Anda di halaman 1dari 25

Laporan pendahuluan

Penyakit Pleuritis (Radang selaput dada)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan II

DISUSUN OLEH :

Muhammad Aldi Wijayanto : 17.156.01.11.088

1-C Ilmu Keperawatan

STIKES MEDISTRA INDONESIA


2018/2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Salam serta salawat tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju
jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan sepertti saat-saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada ibu dosen yang telah ikut serta
dalam pembuatan makalah menjelaskan megenai tentang materi ” Penyakit Pleuritis”
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal
ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki,
namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan
sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan
datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak.

Bekasi, 12 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi
atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi
Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi
pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya
penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya
gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan
efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung
kongesif.
Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema
utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara
industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat
melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang
seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami
mengangkat masalah ini sebagai makalah kami.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa definisi Efusi Pleura?
2. Bagaimana etiologi Efusi Pleura?
3. Apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura?
4. Apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura?
7. Apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura?
8. Bagaimana pengobatan Efusi Pleura?
9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi Efusi Pleura, etiologi Efusi Pleur, manifestasi klinik dari Efusi
Pleur, tanda dan gejala Efusi Pleura, patofisiologi penyakit Efusi Pleura, penatalaksanaan
medis Efusi Pleura, pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura, pengobatan Efusi Pleura,
dan komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Efusi Pleura


Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura (
Sylvia, A. Price, 1995). Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan
dalam rongga pleural; antara lapisan viseral dan parietal ( Susan Martin Tucker, 1998)

B. Etiologi
Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :
a. Pleuritis karena bakteri piogenik
b. Pleuritis tuberkulosa
c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses
ginjal, abses hati, dll.
d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli
pulmonal dan hipoalbuminemia.
e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma
metastati, dan limfoma malignum.
f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada,
ruptur esophagus (Sarwono Waspadji, 2000)

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat,
eksudat, dan hemoragi.

a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri)
sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior,
tumor, dan sindrom meias.
b. Eksudat  dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi,
dan penyakit kolagen.
c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan
tuberkolosis
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akan tetapi efusi bilateral diteukan pada kegagalan jantung kongestif,
sindrom nefrotik, asites, infrak paru, lupus eritematosus sistemis, tumor, dan tuberkolosis.

C. Manifestasi klinik
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan
penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul
dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik
meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan
bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007)
Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas
d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
e. Keletihan
f. Batuk

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang muncul adalah:
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Pleuritik
d. Deviasi trakea
e. Nyeri perut
f. Batuk
g. Cegukan
h. Pernafasan yang cepat
i. Rasa Berat pada dada

Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada,
pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis), banyak keringat, batuk,
dan banyak riak.

E. Patofisiologi penyakit
Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di
rongga pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm
H2O. Akumulasi  cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun
(misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler
akibat adanya proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi atelektasis paru
(Alsogaf, 1995).
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum
pleura. kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa
proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) :
a. Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura
b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura
c. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan
d. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan
pleura dan rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat.

Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium


Tuberculosis yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah
infeksi primer. dari infeksi ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus
( Limfangitis regional ).
Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran.
Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan
dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru
melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain juga
dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah saluran getah bening yang menuju
rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi
protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening.
Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi.

Pathway :
F. Penatalaksanaan medis
1. Terapi
a. Pleuritis tuberculosis : Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru
(Rifampisim, INH, Pirozinamid atau etambutol).
b. Efusi pleura karena neoplasma : Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi
timbulnya cairan dengan pleurodesis memakai zat-zat tetrasuklin.
c. Efusi karena prankreatitis : Pengobatannya dengan cara memberikan terapi
peritoneo sentesis disamping terapi dengan diuretic terapi terhadap penyakit
asalnya.
2. Tindakan Medis
a. WSD (Water Sealed Drainage ), Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan
cairan atau udara keluar dari rongga pleura dn mencegah aliran balik kerongga
pleura, sisi pemasangan untuk drainage dekat dengan intracosca kelima atau
keenam pada garis midklavikula.
b. Torakosintesis, Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis
maupun teurapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga lX
garis askila posterior dengan memakai jarum abbocath no 14 atau 16.
Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen
guna keperluan analisa dan untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila penyebab
dasar adalah malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau
minggu. Torakosintesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan
kadang pneumotoraks.
c. Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi
d. Pleurodesis, Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
( tetrasiklin, kalk, dan biomisin ) melalui selang interkostalis untuk melekatkan
kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali.
e. Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan
G. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar Tembus Dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila
permukaannya horizontal dan lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga
tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya
mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat
atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan. Mediastinum akan tetap pada
tempatnya.
2. Torakosentesis
Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik.
Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian
bawah paru di sela iga lX garis aksila posterior dengan memakai jarum Abbocath no
14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap
kali aspirasi. Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi )
atau edema paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat
mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat
menunjukan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila
hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi
biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada
dinding dada.
4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis
Pemeriksaan tambahan :
a. Bronkoskopi  : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-
paru.
b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru.
c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma
atau TBC.
H. Pengobatan Efusi Pleura
Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi
penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk
mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. (Irman Samontri, 2007 Hal. 100)
a. Jika caranya sedikit, hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika
caranya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu
dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul).
b. Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang.
c. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bila dilakukan penutupan rongga pleura.
seluruh cairan dibuang melalui selang, lalu dimasukan bahan iritan (misalnya larutan
atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan
kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat cairan tambahan.
d. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah
bening. Bila dilakukan pembedahan atau pemberian obat anti kanker untuk tumor
yang menyumbat aliran getah bening.

I. Komplikasi yang dapat terjadi


a. Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001)
b. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik
akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks.
c. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
d. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik pada
sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan
kolaps paru.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura

KASUS

Tn. M usia 45th, datang ke RSUD Kab. Tangerang, dengan keluhan utama sesak napas dan nyeri
dada. Pada saat datang ke Rs. klien batuk, sesak napas, nyeri dada, merasa berat pada dada. Saat
dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri bagian dada dengan skala nyeri 5, nyeri seperti
tertindih beban berat, nyeri bertambah saat beraktivitas berat dan berkurang saat beristirahat.
Pasien mengatakan pernah mempunyai penyakit TB paru. Hasil pemeriksaan TD: 100/60 mmHg,
N: 60x/menit, S: 37oC, R: 16x/menit. Hasil pemeriksaan penunjang dilakukan foto rotgen thorax
di dapat permukaan orizontal dan lateral ke medial.

I. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama                                  :  Tn. M
Jenis kelamin                      : Laki-Laki
Umur                                  : 45 tahun
Status Pernikahan                : Menikah
Suku/Bangsa                       : Indonesia
Pekerjaan                            : Pegawai Swasta
Pendidikan terakhir            : SMA
Alamat                                : Jl DR. Sinala no. 25 Banten
Tanggal Pengkajian             : 12 – mei - 2019
Diagnosa Medis                  : Efusi Pleura
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama                                  : Ny. P
Jenis kelamin                      : Perempuan
Umur                                  : 40 tahun
Status Pernikahan                : Menikah
Suku/Bangsa                       : Indonesia
Pekerjaan                            : Pegawai swasta
Pendidikan terakhir             : SMK
Alamat                                : Jl DR. Sinala no. 25 Banten

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan utama
 Sesak napas dan nyeri dada
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Tn.M  berumur 45thn datang ke poliklinik umum RSUD Kab. Tangerang.
Saat datang klien batuk, sesak nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat
badan menurun. Saat dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri bagian dada
dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri seperti tertindih beban berat, nyeri
bertambah saat beraktifitas berat dan berkurang saat beristirahat.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Imunisasi         : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil.
 Alergi               : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi.
 Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan mempunyai penyakit TB
paru
 Obat-obatan yang pernah di digunakan : Rifampicin
 Riwayat masuk RS : Klien mengatakan masuk RS. G pada tahun 2017
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
 Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan
yang berat atau menular.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
 Pasien tampak sesak nafas,
 Kesadaran Umum : Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah          : 100/60 mmHg
 Nadi                           : 60x Permenit
 Suhu                          : 37ºC
 RR                             : 16x Permenit
3. Antropometri
 Tinggi Badan             : 164cm
 BB                             : 46kg
4. Kepala
 Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut
merata, tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada
keluhan.
5. Mata
 Letak bola mata simetris
 gerakan bola mata simetris
 kelopak mata tidak ada oedema
 konjungtiva anemis
 sclera tidak ikterik
 pupil dan refleks cahaya normal
 ketajaman mata normal OD = 4/5 OS 5/5
6. Telinga
 Kebersihan telinga bersih
 tidak ada oedema dan secret
 letak telinga simetris
 fungsi pendengaran baik
7. Hidung
 Terdapat cuping hidung
 kebersihan lubang hidung bersih
 tidak ada oedema dan secret
 letak hidung simetris
 tidak ada peradangan membran mukosa hidung
 tidak terdapat polip dan fungsi penciuman baik.
8. Mulut dan Faring
 Mulut bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut
 Bibir  : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk
 Gusi   : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan
 Gigi    : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan,
abses, dan benda asing (gigi palsu)
 Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal
 Faring            : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat,
tonsil tidak ada pembesaran
9. Leher
 Bentuk leher normal
 Tidak ada oedema dan jaringan parut
 Tidak ada tekanan vena jugularis
 Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
 Tidak ada kaku kuduk dan mobilitas leher normal.
10. Thorax dan Dada
 Bentuk dada normal
 Tidak ada kelainan tulang belakang
 Ada retraksi intercostal
 Tidak ada oedema dan jaringan parut
 Vocal premitus menurun, Neyri dada, dan pemasangan kateter thorax
 Saat perkusi terdengar pekak
 Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal
11. Abdomen
 Bentuk abdomen datar dan simetris
 Tidak ada jaringan parut dan lesi
 Tidak ada oedema
 Bising usus 10x permenit dan tidak ada nyeri tekan.
12. Ekstremitas atas
 Bentuk simetris
 Kekuatan otot 3 dari 0-5
 Tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, refleks biceps
dan trisep +
13. Ekstremitas bawah
 Bentuk simetris
 Kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut
 Kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski +

IV. DATA BIOLOGIS


1) Pola Nutrisi
 Makan
a. Frekuensi      : 3x Sehari
b. Jenis             : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c. Porsi/Jumlah             : 1 Piring kecil
d. Keluhan       : Tidak nafsu makan
e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C
 Minum
a. Jenis                        : Air putih
b. Jumlah                    : ± 8 Gelas

2) Pola Eliminasi
 Buang Air Besar (BAB) : Klien mengatakan BAB tidak teratur
 Buang Air Kecil (BAK)
a. Input           : 480cc
b. Output         : 300cc
c. Balance       : Input – Output = 180cc
d. Warna         : Kuning Jernih
e. Keluhan      : Tidak ada
3) Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur Siang  : ± 2 jam
b. Tidur Malam           : ± 7 Jam
c. Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena
tidak nyaman tidur
4) Personal Hygiene
a. Mandi                      : 1x Sehari
b. Jenis Pakaian           : Kaos dan daster
c. Perawatan Gigi        : Tidak terlalu rutin
d. Penis Hygiene         : Dibersihkan 1x sehari

V. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Perkawinan   : Menikah
b. Status Emosi            : Terkadang sedikit Cemas
c. Pola Koping            : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinya
d. Pola Komunikatif    : Klien Koperatif
e. Konsep Diri :
 Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
 Peran Diri : Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinya,
Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya.
 Harga Diri : Klien mengakui tidak merasa tersisihkan, Klien mengakui merasa
dibutuhkan, Klien mengakui senang menjadi seorang ayah.

VI. DATA SOSIAL


 Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar

VII. DATA SPIRITUAL


 Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai
umat muslim.

VIII. THERAPHY
-
IX. DATA PENUNJANG
a. Foto Thorax : di dapat permukaan orizontal dan lateral ke medial.
I. Data Fokus
Nama Pasien : Tn. M

Data Objektif Data Subjektif

1. Pasien tampak sesak napas 1. Pasien mengatakan sesak napas


2. pasien tampak meringis kesakitan 2. Pasien mengatakan nyeri dada
3. pasien tampak lemas 3. Pasien mengatakan berat pada dada
4. Tanda-tanda vital : 4. Pasien mengatakan gelisah
- TD : 100/60 mmHg
- N : 60 x/menit
- RR: 16x/menit
- S : 37 ◦C
5. Hasil Tes Laboratorium
- Foto Thorax : di dapat
permukaan orizontal dan lateral
ke medial.

II. Analisis Data


Nama Pasien : Ny.M
No. RM : 021

No. Data Problem Etiologi


1. DS : Pola napas tidak Hambatan upaya
1. Pasien mengatakan sesak efektif napas
napas
2. Pasien mengatakan berat
pada dada

DO:
1. Tanda-tanda vital :
- TD : 100/60 mmHg
- N : 60 x/menit
- RR: 16x/menit
- S : 37 ◦C.
2. Foto Thorax : di dapat
permukaan orizontal
dan lateral ke medial.

2. DS: Nyeri akut Agen pencedera


1. Pasien mengatakan nyeri fisiologis
dada
2. Pasien mengatakan gelisah
DO :
1. pasien tampak meringis
kesakitan
2. pasien tampak lemas

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn..M
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal teratasi
ditemukan
1. Pola napas tidak efektif b.d 12 – 05 – 2019
Hambatan upaya napas d.d pola
napas abnormal (dipsnea)

