Anda di halaman 1dari 7

Si.apa?

Daniel dan Puput. Sepasang remaja yang sudah berhubungan cukup lama dan memiliki hari
hari yang sangat romantis dari sekian banyak pasangan di dunia. Bagaimana tidak? Daniel remaja
berumur 22 yang memiliki tubuh layaknya lelaki idaman dengan rambut rapi dan juga tubuh yang
pas, tidak kurus, tidak gemuk. Dengan pasangannya Puput yang masih berumur 20 dan memiliki
fisik seperti bidadari jika digambarkan oleh mereka penulis penulis puisi. Hari hari mereka hanya
dipenuhi oleh tawa, harmonis, serta beberapa kisah cinta dalam novel novel remaja SMA. Sampai
pada suatu hari.

Daniel berniat memberi sedikit kejutan untuk Puput dengan datang ke apartemennya tanpa
memberi kabar. Ia langsung bergegas menuju apartemen Puput yang berada di daerah padat
penduduk. Apartemen kalangan menengah keatas dengan warna cat dominan putih, terlihat cukup
elegan dari kejauhan. Mencari lift terdekat, menunggu, pintu lift terbuka, dan menuju lantai 6. Ya,
di lantai 6 kamar kekasihnya berada. Berada di lorong yang langsung berhadapan dengan jendela ia
mendapati pintu kamar kekasihnya sedikit terbuka. Dalam ruangan yang cukup luas dan berisi
beberapa perabot ruang tamu, serta satu tempat tidur king size di ujung ruangan, dan meja kecil
tepat di seberang tempat tidurnya yang berisi buku buku kesukaan Puput. Ia mendapati Puput
tergeletak pucat di antara kasur dan meja.

“Kenapa harus Puput yang kau takdirkan hari ini mati tuhan? Bukankah masih banyak
manusia di bumi ini.” Ia merasa bersalah, mungkin jika ia datang sedikit lebih cepat. Sosok yang ia
cintai masih dapat ia peluk untuk saat ini. Masih dengan seribu pertanyaan di kepala, ia terus
menangisi kepergian kekasihnya. Kenapa Puput bisa sebodoh ini? Dengan tangan gemetar ia
menghubungi polisi untuk melaporkan kejadian ini. Ia yakin bahwa ini pembunuhan, karena tidak
mungkin Puput membiarkan pintunya tak terkunci, tidak mungkin Puput melakukan hal sebodoh
ini. Ia berjanji pada dirinya sendiri, jika pembunuhnya sudah ketemu, ia akan mencari dan
membuatkan tempat tidur terakhir bagi sang pembunuh tersebut. Dengan hati penuh dendam, ia
menunggu di depan kamar. Menyalakan sebatang rokor, Daniel melihat sekeliling, barangkali ada
hal yang bisa dijadikan barang bukti. Disitu ia melihat kamera cctv menempel pada langit langit
lorong. 3 cctv, 2 di pojok, dan 1 tepat di tengah lorong. Di jendela, ia melihat sedikit ada noda darah
yang terlihat seperti jejak cengkraman pada kuseinnya. Ia yakin jika itu jejak tangan tersangka,
namun ia sadar. Jika jejak darah tersebut tidak memiliki sidik jari dan bercampur dengan cairan
lain. Nampak sulit untuk menunggu hasil lab DNA pada noda darah tersebut. Dan bodohnya, ia
tanpa sengaja memegang kusein berdarah itu. Dengan sedikit khawatir jika polisi menemukan jejak
itu dan menuduh Daniel sebagai tersangka. Ia memersihkan noda darah tersebut dengan air dan
membasuh dengan sebuah kain.

Polisi datang, Daniel dijadikan sebagai saksi karena ia yang melaporkan kejadian tersebut.
Ketika di interogasi, ia menjawab semua pertanyaan dengan sedikit ketakutan.

“Aku tidak tahu, aku berniat untuk memberikan kejutan sebagai tanda bahwa kami sudah baikan.”

“Tanda baikan? Apakah kau baru bertengkar?”

“Iya pak, pertengkaran sepele antar pasangan.”


Polisi mulai curiga dengan jawaban Daniel. Karena motif yang sudah terlihat jelas. Yaitu
konflik antara keduanya. Namun anggota polisi lainnya menemukan bukti lain dari kamar Puput.

“END LIA”

Sebuah tulisan yang di tulis pada tisu dengan noda darah. Ditulis dengan darah yang keluar
dari hidung. Kemungkinan terbesar atas apa yang terjadi kepada Puput adalah ia mati dibunuh
dengan ditemukannya luka lebam di pelipis korban, serta noda darah pada meja di sebelah korban.
Ia dibunuh dengan dibenturkan kepalanya berkali kali ke arah ujung meja hingga membuat Puput
gagar otak dan mengalami pecah pembuluh darah. Tidak ditemukan sidik jari di sekitar korban
adalah salah satu bukti jika sang pembunuh sudah berhati hati dalam melakukan pembunuhan kali
ini.

“Lia? Bapak bilang Lia?”

“Iya END LIA. Apakah mungkin kamu tahu sesuatu tentang tulisan ini?”

“Lia adalah nama sahabat dekat Puput. Apa mungkin Lia tahu alasan dibalik meninggalnya Puput?”

“Baiklah, jika memang sahabat korban tahu sesuatu tentang kejadian ini. Apakah saudara ada
kontak dari si Lia?”

“Ada pak.”

“Bisakah anda hubungi dia dan suruh dia kemari, kami tidak bisa meninggalkan tempat kejadian
sebelum menemukan titik terang dari kasus ini.”

“Baiklah pak, tunggu sebentar.”

Setelah dihubungi. Tanpa basa-basi, tibalah seorang perempuan dengan rambut sepundak
dan kulit berwarna cerah berlari dari ujung lorong ke arah kamar Puput. Dari ekspresi wajahnya,
tampak sangat sedih dan tidak percaya mendengar kabar jika sahabat terdekatnya sudah tidak ada.

“Ada apa dengan Puput Daniel? Puput tidak mungkin sebodoh ini.” Lia terisak sembari memeluk
Daniel.

“Aku tidak tau Lia, aku juga tidak percaya Puput mati dengan cara seperti ini.”

Polisi yang ada di lokasi berusaha menenangkan Lia untuk dimintai kesaksian terhadap
kejadian ini. Setelah cukup tenang, seorang polisi mulai memberikan sedikit pertanyaan tentang
kejadian ini.

“Apa benar anda adalah sahabat korban?”

“Iya pak, benar. Nama saya Lia”

“Baik nona Lia. Berapa lama anda berteman dengan korban?”

“Kurang lebih 10 tahun pak. Kami sudah sangat akrab.”

“Apa yang anda ketahui tentang korban? Kejiwaan atau riwayat penyakit mungkin?”
“Soal kejiwaan, saya rasa Puput tidak memiliki masalah. Mengenai riwayat penyakit. Dia memiliki
penyakit sesak yang lumayan. Puput tidak bisa olahraga terlalu keras, kena asap, atau debu
sedikitpun. Penyakitnya bisa kambuh sewaktu-waktu.”

“Sekarang saya langsung memberikan 2 pertanyaan dan tolong jawab dengan jujur dan jelas.”

“Baik pak.”

“Apakah akhir-akhir ini anda mendapat masalah dengan korban atau mungkin korban bercerita
mengenai masalahnya, dan dimanakah anda 5 jam yang lalu?”

“Kami tidak memiliki masalah, jika kita memiliki masalah, kita tidak akan berlarut larut
mengungkit masalah ini. Soal masalah dari si Puput. Dia sempat bercerita jika ia sedang bertengkar
dengan Daniel dan juga ia sedang diancam oleh kekasih gelapnya...”

“Tunggu sebentar. Diancam? Oleh kekasih gelapnya? Diancam seperti apa?”

“Puput ingin menyudahi hubungannya dengan kekasih gelapnya yang bernama Ryan. Ia beralasan
karena si Ryan yang terlalu posesif dan terkesan seperti psikopat pada film film.”

“Oke satu lagi nama sudah kami dapat. Apakah anda tahu kontak atau alamat dari Ryan tersebut?”

“Saya tidak tahu kontak yang bisa dihubungi. Namun jika alamat, ia tinggal di seberang kampus
tempat Puput kuliah, rumah cat biru.”

“Baiklah, aku akan mengutus tim ku untuk menjemputnya. Sambil menunggu, tolong jawab
pertanyaan kedua, dimanakah anda 5 jam yang lalu?”

“Saat itu aku di kamar kos dan sudah janjian dengan Puput untuk bertemu. Dia ingin curhat
mengenai permasalahannya.”

“Baiklah, terima kasih atas penjelasannya. Kami sudah mengantongi pernyataan anda sebagai bukti
dari peristiwa ini.”

15 menit kemudian. Dari ujung lorong terlihat seorang remaja laki laki yang bertubuh agak
pendek dengan memakai hoodie hitam dan menteng tas ransel datang bersama 2 polisi yang
mendampingi. Ia berjalan tenang dengan muka santai dan merasa tidak ada duka dalam dirinya

“Bangsat kau Ryan!!”

Daniel berlari ke arah Ryan dengan penuh kemarahan dalam dirinya. Namun polisi mencegah
terjadinya konflik dalam situasi tersebut.

“Apa yang kau lakukan pada Puput, Anjing!!”

“Aku? Asal kau tau Daniel. Goyangan Puput cukup enak, dengan desahan yang indah. Mampu
membuat malam yang lalu sungguh nikmat.”

“Keparat!!!”
Daniel berhasil melekatkan tinjunya tepat ke pipi Ryan. Ia tersungkur dengan wajah yang puas
karena berhasil memancing emosi Daniel.

“Hahahahaha. Tapi aku serius lo DA NI EL.”

“Setan kau Ryan! Pergilah ke neraka!”

“Diam. Daniel, jangan membuat kami menyeretmu karena kasus kekerasan. Dan anda Ryan, ikut
saya.” Nampak polisi berhasil memecah suasana terburuk ini.

Dalam ruangan. Polisi nampak heran dengan ekspresi Ryan yang terkesan aneh dengan wajah datar
dengan sedikit senyum.

“Baiklah, apakah anda yang bernama Ryan?”

“Loh bapak belum yakin kalo saya Ryan? Sumpah pak saya Ryan. Hehehehe.”

“Baiklah. Jika anda Ryan, bolehkah saya menanyakan beberapa hal kepada anda?”

“Bapak gak sopan! Sebelum menanyakan sesuatu. Perkenalkan diri dulu lah pak.”

“Iya iya. Nama saya Joko Mulyono...”

“Nah gitu kan bagus. Oke pak Joko, anda ingin menanyakan apa tentang Puput?”

“Anda sudah tau apa yang terjadi kepada saudari Puput?”

“Iya, dia ditemukan tewas menggantung di kamar apartemen nya.”

“Sekarang. Apa hubungan anda dengan saudari Puput?”

“Aaaaaaaaa. Apa ya? Kekasih gelap? Selingkuhan? Intinya hubungan terburuk lah pak.”

“Oke. Apa yang anda ketahui tentang Puput?”

“Puput? Dia munafik pak, sumpah. Seminggu yang lalu dia berkata jika dia mencintaiku ketika ia
berada di atasku. Tapi semalem dia bilang gamau kenal aku lagi. Kan munafik pak namanya.”

“Apa benar jika ketika di tinggal. Anda sempat mengancam Puput?”

“Iya pak. Tapi bukan ancaman yang sadis kok. Cuman menyebarkan video pornonya ketika
denganku.”

“Baiklah. Sekarang pertanyaan terakhir. Dimana anda 6 jam yang lalu.?”

“Saya saat itu sedang keluar main futsal. Ini aja sepatunya belum aku lepas pak.”

“Sekarang pernyataan anda sudah kami simpan. Tapi ada 1 pertanyaan yang mengganjal dari diriku
sendiri. Kenapa dari tadi anda terkesan santai dan tidak takut jika dijadikan sebagai tersangka?”

“Karena aku udah tau pak siapa tersangkanya.”

“Tersangkanya?”
“Iya. Tersangka atau PE LA KU.”

“Bisakah anda beri kami bukti bahwa anda sudah menemukan pelakunya?”

“Bisa.”

Ryan mengeluarkan Laptop dari tasnya dan membuka beberapa aplikasi yang nampak asing bagi
pak polisi yang ada di depannya.

