Anda di halaman 1dari 3

Genap

1. Jawaban :
Pada dasarnya kedua istilah tersebut jika diterjemahkan langsung sama-sama memilik arti
sebagai “Hukum Konstitusi”. Namun, istilah Constitutional Law lebih dikenal sebagai “Hukum
Tata Negara”, sedangkan istilah The Law of Constitution lebih identik dengan “Hukum
Konstitusi” dalam arti sempit. Istilah Constitutional Law sering dimaknai sebagai keseluruhan
aturan mengenai ketatanegaraan yang terdiri dari aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang
termuat dalam peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan yang tertulis maupun tidak tertulis.
Kemudian, istilah The Law of Constitution dipergunakan untuk merujuk pada sebuah dokumen
yang memuat aturan-aturan dan ketentuan pokok-pokok mengenai ketatanegaraan yang lazim
diberikan sifat kekal dan luhur serta perubahan hanya boleh dilakukan melalui prosedur yang
berat dan identik dengan undang-undang dasar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa pengertian kedua
istilah tersebut sama-sama merujuk kepada pengertian hukum dasar suatu negara, yang mengatur
mengenai ketatanegaraan sebuah pemerintahan. Perbedaannya terletak pada proses terjadinya
konstitusi itu. Di Indonesia sendiri pernah memakai kedua istilah tersebut, yaitu ketika tahun
1945dan tahun 1950, hukum dasar negara Indonesia diberi nama dengan istilah “undang-undang
dasar” yaitu Undang Undang Dasar 1945 dan Undang Undang Dasar Sementara 1950.
Sementara pada tahun 1949 negara Indonesia menggunakan istilah “konstitusi” untuk menyebut
hukum dasarnya yakni Konsitusi Republik Indonesia Serikat.

2. Jawaban :
Menurut van Vollenhoven, Hukum Tata Negara adalah rangkaian peraturan hukum yang
mendirikan badan-badan sebagai alat (organ) suatu negara dengan memberikan wewenang
kepada badan-badan itu, dan membagi-bagi pekerjaan pemerintah kepada banyak alat-alat
negara, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya. Sedangkan, Hukum Administrasi
digambarkan oleh van Vollenhoven sebagai serangkaian ketentuan yang mengikat alat-alat
negara, baik yang tinggi maupun yang rendah, pada waktu alat-alat negara itu mulai menjalankan
pekerjaan dalam menunaikan tugasnya, seperti yang ditetapkan dalam Hukum Tata Negara.
Dengan demikian, hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara bersifat
komplementer dan interdependen. Uraian van Vollenhoven ini melanjutkan saja pandangan
Oppenheim selaku gurunya mengenai fenomena negara dalam keadaan diam dan negara dalam
keadaan bergerak.

3. Jawaban :
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia merujuk pada Pasal
7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yang berbunyi:
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan di atas sesuai dengan hierarki tersebut
dan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Jenis peraturan perundang-undangan selain yang
dimaksud di atas mencakup peraturan yang ditetapkan oleh:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (“MPR”);
2. Dewan Perwakilan Rakyat (“DPR”);
3. Dewan Perwakilan Daerah (“DPD”);
4. Mahkamah Agung;
5. Mahkamah Konstitusi (“MK”);
6. Badan Pemeriksa Keuangan;
7. Komisi Yudisial;
8. Bank Indonesia;
9. Menteri;
10. Badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
(“UU”) atau pemerintah atas perintah UU;
11. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (“DPRD”) Provinsi dan DPRD kabupaten/kota;
12. Gubernur, bupati/walikota, kepala desa atau yang setingkat.
Peraturan perundang-undangan tersebut di atas diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
4. Jawaban :
Asas kekeluargaan terdapat di dalam Pasal 33 dan penjelasan UUD 1945. Ide mengenai
asas kekeluargaan dicantumkan dalam UUD 1945 berasal dari Prof. Soepomo dalam pidatonya
tanggal 31 Mei 1945 ketika diadakan siding BPUPKI di Jakarta. Staatside integralistik dari
bangsa Indonesia terlihat dari sifat tata negara Indonesia ialah pemimpin yang bersatu jiwa
dengan rakyat dan para pejabat negara senantiasa wajib memegang teguh persatuan
keseimbangan dalam masyarakat. Menurut H.M. Koesnoe, dalam bahasa Jawa asas ini disebut
asas kerakyatan atau asas kebersamaan. Hal ini juga diilhami oleh cara pengambilan keputusan
dalam konstitusi negara Indonesia yang bersumber pada pembukaan alinea keempat “Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyarawatan” dan juga pada hubungan
kerjasama antara Presiden dan DPR dalam pembentukan Undang - Undang, sebagaimana diatur
dalam pasal 5 ayat (1)jo. Pasal 20 UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai