Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

REVENUE

Dosen Pengampu:

Prof.Dr. Eddy R, M.Com (Hons) Ak, CA

Dr.Rahmat Febrianto SE, M.Si,Ak,CA

Dr. Amy Fontanela SE, M.Si,Ak

Disusun Oleh:

RIEDY RIANDANI 19205320

IFTIKAR ARIF YURI 1920532022

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI ANDALAS
2019
A. DEFINISI PENDAPATAN

“Revenue is a key accounting element and fundamental to reporting on a firm’s


activities, so its definition is important. Maksudnya disini adalah Merupakan elemen utama
dalam laporan keuangan yang penting bagi penyaji maupun pemakai laporan keuangan sebagai
refleksi dari hasil operasi dimasa yang lalu yang digunakan untuk memprediksi kinerja dimasa
yang akan datang

Pendapatan merupakan aliran fisik dan moneter. Aliran fisik melibatkan hal
memproduksi dan menjual output perusahaan atau sebuah produk. Aliran moneter melibatkan hal
meningkatkan nilai perusahaan (karena produksi atau penjualan kepada pelanggan dari output
perusahaan). Kita bisa menyimpulkan bahwa pendapatan secara langsung berkaitan dengan
peristiwa moneter dalam kenaikan nilai perusahaan, yang timbul dari produksi atau penjualan
output.

PENGERTIAN REVENUE MENURUT IAS, PSAK NO.23, FASB.

Menurut IAS 18

IAS mendefinisikan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) yang


diadaptasikan juga oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang dituangkan dalam Standar
Akuntansi Keuangan sebagaimana didefinisikan sebagai berikut:

Revenue is the gross inflow of economic benefits during the period arising in the course
of the ordinary activities of end entitiy when thus inflows result in increase in equity,
other than increases relating to contributions from equity participants.

Disini IAS mendefinisikan pendapatan adalah aliran masuk manfaat ekonomik dalam
satu periode yang berasal dari kegiatan rutin suatu badan usaha atau entitas yang menyebabkan
peningkatan equitas selain dari kontribusi dari pemilik.

Contoh: Perusahaan Laptop, disini pendapatan perusahaan diperoleh dari penjualan


laptop yang dapat meningkatkan aset, sehingga modal bertambah karena berasal dari laba.

Menurut IASB
Revenue from part of income. Income is increases in economic benefits during the
accounting period in the form of inflows or enhancement of asset or decreases of
liabilities thet result in increases in equity, other than those relating to contribution from
equity participant..

Dalam hal ini IASB mendefinisikan pendapatan merupakan bagian dari Income, yang
merupakan peningkatan manfaat ekonomik dalam periode akuntansi dalam bentuk peningkatan
aset atau penurunan liabilitas yang berasal dari peningkatan equitas selain dari kontribusi dari
pemilik.

Contoh: pendapatan ditangguhkan, sewa gedung 5 tahun dibayar tapi belum digunakan
dinamakan utang, jika sudah dipakai 1tahun bisa mengakibatkan penurunan kewajiban.

Menurut FASB

Pengertian pendapatan menurut FASB dalam SFAC No. 6, adalah sebagai berikut:
Revenues are inflows or other enhancements of assets of an entity or settlements of its
liabilities from delivering or producing goods, rendering services, or other activities that
constitute the entity's ongoing major or central operations
Gains are increases in equity (net assets) from peripheral or incidental transaction of an
entity and from all other transactions and other events and circumstances affecting the
entity except those that result from revenues or investments by owners

Pendapatan merupakan aliran masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitas
( atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi
barang atau jasa atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha

Contoh: pendapatan ditangguhkan, sewa toko/gedung 5 tahun dibayar tapi belum


digunakan dinamakan utang, jika sudah dipakai 1 tahun bisa mengakibatkan penurunan
kewajiban.

B. PERILAKU PENDAPATAN

Revenue merepresentasikan peningkatan total nilai asset (atau penurunan nilai dari
liabilitas) dan kapital atas tambahan investasi yang dilakukan oleh owner/pemilik. Pendapatan
disini bukan hanya mengenai sejumlah uang. Paton mengatakan, pendapatan menunjukkan
'pencapaian' terhadap perusahaan. Ini adalah ukuran kinerja kotor entitas sebagai bisnis
keuntungan. ketika beban yang dilihat sebagai mewakili 'upaya' pada perusahaan, kemudian
mencocokan hasil pendapatan dan beban dalam laporan laba, sedangkan 'pencapaian bersih' dari
perusahaan. ini adalah pandangan perilaku pendapatan, beban dan keuntungan.
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan sebagai jumlah kotor diukur dengan
jumlah rupiah aset baru yang diterima dari pelanggan. Hal yang serupa juga dinyatakan oleh
FASB bahwa yang dimaksud dengan jumlah kotor dalam kaitannya dengan pendapatan adalah
jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa (from delivering goods
atau rendering services). IAI yang berpedoman pada IASC juga menyatakan jumlah kotor yang
dimaksud sebagai jumlah rupiah pendapatan yang berupa penjualan, imbalan atas jasa, bunga,
dividen, royalitas, dan sewa (sales, fees, interests, dividends, royalties, dan rents).
Definisi pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan definisi dengan konsep aliran
masuk (inflow concept of revenue). Konsep ini memiliki kelemahan karena pendapatan dianggap
baru ada setelah transaksi penjualan terjadi. Dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa
atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama satu periode atau siklus operasi.
Kelemahan lainnya adalah definisi ini mengacaukan pengukuran (measurement) dan penentuan
saat pengakuan (timing) dengan proses penciptaan pendapatan (revenue generating process). Dan
juga, konsep ini memerlukan justifikasi mengenai mana aliran masuk yang merupakan
pendapatan dan mana yang bukan.
Bedford menekankan pandangan operasional pendapatan dan pusat laba, dimana laba
didefinisikan dalam hal operasi tertentu dilakukan oleh entitas bukannya hanya hasil penerapan
metode akuntansi. laba timbul hanya dari kegiatan yang ditujukan operasi bisnis.

Menurut Bedford, kegiatan operasional badan usaha terdiri dari:

1. Akuisisi sumber daya uang


2. Akuisisi layanan
3. Penggunaan layanan
4. Rekombinasi jasa yang diperoleh
5. Disposisi layanan

6. Distribusi sumber daya uang


Proses memperoleh laba:

Membeli jasa Produksi Penyimpanan produk Penjualan Menagih Garansi

C. PENGAKUAN PENDAPATAN
1) Perspektif Sejarah
Saat abad ke 19, income atau profit diperhitungkan berdasarkan basis peningkatan pada
kekayaan bersih. Chatfield menyatakan bawa hal ini terjadi disebabkan oleh dua hal yaitu
“melalui kebijakan penggantian akuntansi dan melalui penilaian asset”. Pengakuan yang
sekarang familiar atau prinsip realisasi tidak selalu merupakan bagian dari praktik standar
akuntansi. Sebagaimana dinyatakan oleh May:
Sebuah review dari akuntansi, legal dan ekonomis memberikan saran bahwa realisasi
postulat tidak dapat diterima saat sebelum perang dunia pertama. Pada 1913, dipimpin oleh
otoritas di Inggris dan Amerika terlihat setuju untuk “meningkatkan kekayaan”sebagai konsep
income.

Cara pandang peningkatan kekayaan didukung oleh pernyataan bahwa income


seharusnya sudah dapat terealisasi. Perubahan ini terjadi karena peggunaan non currentasset oleh
perusahaan menjadi signifikan pada periode antara perang dunia 1 dan tahun 1930-an.
Penghitungan nilai dari asset sulit, membuat kalkulasi dari perubahan nilai asset lebih sulit
dipastikan.

Di Amerika Serikat, penyalahgunaan muncul dari penilaian pada tahun 1920-an


berkontribusi pada guncangan ekonomi yang kemudian disebut Great Depression pada 1930-an.
Beberapa orang menyaksikan bahwa profesi akuntansi bertanggung jawab atas bencana tersebut
karena memperbolehkan perusahaan untuk menilai asetnya secara berlebihan. Menghadapi kritik
tersebut, akuntan mengadaptasi pendekatan konservatif dan pengakuan atau realisasi prinsip
untuk mengatasinya. Chatfield menyatakan bahwa penggunaan otoritas pertama adalah kata
“realisasi” terjadi pada 1932 sebagai korespondensi antara komite institute amerika dan bursa
saham New York. Komite khusus mendukung realisasi kriteria dan menolak metode penilaian
asset. Berikutnya, revaluasi dari non current asset tidak diperbolehkan dalam US GAAP.
Bagaimanapun juga, secara umum mereka mengobservasi Amerika Serikat dan Australia
sebelum mengadopsi standar IASB pada 2005.

2) Kriteria Pengakuan Pendapatan


Kegiatan berikut dideskripsikan akuntan sebagai kebutuhan akan bukti tujuan yang cukup
untuk mendukung berbagai perubahan nilainya jika dicatat sebagai pendapatan. Secara
konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability)
dan keterandalan (reliability).

SIKLUS OPERASI
Sumber : Godfrey et al
(2010:296)

Berdasarkan gambar di atas, pengakuan pendapatan dapat terjadi pada beberapa poin
dalam siklus pendapatan :

1. Poin 5, pada industri bangunan untuk kontrak konstruksi jangka panjang.


2. Poin 7, ketika pengambilan barang merupakan tanggung jawab pembeli.

3. Poin 8, pada banyak kasus.

4. Poin 9, oleh beberapa praktisi professional untuk instalment credit sales.

D. ANALISIS KRITERIA PENGAKUAN PENDAPATAN

 Dapat Diukur
Pendapatan dapat dilihat sebagai arus masuk yang meningkatkan nilai dari total aset
perusahaan, bersamaan dengan peningkatan ekuitas. Jadi terukurnya nilai aset adalah kriteria
yang layak untuk mengakui pendapatan. Jika tidak ada arus kas masuk dari nilai aktiva yang
dapat obyektif ditentukan, pendapatan tidak dapat dihitung secara obyektif.

Kebutuhan untuk pengukuran yang reliabel dan verifiable telah menyebabkan


pendekatan konservatif untuk menilai aset. Pendapatan akan diakui pada saat realisasi.
1) Reliable : dapat diandalkan
2) Verifiable : dapat dibuktikan kebenarannya
3) Konservatisme : perusahaan akan memilih informasi yang terburuk yaitu pendapatan
dicatat pada kemungkinan nilai terkecil. Pendapatan dapat ditentukan nilai
kuantitatifnya dengan cara melakukan kesepakatan.

 Adanya Transaksi

Pendapatan hanya bisa diakui bila ada transaksi. Transaksi adalah adanya kegiatan
pertukaran dengan pihak lain baik eksternal atau internal yaitu proses untuk menerima hasil dari
kegiatan utama perusahaan. Ketika pihak eksternal dalam transaksi menyatakan kesediaan untuk
membayar harga yang diberikan untuk produk perusahaan, transaksi tersebut merupakan bukti
objektif dari peningkatan suatu nilai dalam perusahaan. Pihak luar memberikan bukti yang
menguatkan nilai output. Saat ini, terkecuali dalam kasus tertentu, perusahaan harus menjadi
pihak langsung dalam transaksi
 Proses Penyelesaian Pendapatan Secara Substantial

Kegiatan substantial  kegiatan yang paling penting untuk pengambilan keputusan karena
telah terjadi kontrak.

Sumberdaya terkumpul, direncanakan, dikombinasikan dengan sumberdaya telah jadi


produk. Pengakuan pendapatan didasarkan pada prosentase penyelesaian barang. Kriteria ini,
tidak secara eksplisit dinyatakan dalam rangka, berfokus pada hasil bahwa pendapatan tidak
dihasilkan (diperoleh) sampai perusahaan telah melaksanakan sebagian besar kegiatan yang
memperoleh pendapatan. Untuk kriteria tersebut dapat diterapkan. Sebagai contoh,
penandatanganan kontrak dalam kebanyakan kasus tidak menciptakan pendapatan karena tidak
ada kinerja oleh penjual pada saat itu.

E. PENGUKURAN PENDAPATAN

1) Dasar pengakuan pendapatan menurut IASB Framework:

1. Kemungkinan manfaat ekonomik dimasa yang akan datang berkaitan adanya aliran masuk
dan keluar badan usaha.
Pengakuan pendapatan yaitu apabila manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset
Pendapatan baru dapat diakui bilamana jumlah rupiah pendapatan telah terealisasi atau cukup
pasti akan segera terealisasi (Realized atau Realizable). Pendapatan dapat dikatakan telah
terealisasi bilamana telah terjadi transaksi pertukaran produk atau jasa hasil kegiatan perusahaan
dengan kas atau klaim untuk menerima kas. Pendapatan dapat dikatakan cukup pasti akan segera
terealisasi bilamana barang penukar yang diterima dapat dengan mudah dikonversi menjadi
sejumlah kas atau setara kas yang cukup pasti.
2. Mempunyai nilai yang dapat diukur

Pengakuan pendapatan yaitu apabila biaya atau nilai dapat diukur dengan keandalan .
Pendapatan baru dapat diakui bilamana pendapatan tersebut sudah terhimpun atau terbentuk
(earned). Pendapatan dapat dikatakan telah terhimpun bilamana kegiatan menghasilkan
pendapatan tersebut telah berjalan dan secara substansial telah selesai sehingga suatu unit usaha
berhak untuk menguasai manfaat yang terkandung dalam pendapatan.
2) Kriteria Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan dalam IAS 18/ AASB 118 Revenue:

1. Penjualan yang Baik

Yang dimaksud dengan penjualan adalah ketika produk telah diserahkan ke pembeli atau
jasa telah diberikan, lebih mengacu pada substansi ekonomi transaksi dari pada aspek legal.
Meskipun barang telah diserahkan ke pembeli, jika risiko signifikan kepemilikan barang masih
ditahan penjual maka hal ini idak termasuk penjualan dan pendapatan tidak diakui (IAS 18/
AASB 118 paragrap 16).

Pendapatan dari penjualan barang harus diakui ketika kondisi-kondisi berikut ini
terpenuhi (par 14):

a) Entitas telah mengalihkan/ mentransfer risiko dan manfaat signifikan atas kepemilikan
barang kepada pembeli,
b) Entitas tidak menahan baik terus terlibat dalam kegiatan manajerial seperti pada tingkat
kepemilikan yang biasa dan pengendalian yang efektif atas barang yang dijual tersebut,
c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
d) Ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,
e) Biaya yang timbul terkait transaksi dapat diukur secara andal.

Pengecualian:

a. Pendapatan dapat diakui selama masa produksi, yaitu berdasarkan metode percentage of
completion (IAS 18/ AASB 118). Hal ini dianggap memenuhi kriteria pengakuan
pendapatan yaitu dapat diukur secara andal dan adanya transaksi (yaitu kontrak).
Penentuan percentage of completion dapat dilakukan dengan cara:

- proporsi biaya kontrak dibebankan pada pekerjaan yang dilakukan sampai periode
tertentu dibandingkan dengan total estimasi biaya kontrak;

- survey pada pekerjaan yang dilakukan;

- penyelesaian fisik secara proporsional dibandingkan dengan kontrak pekerjaan.


b. Pendapatan diakui di akhir masa produksi, yaitu jika peristiwa penting adalah pada saat
produksinyadan penjualan setelahnya hanyalah sesuatu yang rutin sehingga dianggap
akan selalu terjadi.

c. Pendapatan diakui pada saat kas diterima setelah penjulan dilakukan, yaitu pada
penjulaan dengan metode installments dan cost recovery. Metode ini menunjukkan
bentuk konservatif pengakuan pendapatan dan penting karena kriteria pengakuan
pendapatan pertama (measurability) dan ketiga (penyelesaian substansial) tidak terpenuhi.
Pembuktiannya adalah hanya berdasarkan kas yang diterima dari pelanggan.

2. Pemberian Jasa (IAS 18/ AASB 118 par 20)

Ketika outcome transaksi terkait pemberian jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan dapat diakui pada periode dimana jasa disediakan berdasarkan tingkat penyelesaian
transaksi di tanggal pelaporan. Outcome transaksi dapat diestimasi secara andal jika kondisi
berikut ini terpenuhi:

a) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,


b) ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,
c) tingkat penyelesaian transaksi pada tanggal pelaporan dapat diukur secara andal,
d) biaya yang timbul terkait dan untuk menyelesaikan transaksi dapat diukur secara andal.

