Anda di halaman 1dari 14

1.

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

 Penyakit ginjal polikistik


Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak kista.
Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai anak-anak, akan
bersifat progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala
akan timbul setelah pasien berusia 30 tahun.

Patofisiologi. Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, mendesak jaringan
ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang.pada
akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.

Gejala dan tanda. Nyeri menusuk di daerah pinggang disertai pem besaran ginjal
yang dapat diraba dari luar. Sebagian besar pasien menderita
hipertensi. Terjadi hematuri dan demam.

Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan


pemeriksaan IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala
ginjal dan saluran-salurannya. Tindakan ini untuk melihat fungsi sekresi dan ekskresi dari
kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah ada
kelainan pada ginjal

Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal polikistik meliputi :


 Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
 Pasien harus istirahat di tempat tidur.
 Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista, ini
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Persiapan untuk tindakan ini sama seperti
persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.
 Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila ginjal
tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal ginjal.

Prognosis. Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang
dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.
Persiapan untuk tindakan IVP
 Buat perjanj an dengan bagian radiologi
 Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin harus dalam Batas normal
 Sehari sebelumnya pasien makan bubur kasar
 Pukul 18:00 pasien makan terakhir
 Pukul 20:000 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet laksansia
 Pukul 22:00 dipuasakan'sampa selesai pemeriksaan
 Pagi hart diberikan lagi obat tablet, diberikarnsupositoria per awal
 Pasien dilarang merokok dan dianjurkan untuk tidak'banyak bicara

2. GANGGUAN PADA URETER


Kelainan bawaan pada ureter jarang ditemukan. Meskipun demikian, di bawah ini
dikemukakan tentang beberapa kelainan ureter dapat ditemukan.

 Ureter Kembar Atau Ureter Bifida


Ureter kembar ialah terdapatnya dua ureter pada satu ginjal, sedangkan ureter yang
bercabang pada suatu tempat sehingga berbentuk huruf Y. Kelainan ini berasal clan dua
buah ureter, biasanya disertai piala ginjal
kembar atau dapat pula terjadi sebuah piala yang besar dengan piala ginjal yang bercabang.

 Pembuluh Darah Ginjal Aferens


Kelainan ini dapat terjadi pada vena maupun arteri yang berasal dari arteri renalis maupun
aorta. Pembuluh darah ginjal aferens dapat mengakibatkan ureter terjepit dan menimbulkan
gejala-gejala sumbatan.

 Kelainan Lumen Ureter


Kelainan ini terjadi akibat penyempitan yang dapat menimbulkan gejala obstruksi pada
ureter dapat diperkirakan dari melilit atau tertekuk di ureter.

 Kelainan Muara Ureter


Kelainan muara ureter yaitu berpindahnya muara ureter dan melekat pada organ yang
lain. Pada laki-laki, muara ini melekat pada uretra pays prostalika, duktus ejakulatorius,
vesikula seminalis, dapat pula pada vas deferens. Sedangkan pada perempuan, muara ini
dapat melekat pada uterus, uretra,
vagina.

3. GANGGUAN PADA KANDUNG KEMIH


Kelainan bawaan pada kandung kemih dapat berupa tidak adanya kandung kemih don
ekstrofi kandung kemih.

 Gangguan pada uretra


Kelainan pada uretra antara lain hipospadia pada pria, yaitu suatu keadaan di mana uretra
pada bagian distal penis, tidak berkembang dengan sempuma. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah operasi bedah plastik untuk menyambung defek tersebut. Operasi dilakukan
bila usia anak sudah mencapai kurang lebih empat tahun.

 Gangguan berkemih
Retensi Urine
Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara
akut maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih berhenti secara mendadak di mana
pasien tiba-tiba tidak bisa berkemih. Dalam keadaan kronik, retensi urine terjadi akibat
adanya obstruksi yang terusmenerus pada uretra.

Penyebab gangguan ini adalah:


 pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.
 pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur.
 pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi prostat, fimosis.

Patofisiologi. Obstruksi pada uretra menyebabkan kesulitan miksi serta menimbulkan


hipertrofi otot kandung kemih. Hal ini akan menimbulkan urine yang jumlahnya makin
meningkat selanjutnya terjadi dilatasi permanen pada kandung kemih.
Gejala don tanda. Diawali dengan aliran urine yang makin lambat, kemudian terjadi
poliuria yang makin lama makin parch disebabkan oleh pengosongan kandung kemih yang
tidak efisien. Selanjutaya, akan terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.

Prognosis. Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan retensi
kronik.

Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra dengan
bougi, don drainase supra pubik.

Katetertsasi
Katetecisasi urine.adalah memasukkan kateter e dalam kandung; kemih mePalcti uretra.
 MengetuarKan air tcemtn
 Mengosol gkan kandung kemih untuk, suatu pemeriksan dan persiapan operas!.
 Menampung air kemih.

indikasi:.
 Pasiein yang mengalami retensi.i urine.
 Pasien yang perlu pemeriksaan urine stern.
 Pasien yang.akan dilakukan foto daerah kandung kemih.

Persiapan pasien
 Pasien diberitahu engenai.tindakan yang akan dilakuk n
 Menjaga privasi clan rasa aman pasien
 Atur p©sis tidur pasien dengan coca menekuk kedu fu ut.

Inkontinensi Urine
Inkontinensia urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus menerus. Penyebab
gangguan ini adalah trauma sfingter, gangguan neurogenik dari saluran urinaria bagian
bawah, adanya fistula karena operasi, kongenital fistula, ektopik uretral orifisium.
4. INFEKSI SALURAN KEMIH
 Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran
kemih bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai baik parenkirn maupun
pelvis ginjal.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten terhadap obat
antibiotik, atau obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
Patofisiologi. Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Sedangkan gangguan kronik
terjadi bila infeksi dapat terjadi karena adanya bakteri tetapi dapat juga karena faktor lain,
seperti obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara
parmanen dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.
Pielonefritis akut Bering juga ditemukan pada perempuan hamil biasanya diawali
dengan hidroureter dan hidronefritis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
Tanda dan gejala pielonefritis akut adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada daerah ginjal,
pangs tinggi dan terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa nyeri, dan
dalam urine ditemukan adanya leukosit dan bakteri. Penatalaksanaan gangguan ini dengan
memberi pasien banyak minum dan tempi antibiotika.
Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini ditunjukkan dengan adanya
serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang darn kesehatan pasien semakin menurun
pada akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.
Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP, sistoskopi,
kultur urine, atau biopsi ginjal.
Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi berlangsung terns,
dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini meliputi hipertensi, pembentukan
batu dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan
perawatan serta pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah
(ureteritis, sistitis. uretritis).
 Kultur urine
Kultur urine adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara
pengambilan urine tengah (mid-stream). Tujuan pemeriksaan ini untuk mengathui infeksi
saluran kemih.
Persiapan pasien a tat.
 Pasien diberi tahu mengenai keadaan yang akan dilakukan
 Sediakan `botol pemeriksaan steril dan tutupnya (disteril secara kering).
 Bersihkan area kelamin dengan menggunakan larutan sabun.
 Urine yang pertama keluar tidak ditampung, pasien diminta untuk menahan
urinenya.
 Selanjutnya urine ditampungg dalam botol stern secara hati-hati.

 Biopsi Ginjal
Biopps! ginjal adalah mengambil sedikit jaringah—ginjal Tujuan tindakan ini untuk
nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan ginjal. Indikasi tindakan inik untuk pasien
dengan penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.
Persiapan pasien:
 Dilakukan pemeriksaan laboratorium Betas lengkap terutama fungsi ginjal, yaitu
VCT, urine lengkap, masa protrombin (masa pembekuan dan masa perdarahan) dan
dash lengkap dan BNO/lVP
 Tiga hari sebelum dilakukan biopsi pasien diberi vitamin K tablet atau suntikan
vitamin K selama 3 hari,berturut-turut.

 Ureteritis
Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena adanya
infeksi baik pada ginjal maupun kandung kemih.

Patofisiologi. Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis


(akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu
karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter, menyebabkan striktur dan hidronefrosis,
selanjutnya ginjal menjadi rusak, juga mengganggu peristaltik ureter.

 Sistitis
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi ini terjadi
karena E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal, dan hipertrofi prostat
karena adanya urine sisa.
Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya penyakit atau
gangguan antara lain batu buli-buli, divertikal buli-buli, hiper trofi prostat, atau striktura
uretra. Sistitis sekunder adalah gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem
lain.
Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi miksi, baik diurnal
maupun noktural. Disuri karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada
daerah suprapubis atau perineal. Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan spesimen
(bahan) urine porsi tengah (midstream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi pada buli-buli
mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh dengan sendirinya bila tidak terjadi
komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika, antiepamodik,
tranquilizer, robordatia dan banyak minum untuk melarutkan bakteri.

Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius bagian atas, adanya
sisa urine, stenosis dari traktus urinarius bagian bawah, pengobatan sistitis akut yang
tidak sempurna, adanya faktor predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan sistitis akut
tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan diagnostik pada
pasien perlu dilakukan NP dan sistoskopi. Tindakan penanggulangan dengan banyak
minum untuk melarutkan bakteri, pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan
larutan antiseptik ringan. Pencegahan sistitis khususnya untuk perempuan, dengan
menggunakan celana dalam yang selalu berada dalam keadaan kering, bilas alat genital
dari arah depan ke belakang.

 Irigasi kandung kemih


Irigasi;kandung kemih adalah.#indakan mencuci kandungg kemih dengan cairan yang
mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memberi pengobatan, memanaskan mukosa
kandung kemih, membersihkan kandung kemih. Persiapan pasien sama seperti pers apan
pada pelaksanaan tindakan kateterisasi.

Indikasi tindakan:
Radang kandung kemih
Peradangan saluran kemih bagian atas
Peradangan kandung kemih
Pasien menggunakan kateter.
Rendam duduk
Rendam duduk adalah merendam daerah anus dan sekitarnya serta daerahh
genetalia. Tujuan tindakan ini ialah memberikan perawatan/penanggulangan untuk
membersihkan luka dan untuk mengurang rasa sakit. Tindakan ini dilakukan untuk pasien
dengan peradangan, luka terbuka-yang kotor pada daerah anus dan genetalia,

Persiapan alat dan bahan:


 Zeil bak rendam duduk spiritus bakar dalam tempatnya
 Korek api
 Termometer air
 Peniti
 Handuk
 Plester
 taunting .
 Bak steril bertutup berisi kain kasa dan pinset
 Cairan obat yang diperlukan (mis. kalium permanagat 4%)
 Selimut mandi
 Tirai
Cara mengaiar:
 Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dikerjakan.
 Alat-alat disiapkan dan diletakkan dekat pasien.
 Tirai dipasang.
 Perawat mencuci tangan.
 Zeil rendam duduk di flambir, kemudian diisi cairan obat sebanyak sepertiga bagian,,
ukur suhu cairan dengan menggunakan termometer air, dengan suhu 40-43°C
 Pasang Selimut mandi sampai menutupi seluruh bokong pasien, pakaian bawah
pasien dilepaskan. Pakaian pasien bagian atas dilipat dan diberi peniti agar tidak
terendam air. Pasien diminta untuk duduk di atas zeil selama 10-15 menit.
 Bila sudah selesai, bokong pasien dikeringkan dengan handuk. Tutup luka
dengan menggunakan kasa steril dan pinset, kemudian luka diplester. Pakaian bawah
pasien dipakaikan kembali, selimut diangkat. Pasien dianjurkan untuk istirahat
kembali di tempat tidur. Alat-alat dibereskan dan dibersihkan.
5. URETRITIS
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Infeksi ini disebabkan oleh kuman gonorroe
atau kuman lain, kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri.
Uretritis akut biasanya terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya, oleh karena prostat
mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita oleh kaum lake-lake. Tanda dan gejala
uretritis meliputi mukosa merah edema, terdapat cairan eksudat yang purulen, ada ulserasi
pada uretra, ada rasa ' gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis GO, yaitu "good
morning sign". Pada lake-lake, pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh
kelompok nanah. Pada perempuan, jarang ditemukan ureteritis akut, kecuali bila pasien
menderita GO.
Pemeriksaan diagnostik untuk uretritis akut dilakukan pemeriksaan terhadap sekret
uretra untuk mengetahui kuman penyebab. Tindakan pengobatan dengan memberi
antibiotika. Bila terjadi striktur dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan boligit.
Bila komplikasi berikan antibiotika.
Uretritis kronik. Infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak sempurna pada
masa akut, prostates kronik, atau striktura uretra. Tanda dan gejala infeksi ini berupa mukosa
terlihat granuler dan merah dan getah uretra positif terlihat pada page hari sebelum miksi
pertama. Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter,
ginjal. Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian kemoterapi dan antibiotika atau
banyak minum untuk melarutkan bakteri (kurang lebih 3000 cc/ hari). Komplikasi
gangguan ini berupa radang yang dapat menjalar ke
prostat.

• Batu saluran kemih


Batu saluran kemih adalah adanya bate pada saluran kemih yang bersifat idiopatik dan dapat
menimbulkan stasis dan infeksi. Penyebab gangguan ini masih belum dapat dipastikan,
kemungkinan karena adanya faktor infeksi (infeksi tersering disebabkan oleh E. coli), defisiensi
vitamin A, diet yang salah, kekurangan minum atau dihidrasi, hiperparatiroidisme (penyakit
metabolik bawaan, faktor lingkungan dari sumber air minum.
Bab 2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
Dikenal dua jenis bate, yaitu batu anorganik (misalnya, tripel fosfat, kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan batu yang mengandung magnesium) dan batu organik (misalnya, asam
urat, sistin, xantin). Secara radiologis, batubatu ini dikenal berupa batu radiopaque,
(umumnya bate ini adalah batu anorganik) dan bate radiolucent (umumnya dari batu-batu
organik).
Patofisiologi. Di dalam air seni terdapat pembentuk bate, yaitu asam urat dan
oksalat. Kelarutan bahan-bahan tersebut di dalam saluran urine tergantung pada pH
urine. Selain dari bahan-bahan tersebut, di dalam urine terdapat juga bahan koloid, yaitu
musin, asam musin, kontraitin. Bila salah satu dari ketiga bahan tersebut tidak ada, akan
terjadi kristalisasi dari bahanbahan yang lain. Selanjutnya, kristalisasi berlangsung terns
mengendap pada organ saluran kemih dan menjadi batu saluran kemih.
Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan analisis urine
(volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, sedimen) dan kultur urine (terhadap
mikroorganisme, tes sensitivitas). Juga dilakukan foto ronsen dengan BNO (bulk nier
oueazicht) atau foto abdomen. Dare pemeriksaan ini dapat diketahui batu dalam saluran
kemih, contoh di ginjal. Sedangkan IVP dilakukan untuk mengetahui struktur sistem kalis
ginjal, ureter dan kandung kemih.

Pemeriksaan BN0
Pemeriksaan BNO adalah penggambaran dari ginjal dan kandung kemih kemih. Tujuan
tindakan inii untuk menilai kontur, letak dan besar batu ginjal dan untuk melekat kolunma
vertebralis.
Persiapan pasien:
Sehari sebelum pemeriksaan, pasien barns makan bubur
kecap.
Pukul 19.00 pasien makan malam terakhir selanjutnya pasien
puasa, dilarang merokok dan mengurangi bicara.
Pukul 20.00 pasien minum garam Inggris sebanyak 30 gram.
Pukul 04.00 pasien dilakukan klisma.
Pukul 08.00 pasien diantar ke bagian radiologi.
• Tipe batu pada sistem perkemihan

Tipe bate dapat dibedakan menurut tempatnya, yaitu batu ginjal, ureter, kandung kemih
(vesikolitiasis), dan batu uretra.
6. BATU GINJAL