2. Nyeri akut b.d agen pencedera 12 – 05 – 2019


fisiologis d.d inflamasi

IV. INTERVENSI
Nama Pasien : Tn. M
Tujuan dan Rasional TT
No DX.KEP Intervensi
Kriteria hasil D
1. Pola napas Setelah 1. Monitor 1. Untuk
tidak efektif dilakukan kecepatan, mengetahui
b.d tindakan irama, kecepetan
Hambatan keperawatan kedalaman, irama, kedalam,
upaya napas selama 2x24 dan kesulitan dan kesulitan
d.d pola jam. Di pola bernafas. bernafas pada
napas napas Tn. M pasien.
abnormal kembali
(dipsnea) efektif, 2. Monitor 2. Untuk
dengan KH : tekanan darah, mengetahui
1. Sesak nadi, suhu, nilai normal
napas dan status Ttv, dan
berkurang pernapasan pernafasan
dengan cepat normal pada
2. Tidak ada pasien
pola napas
abnormal 3. Masukkan alat
3. Untuk
(dyspnea) nasopharyngea
membantu
l (NPA) atau
memperlanc
oropharyngeal
ar jalan
airway (OPA), nafas pada
sebagaimana pasien.
mestinya.

4. Posisikan 4. Memberikan
untuk posisi yang
meringankan nyaman
sesak nafas. pada pasien.

5. Posisikan 5. Memberikan
pasien untuk posisi yang
mengurangi nyaman
dyspnea pada pasien.
(misalnya :
posisi semi
fowler).

6. Kolaborasi
6. Untuk
dengan dokter
memenuhi
dalam
kelancaran
pemberian jalan napas
terapi oksigen pasien.
2. Nyeri akut Setelah 1. Lakukan 1. Untuk
b.d agen dilakukan pengkajian mengetahui
pencedera tindakan nyeri secara apakah nyeri
fisiologis d.d keperawatan komprehensif berkurang atau
inflamasi selama 2x24 termasuk tidak
jam lokasi,
diharapkan ny karakteristik,
eri berkurang durasi,
normal, frekuensi.
Dengan KH :
1. Mampu 2. Observasi 2. Untuk menilai
mengontro reaksi non reaksi nyeri
l nyeri verbal dari pasien
( tahu ketidak
penyebab nyamanan
nyeri,
3. Kaji tipe dan 3. Untuk
mampu
sumber nyeri mengetahui
mengguna
sumber nyeri
kan teknik
non 4. Jelaskan 4. Anjurkan klien
farmakolo
gi untuk teknik tentang teknik napas
menguran non dalam
gi nyeri) farmakologi
2. Melaporka 5. Kolaborasi 5. Untuk
n bahwa dengan dokter mengurangi
nyeri dalam nyeri
pemberian
berkurang
obat analgesic
dengan
mengguna
kan
menejeme
n nyeri
3. Mampu
mengenali
nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi,
dan tanda
nyeri)

V. IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn.A

Tgl/Jam No.DX.Kep Implementasi Respon Pasien


1. 1. Memon S:
itor O:
kecepat
an,
S:
irama, O:
kedala -
man, S:
dan
kesulita O:
n
bernafa
s.
S:
O:
2. Memonit
or
tekanan
darah,
nadi,
suhu, dan
status
pernapasa
n dengan
cepat

3. Memasuk
kan alat
nasophar
yngeal
(NPA)
atau
orophary
ngeal
airway
(OPA),
sebagaim
ana
mestinya.

4. Memposi
sikan
untuk
meringan
kan sesak
nafas.

5. Memposi
sikan
pasien
untuk
menguran
gi
dyspnea
(misalnya
: posisi
semi
fowler).

6. mengkola
borasi
dengan
dokter
dalam
pemberia
n terapi
oksigen

Tgl/Jam No.DX.Kep Implementasi Respon Pasien


2. 1. Melaku S:
kan
pengkaj O:
ian
nyeri
S:
secara
kompre O:
hensif
termasu S:
k
lokasi, O:
karakte
ristik, S:
durasi,
frekuen O:
si.
S:
2. Mengo
bservas O:
i reaksi
non
verbal
dari
ketidak
nyaman
an

3. Mengk
aji tipe
dan
sumber
nyeri

4. Menjel
askan
teknik
tentang
non
farmak
ologi
5. Mengk
olabora
si
dengan
dokter
dalam
pember
ian obat
analges
ic

VI. EVALUASI
Nama Pasien : Tn.M

Tgl/Jam No.DX.Kep Evaluasi (SOAP) TTD


17-04- S:
2017 1.

O:

A:

P:

2. S:

O:

A:

P:
BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda
dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea,
Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap
pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah
penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru.

B.       Saran
1.      Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.
2.      Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang
penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan
pengobatannya.
3.      Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang
sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh
tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Soemantri, Irman, 2007. “Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba
Medika: Jakarta
Muttaqin, Arif, 2008. “Buku Ajar Askep Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan”, Salemba
Medika: Jakarta
Gleadle, Jonathan, 2005. “At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik”, Erlangga: Jakrta
Donges, Marilynn E, 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan”, EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanna C, 2001. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol. 1”,  EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai