Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KUALITAS LIMBAH B3, LIMBAH CAIR PADAT DAN GAS

Oleh :
Nama : Nikita Martha Dewi Namah
NIM : 1807010132

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan,
kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan
semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang
disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan
merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3)
tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan
yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan
Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin meluas, bahkan dampaknyapun akan sangat
dirasakan bagi lingkungan sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada
kehidupan makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek ataupun
dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang akan datang.

Kita tidak akan tahu seberapa parah kelak dampak tersebut akan terjadi,namun seperti kata
pepatah”Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati”, hal tersebut menjadi salah satu aspek
pendorong bagi kita semua agar lebih berupaya mencegah dampak dari limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun tersebut, ketimbang menyaksikan dampak dari limbah B3 tersebut telah terjadi
dihadapan kita, dan kita semakin sulit untuk menanggulanginya

Secara garis besar,hal tersebut menjadi salah satu patokan bagi kita,bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan tanggung jawab kita bersama untuk menanggulanginya,khususnya pada
masalah limbah Bahan Berbahaya dan(B3) Beracun tersebut. Maka dari itu penulis mengangkat
topic ini untuk diketahui lebih lanjut tentang masalah B3 tersebut.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Kualitas Limbah B3 Di Lingkungan?
2. Bagaimana Kualitas Limbah Padat Dilingkungan?
3. Bagaimana Kualitas Limbah Cair Dilingkungan?
4. Bagaimana Kualitas Limbah Gas Dilingkungan?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Limbah B3 Di Lingkungan


1. Pengertian Limbah B3

Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Berdasarkan Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup,
dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

Menurut PP No. 18 1999 tentang pengelolaan limbah B3, yang dimaksud dengan Limbah
B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung berbahaya dan/atau beracun
yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.

2. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik. Berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal
dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarut kerak, pengemasan,
dll.

Limbah B3 dari sumber spesifik. Limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang
sec ara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian ilmiah.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:


a) Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal
dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap.
b) Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
c) Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan
lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil
proses tersebut.
d) Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested
aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan
banyak mengandung padatan organik.
2.1.2 . Karakteristik B3

Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1) Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang menyala
dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber nyala,
misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2) Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3) Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4) Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam
kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan
benzoyl perioksida.
5) Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
6) Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
7) Bahan Radioaktif (Uranium, plutonium,dll)

3.Bahaya Limbah Bagi Kesehatan Manusia Dan Lingkungan

1) Air Raksa /Hargentum/ Hg/ Mercury

Elemen Hg berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar dan mudah menguap
bila dipanaskan. Hg2+ (Senyawa Anorganik) dapat mengikat carbon, membentuk senyawa
organomercury. Methyl Mercury (MeHg) merupakan bentuk penting yang memberikan
pemajanan pada manusia.

Industri yang memberikan efluents Hg adalah :


 Yang memproses chlorin,
 Produksi Coustic soda,
 Tambang dan prosesing biji Hg,
 Metalurgi dan elektroplating,
 Pabrik Kimia,
 Pabrik Tinta,
 Pabrik Kertas,
 Penyamakan Kulit,
 Pabrik Tekstil,
 Perusahaan Farmasi,
 Penambangan emas tradisional.

Sebagian senyawa mercury yang dilepas ke lingkungan akan mengalami proses


methylation menjadi methylmercury (MeHg) oleh microorganisme dalam air dan tanah.
MeHg dengan cepat akan diakumulasikan dalam ikan atau tumbuhan dalam air permukaan.
Kadar mercury dalam ikan dapat mencapai 100.000 kali dari kadar air disekitarnya.

Kelompok Resiko Tinggi Terpajan Hg.


Orang-orang yang mempunyai potensial terpajan Hg diantaranya :

 Pekerja pabrik yang menggunakan Hg.


 Janin, bayi dan anak-anak : 1. MeHg dapat menembus placenta, 2. Sistem syaraf sensitif
terhadap keracunan Hg. 3. MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu dapat terpajan.
 Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan yang tercemar
mercury.
 Pemajanan melalui inhalasi, oral,kulit
Dampak pada Kesehatan:

Mercury termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan terutama di


darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak. 90% ditemukan dalam
darah merah.

