Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

POPULASI PENYAKIT INFEKSI HIV AIDS

Disusun Oleh :
Kelompok 2 / 3 B
1. Didik Irawan ( 920173060 )
2. Dino Mahardika I P ( 920173061 )
3. Diska Puspita ( 920173062 )
4. Dwi Utami ( 920173063 )
5. Eva Elya Fauziyah ( 920173064 )
6. Feronika Parastuti ( 920173065 )
7. Frieska Pusparini ( 920173066 )
8. Halimatus Sa’diah ( 920173067 )
9. Harun Bagus P A ( 920173068 )
10. Ika Fitri Renggani ( 920173069 )

UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya kami
bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Populasi Penyakit Infeksi HIV AIDS” tepat
pada waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas perkelompok untuk mata kuliah Keperawatan
Komunitas II ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari sempurna, karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan asuhan keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa Program Studi S1
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kudus.

Kudus, 18 Maret 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu program prioritas pembangunan pemerintah Indonesia adalah upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai unsur dari Millenium Development Goals
(MDG’s) pemerintah. Berbagai upaya kesehatan pun diarahkan untuk mendukung program
ini, tidak terkecuali perang melawan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS dan penyakit
menular lainnya seperti yang tercantum dalam MDG-6. Searah dengan MDG-6, UNAIDS
juga memandu dengan visinya agar di tahun 2015 tidak ada lagi penyebaran (zero new
infections), kematian (zero AIDS-related deaths), dan stigma (zero discrimination) akibat
HIV/AIDS (Depkes RI, 2012).
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) didefinisikan sebagai virus yang
menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya
kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit
sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian (Dirjen
P2PL RI, 2010). Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
virus HIV (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan yayasan spirita (2013) di Indonesia hingga bulan September 2014 infeksi
baru HIV 22.869 dan kasus baru AIDS 1.876 telah menyebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Jumlah kasus terbanyak berasal dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa
Barat, Bali dan Jawa Tengah. Dari jumlah tersebut 80% adalah pria dan sebanyak 88,1%
berada di usia produktif antara 20-49 tahun. Angka kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah setiap
tahun meningkat, pada tahun 2012 terdapat 1.404 kasus dan mengalami kenaikan pada tahun
2013 dan 2014 sebesar 2.420 kasus dan 2.480 kasus, sedangkan jumlah kasus terbanyak
berasal dari Kota Semarang sebanyak 1.465 kasus (Dinkes Jawa Tengah, 2014). Angka
kasus HIV Warga Binaan Pemasyarakatan meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2011
tercatat 687 orang, dan pada tahun 2014 mencapai 1042 orang (Kemenkumham, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit infeksi hiv aids ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi hiv aids ?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis – jenis penyakit infeksi hiv aids !
4. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada populasi penyakit infeksi hiv aids ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit infeksi hiv aids
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit infeksi hiv aids
3. Untuk mengetahui jenis – jenis penyakit infeksi hiv aids
4. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada populasi penyakit infeksi hiv aids
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Acquired artinya di dapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan. Immuno bearti
sistem kekebalan tubuh. Deficiency artinya kekurangan, sedangkan Syndrome adalah
kumpulan gejala. AIDS adalah sekumpulan gejala yang di dapatkan dari penurunan
kekebalan tubuh akibat kerusakan system imun yang di sebabkan oleh infeksi HIV.
Penularan HIV dapat terjadi melalui darah, air mani, hubungan seksual, atau cairan
vagina. Namun virus ini tidak dapat menular lewat kontak fisik biasa, seperti berpelukan,
berciuman, atau berjabat tangan dengan seseorang yang terinfeksi HIV atau AIDS.
(Nursalam, 2011)
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala
penyakit yang datang.Pada saat kekebalan tubuh mulai melemah, maka menimbulkan
masalah kesehatan. Gejala umum yang timbul antara lain demam , batuk, atau diare
secara terus-menerus. Kumpulan gejala penyakit akibat lemahnya sistem kekebalan tubuh
ini disebut dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency syndrome) (Murni, 2011)
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air
susu ibu. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi
(Marubeny, 2013).

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku berisiko HIV/AIDS


1. Faktor Predisposisi (predisposing factors)
Faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi dalam penelitian ini yaitu:
a. Pengetahuan tentang HIV/AIDS
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek (Soekidjo Notoatmodjo, 2011: 121). Menurut
Notoatmodjo (2011) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Misalnya masyarakat tahu bahwa penyakit
HIV itu penyakit menular.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Misalnya masyarakat memahami bahwa penyakit HIV
bisa ditularkan lewat hubungan seksual.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya menggunakan
kondom ketika melakukan hubungan seks berisiko.
4) Analisis
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya seseorang
mengetahui tidak dapat tertular HIV jika berinteraksi dengan ODHA (orang
dengan HIV/AIDS) karena mengetahui bahwa penularan hanya bisa lewat
hubungan kelamin, jarum suntik, darah, dan perinatal.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi yang sudah ada. Misalnya dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.
Pengetahuan merupakan salah satu yang mempengaruhi tindakan berisiko
HIV. Menurut penelitian Evarina (2010) ada hubungan signifikan antara
tingkat pengetahuan p= 0,020 dengan tindakan berisiko HIV.
b. Sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS
Sikap (attitude) merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen
sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan untuk bertindak dan
berpersepsi. Sikap masih merupakan reaksi yang tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2011) sikap adalah kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau
aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi
tertutup. Sikap terdiri dari 4 tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving) diartikan bahwa hanya subjek mau menerima stimulus
yang diberikan objek.
2. Menanggapi (responding) diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing) diartikan subjek memberikan nilai yang positif terhadap
objek.
4. Bertanggung jawab (responsible) diartikan berani mengambil risiko terhadap
sikap yang sudah diambil.
Sedangkan hasil penelitian Efrina KA Purba,dkk (2011) menunjukkan
adanya hubungan variabel sikap dengan perilaku berisiko HIV dengan (p=0,000)
dan menunjukkan hubungan yang kuat dengan (r=0,549) dan berpola positif,
artinya semakin buruk sikap responden maka akan terjadi peningkatan perilaku
berisiko HIV/AIDS.
c. Tingkat Pendidikan
Tujuan pokok pendidikan adalah membentuk orang-orang yang berpribadi,
berperikemanusiaan maupun menjadi anggota masyarakat yang dapat mendidik
dirinya sesuai dengan watak masyarakat itu sendiri, mengurangi beberapa
kesulitan atau hambatan perkembangan hidupnya dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup maupun mengatasi problematikanya (N.Shaleh Ahmad, 2011).
Hubungan variabel pendidikan dengan tindakan berisiko (p=0,001) dan
menunjukkan hubungan yang kuat dengan (r=0,340) berpola positif, artinya
semakin rendah pendidikan responden maka akan terjadi peningkatan perilaku
berisiko HIV/AIDS (Efrina KA Purba,dkk,2011). Karena tingkat pendidikan
berbanding lurus dengan pengalaman yang dimiliki.
d. Usia
Usia menjadi salah satu faktor mempengaruhi perilaku berisiko
HIV/AIDS. Terdapat hubungan antara umur dengan tindakan berisiko HIV
(p=0,000). Semakin rendah umur seseorang maka akan meningkatkan perilaku
berisiko HIV dengan r= 0,653 (Efrina KA Purba dkk, 2011).
2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang
memfasilitasi perilaku atau tindakan. Maksudnya faktor pemungkin adalah sarana
dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
a. Keterpaparan Informasi HIV/AIDS
Informasi merupakan sekumpulan fakta yang diolah dengan cara tertentu
sehingga mempunyai arti bagi penerima. Data yang telah diolah menjadi sesuatu
yang berguna bagi penerima serta dapat memberikan pengetahuan. Berdasarkan
penelitian Rahman dan Esti (2011) mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi
perilaku pencegahan HIV/AIDS pada remaja bahwa keterpaparan informasi
mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan nilai p= 0,019. Menurut
penelitian Saliu (2014) di penjara Nigeria ditemukan besar responden
mengetahui informasi HIV / AIDS dari keluarga dan teman-teman, menjadikan
sumber utama informasi yang dari media massa. Media cetak, petugas kesehatan,
dan petugas penjara masih juga memiliki peran besar dalam penyebarluasan
informasi mengenai HIV / AIDS.
b. Ketersediaan VCT
Voluntary Counseling And Testing (VCT) adalah kegiatan konseling yang
menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS,
mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang
bertanggungjawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan masalah
berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS. Dalam VCT ada dua kegiatan
utama yakni konseling dan tes HIV. Konseling dilakukan oleh konselor khusus
yang telah dilatih untuk memberikan konseling VCT. Tidak semua konselor bisa
dan boleh memberikan konseling VCT. Oleh karena itu, seorang konselor VCT
adalah orang yang telah mendapatkan pelatihan khusus dengan standar pelatihan
nasional. Konseling dalam rangka VCT utamanya dilakukan sebelum dan
sesudah tes HIV (Wulansari, 2014).
3. Faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat
terjadinya perubahan perilaku. Dalam hal ini faktor penguatnya yaitu:
a. Masa Hukuman yang Sudah dijalani
Terdapat hubungan antara lama menjalani hukuman dengan tindakan berisiko
HIV (p=0,049) dan menunjukkan hubungan yang kuat (r=0,208) dan berpola
positif, artinya semakin lama responden menjalani hukuman maka akan terjadi
peningkatan perilaku berisiko HIV/AIDS (Efrina KA Purba, dkk, 2010).
b. Sikap Teman Sebaya terhadap pencegahan HIV/AIDS
Lingkungan di lapas sangat berpengaruh terhadap perilaku narapidana. Menurut
penelitian Ainun Jhariah Hidayah,dkk (2014) mengenai Faktor Lingkungan dan
Media Massa dengan Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja di Kawasan
Wisata Bira, Kabupaten Bulukumba yaitu teman sebaya berhubungan dengan
perilaku berisiko tertular HIV (p=0,001). Hal ini membuktikan bahwa sikap
teman sebaya yang ada di lapas akan mempengaruhi perilaku narapidana
terhadap perilaku berisiko HIV.
c. Perilaku Teman Sebaya terhadap HIV/AIDS
Berdasarkan penelitian Ririanty,dkk (2013) mengenai faktor yang
mempengaruhi Perilaku Seksual Beresiko Anak Jalanan di Kabupaten Jember
Propinsi Jawa Timur didapatkan bahwa dukungan pemimpin kelompok sesuai
dengan variabel berpengaruh sebesar 65,58%. Hal tersebut karena perilaku
teman dapat mempengaruhi perilaku seseorang apalagi ketika seseorang lama
berada dalam suatu komunitas seperti di lapas.

