Oleh :
Nama : Nikita Martha Dewi Namah
NIM : 1807010132
PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan,
kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan
semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang
disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan
merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)
tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan
yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan
Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat
dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada
kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun
dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.
Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun seperti kata
pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek
pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi
dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya
Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya,khususnya pada
masalah limbah Bahan Berbahaya dan(B3) Beracun tersebut. Maka dari itu penulis mengangkat
topic ini untuk diketahui lebih lanjut tentang masalah B3 tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Berdasarkan Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.
Menurut PP No. 18 1999 tentang pengelolaan limbah B3, yang dimaksud dengan Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal
dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan,
dll.
Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang
sec ara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.
1) Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,
misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2) Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3) Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4) Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam
kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan
benzoyl perioksida.
5) Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
6) Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7) Bahan Radioaktif (Uranium, plutonium,dll)
Elemen Hg berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan mudah menguap
bila dipanaskan. Hg2+ (Senyawa Anorganik) dapat mengikat carbon, membentuk senyawa
organomercury. Methyl Mercury (MeHg) merupakan bentuk penting yang memberikan
pemajanan pada manusia.
Efek Fisiologis :
Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana mercury
terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor,
kehilangan daya ingat. Efek yang lain : Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan
makanan dapat terjadi pada keracunan akut. Inhalasi dari elemental Mercury dapat
mengakibatkan kerusakan berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang
mengandung Mercury dapat menyebabkan kerusakan liver.
2. Chromium
Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi meski dalam
suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri : Metalurgi, Kimia, Refractory (heat resistent
application). Dalam industri metalurgi, chromium merupakan komponen penting dari
stainless steels dan berbagai campuran logam.
Cat pigmen (dapat berwarna merah, kuning, orange dan hijau),Chrome plating,Penyamakan
kulit, Treatment Wool.
penyamakan kulit dan pabrik textil merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air
permukaan. Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill dapat
merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah.
— Kulit
Dampak Kesehatan
Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai
fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal.
Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang
bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas.
Efek pada Kulit : Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV.
4. Penanganan Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar
atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya
racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang
khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan
limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah
stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik
dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu
untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun
limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung,
dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-
tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini
jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
(suhaeri, 2013)
3) Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan
incineration.
1. Chemical Conditioning
1.
menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
2.
mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3.
mendestruksi organisme pathogen
4.
memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan
pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini
pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya
pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity
thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses
flotation pada tahapan awal ini.
4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan
composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary
landfill, crop land, atau injection well.
2 Solidification/Stabilization
B. Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,lumpur, bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.
Sumber limbah padat di antaranya adalah pabrik gula, pulp dan rayon, plywood,
pengawetan buah, ikan dan daging dan lainlain.Secara garis besar limbah padat
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
5. Lumpur
9. Bongkaran bangunan
1. Jumlah penduduk
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi
golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika
harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
4. Factor geografis
Bergantung pada factor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah
per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih
banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak
begitu bergantung pada factor waktu
7. Factor musim
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau
penyaringan air limbah,
8. Kebiasaan masyarakat
Contoh, ika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman
sampah makanan itu akan meningkat
9. Kemajuan teknologi
10.Jenis sampah
Terhadap Lingkungan
- Dampak Menguntungkan
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak
sumber daya alam melalui proses daur ulang.
- Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian
limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan
pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga menimbulkan
pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.
Terhadap Manusia
- Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber
energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan.
- Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang
pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi
manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya.
(iyandri, 2011).
Penimbunan limbah padat pada areal tertentu membutuhkan areal yang luas dan
merusakkan pemandangan di sekeliling penimbunan. Penimbunan. ini mengakibatkan
pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya, karena adanya reaksi kimia yang
rnenghasilkan gas tertentu.Dengan penimbunan, permukaan tanah menjadi rusak dan air
yang meresap ke dalam tanah mengalami kontaminasi dengan bakteri tertentu yang
mengakibatkan turunnya kualitas air tanah.Pada musim kemarau timbunan mengalami
kekeringan dan ini mengundang bahaya kebakaran.
2. Pembakaran
Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan debu. Pembakaran ini
menjadi sumber pencemaran melalui udara dengan timbulnya bahan pencemar baru
seperti NOR,hidrokarbon, karbon monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida.
3. Pembuangan
C. Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta
bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air
1. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari
rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air
deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industry.
Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan makanan dan
sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan
ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke
dalam saluran pembuangan melalui pipa yang rusak, pecah, atau bocor sedangkan
luapan dapat terjadi melalui bagian saluran yang membuka atau terhubung ke
permukaan. Contoh limbah cair yang dapat merembes dan meluap ke dalam saluran
pembuangan limbah cair adalah air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC),
tempat parker, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
4. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di atas permukaan tanah dapat melewati dan
membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut sebagai
limbah cair.
Persoalan limbah cair adalah limbah yang paling sering kita temui dibandingkan
limbah padat ataupun limbah gas. Bahkan tidak jarang limbah padat justru berubah atau
disatukan menjadi limbah cair. Persoalan terbanyak dari limbah cair adalah limbah yang
terkandung di dalam air, atau dengan kata lain air limbah. Air limbah dapat berasal dari
berbagai macam sumber, mulai dari air hujan, air buangan rumah tangga, perkantoran
sampai industri.
Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun
laut. Terkadang dalam perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber
air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah
perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air
limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan.
Air yang sudah tercemar dengan limbah cair yang mengandung zat kimia dan
banyak bakteri patogen yang dapat menimbulkan beragam penyakit bagi tubuh manusia.
Berikut ini beberapa bakteri yang terdapat di dalam air yang sudah tercemar.
1. Entamuba Histolitika, bakteri ini adalah penyebab penyakit amuba disentri. Bakteri ini
menyebar melalui air berlumpur yang mengandung kista.
2. Mycobacterium Tuberculosa, bakteri ini bisa ditemukan pada air limbah yang berasal
dari sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas medis yang secara khusus disediakan untuk
merawat dan menyembuhkan penderita tuberkulosis. Fasilitas ini mencegah penderita
tuberkulosis melakukan interaksi dengan orang-orang yang tidak terkena tuberkulosis
untuk menghindari penularan dan memberikan pengobatan yang terbaik untuk penderita.
Bakteri Mycobacterium Tuberculosa yang terdapat di dalam air yang tercemar
merupakan penyebab penyakit tuberculosis.
4. Salmonella Spp, bakteri ini menyebabkan keracunan makanan. Bakteri ini dapat
ditemukan dalam air hasil pengolahan.
5. Escherichia Coli, bakteri ini dapat menyebabkan diare. Bakteri ini banyak ditemukan
pada air hasil pengolahan atau air isi ulang.
(Mahidu, 1996)
Selain mengandung banyak bakteri, limbah cair yang mencemari air dapat pula
mengandung logam-logam berat yang membahayakan tubuh manusia. Kandungan
logam-logam berat pada air biasanya berasal dari limbah cair yang berasal dari kegiatan
perindustrian.
Kandungan timah hitam yang tinggi pada air dan kemudian dikonsumsi oleh
manusia bisa menyebabkan kerusakan ginjal, kerusakan fungsi otak dan juga penyebab
penyakit anemia. Sedangkan kandungan krom pada air bisa menyebabkan kanker pada
saluran pencernaan kita dan juga pada kulit.
Sementara itu air yang telah tercemar sianida meskipun hanya dalam jumlah yang
kecil saja sudah dapat merusak organ hati manusia dan juga dapat menyebabkan
keracunan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada
pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat
pengolahan air limba, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-
artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi.
Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan
minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk
menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah.
Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended
film dan lagoon system.
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
(witasharer.blogspot.com, 2012).
D. Limbah gas
Limbah gas adalah penambahan gas ke dalam udara melampui kandungan alami
akibat kegiatan manusia sehingga menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi 2 yakni partikel dan gas.
Partikel adalah butiran halus dan kemungkinan masih bisa dilihat oleh mata telanjang.
Contoh : uap air, debu, asap, kabut, dan fume.
Pencemaran gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (aroma) atau akibat
langsung. Contoh : SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, dan lain-lain. Beberapa zat yang
berbentuk padat atau cair juga bisa mencemari udara. Dengan dipengaruhi temperatur
dan tekanan tertentu maka zat tersebut berubah menjadi gas.
Contoh partikel dan gas yang merugikan kesehatan manusia : debu batubara,
asbes, semen, belerang, asap pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-
lain.
Materi partikulat adalah partikel-partikel yang berukuran kecil seperti serbuk batu bara,
serbuk kayu, serbuk batu, serbuk pasir, serbuk kapas, serbuk kwarsa, serbuk asbes. Materi
partikulat banyak terdapat di daerah industri, pertambangan, daerah perkotaan yang padat
penduduk dan daerah konstruksi (pembangunan gedung).