Efek Fisiologis :

Efek toksisitas mercury terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana mercury
terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor,
kehilangan daya ingat. Efek yang lain : Efek terhadap sistem pernafasan dan pencernaan
makanan dapat terjadi pada keracunan akut. Inhalasi dari elemental Mercury dapat
mengakibatkan kerusakan berat dari jaringan paru. Sedangkan keracunan makanan yang
mengandung Mercury dapat menyebabkan kerusakan liver.

2. Chromium

Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi meski dalam
suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri : Metalurgi, Kimia, Refractory (heat resistent
application). Dalam industri metalurgi, chromium merupakan komponen penting dari
stainless steels dan berbagai campuran logam.

Dalam industri kimia digunakan sebagai :

Cat pigmen (dapat berwarna merah, kuning, orange dan hijau),Chrome plating,Penyamakan
kulit, Treatment Wool.

penyamakan kulit dan pabrik textil merupakan sumber utama pemajanan chromium ke air
permukaan. Limbah padat dari tempat prosesing chromium yang dibuang ke landfill dapat
merupakan sumber kontaminan terhadap air tanah.

Kelompok Resiko Tinggi :

 Pekerja di industri yang memproduksi dan menggunakan Cr.


 Perumahan yang terletak dekat tempat produksi akan terpajan Cr-VI lebih tinggi
 Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui pernafasan
(inhalasi) atau kulit.
Pemajanan melaui :

— Inhalasi terutama pekerja

— Kulit

— Oral : masyarakat pada umumnya

Dampak Kesehatan

Cr (III) merupakan unsur penting dalam makanan (trace essential) yang mempunyai
fungsi menjaga agar metabolisme glucosa, lemak dan cholesterol berjalan normal.

Organ utama yang terserang karena Cr terhisap adalah paru-paru, sedangkan organ lain yang
bisa terserang adalah ginjal, lever, kulit dan sistem imunitas.

Efek pada Kulit : Dermatitis berat dan ulkus kulit karena kontak dengan Cr-IV.

4. Penanganan Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun, dibakar
atau dibuang ke lingkungan , karena mengandung bahan yang dapat membahayakan
manusia dan makhluk hidup lain. Limbah ini memerlukan cara penanganan yang lebih
khusus dibanding limbah yang bukan B3. Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik,
biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya
racunnya. Setelah diolah limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang
khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan
limbah B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.

1)    Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi

Proses pengolahan limbah B3  dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah
stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik
dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu
untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun
limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik.

Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3


namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas
beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat
ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah
B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan
mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat
dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran
dibandingkan dengan metode Kimia atau Fisik. Namun, proses ini juga masih
memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses
ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai
makanan di ekosistem.

2) Metode Pembuangan Limbah B3


a.    Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.

b.   Kolam penyimpanan (surface impoundments)

Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung,
dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama  air limbah sehingga mencemari udara.

c.    Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)

Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-
tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini
jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
(suhaeri, 2013)
3) Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan
incineration.
1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning.

Tujuan utama dari chemical conditioning ialah:

1.
menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
2.
mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
3.
mendestruksi organisme pathogen
4.
memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih
memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses
digestion
5. mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan
pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini
pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya
pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity
thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses
flotation pada tahapan awal ini.

2. Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan


menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat
pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat
treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.
3. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi


kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat
pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa
digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt
press.

4. Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan
composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary
landfill, crop land, atau injection well.

2 Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat


diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai
proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya
dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat
dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus


dalam matriks struktur yang besar
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ
mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi
pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90%
(volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem
pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk
padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan
energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana
sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan
cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

B. Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,lumpur, bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis.

1) Sumber limbah padat

Sumber limbah padat di antaranya adalah pabrik gula, pulp dan rayon, plywood,
pengawetan buah, ikan dan daging dan lainlain.Secara garis besar limbah padat
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Limbah padat yang mudah terbakar.


2. Limbah padat yang sukar terbakar

3. Limbah padat yang mudah membusuk

4. Limbah berupa debu

5. Lumpur

6. Limbah yang dapat didaurulang

7. Limbah radio aktip

8. Limbah yang menimbulkan penyakit

9. Bongkaran bangunan

(Ammâ Ĉeper, 2010)


2) Klasifikasi menurut istilah
1. GARBAGE
merupakan bahan organik yang mudah membusuk, mudah terurai oleh
mikroorganisme (biodegradable)
2. RUBBISH
merupakan bahan organik tidak mudah membusuk dan tidak mudah terurai oleh
mikroorganisme (non-biodegradablea).
Contoh : selulosa, kertas, plastic
3. ASHES /debu/abu,
merupakan hasil pembakaran dan mudah terbawa angina
4. DEAD ANIMAL
memiliki sifat mudah membusuk dan bau yangsangat menusuk
5. STREET SWEEPING,
contoh : daun, kertas, plastic
6. INDUSTRIAL WASTE
limbah-limbah yang berasal dari kegiatan industry

3) Factor — factor yang mempengaruhi jumlah limbah padat

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin


padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk
menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah
yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan,
perdagangan, industry, dan sebagainya.

2. System pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika


dibandingkan dengan truk

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi
golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika
harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.

4. Factor geografis

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau di


dataran rendah.
5. Factor waktu

Bergantung pada factor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah
per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih
banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak
begitu bergantung pada factor waktu

6. Factor social ekonomi dan budaya

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat

7. Factor musim

Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada selokan pintu air, atau
penyaringan air limbah,

8. Kebiasaan masyarakat

Contoh, ika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan atau tanaman
sampah makanan itu akan meningkat

9. Kemajuan teknologi

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh sampah


plastic, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya.

10.Jenis sampah

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks pula


macaam dan jenis sampahnya.
(Arif Sumantri, 2013)

4) Masalah yang ditimbulkan

1. Menimbulkan kesan tidak estetik/indah


2. Pembuangannya membutuhkan lahan yang luas

3. Dapat menjadi sarang/ tempat berkumpulnya penyakit/penyebab penyakit

4. Mencemari udara / abu, debu


5. Mencemari air

6. Adanya resiko kebakaran / mudah terbakar

7. Menimbulkan bencana banjir

8. Biaya pengolahan/penanganan cukup mahal

5) Dampak Limbah Padat Industri

Terhadap Lingkungan
- Dampak Menguntungkan
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak
sumber daya alam melalui proses daur ulang.
- Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian
limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan
pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga menimbulkan
pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.

Terhadap Manusia

- Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber
energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan.
- Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang
pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi
manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya.
(iyandri, 2011).

6) Pengolahan limbah padat

1. Ditumpuk pada Areal Tertentu

Penimbunan limbah padat pada areal tertentu membutuhkan areal yang luas dan
merusakkan pemandangan di sekeliling penimbunan. Penimbunan. ini mengakibatkan
pembusukan yang menimbulkan bau di sekitarnya, karena adanya reaksi kimia yang
rnenghasilkan gas tertentu.Dengan penimbunan, permukaan tanah menjadi rusak dan air
yang meresap ke dalam tanah mengalami kontaminasi dengan bakteri tertentu yang
mengakibatkan turunnya kualitas air tanah.Pada musim kemarau timbunan mengalami
kekeringan dan ini mengundang bahaya kebakaran.

2. Pembakaran

Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan debu. Pembakaran ini
menjadi sumber pencemaran melalui udara dengan timbulnya bahan pencemar baru
seperti NOR,hidrokarbon, karbon monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida.

3. Pembuangan

Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan lingkungan.Di antara beberapa


pabrik membuang limbah padatnya ke sungai karena diperkirakan larut ataupun
membusuk dalam air. Ini adalah perkiraan yang keliru, sebab setiap pembuangan
bahan padatan apakah namanya lumpur atau buburan, akan menambah total solid
dalam air sungai.

C. Limbah Cair

Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta
bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air

1) Klasifikasi dan Sumber Limbah Cair

1. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil buangan dari
rumahtangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenis. Misalnya air
deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industry.
Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry pengolahan makanan dan
sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry tekstil.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan
ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke
dalam saluran pembuangan melalui pipa yang rusak, pecah, atau bocor sedangkan
luapan dapat terjadi melalui bagian saluran yang membuka atau terhubung ke
permukaan. Contoh limbah cair yang dapat merembes dan meluap ke dalam saluran
pembuangan limbah cair adalah air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC),
tempat parker, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
4. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di atas permukaan tanah dapat melewati dan
membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut sebagai
limbah cair.
Persoalan limbah cair adalah limbah yang paling sering kita temui dibandingkan
limbah padat ataupun limbah gas. Bahkan tidak jarang limbah padat justru berubah atau
disatukan menjadi limbah cair. Persoalan terbanyak dari limbah cair adalah limbah yang
terkandung di dalam air, atau dengan kata lain air limbah. Air limbah dapat berasal dari
berbagai macam sumber, mulai dari air hujan, air buangan rumah tangga, perkantoran
sampai industri.

Air limbah ini umumnya dibuang melalui saluran / got menuju sungai ataupun
laut. Terkadang dalam perjalannya menuju laut, air limbah ini dapat mencemari sumber
air bersih yang dipergunakan oleh manusia. Dengan demikian penanganan air limbah
perlu mendapat perhatian serius. Selain dapat berbahaya bagi kesehatan manusia, air
limbah juga dapat mengganggu lingkungan, hewan, ataupun bagi keindahan.

(Four Season News,2012)

2) Dampak Limbah Cair

Air yang sudah tercemar dengan limbah cair yang mengandung zat kimia dan
banyak bakteri patogen yang dapat menimbulkan beragam penyakit bagi tubuh manusia.
Berikut ini beberapa bakteri yang terdapat di dalam air yang sudah tercemar.

1. Entamuba Histolitika, bakteri ini adalah penyebab penyakit amuba disentri. Bakteri ini
menyebar melalui air berlumpur yang mengandung kista.

2. Mycobacterium Tuberculosa, bakteri ini bisa ditemukan pada air limbah yang berasal
dari sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas medis yang secara khusus disediakan untuk
merawat dan menyembuhkan penderita tuberkulosis. Fasilitas ini mencegah penderita
tuberkulosis melakukan interaksi dengan orang-orang yang tidak terkena tuberkulosis
untuk menghindari penularan dan memberikan pengobatan yang terbaik untuk penderita.
Bakteri Mycobacterium Tuberculosa yang terdapat di dalam air yang tercemar
merupakan penyebab penyakit tuberculosis.

3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b adalah bakteri penyebab typhus


abdomonalis dan para typhus. Bakteri ini banyak terdapat di dalam air limbah.
Penularan penyakit ini adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran
manusia.

4. Salmonella Spp, bakteri ini menyebabkan keracunan makanan. Bakteri ini dapat
ditemukan dalam air hasil pengolahan.
5. Escherichia Coli, bakteri ini dapat menyebabkan diare. Bakteri ini banyak ditemukan
pada air hasil pengolahan atau air isi ulang.

(Mahidu, 1996)

Selain mengandung banyak bakteri, limbah cair yang mencemari air dapat pula
mengandung logam-logam berat yang membahayakan tubuh manusia. Kandungan
logam-logam berat pada air biasanya berasal dari limbah cair yang berasal dari kegiatan
perindustrian.

Kandungan timah hitam yang tinggi pada air dan kemudian dikonsumsi oleh
manusia bisa menyebabkan kerusakan ginjal, kerusakan fungsi otak dan juga penyebab
penyakit anemia. Sedangkan kandungan krom pada air bisa menyebabkan kanker pada
saluran pencernaan kita dan juga pada kulit.

Sementara itu air yang telah tercemar sianida meskipun hanya dalam jumlah yang
kecil saja sudah dapat merusak organ hati manusia dan juga dapat menyebabkan
keracunan.

3) Pengolahan Limbah Cair


 
1. Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)

Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada
pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,
penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat
pengolahan air limba, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.

2. Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-
artikel padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi.
Sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan
minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease).

 
3. Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk
menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah.
Tiga buah pendekatan yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended
film dan lagoon system.

