ya, dapat dipercaya
gunakan dari sumber yang karena telah dilakukan
terpercaya ? dengan cara penyuluhan

6. Kesimpulan
Menghadapi penambahan percepatan kasus baru HIV dan AIDS perlu dilakukan
akselerasi progam penanggulangan HIV. Penelitian ini bertujuan untuh mengetahui
pengaruh intervensi program HIV-AIDS terhadap perubahan pengetahuan dan sikap dengan
metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi pre dan post test design. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh intervensi dengan metode Peer Educator (PE),
media KIE dan pemutaran film sebelum dan sesudah intervensi terhadap pengetahuan dan
sikap buruh tetang HIV dan AIDS. Terdapat perbedaan yang signifikan antara semua jenis
intervensi sebelum dan sesudah intervensi terhadap pengetahuan dan sikap buruh tetang HIV
dan AIDS, dimana pemutaran film lebih efektif dibadingkan metode PE dan Media KIE.
Diharapkan dilakukan intervensi secara berkesinambungan terhadap pekerja yang memiliki
risiko tinggi untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang HIV dan AIDS.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

21
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat menyebabkan
timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah
terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal, sudah menjadi sifat manusia yang selalu
ingin merasakan kenikmanatan tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan
perzinahan, penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Kits umat manusia sudah
mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran agama
masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap saja
melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-orang yang
sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual diluar nikah.Adapun gejala-
gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu demam yang berkepanjangan di sertai
keringat malam, batuk dan sariwan yang terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb,
yang akan di akhiri dengan kematian.

Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan AIDS,
yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan hubungan seksual secara bebas.Masalah
AIDS ini tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini, apalagi jika
ada partisipasi dari semua pihak.

B. SARAN

1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (berzinah), dan jangan berganti-ganti

pasangan seksual.

2. Apabila  berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah alat 

suntik itu steril atau tidak.

3. Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika melalui alat

suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS,

karena alat-alat aeperti itu tidak ada gunanya.dan hindarkan diri dari pergaulan bebas

yang bersifat negatif.

4. Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-brosur, yang

mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kita memperhatikan denganbaik, agar

22
segala sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak

dini dari AIDS.

5. Orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya menggunakan

kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS tidak menular pada

pasangan seksualnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A., Djuanda S., Hamzah M., Aisah S., editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993.

23
Fahmi S., Indriatami W., Zubier F., Judanarso J., editor. Penyakit Menular Seksual. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997.

Budimulja. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam: Djuanda,A;dkk. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1987: 354-356.

Stewart G, editor. Could it be HIV? The clinical recognition of HIV infection. 2 nd edition.
Australia: Australian Medical Publishing Company, 1994.

Merati TP. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam: Noer HMS, Waspadji S,
Rachman AM, etal, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996.

Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Diakses 16 Februari, 2000.

Gunawan. 1992. Teknik kultur jaringan. Bogor, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut
Pertanian Bogor.
ILO, 2004, Laporan penelitian Laporan Penelitian Isu-Isu Perempuan dan Jender di Organisasi
Serikat Pekerja/Buruh di Indonesia, Jakarta, ILO
KPA, 2010, Laporan Akhir Tahun KPA 2010, Jakarta, KPA Nasional

KPAP, 2010, Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar, KPAP Sulsel
Retno, 2007, Determinan Perilaku Berisiko Tertular HIV/AIDS pada karyawan Laki-laki di
Perusahaan Besar, UI, Depok
UNAIDS, 2008, Report on the Global Epidemic, UNAIDS.
UNAIDS, 2002, AIDS Epidemic Udpate 2002, UNAID

24

Anda mungkin juga menyukai