Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN APENDIKITIS

DI RUANG C RSUD DOKTER

SOEDARSO

NAMA : Aswin Rahmad Ramadhan

NIM : ...............................

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

TAHUN 2019 / 2020


LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN APENDIKSITIS

A. Definisi
Apendiksitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks
dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks
disebut juga umbai cacing. Apendiksitis sering disalahartikan dengan istilah usus buntu,
karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. merupakan peradangan pada apendik
verniformis. Apendik verniformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih
sebesar pensil dengan panjang 2 – 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di
bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.

B. Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktorprediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah penyumbatan lumen apendik. Pada umumnya obstruksi
ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c.  Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa
tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Apendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)

C. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu :
1.  Nyeri kuadran bawah
2. Demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
3. Nyeri tekan
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8.  Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.

D. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.
Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulserasi
mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang
diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks
rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga
muncul infiltrat appendikkularis.
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi
karena ada gangguan pembuluh darah.

E. Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut.

F. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis apendisitis akut biasanya berdasarkan gejala klinis dan tes laboratorium.
Diagnosis ditegakkan bila memenuhi :
1. Gambaran klinis yang mengarah ke appendicitis seperti Nyeri di sekitar umbilikus
dan epigastrium disertai anoreksia (nafsu makan menurun), nausea, dan sebagian
dengan muntah. Beberapa jam kemudian nyeri berpindah ke kanan bawah ke titik Mc
Burney disertai kenaikan suhu tubuh ringan
2. Demam lebih dari 37,50C
3. Laboratorium : lekositosis yaitu lekosit > 10.000 /dl biasanya pada perforasi terdapat
pergeseran ke kiri (netrofil segmen meningkat).
4. USG yang mungkin di temukan pada pemeriksaan ini :
a. Lampiran buncit berisi cairan dengan diameter lebih dari 5 mm
b. Ketebalan dinding 3 mm atau lebih besar