C. Jenis – Jenis Penyakit Infeksi Hiv Aids


Infeksi Human Immunodeficiency Virus dapat melemahkan sistem kekebalan
tubuh, sehingga bisa menyebabkan berbagai infeksi lainnya seperti :
1. Infeksi
Infeksi kuman lain bisa terjadi lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan. Adapun
berbagai infeksi yang biasanya muncul yaitu tuberkulosis, infeksi sitomegalovirus,
kriptokokus meningitis, toksoplasmosis, dan cryptosporidiosis.
2. Kanker
Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker dengan mudah. Jenis
kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan sarkoma
Kaposi.
3. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul saat seseorang
mengidap HIV. Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya sangat rentan terkena
virus. Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara orang
dengan HIV/AIDS.
4. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam bentuk cairan
tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh
yang sehat akan membuat virus tidak aktif. Namun, jika sistem kekebalan tubuh
melemah karena Anda mengidap penyakit HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah
menjadi aktif. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran
pencernaan, paru-paru, atau organ lain.
5. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS. Kondisi ini
menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan tebal pada selaput
lendir mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina.
6. Kriptokokus meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan
sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem
saraf umum pusat yang bisa didapat oleh orang dengan penyakit HIV/AIDS.
Kriptokokus yang disebabkan oleh jamur di dalam tanah.
7. Toksoplasmosis
Infeksi yang mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang
menyebar terutama melalui kucing, Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki parasit
di dalam tinjanya. Tanpa disadari, parasit ini kemudian dapat menyebar ke hewan lain
dan manusia. Jika orang dengan HIV/AIDS mengalami toksoplasmosis dan tidak
segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi otak serius seperti ensefalitis.
8. Cryptosporidiosis
Infeksi ini terjadi disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan.
Biasanya seseorang bisa terkena parasit ini cryptosporidiosis ketika Anda menelan
makanan atau air yang terkontaminasi. Nantinya, parasit akan tumbuh di usus Anda
dan saluran empedu, menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS.
Selain infeksi, Anda juga berisiko mengalami masalah neurologis dan masalah ginjal
jika memiliki penyakit AIDS.

D. Asuhan Keperawatan Pada Populasi Penyakit Infeksi Hiv Aids


1. Pengkajian
a. Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan
dan alamat. Serta jenis kelamin pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat
1) Riwayat penyakit sekarang
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat psikososial
d. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan/malaise, perubahan pola tidur
Tanda: Kelemahan otot, menurunnya masa otot. Respons fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam td, frekuensi jantung, pernapasan.
e. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia), perdarahan lama
pada cedera (jarang terjadi)
Tanda: Takikardia, perubahan TD postural. Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat/sianosis; perpanjangan pengisian kapiler
f. Integritas ego
Gejala: 1) Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, misal dukungan
keluarga, hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup
tertentu, dan distres spiritual
2) Mengkuatirkan penampilan; alopesia, lesi cacat, dan menurunnya BB
3) Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, kehilangan kontrol diri, dan depresi
Tanda: 1) Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri
2) Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata yang
kurang.
3) Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang
sama
g. Eliminasi
Gejala: 1) Diare yang intermiten, terus menerus, sering dengan/tanpa disertai
keram abdominal.
2) Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda: 1) Feses encer dengan/tanpa disertai mukus atau darah.
2) Diare pekat yang sering.
3) Nyeri tekan abdominal.
4) Lesi/abses rektal, perianal
5) Perubahan dalam jumlah, warna, dan karakteristik urine.
h. Makanan/cairan
Gejala: 1) Tidak nafsu makan, perubahan dalam kemampuan mengenali makan,
mual/muntah.
2) Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan.
3) Penurunan BB yang cepat atau progresif.
Tanda: 1) dapat menunjukan adanya bising usus hiperaktif
2) Penurunan BB: perawakan kurus, menurunnya lemah subkutan/masa
otot.
3) Turgor kulit buruk.
4) Lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan perubahan warna.
5) Kesehatan gigi/gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
6) Edema (umum, dependen)
i. Higiene
Gejala: tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda: 1) Memperlihatkan penampilan yang tidak rapi.
2) Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri,aktivitas perawatan
diri.
j. Neurosensori
Gejala: 1) Pusing/pening,sakit kepala.
2) Perubahan status mental,kehilangan ketajaman atau kemampuan diri
untuk mengatasi masalah,tidak mampu mengingat dan konsentrasi
menurun.
3) Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran.
4) Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
5) Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukan
perubahan paling awal).
Tanda: 1) Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai
dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis,
reterdasi psikomotor/respon melambat.
2) Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak
realistis.
3) Timbul refleks yang tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.
4) Tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis;
hemiparesis, kejang.
5) Hemoragi retina dan eksudat (renitis cmv)
k. Nyeri/kenyamanan
Gejala: 1) Nyeri umum atao lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
2) Sakit kepala (keterlibatan ssp)
3) Nyeri pada pleuritis
Tanda: 1) Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
2) Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan atau pincang
3) Gerak otot melindungi bagian yang sakit
l. Pernapasan
Gejala: 1) ISK sering, menetap
2) Napas pendek yang progresif
3) Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum
(tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodik saat napas
dalam)
4) Bendungan atau sesak pada dada
Tanda: 1) Takipnea, distres pernapasan
2) Perubahan pada bunyi napas/bunyi napas adventisius.
3) Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
m.Keamanan
Gejala:1)Riwayat jatuh, terbakar,pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya.
2) Riwayat menjalani transafusi darah yang sering/berulang (mis.
Hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
3) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut.
4) Riwayat atau berulangnya infeksi dengan phs
5) Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten/memuncak;
berkeringat malam
Tanda: 1)Perubahan integritas kulit; terpotong, ruam, mis. Eksema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola; mudah
terjadi memar yang tidak bisa dijelaskan sebabnya.
2) Rektum, luka-luka perianal atau abses
3) Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh
atau lebih (mis. Leher, ketiak, paha)
4) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya
berjalan.
n. Seksualitas
Gejala: 1) Riwayat perilaku berisiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positiv HIV, pasangan seksual multiple, aktivitas
seksual yang tidak terlindungi, dan seks anal.
2) Menurunnya libido, terlal sakit untuk melakukan hubungan seks.
3) Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
4) Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat terpajan karena
peningkatan kekeringan/friebilitas vagina)
Tanda: 1) Kehamilan atau resiko terhadp hamil
2) Genital: manifestasi kulit (mis. Herpes, kutil); rabas.
o. Interaksi sosial
Gejala: 1)Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis. Kehilangan kerabat/orang
terdekat, teman, pendukung. Rasa takut untuk mengungkapkannya pada
orang lain, takut akan penolakkan/kehilangan pendapatan.
2) Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal
karena aids
3)Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu
membuat rencana.
Tanda: 1) Perubahan pada interaksi keluaga/orang terdekat
2) Aktivitas yang tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.
p. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: 1) Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku berisiko
tinggi (mis. Seksual ataupun penggunaan obat-obatan iv)
2) Penggunaan/penyalahgunaann obat-obatan iv, saat ini merokok,
penyalahgunaan alkohol.
3) Pertimbangan rencana pemulangan:
4) Drg menunjukan rerata lama dirawat 10,2 hari
5) Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan
kulit/luka, peralatan/bahan; transportasi, belanja makanan dan persiapan
perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas
perawatan/pemeliharaan rumah, perawatan anak; perubahan fasilitas
hidup.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV.
b. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,
malnutrisi, kelelahan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
d. Diare berhubungan dengan infeksi GI
e. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang
orang dicintai.
f. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
g. gangguan volume cairan berhubungan dengan diare terus-menerus
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang inpormasi tentang penyakit

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan criteria Intervensi Rasional
hasil

Resiko tinggi infeksi Setelah diberikan 1. Anjurkan pasien 1.Pasien dan keluarga
(kontak pasien) askep … x 24 jam atau orang penting mau dan
berhubungan dengan diharapkan Infeksi lainnya metode memerlukan
infeksi HIV, adanya HIV tidak mencegah transmisi informasikan ini
infeksi ditransmisikan, tim HIV dan kuman
nonopportunisitik kesehatan patogen lainnya.
yang dapat memperhatikan 2.Mencegah transimisi
ditransmisikan. universal precautions 2. Gunakan darah dan
cairan tubuh infeksi HIV ke
dengan kriteria hasil : orang lain
- kontak pasien dan precaution bial
tim kesehatan tidak merawat pasien.
terpapar HIV 3. Gunakan masker 3.Untuk perlindungan
- tidak terinfeksi bila perlu. diri
patogen lain seperti 4. kolaborasi dengan 4. Mengetahui
TBC. tim medis kesehatan pasien

Intolerans aktivitas Setelah diberikan 1. Monitor respon 1.Respon bervariasi


berhubungan dengan askep … x 24 jam fisiologis terhadap dari hari ke hari
kelemahan, pertukaran diharapkan pasien aktivitas
oksigen, malnutrisi, berpartisipasi dalam
kelelahan. kegiatan, dengan 2. Berikan bantuan
perawatan yang 2.Mengurangi
kriteria hasil : kebutuhan energi
pasien sendiri tidak
- bebas dyspnea dan mampu
takikardi selama
aktivitas. 3. Jadwalkan 3.Ekstra istirahat perlu
perawatan pasien jika karena
sehingga tidak meningkatkan
mengganggu kebutuhan
isitirahat. metabolik
4. kolaborasi dengan 4. Mengetahui
tim medis kesehatan pasien

Perubahan nutrisi Setelah diberikan 1. Monitor 1.Intake menurun


kurang dari kebutuhan askep … x 24 jam kemampuan dihubungkan
tubuh berhubungan diharapkan pasien mengunyah dan dengan nyeri
dengan intake yang mempunyai intake menelan tenggorokan dan
kurang, meningkatnya kalori dan protein mulut
kebutuhan metabolic, yang adekuat untuk
dan menurunnya memenuhi kebutuhan 2.Menentukan data
absorbsi zat gizi. metaboliknya dengan dasar
kriteria hasil : 2. Monitor BB,
intake dan ouput
- mual dan muntah 3.Mengurangi muntah
dikontrol 3. Atur antiemetik
- pasien makan TKTP sesuai order
- serum albumin dan
4.Meyakinkan bahwa
protein dalam batas
makanan sesuai
normal 4. Rencanakan diet dengan keinginan
dengan pasien dan pasien
orang penting
lainnya.

Diare berhubungan Setelah diberikan 1. Kaji konsistensi 1.Mendeteksi adanya


dengan infeksi GI askep … x 24 jam dan frekuensi feses darah dalam feses
pasien merasa nyaman dan adanya darah.
dan menngontrol 2.Hipermotiliti
diare, komplikasi 2. Auskultasi bunyi umumnya dengan
minimal dengan usus diare
kriteria hasil : 3. Atur agen 3.Mengurangi
- perut lunak antimotilitas dan motilitas usus, yang
psilium pelan, emperburuk
- tidak tegang (Metamucil) sesuai perforasi pada
order intestinal
- feses lunak dan
warna normal 4. Berikan ointment 4.Untuk
A dan D, vaselin menghilangkan
- kram perut hilang atau zinc oside distensi

Tidak efektif koping Setelah diberikan 1. Kaji koping 1.Memulai suatu


keluarga berhubungan askep … x 20 keluarga terhadap hubungan dalam
dengan cemas tentang diharapkan keluarga sakit pasein dan bekerja secara
keadaan yang orang atau orang penting perawatannya konstruktif dengan
dicintai. lain mempertahankan keluarga.
suport sistem dan 2. Biarkan keluarga
adaptasi terhadap mengungkapkana 2.Mereka tak
perubahan akan perasaan secara menyadari bahwa
kebutuhannya dengan mereka berbicara
kriteria hasil : verbal secara bebas

- pasien dan 3. Ajarkan kepada


keluarga keluaraga tentang
berinteraksi penyakit dan 3.Menghilangkan
dengan cara yang transmisinya. kecemasan tentang
konstruktif transmisi melalui
4. Kolaborasi dengan kontak sederhana.
tim medis lainnya
4. Mengetahui
kesehatan pasien

Gangguan volume Setelah diberikan 1.Pantau TTV, Catat 1.Indikator dari


cairan berhubungan askep … x 24 jam peningkatan suhu volume cairan
dengan diare terus- diharapkan volume dan durasi demam. sirkulasi
menerus cairan kembali
adekuat dengan
kriteria hasil: 2. Kaji turgor kulit, 2.Indikator tidak
- Membran mukosa membran mukosa, langsung dari status
lembab dan rasa haus cairan
- turgor kulit baik 3. Ukur input dan 3.Mengetahui
- tanda-tanda vital output cairan keseimbangan
stabil dalam tubuh
- haluran urine
adekuat 4.Untuk membantu
4.Kolaborasi menurunankan
pemberian obat- jumlah dan
obatan antidiarea keenceran feses

Kurang pengetahuan Setelah diberikan 1. Berikan waktu 1.Mengetahui sejauh


berhubungan dengan askep selama … x24 kepada pasien untuk mana ketidak
kurang inpormasi jam diharapkan menanyakan apa tahuan pasien
tentang penyakit menyatakan mengerti yang tidak di tentang
tentang kondisi, ketahui tentang penyakitnya.
pemeriksaan penyakitnya.
diagnostik, rencana
pengobatan, dan 2.Memberikan
tindakan perawatan 2. Kaji ulang proses pengetahuan dasar
diri preventif dengan penyakit dan dimana pasien dapat
criteria hasil : harapan yang akan membuat pilihan
dating beradasarkan
- Klien mengetahui informasi.
tentang
penyakit,pencegaha 3.Pengetahuan apa
n dan pengobatanya 3.Berikan informasi yang diharapkan
tentang: sumber dapat mengurangi
infeksi, tindakan ansietas dan
untuk mencegah membantu
penyebaran, mengembankan
jelaskan pemberian kepatuhan klien
antibiotik, terhadap rencan
pemeriksaan terapetik.
diagnostik: tujuan,
gambaran singkat,
persiapan ynag
dibutuhkan sebelum
pemeriksaan,
perawatan sesudah
pemeriksaan.

4.Anjurkan pasien 4.Pasien sering


untuk menggunakan menghentikan obat
obat yang mereka, jika tanda-
diberikan, minum tanda penyakit
sebanyak kurang mereda. Cairan
lebih delapan gelas menolong membilas
per hari. ginjal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Apabila terinfeksi HIV, maka tubuh akan mencoba melawan infeksi tersebut.
Tubuh akan membentuk antibodi, yaitu molekul-molekul khusus untuk melawan HIV.
Tes darah untukHIV berfungsi untuk mencari keberadaan antibodi tersebut.
Apabila ada antibodi ini dalam tubuh, maka artinya seseorang telah terinfeksi HIV.
Orang yang memiliki antibodi HIV disebut ODHA.
Menurut pandangan agama HIV / AIDS itu buruk, karena penularannya pun
terjadi melalui cara yang dilarang oleh agama.

B. Saran dan Kritik


Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati memilih
pasangan hidup, jangan sampai kita menikah dengan pasangan yang mengidap HIV /
AIDS, karena selain dapat menular kepada diri kita sendirijuga dapat menular kepada
anak kita. Kita juga harus berhati-hati dalam pemakaian jarum suntik secara
bergantian dan tranfusi darah yang sudah terpapar HIV.

Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Populasi Penyakit Infeksi HIV


AIDS” , kami dari kelompok 2 menyadari bahwa masih banyak kesalahan sehingga
belum sempurnanya makalah kami. Maka kami harap kritik dan saran yang
membangun dari Dosen pembimbing dan saudara-saudari khususnya kelas B semester
6 Prodi S1 Ilmu Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Evarina. 2010. Analisis Pengetahuan dan Sikap Narapidana Terhadap Tindakan


Berisiko HIV/AIDS di Rumah Tahanan Balige. Tesis. FKM USU.
Hidayah AJ, Ridwan Amiruddin, Ansariadi. 2014. Faktor Lingkungan dan Media
Massa dengan Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja di Kawasan
Wisata Bira, Kabupaten Bulukumba. UNHAS : Skripsi.
Kementrian Hukum dan HAM RI. 2010. Penelitian Prevalensi HIV dan Sifilis
serta Perilaku Berisiko Terinfeksi HIV pada Narapidana di Lapas/Rutan
di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pemasyarakatan
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku
(STBP) 2011. Jakarta : Forum Nasional Jaringan Kebijakan Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta : Dirjen P2PL.

Murni, S. 2011. Seri buku kecil “hidup dengan HIV/AIDS”. Jakarta:

Yayasan Spiritia

Marubeny, S. 2013. “Perbedaan Respon Sosial Penderita HIV/AIDS yang Mendapat Dukungan
Keluarga dan Tidak Mendapat Dukungan Keluarga di Balai Kesehehatan Paru Masyarakat
(BPKM) Semarang”.Jurnal Keperawatan Komunitas Volume 1. Halm 43-51. 1Mei 2013
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi

HIV/AIDS.Jakarta: Salemba Medika

Saliu,Abdulsalam,dkk,. 2014. Knowledge attitude and Preventive Practices among


Prisons Inmates in Ogbomoso Prison at Oyo State South West Nigerian,
Internatoinal Journal of Reproductive Medicine, Vol 2014, hlm 1- 6.

Anda mungkin juga menyukai