3. Bunga, royalti, dan dividen

Bunga, royalti dan dividen dapat diakui pada saat diterima sehingga memenuhi ketiga
kriteria pengakuan pendapatan. Namun, untuk beberap item, dapat terjadi adanya pendapatan
yang ditangguhkan, contoh: pendapatan bunga di akhir periode akuntansi.

Pendapatan atas bunga, royalti dan dividen diakui ketika (IAS 18/ AASB 118)

1) ada kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir ke entitas,


2) jumlah pendapatan dapat diukur secara andal,
3) dasar pengakuan :
a. bunga : effective interest method
b. royalti : bais akrual sesuai dengan isi perjanjian terkait
c. dividen : ketika hak pemegang saham untuk memperoleh pembayaran dibuat.
F. TANTANGAN UNTUK PENGATURAN STANDAR
Perkembangan dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan IASB dan FASB
melakukan proyek kerja sama untuk membuat seperangkat prinsip-prinsip yang komprehensif
dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan karena dilatarbelakangi oleh:
1) literature yang ada belum menyajikan dengan baik terkait transaksi pendapatan,
2) transaksi pendapatan saat ini menjadi lebih kompleks, missal: transaksi gabung barang,
jasa dan transaksi keuangan,
3) adanya inkonsistensi antara IASB Framework dan beberapa standar,
4) standar yang ada tidak menguraikan dengan baik transaksi yang melibatkan komponen
(rencana pendapatan multi-elemen),
5) FASB mengindikasikan tidak adanya pedoman tentang pengakuan pendapatan dan
kurangnya konsep dasar untuk mengatasi isu-isu yang relevan.
FASB dan IASB mengusulkan prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran pendapatan
berikut ini:
1) Entitas pelaporan harus mengakui pendapatan pada periode akuntansi dimana mereka
timbul dan mengukurnya dengan nilai wajar pada tanggal mereka timbul jika keterjadian
dan pengukurannya dapat ditentukan secara andal.
2) Entitas pelaporan harus mengukur pendapatan yang timbul dari kenaikan aset atau
penurunan kewajiban (atau kombinasi keduanya) pada nilai wajar atas kenaikan atau
penurunan tersebut.
Poin-poin penting prinsip tersebut:
1) Pendapatan diakui ketika timbul, ditekankan pada aspek waktu, bukan terealisasinya
pendapatan,
2) Pendapatan timbul dari kenaikan aset atau penurunan kewajiban,
3) Pengakuan dan pengukuran pendapatan menggambarkan nilai wajar,
4) Pengukuran harus dapat diandalkan.
IASB sementara menyetujui bahwa dua kriteria berikut harus dipenuhi dalam pengakuan
pendapatan:
1) kriteria elemen: terjadinya kenaikan aset atau penurunan liabilitas yang meningkatkan
ekuitas tanpa melibatkan investasi pemilik.
2) kriteria pengukuran: (1) aset atau liabilitas diukur dengan sifat-sifat atau atibut yang
relevan, dan (2) kenaikan aset atau penurunan liabilitas dapat diukur dengan reliabilitas
yang cukup.

Fair Value measurement

Definisi pendapatan yang diadopsi IASB adalah bahwa pendapatan dapat mencakup hasil
dari perubahan nilai bersih aset. Beberapa standar IASB mengharuskan keuntungan dan kerugian
(gain and losses) yang timbul dari pengukuran kembali aset dimasukkan dalam operating income
atau dalam comprehensive income meskipun telah terealisasi atau belum terealisasi. Sebagai
akibatnya, penyusun standar perlu memperhatikan bagaimana penyajian terbaik atas informasi
ini dalam laporan keuangan.

Financial Statement Presentation


IASB dan FASB melakukan proyek kerja terkait penyajian laporan keuangan, termasuk
pengakuan pendapatan dan bagaimana item-item pendapatan dilaporkan di laporan keuangan.
IAS 1 memperbolehkan tetapi tidak mengharuskan single comprehensive income statement.
Kesimpulan sementara:

a. Laporan pendapatan tunggal mencakup semua aspek.


b. Realisasi bukan merupakan satu-satunya dasar pengakuan.
c. Pengungkapan yang terpisah mengenai kinerja dan pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai