Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Tehnik pengkajian sampai dokumentasi pada aspek social
budaya pada perawatan paliatif”
Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi manapun itu. Oleh karena itu kami menerima segala
kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapatmemperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah dengan judul Analisis Kasus “Tehnik
pengkajian sampai dokumentasi pada aspek social budaya pada perawatan
paliatif” ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Yogyakarta, 06 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

BAB II ISI

A. Pengkajian

B. Diagnosa

C. Perencanaan Dan Implementasi

D. Evaluasi

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis.
Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008). Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan
paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dapat membatasi
hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap
pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003).Perawatan paliatif merupakan
perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup
dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif
mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan
pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan
paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian
merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap
yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010). Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi
pada pasien dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell,
2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati
ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini
meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias
sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati
& Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap
dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien
dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(KEMENKES, 2013)dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan
fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell
(2013), meliputi :

1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua
usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.

2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.

3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung


mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai
periode duka cita.

4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan


untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial
maupun keagamaan.

5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi,
pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog,
asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.

6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan : Tujuan perawatan paliatif adalah


mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun
pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis
dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.

8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka

9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang


ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk
mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.

10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada
akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa
memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.

11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan,


pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang
optimal.

12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi


teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengkajian dalam aspek social budaya pada perawatan paliatif
2. Diagnose dalam aspek social budaya pada perawatan paliatif
3. Perencanaan dalam aspek social budaya pada perawatan paliatif
4. Implementasi dalam aspek social budaya pada perawatan paliatif
5. Evaluasi dalam aspek social budaya pada perawatan paliatif
C. TUJUAN
1. Menganalisi tentang asuhan keperawatan pasien paliatif dalam aspek social budaya

D. MANFAAT
1. Menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pasien paliatif dalam aspek social
budaya
BAB II

ISI

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih
ataumendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau mengatasi
masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat
untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya
sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya
(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material
yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi
yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain
misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan
klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar
secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali

a. FORMAT PENGKAJIAN

1. Faktor Tekhnologi ( Technological Factors )


a.Persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini :
b. Alasan mencari bantuan kesehatan :
c.Persepsi sehat sakit :
d. Kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan :
2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup ( Religious and Phylosophical Factors )
a.Agama yang dianut :
b. Kebiasaan yang berdampak positif terhadap kesehatan :
c.Berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa :
d. Mempunyai konsep diri yang utuh :
1) Gambaran diri :
2) Ideal diri :
3) Harga diri :
4) Peran diri :
5) Identitas diri :
e.Status pernikahan :
f. Persepsi klien terhadap kesehatan dan cara beradaptasi terhadap
situasinya saat ini:
g. Cara pandang klien terhadap penyebab penyakit :
h. Cara pengobatan dan penularan terhadap orang lain :
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan ( Khinsip and Social Factors )
a.Nama lengkap :
b. Nama panggilan dalam keluarga :
c.Umur :
d. Tempat dan tanggal lahir :
e.Jenis kelamin :
f. Status :
g. Tipe keluarga :
h. Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga :
i. Hubungan klien dengan kepala keluarga:
j. Kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga :
k. Kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat : kerja bakti
4. Faktor Nilai – Nilai Budaya dan Gaya Hidup ( Cultural Values and
Lifeways )
a.Posisi dan jabatan :
b. Bahasa yang digunakan :
c.Kebiasaan membersihkan diri :
d. Kebiasaan makan :makan sulit dan tidak teratur:
e.Makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit :
f. Sarana hiburan yang bisa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari – hari :
5. Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit yang Berlaku ( Pollitical and Legal
Factors )
a. Peraturan dan kebijakan berkenaan dengan jam berkunjung :
b. Jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu :
c. Hak dan kewajiban klien yang harus dikontrakkan klien oleh rumah sakit:
d. Cara pembayaran untuk klien yang dirawat :
6. Faktor Ekonomi ( Economical Factors )
a. Sumber ekonomi yang dimanfaatkan oleh klien :
b. Tabungan dan patungan antar anggota keluarga :
c. Pekerjaan klien :
d. Sumber biaya pengobatan :
e. Kebiasaan menabung dan jumlahnya dalam sebulan :
7. Faktor Pendidikan ( Educational Factors )
Latar belakang pendidikan klien,
meliputi :
a. Tingkat pendidikan klien :
b. Tingkat pendidikan keluarga :
c. Jenis pendidikan : Sekolah Menengah Pertama
d. Kemampuan klien belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehinggatidak terulang kembali :
8. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
9. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

C. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih
strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance


1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan
berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatanyang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan. Perawat dan
klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
6) Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu.
Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan
hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

4. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35572748/MAKALAH_KONSEP_KEPERAWATAN_PALIATIF_D
AN_MENJELANG_AJAL/35572748/MAKALAH_KONSEP_KEPERAWATAN_PALIATIF_
DAN_MENJELANG_AJAL

https://id.scribd.com/document/425174986/Format-Pengkajian-Sosial-Budaya

https://id.scribd.com/document/375273827/Tujuan-Perawatan-Paliatif-Adalah-Untuk-
Mengurangi-Penderitaan

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16227/B
AB%2520II.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed
%3Dy&ved=2ahUKEwiVv97h0dPoAhVS8HMBHZsqBDwQFjAEegQIARAB&usg=AOvVaw2
lCnqzLlTdwlbu15eu0MdR

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4e
UJ0dVBndz09/2017/08/PEDOMAN_NASIONAL_PROGRAM_PALIATIF_KANKER.pdf&ve
d=2ahUKEwiW-
pfB0dPoAhUd_XMBHf52BjcQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw1dGO1t3MuzwpSWjRES75uI

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16227/B
AB%2520II.pdf%3Fsequence%3D6%26isAllowed
%3Dy&ved=2ahUKEwiVv97h0dPoAhVS8HMBHZsqBDwQFjAEegQIARAB&usg=AOvVaw2
lCnqzLlTdwlbu15eu0MdR

Anda mungkin juga menyukai