“Bapak tidak sadar jika di depan kamar ada CCTV.”

“CCTV yang ada di lorong bukannya sudah mati?”

“CCTV hany terputus koneksinya dari ruang pantau. Selama lampu CCTV tersebut masih menyala.
Benda itu masih hidup.”

“Jadi?”

“Bapak kurang canggih. Ini, saya sudah masuk ke jaringannya dan sudah dapat melihat sebagai
CCTV tersebut. Sekarang tinggal kita putar balik 5 jam yang lalu dan...”

“Stop. Pria itu siapa?” Nampak polisi menghentikan pemutaran rekaman CCTV itu ketika nampak
seorang pria keluar dari kamar Puput.

“Oh itu? Dia tetangga sebelah kamar Puput.”

“Baiklah aku akan mencoba bertanya dengannya.”

“Tapi pak...”

Polisi tersebut keluar ruangan untuk mencari pria yang terlihat di CCTV tersebut.

“Dasar Polisi tidak sopan.”

Nampak Ryan keluar dengan tatapan kosongnya. Daniel memandang Ryan dari kejauhan
dengan keyakinan bahwa Ryan lah pelakunya. Ia yakin Ryan yang membunuh Puput dengan alasan
bahwa ia nampak seperti psikopat. Di sebelah kamar Puput. Polisi menarik keluar seorang pria
berperut buncit dan hanya mengenakan kaos oblong serta boxer berwarna cerah. Sang pria dibawa
masuk ke kamar Puput dengan muka yang nampak takut.

“Baiklah. Dengan bapak siapa saya berbicara?”

“Saya Bambang pak. Ada apa ya saya dibawa kesini? Saya tidak tau pak. Bukan saya yang
membunuh korban.”

“Bukan. Saya hanya menanyakan 1 pertanyaan. Apa yang anda lakukan 5 jam yang lalu. Dan
kenapa anda tampak ketakutan ketika keluar dari kamar Puput?”

“Saat itu saya masuk kamarnya karena saya mendengar suara gaduh. Sudah lama saya membenci
Puput karena ia sering gaduh dalam kamar. Tapi hari ini justru saya mendapati Puput tergantung di
kamarnya. Saya takut dan spontan lari keluar dari kamarnya.”
“Kenapa anda lari? Kenapa anda tidak menghubungi kepolisian.”

“Saya sudah sangat ketakutan saat itu pak. Saya takut ada yang tau dan saya dituntut menjadi
tersangka. Saya bukan pembunuhnya pak. Saya tidak tau apa apa. Saya takut pak. Saya hanya takut
pak. Maaf.”

“Sudah. Jika anda tidak bersalah bersikaplah biasa saja. Karena ketika anda gugup, saya semakin
curiga dengan anda.”

“Bagaimana saya bisa biasa saja dihadapan anda pak. Saya takut pak, saya takut.”

“Baiklah mari keluar dulu.”

Di depan pintu sudah terlihat Ryan membawa laptopnya. Entah ada maksud apa Ryan
menunggu polisi keluar, namun terlihat seperti ada yang ingin disampaikan.

“Pak polisi, saya ada bukti lagi.”

“Bukti? Apa itu?”

“Lagunya Virgoun pak. Hehehehehe. Gak gak, boleh saya minta fasilitas berupa LCD proyektor?”

“Buat apa?”

“Buat memberitakan kepada mereka semua bahwa tersangkanya ada diantara kita.”

“Baiklah, biar anggota saya yang mengambilkannya di mobil.”

Setelah LCD datang, Ryan langsung menyambungkan Laptopnya dengan LCD tersebut. Daniel di
pojokan terlihat bingung dengan apa yang dilakukan Ryan.

“Baiklah teman teman ku semua. Hehehe. Saya ingin menyampaikan bahwa pelakunya ada diantara
kita. Untuk mempersingkat waktu akan saya putarkan rekamannya.”

Dalam rekaman terlihat jelas jika Daniel keluar kamar sebelum tetangga kamarnya Puput masuk.
Disitu Daniel terlihat seperti habis lari marathon. Dengan baju yang tidak beraturan, celana yang
sedikit robek pada ujungnya dan juga rambut yang tidak serapi saat ini.