Batu yang terbentuk di ginjal dapat menetap pada beberapa tempat di ginjal seperti di
kaliks minor atas, kaliks minor bawah, kaliks mayor, di daerah pielum, dan batu di atas up
junction.
Batu di kaliks minor atas. Batu ini merupakan silent stones. Tanda dan gejalanya meliputi
rasa pegal di daerah pinggang, sakit terus-menerus dan menekan pada daerah pinggang, kolik
ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan, rasa nyeri di daerah
pinggang, menjalar ke perut tengah-bawah, selanjutnya ke arah penis dan vulva. Dapat
disertai anoreksia, muntah dan perut kembung. Hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan
urine tidak mengandung batu, leukosit banyak hematuri.
Bila terjadi kolik, diberi analgesik dan pasien harus banyak minum. Bila merupakan
silent stones, tanpa ada tanda-tanda kolik, tidak ada infeksi dan perdarahan, pada batu ini
tidak dilakukan tindakan medis. Bila menimbulkan pielonefritis berulang, dilakukan
nefrektomi partial. Hal ini dikarenakan bila hanya dilakukan pengangkatan batu saja, dapat
bersifat residif.
Batu di kaliks minor bawah. Batu yang terdapat pada bagian ini biasanya merupakan
bate koral (staghorn stone) dan berbentuk seperti arsitektur dari kaliks. Batu ini makin lama
makin bertambah besar dan mendesak parenkm ginjal, sehingga parenkim ginjal makin
menipis. Jadi batu ini berpotensi bahaya bagi ginjal.
Untuk bate unilateral bila faal ginjal lainnya masih balk, tindakan yang dilakukan adalah
nefrektomi total pada ginjal yang sakit. Bila menimbulkan nefrotiasis dan perdarahan,
dilakukan nefrolitotomi, satu per satu. Untuk batu bilateral pada orang muda dengan faal
ginjal masih baik (kadar ureum dan kreatinin baik) dilakukan tindakan nefrotomi satu per
sate. Pada orang tua, tidak dilakukan operasi, pengobatan bersifat konservatif yaitu dengan
pemberian diuretika dan antibiotika.
Batu di kalix mayor. Jenis batunya adalah batu koral (steghorn stone) tetapi tidak
menyumbat. Batu pada daerah ini, sering tidak menimbulkan gejala yang mencolok/akut,
tetapi sering ditemukan terjadinya pielonefritis karena infeksi yang berulang-ulang. Batu
inipun makin lama makin membesar dan mendesak parenkim ginjal sehingga parenkim makin
menipis. Batu inipun berbahaya bagi ginjal.
Untuk batu unilateral. bila faal ginjal lainnya masih baik, tindakan yang dilakukan
adalah nefrektomi total, dengan alasan batu ini bersifat residif. Sesudah operasi sering
berakibat menurunnya fungsi ginjai karena ginjal mengalami fibrosis. Dapat terjadi
perdarahan sesudah operasi yang akhirnya memerlukan tindakan nefrektomi. Pendapat
lain mengatakan bahwa tindakan awal yang perlu dilakukan adalah neftolitotomi, dan bila
terjadi pendarahan, dilakukan tindakan nefrektomi.
Batu di pielum ginjal. Batu-batu ini kadang-kadang dapat menyumbat dan dapat
menimbulkan infeksi sehingga dapat menyebabkan nyeri kolik dan gejala lain. Sebaiknya
batu pada daerah ini dilakukan pengangkatan batu, karena batu dapat tumbuh terus ke
dalam kaliks mayor sehingga tindakan operasi akan lebih sulit untuk dilaksanakan.
Batu di atas up junction. Daerah up junction merupakan salah satu tempat penyempitan ureter
yang fisiologis sehingga besarnya batu diperkirakan tidak dapat melalui daerah tersebut.
Tindakan penanggulangan dengan durante operasionum disertai kalibrasi lumen up
junction dan batu akan residif kembali. Pemasangan bongie dilakukan sampai dengan
ukuran 18F masih dapat lewat dengan mudah. Apabila upaya tersebut tidak dapat dilakukan,
tindakan selanjutnya adalah pielum plastik.

• Batu ureter
Tiba-tiba timbul nyeri kolik mulai dari pinggang hingga testis pada laki-laki atau
ovarium pada perempuan. Pada posisi apapun pasien sangat kesakitan kadang-kadang disertai
perut kembung, mual, muntah, gross hematuri. Diagnosis gangguan ini ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium dan BNO/ IVP, pada pemeriksaan laboratorium terlihat urine
banyak mengandung eritrosit.
Tindakan penanggulangan pada gangguan ini kalau perlu dilakukan tindakan operasi.
Ada kalanya tidak perlu dilakukan operasi, hal ini bergantung pada besar-kecilnya batu.
Untuk batu yang kecil dengan bentuk memanjang kurang dari 1 cm, diperkirakan dapat turun
ke kandung kemih, diberikan terapi konservatif yaitu pemberian diuretika, antispasmodik,
antibiotik, pasien dianjurkan untuk banyak minum. Dan observasi dilakukan selama kurang
lebih 3-6 bulan.

• Batu kandung kemih (vesikolitiasis)


Batu kandung kemih diperkirakan dapat terjadi karena kuranguya higiene pada saluran kemih
dan kurangnya nilai gizi.
7. PATOFISIOLOGI

Bata kandung kemih pada anak terutama karena faktor gizi yang kurang baik, sehingga
dapat mengakibatkan malnutrisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
timbul infeksi. Pada infeksi saluran kemih bakteri dapat mengakibatkan sel-sel epitel terlepas
dan menjadi modus, kemudian mengendapkan zat-zat organik dan terbentuk batu.

 PEMBAGIAN BATU KANDUNG KEMIH


Batu buli-bull Pada anak-anak. Tanda dan gejala berupa rasa nyeri sekali pada waktu
miksi, anak menangis keras, mengejan, pada anak laki-laki menarik penisnya sambil
berlari ke sana ke maxi karena menahan sakit. Kadang-kadang disertai prolaps ani. Tindakan
pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder,
pemberian antispasmodik, dilakukan ketok batu dengan jalan mengosongkan kandung
kemih, kemudian masukkan bongie ke dalam kandung kemih, bila hasilnya positif berarti
ada batu. Tindakan operatif opositif vesiko liotkotomi (sectio alto).
Tindak lanjut opeasi batu buli-buli dilakukan 3 bulan untuk mencegah terbentuknya batu
kembali.
Batu kandung kemih pada orang dewasa. Tanda dan gejala biasa disebut sebagai
trias batu kandung kemih (buli-buli), yaitu hematuria, disuria, dan urine keruh (pancaran urine
terganggu dan menjadi lancar kembali, bila dilakukan perubahan posisi). Pemeriksaan
diagnostik dilakukan dengan foto BNO/IVP dan analisis urine. Tindakan pengobatan
dilakukan dengan pemberian antibiotika, antispasmodik, dan analgetik.

Batu uretra
Batu uretra biasanya adalah batu yang berasal dari ginjal atau kandung kemih. Pasien
yang mengalami gangguan ini menunjukkan gejala sulit miksi. sewaktu miksi terasa sakit,
urine keluar sedikit-sedikit (menetes). Kandung kemih penuh berisi urine. Pemeriksaan
diagnostik dengan memasukkan kateter ke dalam uretra, bila terasa ada tekanan kemungkinan
uretra ter
sumbat batu.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan pelarut batu.
Lakukan kateterisasi atau pungsi kandung kemih untuk mengeluarkan urine, kalau perlu
dilakukan operasi. Akan balk bila dilakukan penanganan Betas cepat dan tepat, ukuran batu
masih kecil dan pungsi kandung kemih masih baik. Pasien dianjurkan untuk banyak minum.
2-3 liter per hari. Olahraga terutama kegiatar. melompat-lompat agar bate yang masih kecil
dapat ikut keluar bersama urine. Bila batu keluar, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui jenis batunya Pasien diberi diet rendah protein, agar tidak terbentuk batu
kembali.

Anda mungkin juga menyukai