Anda di halaman 1dari 7

ANALISA GAS BUANG

1. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
 Melakukan analalisa gas buang kendaraan bermotor menggunakan alat uji
emisi.

2. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan:
 Portabel Combustion Gas Analyzers 4400
 Kabel dan Terminal Listrik
Bahan yang digunakan:
 Gas Buang Kendaraan Bermotor

3. TEORI SINGKAT
Tujuan pengetesan emisi: memperoleh gambaran secara cepat, tentang
efisiensi pembakaran di dalam mesin.
Batasan-batasan analisa dengan gas analiser:
a. CO (carbonmonxida)
Adalah sisa bensin yang tidak terbakar dan ikut terbuang keluar lewat
knalpot. Kondisi ini disebabkan oleh pencampuran udara dan bahan bakar
(bensin) didalam mesin yang tidak seimbang, dimana jumlah bagian
bensinnya lebih banyak daripada jumlah bagian udaranya, atau dengan
kata lain terjadi campuran kaya / RICH (kebanyakan bensin). Hal-hal yang
bisa menyebabkan pencampuran kaya adalah:
a) Filter udara mampet.
b) Spuyer (main jet/slow jet) korosi, longgar.
c) Stelan karburator salah.
d) Choke menutup terus.
e) Injector tidak mengabut dengan baik.
f) Cold start injector kerja terus menerus.
g) Terjadi kesalahan sensor (MAP, Air Flow, IAT, ECT dan O2 sensor).
Masing-masing sensor tersebut memberikan signal tegangan yang
besar ke ECU, sehingga ECU meningkatkan debit bensin.
Nilai CO yang diperbolehkan maksimal 3% untuk mobil karburator
dan 2% untuk mobil injeksi. Semakin kecil nilai CO semakin efisien
proses pembakaran yang terjadi dimesin.

b. HC (hydrocarbon)
Adalah sisa bensin yang tidak terbakar dan ikut terbuang keluar lewat
knalpot. Kondisi ini disebabkan penyebaran panas di ruang bakar yang
tidak sempurna. Adapun berbagai macam factor penyebabnya adalah:
a) Tekanan kompresi lemah (piston, ring piston aus, stelan/celah klep tiak
tepat (terlalu rapat).
b) Stelan timing tidak tepat.
c) Kabel busi rusak/ resistornya tinggi.
d) Platina atau pickup coil rusak.
e) Ignition coil rusak/tegangan sekundernya lemah.
f) Pemakaian tipe busi yang tidak tepat (tipe busi dingin).
g) Terjadi kesalahan sensor pengapian (CKP, CMP).
Nilai HC yang diperbolehkan maksimal 450 ppm, untuk mobil
karburator dan 250 ppm untuk mobil injeksi. Semakin kecil nilai HC
berarti semakin efisien proses pembakaran yang terjadi di mesin.

c. Lambda
Merupakan kesimpulan proses pembakaran yang terjadi dimesin, jika
Lambdanya 1 (satu), berarti pembakaran bahan bakar di mesin sangat
efisien/ideal, dalam artian komposisi pencampuran udara dan bahan bakar
benar-benar homogeny. Namun biasanya kita sangat sulit untuk men-tune
up kendaraan untuk memperoleh nilai lambda dengan angka 1 (satu). Oleh
karenanya nilai lambda ini mempunyai posisi range nilai 0,95 s/d 1,05. Jika
nilai lambda kurang dari angka itu berarti terjadi pencampuran gemuk
(kebanyakan bensin), sedangkan jika nilai Lambda melebihi dari angka itu
menandakan campuran kurus (kebanyakan udara).
Catatan : saat kita memperhatikan nilai lambda, kita harus mengamati
pergerakkan nilai O2, jika nilai O2 nya tinggi (diatas 3% atau lebih) ada
kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor, maka nilai
lambda tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.

d. AFR (Air Fuel Ratio)


Menunjukkan jumlah bagian udara yang terjadi di ruang pembakaran
mesin. Idealnya mesin yang efisien mempunyai nilai AFR 14,7. Namun
dalam kenyataanya kita tidak bisa/sulit mengkondisikan mesin/men-tune up
mesin untuk mendapatkan nilai AFR sebesar 14,7. Oleh karenanya nilai
AFR ini berkisar antara 14,5 s/d 15,5. Apabila nilai AFR kurang dari angka
itu/lebih rendah, maka terjadi pencampuran gemuk(kebanyakan bensin),
sebaliknya jika nilai AFR melebihi dari angka itu berarti terjadi
pencampuran kurus (kebanyakan udara).

Catatan : saat kita memperhatikan nilai AFR, kita harus mengamati


pergerakkan nilai O2, jika nilai O2 nya tinggi (diatas 3% atau lebih) ada
kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor, maka nilai
AFR tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.

e. Carbondioxida (CO2)
Homogenitas pencampuran udara dan bahan bakar serta efisiensi
pembakaran sebuah mesin bensin bisa dilihat dari besarnya nilai CO2.
Untuk proses pembakaran yang paling sempurna nilai CO2 sebesar 16%,
namun kita susah mengkondisikan hal tersebut. Oleh karenanya nilai CO 2
berkisar antara 12% s/d 16%.

Catatan: saat kita memperhatikan nilai CO 2, kita harus mengamati


pergerakkan nilai O2, jika nilai O2 nya tinggi (diatas 3% atau lebih) ada
kemungkinan terjadi kebocoran knalpot, dan jika knalpot bocor, maka nilai
CO2 tidak bisa dipakai sebagai patokan kesempurnaan pembakaran.

f. Oksigen (O2)
Setiap terjadi proses pembakaran bensin, selalu memerlukan udara
untuk membentuk homogenitas campuran udara dan bahan bakar sehingga
mudah dibakar dengan api busi. Besarnya nilai O2 yang diijinkan adalah
maksimal 2%, semakin kecil semakin bagus, yang berarti udara yang
masuk ke mesin dapat dimanfaatkan sepenuhnya untuk pembakaran.
Namun ada kalanya nilai O2 sangat ekstrim timggi (lebih besar 2%), hal ini
biasanya pertanda knalpot bocor. Oleh karenanya jika terjadi kebocoran di
knalpot maka, niali-nilai O2, Lambda, AFR dan CO2, tidak bisa sebagai
patokan kesempurnaan pembakaran.

4. PROSEDUR KERJA
 Hubungkan selang penyaring udara, selang sampling udara dan kabel
termokopel ke alat.
 Hubungkan alat ke sumber arus.
 Tekan tombol on beberapa detik sampai layar alat menyala.
 Membiarkan beberapa saat, alat akan melakukan analisa autozero, ulangi
langkah ini sampai 3x.
 Memasukkan ujung selang analisa ke bagian mesin yang akan diukur gas
buangnya.
 Menekan tombol ok
 Alat akan melakukan analisa, 1x analisa ± 115 detik, dilayar akan muncul
hitung mundur, alat akan melakukan analisa sebanyak 3x.
 Untuk mencetak hasil analisa tekan print.
5. PERTANYAAN
1) Sebutkan peraturan-peraturan pemerintah baik dari kementrian
lingkungan hidup, kementrian kesehatan maupun peraturan daerah yang
mengatur mengenai nilai ambang batas dari emisi gas buang dari
kendaraan bermotor?
Jawab:
 Keputusan menteri Negara lingkungan hidup nomor 35 tahun 1993
 Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.41 tahun 1991
 Peraturan mentri Negara lingkungan hidup nomor 05 tahun 2006
 Mentri Negara lingkungan hidup nomor 141 tahun 2003
 Menteri Negara lingkungan hidup nomor 04 tahun 2009
 Peraturan menteri negera lingkungan hidup republic Indonesia nomor
23 tahun 2012

6. DATA PENGAMATAN
Jupiter MX
Yamaha Mio
Vixion Honda Beat POP

7. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini dilakukan analisa gas buang pada knalpot
kendaraan bermotor. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
kadar CO, NO, dan O2 Pada gas buang kendaraan roda dua dengan alat
portable combustion gas analyzers 4400 yang memiliki sensor untuk
mengukur parameter-parameter tersebut. Dalam percobaan analisa gas buang
pada kendaraan bermotor, pemeriksaan dilakukan satu per saru pada knalpot
motor yang diuji. Pada analisa ini menggunakan sampel gas buang dari motor
Honda Beat Pop, Yamaha Mio, Vixion, dan Jupiter MX.
Alat portable combustion gas analyzers 4400 dapat mengukur
menghasilkan pengukuran temperature, flue, temperature air, kadar CO dan
N, untuk harga (nilai) pengukuran O 2 tak bisa didapatkan dikarenakan
terkendala sensor alat portable combustion gas analyzers 4400. Pada sampel
motor Jupiter MX dan Vixion merupakan motor kopling sedangkan Honda
Beat Pop dan Yamaha Mio merupaka motor matic.
Pada sampel motor Jupiter MX hasil pengukuran CO adalah 8900
ppm dan NO 4 ppm. Sedangkan motor Vixion hasil pengukuran CO adalah
18100 ppm dan NO 6 ppm. Untuk motor jenis matic Honda beat, hasil
pengukuran CO tidak didapatkan dan NO 41 ppm, sedangkan Yamaha Mio
hasil CO adalah 1713 ppm dan NO 15 ppm. Terlihat jelas bahwa nilai NO
yang tertinggi pada motor Honda Beat dan untuk nilai CO yang tertinggi
adalah motor Vixion.
Pada pengukuran temperature flue dan temperature air didapat hasil
temperature sebesar 49,1℃ dan 27,8℃ pada sampel motor Jupiter MX.
Sedangkan untuk motor Vixion didapat hasil T.flue 34,1℃ dan T.air 28,3℃,
dan untuk motor Honda Beat Pop T.flue 39,8℃ dan T.air 28,5℃. Sedangkan
motor Yamaha Mio T.flue 41,3℃ dan T.air 28,1℃.
Semakin tinggi temperature pembakaran maka gas buang yang
dihasilkan semakin besar. Besarnya emisi gas buang yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor dipengaruhi oleh bahan bakar yang digunakan.
Perbedaan bahan bakar ini dapat mempengaruhi berpa besar emisi gas buang
suatu kendaraan.

8. KESIMPULAN
1) NOx/NO motor yang diuji masih memenuhi standar.
2) Semakin kecil kadar CO semakin sempurna proses pembakaran dan
bensin akan semakin irit, sebaliknya jika semakin tinggi kadar CO
semakin boros bensinnya.
3) Hasil pengukuran yang didapat, yaitu:
 Yamaha Mio  Honda Beat Pop
 T.Flue = 41,3℃  T.Flue = 39,8℃
 T.Air = 28,1℃  T.Air = 28,5℃
 CO = 1713 ppm  CO = error
 NO = 15 ppm  NO = 4 ppm
 NOx/NO = 1,05 ppm  NOx/NO = 1,05ppm
 NOx = 16 ppm  NOx = 43 ppm
 Vixion  Jupiter MX
 T.Flue = 34,1℃  T.Flue = 49,1℃
 T.Air = 28,3℃  T.Air = 27,8℃
 CO = 18100 ppm  CO = 8900 ppm
 NO = 6 ppm  NO = 4 ppm
 NOx/NO = 1,05ppm  NOx/NO = 1,05ppm
 NOx = 6 ppm  NOx = 4 ppm

9. DAFTAR PUSTAKA
Kasie laboratorium. 2019. Jobsheet Penuntun Praktikum Kimia Analisis 2.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
10. GAMBAR ALAT
 Portable Combustion Gas Analyzers 4400

Anda mungkin juga menyukai