“Saudara Daniel anda ditangkap.”

“Kenapa saya pak? Saya tidak mungkin membunuhnya. Bahkan kehilangan dirinya pun saya
takut...”

“DA NI EL. Mungkin disini terlihat aku yang jahat. Tapi aku Ryan Mahendra selaku anak IT pasti
tau bagaimana cara mengungkap ini dengan mudah. Pertama, dari rekaman CCTV terlihat jelas jika
kamu keluar dengan kondisi tidak wajar. Kedua aku juga masuk ke HP Puput dan mendapatkan
bukti lain dan lebih jelas.”

Dalam rekaman dari HP korban, terlihat jelas jika Daniel membenturkan kepala Puput beberapa kali
ke meja.

“Itu bukan aku, saat itu aku tidak berada disitu.”


“Jika tidak disitu, lantas dimana kamu DA NI EL? Bukti selanjutnya . END LIA, tulisan yang
ditulis oleh puput dengan darahnya sendiri. Disitu bukan berarti “mengakhiri Lia” atau “Lia adalah
tersangkanya. Itu adalah anagram. Jika huruf itu disusun ulang, maka akan ketemu DANIEL.
Bukankah itu nama anda?”

Perlahan ingatan Daniel mulai masuk, ia ingat jika ia kalap dan kalut ketika tau Puput
memiliki hubungan dengan orang lain, ia mencekik dan memukul kepalanya berulang kali hingga
pendarahan di kepalanya membuat darah keluar dari hidungnya. Selagi tubuh Puput lemas ia
mengambilkan tali untuk menggantung mayatnya dan membersihkan semua barang bukti yang ada.

Mengetahui jika sosok yang mencintai korban adalah pelaku utama, semua pandangan
tertuju di belakang, tempat Daniel memperhatikan Ryan memaparkan bukti. Para polisi sudah
nampak bersiap untuk menangkap korban. Namun Daniel justru berdiri di ujung lorong dengan
wajah tertunduk. Bukan untuk kabur, ia justru berjalan cepat dengan menggenggam sebilah pisau ke
arah polisi, Lia, dan juga Ryan.

“Itu bukan Daniel yang aku kenal, ia tidak seaneh ini, dia bukan Daniel.” Ucap Lia dengan suara
terlihat jelas jika ia sangat ketakutan dengan keanehan pada Daniel.

“Kalian semua sudah tau ya? Hahahahaha. Maaf buat bapak polisi, ijinkan saya berbicara dan
setelah itu terserah anda. Hehehehe.” Daniel berhenti dan berdiri cukup jauh dari mereka.

“Jadi gini, aku dengan Puput sudah memiliki cerita cukup panjang dan lama, kami sudah cukup
bahagia, namun semua berubah total ketika si anjing itu hadir dalam naskah kami. Dia merusak
segalanya, dia menggoda Puput dan sukses membuatku kehilangan kewarasan.” Terlihat Daniel
yang tadinya terlihat tersenyum menjadi sedikit bersedih ketika menceritakan itu.

“Tapi itu semua juga bukan salah Puput, Daniel.” Lia mencoba menyadarkannya.

“Tidak, tidak, tidak, tidak. Puput juga bersalah kok, buktinya dia mau ketika didekati, weeelllkk.
Hehehehe. Kalo sudah seperti ini kan jadi tidak ada yang diributkan. Ya kan Ryan. Hehehehe.”

Ryan hanya terdiam memandang Daniel dengan tatapan aneh.

“Baiklah Pak Polisi, Ryan, Lia, dan Pak Bambang, aku rasa semua sudah cukup.”

“Anda kami tahan, ikut kami ke kantor untuk melakukan pemeriksaan...”

Belum selesai Pak Polisi berbicara Daniel menancapkan pisau yang ia genggam pada lehernya dan
melemparkan dirinya ke arah jendela. *taaarr* tubuh Daniel terjun bebas membentur tanah
dibawahnya. Dengan kondisi tubuh penuh darah ia sempat menuliskan sesuatu pada tanah di
sebelahnya. EYE O US

-KASUS DITUTUP-

Anda mungkin juga menyukai