Dampak yang ditimbulkan adalah penyakit paru mulai dari peradangan hungga kangker paru-
paru.
Materi partikulat yang lain adalah timbal (Pb) yang bersifat toksit (racun). Timbal yang masuk
ke dalam tubuh dan sudah terakumulasi dalam kosentrasi tertentu dapat menyebabkan :
a) menyerang berbagai sistem tubuh seperti sistem pencernaan dan sistem syaraf.
b) Radang paru-paru sampai kanker paru-paru
c) Gangguan jantung
d) Gangguan ginjal
e) Keterbelakangan mental pada anak-anak
f) Gangguan kesehatan pada hewan
4. Asap rokok
Rokok terbuat dari tembakau mengandung Nikotin dan TAR. Nikotin adalah zat adiktif
yang menimbulkan ketergantungan / kecanduan. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon
aromatik
Undang-undang pengendalian rokok mensyaratkan kandungan Nikotin tidak boleh dari 1,5 mg
dan kandungan tar tidak boleh lebih dari 50 mg.
Tar bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker)
Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah gas SO2 , NOx dan Freon (CFC / chloro
fluoro carbon). Gas SO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat (H2SO4),
sedangkan gas NO diudara bereaksi dengan uap air membentuk asam nitrat (HNO3). Freon
(CFC) bereaksi secara fotokimia menghasilkan Klor (Cl) dan jika bereaksi dengan uap air
membentuk asam klorida (HCl).
Pembentukan asam sulfat (H2SO4)
1. mempengaruhi kualitas air permukaan atau air menjadi lebih asam sehingga
mempengaruhi biota air yang hidup di dalamnya, karena biota air terpengaruh oleh pH
air. (pH air kurang dari 5,6)
3. dapat melarutkan logam berat dalam tanah kemudian mencemari air. air yang tercemar
oleh logam berat sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
4. dapat bersifat korosif artinya dapat merusak atau mengkorosi logam, seperti motor,
mobil, sepeda, kotruksi bangunan atau komponen bangunan, seperti gedung, patung,
candi, monumen dan lain-lain.
6. dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau meninggal pada ibu hamil.
(hanif, 2013)
6. Efek Rumah Kaca / Pemanasan Global
Efek Rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier tahun 1824, merupakan proses atmosfer
memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca bisa terjadi secara alami maupun oleh aktivitas
manusia. Efek rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas CO2 (karbon dioksida), NO
(nitrogen monoksida), SO2 (sulfur dioksida), CH4 (metana) dan CFC (chloro fluoro carbon) ke
atmosfera bumi. Konsentrasi gas CO2 meningkat karena kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya (absorbsi).
Energi yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh awan dan/ atau partikel lain
di atmosfer, 25% diserap awan, 45% di serap oleh permukaan bumi, 5% di pantulkan kembali
oleh permukaan bumi.Energi yang diserap oleh bumi, dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
sinar infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Tetapi sebagian sinar inframerah yang
dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas-gas lainnya
kemudian dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan untuk menjaga agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak jauh berbeda.
Analogi gas rumah kaca adalah seperti peristiwa yang terjadi dalam green house.
Peningkatan aktivitas manusia meningkatkan jumlah gas rumah kaca yang berada di
atmosfer. Peningkatan jumlah gas rumah kaca dimulai adanya revolusi industri di Eropa
memasuki abad 21, ketika itu pemakaian batubara sebagai bahan bakar industri mengalami
peningkatan yang tinggi sehingga limbah yang berupa gas sulfur oksida, nitrogen oksida dan
karbon monoksida juga meningkat tajam. Peningkatan gas-gas tersebut di atmosfer juga diikuti
peningkatan jumlah gas yang lainnya seperti metana dan freon yang digunakan dalam sistem
mesinpendingin ruang atau penimpanan.
Berikut ini beberapa gas rumah kaca yang berada di atmosfer adalah :
Gas karbon dioksida (CO2)
Gas nitrogen oksida (NOx )
CH4 (metana) dan
Gas CFC (Cloro Fluoro Carbon)
Gas-gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batubara dan gas
alam) oleh industri, transportasi maupun rumah tangga. Demikian juga dengan pembakaran
hutan dan peristiwa alam seperti gunung meletus.Akibatnya adalah terjadi peristiwa pemanasan
global.
(andika mahriadi, 2013)
Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu permukaan bumi rata-rata
0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek
IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer yang
akhirnya meningkatkan suhu permukaan bumi.