 
4. Pengolahan Akhir (Final Treatment)

Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme


penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan
khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet.

 
5. Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)

Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai


dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun
amonia dari air limbah.

(witasharer.blogspot.com, 2012).

D. Limbah gas
Limbah gas adalah penambahan gas ke dalam udara melampui kandungan alami
akibat kegiatan manusia sehingga menurunkan kualitas udara.
Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi 2 yakni partikel dan gas.
Partikel adalah butiran halus dan kemungkinan masih bisa dilihat oleh mata telanjang.
Contoh : uap air, debu, asap, kabut, dan fume.

Pencemaran gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (aroma) atau akibat
langsung. Contoh : SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, dan lain-lain. Beberapa zat yang
berbentuk padat atau cair juga bisa mencemari udara. Dengan dipengaruhi temperatur
dan tekanan tertentu maka zat tersebut berubah menjadi gas.

Contoh partikel dan gas yang merugikan kesehatan manusia : debu batubara,
asbes, semen, belerang, asap pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-
lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran udara

-          Jenis limbah gas


-          Volume limbah gas
-          Waktu lamanya limbah gas di udara
-          Cuaca dan iklim
-          Arah dan kecepatan angina
(Wikipedia, 2014)

1) Sumber limbah gas


Jenis Industri sebagai sumber pencemaran udara
1. Industri Pupuk
Limbahnya : Uap asam, NH3, bau, partikel
2. Pabrik Pangan ( ikan, daging, minyak makan, bagase, bir)
Limbahnya : Hidrokarbon, bau, partikel, CO, H2S, dan uap asam

3. Industri Pertambangan ( semen, aspal, kapur, batubara, karbida, serat gelas)


Limbahnya : NOx, SOx, CO, HK, bau, partikel
4. Industri Metalurgi (tembaga, baja, seng, timah hitam, aluminium)
Limbahnya : NOx, SO, CO, HK, H2S, Chlor, bau dan partikel
5. Industri Kimia (Sulfat, serat rayon, PVC, amonia, cat dan lain-lain)
Limbahnya : HK, CO, NH3, bau dan partikel
6. Industri pulp Limbahnya : SOx, CO, NH3, H2S, bau.
(Arif Sumantri, 2013)

2) Dampak Limbah Gas


a. Dampak bagi kesehatan
Polusi udara yang menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia dan lingkungan adalah:
1.Gas Karbon monoksida (CO)
Gas karbon monoksida (CO) di atmosfer dalam keadaan normal konsentrasinya sangat
sedikit sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan aktifitas penggunaan kendaraan
bermotor dan industri yang padat, kkonsentrasi gas CO dapat mencapai 10 — 15ppm. Gas
CO di dalam paru-paru bereaksi dengan hemoglobin pada sel darah merah yang dapat
menghalangi pengangkutan oksigen ke seluruh bagian tubuh.
Dampak yang ditimbulkan adalah :
a)       Pusing/sakit kepala
b)       Rasa mual
c)       Pingsan (ketidak sadaran)
d)       Kerusakan jaringan otak
e)       Sesak nafas
2. Gas sulfur oksida (SO), nitrogen oksida (NO) dan ozon (O 3)

Dampak negatif adanya penigkatan konsentrasi gas SO, NO dan O3 adalah :


a)       Iritasi mata
b)       Radang saluran pernafasan
c)       Gangguan pernafasan kronis (bronkitis, emfisema dan asma)
d)       Gangguan pada tumbuhan hingga kematian tumbuhan
3. Materi partikulat

Materi partikulat adalah partikel-partikel yang berukuran kecil seperti serbuk batu bara,
serbuk kayu, serbuk batu, serbuk pasir, serbuk kapas, serbuk kwarsa, serbuk asbes. Materi
partikulat banyak terdapat di daerah industri, pertambangan, daerah perkotaan yang padat
penduduk dan daerah konstruksi (pembangunan gedung).
Dampak yang ditimbulkan adalah penyakit paru mulai dari peradangan hungga kangker paru-
paru.
Materi partikulat yang lain adalah timbal (Pb) yang bersifat toksit (racun). Timbal yang masuk
ke dalam tubuh dan sudah terakumulasi dalam kosentrasi tertentu dapat menyebabkan :
a)       menyerang berbagai sistem tubuh seperti sistem pencernaan dan sistem syaraf.
b)       Radang paru-paru sampai kanker paru-paru
c)       Gangguan jantung
d)       Gangguan ginjal
e)       Keterbelakangan mental pada anak-anak
f)        Gangguan kesehatan pada hewan

4. Asap rokok

Rokok terbuat dari tembakau mengandung Nikotin dan TAR. Nikotin adalah zat adiktif
yang menimbulkan ketergantungan / kecanduan. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon
aromatik

Undang-undang pengendalian rokok mensyaratkan kandungan Nikotin tidak boleh dari 1,5 mg
dan kandungan tar tidak boleh lebih dari 50 mg.
Tar bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker)

Asap rokok mengandung berbagai zat berbahaya yaitu :


-       formaldehide, benzo-α-pyrene, (bagian dari tar)
-       nikotin,
-       gas CO.

Dampak yang ditimbulkan adalah :


a)       Gangguan pernafasan
b)       Penyakit jantung
c)       Flek di paru-paru
d)       Kanker paru-paru
5. Hujan Asam
Derajat keasaman adalah tingkat kandungan hidrogen (H+) dan ion OH- dalam air. Semakin
banyak kandungan hidrogen (H+) maka derajat keasaman air turun  atau pH turun atau air
menjadi asam, sedangkan jika kandungan  ion OH- meningkat maka derajat keasaman naik atau
pH naik atau air menjadi basa. Kandungan/konsentrasi hidrogen (H+) dan ion OH- dalam air
sangat tergantung kandungan/konsentrasi zat atau mineral dalam air.  Skala nilai pH adalah
ditunjukkan dengan angka dari 0 — 14. Jika cairan mempunyai pH kurang dari 7 maka bersifat
asam dan jika cairan mempunyai pH lebih dari 7 maka bersifat basa. Air murni adalah zat
dengan derajat keasaman netral atau air  mempunyai pH = 7.
Asam tersebut mempengaruhi air hujan yang turun sehingga derajat keasamannya (pH)
menjadi ± 5,6 bersifat asam lemah. Air yang bersifat asam tersebut berguna untuk melarutkan
mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
Peningkatan aktivitas manusia seperti banyaknya industri dan pengguanaan kendaraan
bermotor meningkatkan jumlah bahan bakar fosil yang dibakar. Bahan bakar fosil menghasilkan
limbah berupa senyawa gas SO2 , NOx.Meningkatnya jumlah polutan di udara mengakibatkan
meningkatnya derajat keasaman air hujan, menjadi lebih asam dengan derajat keasaman (pH)
dibawah 5,6. Peristiwa tersebut di sebut hujan asam. 

Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah gas SO2 , NOx dan Freon (CFC / chloro
fluoro carbon). Gas SO2 di udara bereaksi dengan uap air membentuk asam sulfat (H2SO4),
sedangkan gas NO diudara bereaksi dengan uap air membentuk asam nitrat (HNO3). Freon
(CFC) bereaksi secara fotokimia menghasilkan Klor (Cl) dan jika bereaksi dengan uap air
membentuk asam klorida (HCl).
Pembentukan asam sulfat (H2SO4)

SO2 + H2O -> H2SO4

Dampak hujan asam adalah :

1. mempengaruhi kualitas air permukaan atau air menjadi lebih asam sehingga
mempengaruhi biota air yang hidup di dalamnya, karena biota air terpengaruh oleh pH
air. (pH air kurang dari 5,6)

2. dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan bahkan menyebabkan kematian tanaman.

3. dapat melarutkan logam berat dalam tanah kemudian mencemari air. air yang tercemar
oleh logam berat sangat berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

4. dapat bersifat korosif artinya dapat merusak atau mengkorosi logam, seperti motor,
mobil, sepeda, kotruksi bangunan atau komponen bangunan, seperti gedung, patung,
candi, monumen dan lain-lain.

5. menyebabkan gangguan pernafasan.

6. dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau meninggal pada ibu hamil.

(hanif, 2013)
6. Efek Rumah Kaca / Pemanasan Global
Efek Rumah kaca ditemukan oleh Joseph Fourier tahun 1824, merupakan proses atmosfer
memanaskan sebuah planet. Efek rumah kaca bisa terjadi secara alami maupun oleh aktivitas
manusia. Efek rumah kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas CO2 (karbon dioksida), NO
(nitrogen monoksida), SO2 (sulfur dioksida), CH4 (metana) dan CFC (chloro fluoro carbon) ke
atmosfera bumi. Konsentrasi  gas CO2 meningkat karena kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya (absorbsi).
Energi yang masuk ke bumi mengalami 25% dipantulkan oleh awan dan/ atau partikel lain
di atmosfer, 25%  diserap awan, 45% di serap oleh permukaan bumi,  5% di pantulkan kembali
oleh permukaan bumi.Energi yang diserap oleh bumi, dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
sinar infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Tetapi sebagian sinar inframerah yang
dipancarkan oleh permukaan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas-gas lainnya
kemudian dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca
diperlukan untuk menjaga agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak jauh berbeda.
Analogi gas rumah kaca adalah seperti peristiwa yang terjadi dalam green house.
Peningkatan aktivitas manusia meningkatkan jumlah gas rumah kaca yang berada di
atmosfer. Peningkatan jumlah gas rumah kaca dimulai adanya revolusi industri di Eropa
memasuki abad 21, ketika itu pemakaian batubara sebagai bahan bakar industri mengalami
peningkatan yang tinggi sehingga limbah yang berupa gas sulfur oksida, nitrogen oksida dan
karbon monoksida juga meningkat tajam. Peningkatan gas-gas tersebut di atmosfer juga diikuti
peningkatan jumlah gas yang lainnya seperti metana dan freon yang digunakan dalam sistem
mesinpendingin ruang atau penimpanan.

Berikut ini beberapa gas rumah kaca yang berada di atmosfer adalah :
       Gas karbon dioksida (CO2)
       Gas nitrogen oksida (NOx )
       CH4 (metana) dan
       Gas CFC (Cloro Fluoro Carbon)

Gas-gas tersebut dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil (minyak, batubara dan gas
alam) oleh industri, transportasi maupun rumah tangga. Demikian juga dengan pembakaran
hutan dan peristiwa alam seperti gunung meletus.Akibatnya adalah terjadi peristiwa pemanasan
global.
(andika mahriadi, 2013)

7. Dampak Pemanasan Global

Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu permukaan bumi rata-rata
0.74 ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek
IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5
°F) antara tahun 1990 dan 2100. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di atmosfer maka akan
semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer yang
akhirnya meningkatkan suhu permukaan bumi.
Meningkatnya suhu bumi mengakibatkan adanya perubahan iklim yang ekstrim di bumi,
yang dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global juga
mengakibatkan pencairan lapisan es di puncak-puncak gunung dan es di kutub utara dan selatan.
Pemanasan global juga mengakibatkan peningkatan suhu permukaan air laut.  Menurut laporan
IPCC tahun 2007 peningkatan permukaan air laut sejak tahun 1961 dengan peningkatan rata-rata
±1,8 mm/tahun dan sejak tahun 1993 menjadi ±3,1 mm/tahun. Pencairan lapisan es dan salju di
kutub utara mencapai ±2,7% per dekade (10 tahun).

Dampak lebih lanjut dari pemanasan global adalah:

a. Volume air laut bertambah mengakibatkan naiknya permukaan air laut.


b. Permukaan air laut meningkat mengakibatkan banjir di daerah pantai.

c. Dapat menenggelamkan pulau-pulau atau kota-kota di dekat pantai

d. Meningkatkan penyebaran penyakit munlar.

e. Curah hujan di daerah yang beiklim tropis meningkat.

f. Tanah lebih cepat mengering walaupun sering terkena hujan, berdampak kekurangan air
kematian tanaman.

g. Sering terjadi angin besar atau badai di beberapa wilayah.

h. Migrasi atau berpindahnya hewan ke daerah yang lebih dingin.

i. Punahnya manusia hewan dan tumbuhan yang tidak mampu berpindah atau beradaptasi
dengan suhu yang makin tinggi.

j. meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi.

(Wikipedia, 2014)
BAB III

REVIEW STUDI KASUS

KUALITAS LINGKUNGAN LIMBAH B3 KALA (STUDI KASUS: TELUK KENDARI


TERCEMAR MERKURI DAN LIMBAH B3)

Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, alami pencemaran merkuri dan limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3). Kondisi ini berdampak luas dari kerusakan mangrove, biota laut tercemar sampai
abrasi Pesisir Teluk Kendari. Kehidupan manusia pun terancam buntut pencemaran ini.

Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Kendari, menyebutkan, hutan mangrove
Kendari menyusut dari 525 hektar jadi 367,5 hektar. Penyebabnya, selain proses pembangunan,
juga ada pengaruh bahan kimia berbahaya di akar mangrove.

Mangrove, katanya, mampu menyerap logam berat seperti merkuri dan B3 yang masuk dan
mencemari laut.Namun, fungsi mangrove itu ternyata berdampak pada kelangsungan hidupnya
sendiri. Secara otomatis, merkuri dan limbah berbahaya yang terserap itu membuat mangrove
mati.

Penelitian memperlihatkan, pengelolaan limbah seperti merkuri dan B3 di Kendari, tak ramah
lingkungan, baik dari pasar, hotel, tempat hiburan dan rumah makan.

Dari berbagai tempat itu, tak ada pengelolaan limbah. Merkuri dan benda bahan berbahaya lain
nyata masuk ke daerah aliran sungai (DAS) menuju ke teluk dan mencemari mangrove.

Penelitian ini, menemukan, pencemaran merkuri dan limbah B3 melebihi ambang batas hingga
membuat akar mangrove tak lagi berfungsi.

kualitas air di Sungai Kendari secara fisika kimia dan mikrobiologi, mengalami pencemaran
berbeda. Pada hutan lindung atau hutan mangrove, pencemaran air pada nilai indeks 2,2,
kawasan perumahan padat penduduk dan wilayah perdagangan indeks pencemaran 3,75.Di
kawasan lain di Pesisir Teluk Kendari indeks pencemaran 3,74 dengan masing-masing beban
pencemaran dua kilogram limbah B3 setiap hari.

pasar basah Kendari, selain menghasilkan limbah juga merkuri. Proses pemurnian emas
menggunakan merkuri tak dikelola dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah, limbah logam
berat mencemari hingga ke teluk (tempat hidup mangrove).

logam berat, sampah, dan limbah industri dapat menutupi akar mangrove hingga mengurangi
kemampuan bertahan hidup.
Masalah lain degradasi mangrove hingga tak lagi berperan sebagai penyaring. Degradasi ini,
katanya, bukan hanya limbah pasar, hotel, tempat hiburan dan rumah makan, tetapi operasi
tambang.

Air keruh dan sampah plastik yang menempel di akar mangrove di Teluk Kendaru. Kondisi ini
mengancam kesehatan mangrove sekitar.

Hubungan studi kasus teluk kendari yang tercemar limbah b3 dengan pembangunan
berkelanjutan yaitu bahwa apabila kualitas suatu lingkungan baik maka akan berpengaruh baik
juga terhadap pembangunan berkelanjutan dan sebaliknya apabila kualitas suatu lingkungan
yang buruk berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutannya.

Diharapka dalam menstabilkan suatu kualitas lingkungan yang baik adanya kesadaran dari
masyarakat sekitar hutan mangrove, industry-industri yang ada disekitar hutan mangrove agar
dapat mengolah limbah sebelum dialurkan keluar.

Daftar Pustaka
Mahidu.1996.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.Jakarta:Rajawali

Sumantri,Arif.2013.Kesehatan Lingkungan.Jakarta:PT Fajar Interpratama Mandiri

Ammâ Ĉeper.2010.http://www.scribd.com/doc/34144034/PENGERTIAN-LIMBAH-PADAT
diakses pada 29-03-2020

Arif Sumantri.2013.http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dan-
gas.html diakses pada 29-03-2020

Anda mungkin juga menyukai