Anda di halaman 1dari 5

Perbedaan antara kurban dan akikah masih menjadi persoalan yang membingungkan di

masyarakat. Pantas saja karena secara dhohir, kurban dan akikah memiliki kesamaan
yaitu menyembelih hewan (dalam hal ini baik berkurban maupun akikah boleh
menggunakan hewan jantan maupun betina, namun untuk akikah hanya menggunakan
kambing dan sejenisnya saja) serta sama-sama berhukum sunnah muakkad. Padahal,
kurban dan akikah sangatlah berbeda.

Perbedaan ini setidaknya ditinjau dari sembilan perkara. Definisi pengertiannya, tujuan
distariatkannya, jenis hewan yang digunakan, jumlah hewan yang disembelih, waktu
penyembelihan, jumlah pelaksanaan yang disyariatkan, pemberian daging, wujud daging
yang diberikan dan upah bagi penyembelih.

Artikel ini akan mengupas secara lengkap perbedaan kurban dan akikah, mari kita kupas
satu persatu.

Pengertian Kurban dan Akikah


Asal kata kurban yaitu  qariba- yaqrabu- qurbanan wa wirbanan  (dikutip dari kamus Ibn
Manzhur dan Munawir). Arti dari kata tersebut adalah dekat, maksudnya mendekatkan
diri kepada Allah SWT, dengan mengerjakan perintah-Nya. Selain itu, kata kurban juga
berkaitan dengan kata udhiyyah bentuk jamak dari kata dhahiyyah yang berasal dari kata
dhaha (waktu dhuha). Maknanya yaitu, sembeluhan di waktu dhuha lada tanggal 10
sampai 13 bulan Dzulhijjah.

Baca Juga: 4 Larangan Kurban yang Wajib Diketahui


Sedangkan menurut istilah, kurban yaitu menyembelih hewan dengan tujuan beribadah
kepada Allah pada Hari Raya Haji atau Idul Adha pada tanggal 10 Dzulhijjah dan tiga hari
tasyriq setelahnya 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

Sedangkan akikah, menurut bahasa artinya memotong. Asal matanya aqqa- yauqqu-


aqqan. Menurut para ulama, istilah memotong memiliki makna beragam. Yakni memotong
atau menyembelih hewan dan memotong rambut bayi yang lahir. Menurut Abu Ubaid,
akikah berarti rambut atau bulu yang ada di kepala bayi.

Menurut istilah, akikah bermakna pemotongan/ penyembelihan hewan dalam rangka


tasyakuran kepada Allah SWT karena kelahiran anak (laki-laki maupun perempuan)
disertai dengan pemotongan rambut bayi tersebut.
Perbedaan Kurban dan Akikah dari Sisi Tujuan Syariat
Dari sisi tujuan syariatnya, kurban dalam rangka memperingati pengorbanan Nabi
Ibarahim as dan Nabi Ismail as. Seperti yang tercatat dalam Al-Quran, bahwa Allah SWT
menguji Nabi Ibrahim as untuk menyembelih putra kesayangannya Nabi Ismail as.
Akhirnya, mereka menunjukkan kesabaran, keteguhan dan ketaatan yang sangat mulia.

Hingga tiba saat Nabi Ismail hendak disembelih, Allah menggantinya dengan kehadiran
domba putih besar yang langsung turun dari surga. Allah SWT berfirman,

ْ‫س َت ِج ُدنِي إِن‬ ِ ‫س ْع َي َقال َ َيا ُب َن َّي إِ ِّني أَ َر ٰى فِي ا ْل َم َن ِام أَ ِّني أَ ْذ َب ُح َك َفا ْن ُظ ْر َم َاذا َت َر ٰى ۚ َقال َ َيا أَ َب‬
َ ۖ ‫ت ا ْف َعلْ َما ُت ْؤ َم ُر‬ َّ ‫َفلَ َّما َبلَ َغ َم َع ُه ال‬
َ‫اب ِرين‬
ِ ‫ص‬ َّ ‫اء هَّللا ُ مِنَ ال‬
َ ‫ش‬ َ
Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. As-Shafaat: 102).
ْ‫َفصَ ل ِّ لِرَ ِّب َك َوا ْنحَ ر‬
Artunya: “Maka salatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah hewan kurban.” (QS. Al-Kautsar:
2).
 

Berbeda dengan kurban, akikah dilaksanakan dalam rangka bersyukur atas lahirnya sang
anak. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW,

‫ج َحدَّ َث َنا‬ ٌ ‫س ْل َمانَ ْب ِن َعام ٍِر َقال َ َم َع ا ْلغُاَل ِم َعقِي َق ٌة َو َقال َ َح َّجا‬ َ ْ‫وب َعنْ ُم َح َّم ٍد َعن‬ َ ‫ان َح َّد َث َنا َح َّما ُد ْبنُ َز ْي ٍد َعنْ أَ ُّي‬ِ ‫َحدَّ َث َنا أَ ُبو ال ُّن ْع َم‬
ْ‫سلَّ َم َو َقال َ َغ ْي ُر َوا ِح ٍد َعن‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ْل َمانَ َعنْ ال َّن ِب ِّي‬َ ْ‫يرينَ َعن‬ ِ ِ‫يب َعنْ ا ْب ِن س‬ ٌ ‫شا ٌم َو َح ِب‬ ُ ‫َح َّما ٌد أَ ْخ َب َر َنا أَ ُّي‬
َ ‫وب َو َق َتادَ ةُ َو ِه‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم َو َر َوا ُه‬ َ ‫ض ِّب ِّي َعنْ ال َّن ِب ِّي‬ َّ ‫س ْل َمانَ ْب ِن َعام ٍِر ال‬
َ ْ‫ب َعن‬ ِ ‫الر َبا‬
َّ ْ‫يرينَ َعن‬ ِ ِ‫ت س‬ ِ ‫ص َة ِب ْن‬ َ ‫ش ٍام َعنْ َح ْف‬ َ ‫َعاصِ ٍم َو ِه‬
‫س ْختِ َيان ِِّي‬ َّ ‫وب ال‬ َ ‫از ٍم َعنْ أَ ُّي‬ ِ ‫ير ْب ِن َح‬ ِ ‫ب َعنْ َج ِر‬ ٍ ْ‫ص َب ُغ أَ ْخ َب َرنِي ا ْبنُ َوه‬
ْ َ‫س ْل َمانَ َق ْولَ ُه َو َقال َ أ‬
َ ْ‫يرينَ َعن‬ ِ ِ‫َي ِزي ُد ْبنُ إِ ْب َراهِي َم َعنْ ا ْب ِن س‬
‫سلَّ َم َيقُول ُ َم َع ا ْلغُاَل ِم َعقِي َق ٌة‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سول َ هَّللا‬ ُ ‫سم ِْعتُ َر‬َ َ ‫ض ِّب ُّي َقال‬َّ ‫س ْل َمانُ ْبنُ َعام ٍِر ال‬ َ ‫يرينَ َح َّد َث َنا‬ِ ِ‫َعنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن س‬
‫َفأَهْ ِريقُوا َع ْن ُه َد ًما َوأَمِي ُطوا َع ْن ُه اأْل َ َذى‬
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’man berkata, telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari
Muhammad dari Sulaiman bin Amir, ia berkata, “Pada anak lelaki ada
kewajiban akikah.” Dan Hajjaj berkata, telah menceritakan kepada
kami Hammad berkata, telah mengabarkan kepada kami Ayyub dan
Qatadah dan Hisyam dan Habib dari Ibnu Sirin dari Salman dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan berkata tidak satu orang dari Ashim
dan Hisyam dari Hafshah binti Sirin dari Ar Rabab dari Salman bin Amir
Adl Dlabiyyi dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Yazid bin
Ibrahim juga menceritakan dari Ibnu Sirin dari Salman perkataannya,
dan Ashbagh berkata, telah mengabarkan kepadaku Ibnu Wahb dari
Jarir bin Hazim dari Ayyub As Sakhtiyani dari Muhammad bin Sirin
berkata, telah menceritakan kepada kami Salman bin Amir Adl Dlabbi
ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Pada anak lelaki ada kewajiban ‘akikah, maka
potongkanlah hewan sebagai akikah dan buanglah keburukan darinya.”
(HR. Bukhori. No 5049)

Perbedaan dari Jenis Hewan yang Digunakan


Menurut Imam Madzhab hewan ternak yang boleh digunakan untuk berkurban adalah
unta, sapi dan kambing. Namun dalam hal keutamaannya terdapat perbedaan. Imam
Malik berpendapat bahwa yamg paling utama adalah kambing atau domba, kemudian sapi
atau kerbau, lalu unta. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat sebaliknya, yaitu yang paling
utama adalah unta, kemudian sapi, lalu kambing.

Untuk kriteria, seluruh hewan ternak yang akan disembelih harus sehat (tidak cacat), dan
cukup usianya biasanya dilihat dari sudah berganti giginya. Jika menggunakan domba,
minimal berusia satu tahun dan sudah ganti gigi. Jika menggunakan kambing, minimal
sudah dua tahun. Sapi dan kerbau mencapai dua tahun lebih. Dan unta harus mencapai
usia lima tahun atau lebih.

Sedangkan untuk akikah, penggunaan kambing sama dengan berkurban. Sehat, tidak
cacat dan sudah berganti gigi. Parameter usianya adalah sudah cukup dewasa dengan
berganti gigi. Untuk jenis kambing yang akan disembelih boleh dengan kambing apapun,
seperti kambing kampung, domba, kibsy atau gibas. Penggunaan kambing sebagai hewan
akikah, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW,

“(Akikah) untuk anak laki-laki adalah dua kambing dan untuk


perempuan satu kambing. Baik berjenis kelamin jantan atau betina,
tidak masalah” (sesuai dalam kitab al-Majmu’ Saryh muhazzab).

Perbedaan dari Jumlah Hewan yang Disembelih


Hadis sebelumnya, menyatakan tentang penggunaan kambing sebagai hewan sembelihan
akikah. Selain itu juga menjelaskan mengenai jumlah hewan yang digunakan. Untuk
kelahiran bayi laki-laki, maka diperintahkan untuk menyembelih dua ekor kambing.
Sedangkan untuk kelahiran bayi perempuan diperintahkan untuk menyembelih seekor
kambing saja.

Perbedaan Waktu Penyembelihan


Perbadaan kurban dan akikah selanjutnya dilihat dari waktu penyembelihan. Jika kurban,
harus dilakukan pada tanggal 10, 11,12 dan 13 Dzulhijjah (pada Idul Adha dan hari Tasyrik
saja). Seperti yang tertera dalam hadis Nabi Muhanmad SAW. Dari Aisyah ra
menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah anak adam melakukan suatu
amalan pada hati Nahr (Idul Adha) yang lebih dicintai oleh Allah melebihi mengalirkan
darah (kurban), maka hendaknya kalian merasa senang karenanya.”(HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Al Hakim sanadnya sahih).

Sedangkan pelaksanaan akikah afdhalnya pada hari ketujuh dari kelahiran sang anak.
Seperti dalam hadis Nabi Muhammad SAW,

“Rasulullah SAW pernah berakikah untuk Hasan dan Husain pada hari
ketujuh dari kelahirannya, beliau memberi nama dan memerintahkan
supaya dihilangkan kotoran dari kepalanya (dicukur)”. (HR.Hakim)
Dalam hal pelaksanaan akikah, jika orang tua tidak memiliki kecukupan ekonomi maka
boleh dilakukan selain hari tersebut, bahkan bisa dikerjakan sampai anak tumbuh
dewasa dan baligh. Saat sudah baligh dan ternyata orang tua belum bisa mengakikahkan
Sang anak, maka kesunnahan mengakikahkannya sudah hilang. Kelak jika kondisi
ekonomi anak cukup untuk akikah, bisa dilakukan sendiri.

Perbedaan dari Jumlah Pelaksanaan


Perbedaan kurban dan akikah dilihat dari jumlah pelaksanaannya sebagai berikut. Untuk
akikah seumur hidup hanya diperintahkan sekali saja, maka tak perlu melakukan akikah
jika sudah diakikahkan ketika kecil. Penegasan dalam hadis Nabi tentang perintah
akikah untuk sekali dalam seumur hidup karena sebagai penebus atas lahirnya bayi
tersebut. Rasulullah SAW bersabda,

“Tiap-tiap anak tergadai (tergantung) dengan akikahnya yang


disembelih untuknya pada hari ke-7, di hari itu ia dicukur rambutnya
dan diberi nama”. (HR. Abu Dawud).
Berbeda dengan kurban, seseorang yang memiliki kecukupan harta, tidak dibatasi
berapapun jumlah hewan yang akan dikurbankan. Begitu juga dengan jumlah
pengulangan kurban, tidak dibatasai berapa kali selama seumur hidup. Jadi, bisa setiap
tahun berkurban. Seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim as yang sangat gemar
berkurban.

Baca Juga: Kurban dengan Uang Istri, Bolehkah?


Namun, Nabi Muhammad juga menegaskan kepada orang yang memiliki kelapangan harta
untuk berkurban, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang berkelapangan harta namun tidak mau berkurban


maka jangan sekali-kali mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ibnu
Majah).

Perbedaan dari Pemberian Daging


Perbedaan antara kurban dan akikah selanjutnya yaitu pemberian daging kepada
masyarakat / orang lain.

Seperti ungkapan Ibnu Rusyd, para ulama bersepakat bahwa orang yang berkurban
diperuntahkan untuk turut ikut memakan daging dan menyedekahkannya. Hal ini
berdasarkan firman Allah SWT,

“Maka makanlah sebagiannya (daging kurban) dan berilah makan


orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (orang yang
tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. (QS.Al-Hajj:36)
Dalam kitab bidayatul mujtahid, pembagian daging kurban dianjurkan sebagai berikut,
spertiga untuk disimpan, sepertiga didermakan dan spertiga dimakan. Adapun lenerima
daging kurban diutamakan adalah kaum dhuafa atau fakir miskin.

Sedangkan daging akikah diberikan kepada siapapun, terutama pada tetangga terdekat,
fakir miskin, saudara dan lainnya.

Perbedaan Wujud Daging yang Diberikan


Seperti yang sudah lazim kita ketahui, pembagian daging kurban selalu dalam kondisi
mentah. Hal ini sangat berbeda dengan daging akikah yang justru harus dalam keadaan
masak.

Perbedaan untuk Upah Penyembelih


Orang yang menyembelih hewan kurban tidak diberikan upah, biasanya hanya menerima
daging dari hewan yang ia sembelih. Hal ini berbeda dengan akikah yang mana
penyembelih hewan akikah boleh meminta upah pada empunya hajat.

Anda mungkin juga menyukai