Meningkatnya suhu bumi mengakibatkan adanya perubahan iklim yang ekstrim di bumi,
yang dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global juga
mengakibatkan pencairan lapisan es di puncak-puncak gunung dan es di kutub utara dan selatan.
Pemanasan global juga mengakibatkan peningkatan suhu permukaan air laut. Menurut laporan
IPCC tahun 2007 peningkatan permukaan air laut sejak tahun 1961 dengan peningkatan rata-rata
±1,8 mm/tahun dan sejak tahun 1993 menjadi ±3,1 mm/tahun. Pencairan lapisan es dan salju di
kutub utara mencapai ±2,7% per dekade (10 tahun).
f. Tanah lebih cepat mengering walaupun sering terkena hujan, berdampak kekurangan air
kematian tanaman.
i. Punahnya manusia hewan dan tumbuhan yang tidak mampu berpindah atau beradaptasi
dengan suhu yang makin tinggi.
j. meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi.
(Wikipedia, 2014)
BAB III
Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, alami pencemaran merkuri dan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3). Kondisi ini berdampak luas dari kerusakan mangrove, biota laut tercemar sampai
abrasi Pesisir Teluk Kendari. Kehidupan manusia pun terancam buntut pencemaran ini.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kendari, menyebutkan, hutan mangrove
Kendari menyusut dari 525 hektar jadi 367,5 hektar. Penyebabnya, selain proses pembangunan,
juga ada pengaruh bahan kimia berbahaya di akar mangrove.
Mangrove, katanya, mampu menyerap logam berat seperti merkuri dan B3 yang masuk dan
mencemari laut.Namun, fungsi mangrove itu ternyata berdampak pada kelangsungan hidupnya
sendiri. Secara otomatis, merkuri dan limbah berbahaya yang terserap itu membuat mangrove
mati.
Penelitian memperlihatkan, pengelolaan limbah seperti merkuri dan B3 di Kendari, tak ramah
lingkungan, baik dari pasar, hotel, tempat hiburan dan rumah makan.
Dari berbagai tempat itu, tak ada pengelolaan limbah. Merkuri dan benda bahan berbahaya lain
nyata masuk ke daerah aliran sungai (DAS) menuju ke teluk dan mencemari mangrove.
Penelitian ini, menemukan, pencemaran merkuri dan limbah B3 melebihi ambang batas hingga
membuat akar mangrove tak lagi berfungsi.
kualitas air di Sungai Kendari secara fisika kimia dan mikrobiologi, mengalami pencemaran
berbeda. Pada hutan lindung atau hutan mangrove, pencemaran air pada nilai indeks 2,2,
kawasan perumahan padat penduduk dan wilayah perdagangan indeks pencemaran 3,75.Di
kawasan lain di Pesisir Teluk Kendari indeks pencemaran 3,74 dengan masing-masing beban
pencemaran dua kilogram limbah B3 setiap hari.
pasar basah Kendari, selain menghasilkan limbah juga merkuri. Proses pemurnian emas
menggunakan merkuri tak dikelola dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah, limbah logam
berat mencemari hingga ke teluk (tempat hidup mangrove).
logam berat, sampah, dan limbah industri dapat menutupi akar mangrove hingga mengurangi
kemampuan bertahan hidup.
Masalah lain degradasi mangrove hingga tak lagi berperan sebagai penyaring. Degradasi ini,
katanya, bukan hanya limbah pasar, hotel, tempat hiburan dan rumah makan, tetapi operasi
tambang.
Air keruh dan sampah plastik yang menempel di akar mangrove di Teluk Kendaru. Kondisi ini
mengancam kesehatan mangrove sekitar.
Hubungan studi kasus teluk kendari yang tercemar limbah b3 dengan pembangunan
berkelanjutan yaitu bahwa apabila kualitas suatu lingkungan baik maka akan berpengaruh baik
juga terhadap pembangunan berkelanjutan dan sebaliknya apabila kualitas suatu lingkungan
yang buruk berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutannya.
Diharapka dalam menstabilkan suatu kualitas lingkungan yang baik adanya kesadaran dari
masyarakat sekitar hutan mangrove, industry-industri yang ada disekitar hutan mangrove agar
dapat mengolah limbah sebelum dialurkan keluar.
Daftar Pustaka
Mahidu.1996.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.Jakarta:Rajawali
Ammâ Ĉeper.2010.http://www.scribd.com/doc/34144034/PENGERTIAN-LIMBAH-PADAT
diakses pada 29-03-2020
Arif Sumantri.2013.http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dan-
gas.html diakses pada 29-03-2020