G. Penatalaksanaan
Tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai
akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
PATHWAY APENDIKSITIS
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN APENDIKSITIS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien selalu mengeluh nyeri pada daerah perut.
3. Riwayat Kesehatan :
 Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien
seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah
sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan
imunisasi apa yang pernah diderita.
 Riwayat penyakit keluarga
 Pola Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik (secondary survey)
1. Keadaan Umum :
a. Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
b. Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali)
c. Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang)
d. Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak)
e. Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut
b. Defisiensi pengetahuan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
d. Kekurangan volume cairan
2. Post Operasi
a. Nyeri Akut
b. Risiko infeksi
c. Hipertermi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level kualitas dan faktor presipitasi
jaringan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama ….  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DS: Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: menemukan dukungan
- Laporan secara verbal  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
DO: mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
- Posisi untuk menahan untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) kebisingan
nyeri  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati menggunakan manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Gangguan tidur
(mata  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, intervensi
sayu, tampak capek, sulit frekuensi dan tanda nyeri)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas
atau gerakan kacau,  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
menyeringai)  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
- Terfokus pada diri sendiri  Tingkatkan istirahat
 Tidak mengalami gangguan tidur
- Fokus menyempit  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
(penurunan persepsi nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
waktu, kerusakan proses antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
berpikir, penurunan  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
interaksi dengan orang analgesik pertama kali
dan lingkungan)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease process
 Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
keterbatasan kognitif,  Kowledge : health Behavior
 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
interpretasi terhadap
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
informasi yang salah, Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
kurangnya keinginan untuk pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
mencari informasi, tidak penyakit dengan kriteria hasil:
pada penyakit, dengan cara yang tepat
mengetahui sumber-sumber  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
 Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
informasi. tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
tepat
pengobatan
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
DS: Menyatakan secara  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
yang tepat
verbal adanya masalah prosedur yang dijelaskan secara benar
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
DO: ketidakakuratan  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali
dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi, apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
perilaku tidak sesuai lainnya
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan NOC: NIC:
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: Adequacy of nutrient  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b. Nutritional Status : food and Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Berhubungan dengan : c. Weight Control jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
memasukkan atau mencerna Setelah dilakukan tindakan keperawatan serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator:  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
biologis, psikologis atau  Albumin serum makanan harian.
ekonomi.  Pre albumin serum  Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
 Hematokrit  Monitor lingkungan selama makan
DS:  Hemoglobin  Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
- Nyeri abdomen  Total iron binding capacity jam makan
- Muntah  Jumlah limfosit  Monitor turgor kulit
- Kejang perut  Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,
- Rasa penuh tiba-tiba Hb dan kadar Ht
setelah makan  Monitor mual dan muntah
DO:  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
- Diare jaringan konjungtiva
- Rontok rambut yang  Monitor intake nuntrisi
berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga tentang
- Kurang nafsu makan manfaat nutrisi
- Bising usus berlebih  Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
- Konjungtiva pucat suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga
- Denyut nadi lemah intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Masalah Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan:  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan output yang
- Kehilangan volume  Hydration akurat
cairan secara aktif  Nutritional Status : Food and Fluid Intake  Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
- Kegagalan mekanisme mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
pengaturan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. ortostatik ), jika diperlukan
defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
DS :  Mempertahankan urine output sesuai dengan usia cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,
- Haus dan BB, BJ urine normal, total protein )
DO:  Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Penurunan turgor normal  Kolaborasi pemberian cairan IV
kulit/lidah  Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor
 Monitor status nutrisi
- Membran mukosa/kulit kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada
 Berikan cairan oral
kering rasa haus yang berlebihan
 Berikan penggantian nasogatrik sesuai output
- Peningkatan denyut nadi,  Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
(50 – 100cc/jam)
penurunan tekanan darah,  Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
 Dorong keluarga untuk membantu pasien
penurunan  Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
makan
volume/tekanan nadi  pH urin dalam batas normal
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
- Pengisian vena menurun  Intake oral dan intravena adekuat
muncul meburuk
- Perubahan status mental
 Atur kemungkinan tranfusi
- Konsentrasi urine
meningkat  Persiapan untuk tranfusi
- Temperatur tubuh  Pasang kateter jika perlu
meningkat  Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
- Kehilangan berat badan
secara tiba-tiba
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
- Kelemahan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: pelindung
- Malnutrisi  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Peningkatan paparan  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah petunjuk umum
lingkungan patogen timbulnya infeksi
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
- Imonusupresi  Jumlah leukosit dalam batas normal
- Tidak adekuat pertahanan  Menunjukkan perilaku hidup sehat infeksi kandung kencing
sekunder (penurunan Hb,  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria  Tingkatkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan dalam batas normal  Berikan terapi antibiotik:.................................
respon inflamasi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
- Penyakit kronik lokal
- Imunosupresi  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
- Pertahan primer tidak kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,
 Monitor adanya luka
trauma jaringan,
 Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik)
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
jam
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Thermoregulasi
 Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ trauma
 Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
 Monitor tekanan darah, nadi dan RR
metabolisme selama………..pasien menunjukkan :
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
- aktivitas yang Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
berlebih
hasil:  Monitor intake dan output
- dehidrasi
 Berikan anti piretik:
 Suhu 36 – 37C
 Kelola Antibiotik:………………………..
 Nadi dan RR dalam rentang normal
DO/DS:
 Selimuti pasien
 Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
 kenaikan suhu tubuh  Berikan cairan intravena
pusing, merasa nyaman
diatas rentang normal  Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
 serangan atau konvulsi  Tingkatkan sirkulasi udara
(kejang)  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 kulit kemerahan  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 pertambahan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 takikardi  Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
 Kulit teraba panas/ kelembaban membran mukosa)
hangat
DAFTAR PUSTAKA

Pierce, A. grace,. Borley Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Erlangga.
Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan. Edisi 6.
Jakarta : EGC
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K. 2013. NIC. Yogyakarta: Mocomedia.
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K. 2013. NOC. Yogyakarta: Mocomedia.
Herdman, T. H. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai