Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

RESUME PADA NY. P DENGAN


LIMFADENOPATI

OLEH :

DWI ANGGUN 17.156.01.11.057

3B KEPERAWATAN
STIKES MEDISTRA INDONESIA
2019/2020

1
LIMFADENOPATI

A. DEFINISI
Dalam tubuh manusia terdapat hampir 600 KGB tetapi hanya KGB di
submandibular, aksila dan inguinal yang sering teraba pada manusia yang
sehat. Istilah limfadenopati sering didefinisikan sebagai kelainan dari KGB
dalam bentuk ukuran, jumlah maupun konsistensinya yang disebabkan
adanya penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu
sendiri, adanya infiltrasi sel-sel peradangan (neutrofil) atau adanya infiltrasi
sel-sel ganas. Secara umum, ukuran KGB yang lebih dari 1 cm dikatakan
sebagai KGB abnormal sedangkan pada anak-anak ukuran yang lebih dari 2
cm baru dikatakan sebagai KGB yang abnormal. Limfadenitis merupakan
peradangan akut atau kronis pada KGB. Limfadenitis yang akut merupakan
reaksi akut terhadap bakteri atau toksin yang dibawa melalui pembuluh limfa
ke KGB regional.
Klasifikasi limfadenopati sangat bervariasi. Saat ini klasifikasi yang
sering digunakan untuk memudahkan dalam membedakan penyebab dan
penanganan yang tepat untuk limfadenopati adalah limfadenopati lokalisata
dan limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan
sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih
daerah yang berjauhan dan simetris. Sedangkan berdasarkan waktu terjadinya,
dikatakan limfadenopati akut jika pembesaran KGB terjadi kurang dari 2
minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika pembesaran KGB berlangsung
2-6 minggu dan limfadenopati kronis jika pembesaran KGB berlangsung
lebih dari 6 minggu.

B. ETIOLOGI
1. Infeksi virus dan infeksi bakteri
Ada berbagai infeksi yang menyebabkan limfadenopati generalisata,
lokalisata dan limfadenitis. Infeksi limfadenopati generalisata sering
disebabkan oleh virus, bakteri, jamur dan protozoa (tabel 1). Infeksi

2
yang menyebabkan limfadenopati lokalisata maupun limfadenitis
dapat berasal bukan dari penyakit menular seksual, dapat juga berasal
dari penyakit menular seksual (limfadenopti inguinal primer) serta
sindrom limfokutaneus (tabel 2).

Tabel 1. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Generalisata2


A. Viral
Epstein-Barr Virus (infectious mononucleosis)
Cytomegalovirus (infectious mononucleosis-like syndrome)
HIV (acute retroviral syndrome)
Hepatitis B virus
Hepatitis C virus
Varicella
Adenoviruses
Rubeola (measles)
Rubella

B. Bacterial
Endocarditis
Brucella (brucellosis)
Leptospira interrorgans (leptospirosis)
Streptobacillus moniliformis (bacillary rat-bite fever)
Mycobacterium tuberculosis (tuberculosis)
Treponema pallidum (secondary syphilis)

C. Fungal
Coccidioidesimmitis (coccidioidomycosis)
Histoplasma capsulatum (histoplasmosis)

D. Protozoa
Toxoplasma Gondii (toxoplasmosis)

Tabel 2. Berbagai Infeksi Penyebab Limfadenopati Lokalisata dan


Limfadenitis2
A. Nonvenereal Origin
Staphylococcus aureus
Group A streptococci
Group B streptococci (in infants)
Bartonella henselae (cat-scratch disease)
Yersinia pestis (plague)
Francisella tularensis (glandular tularemia)
Mycobacterium tuberculosis
Atypical mycobacteria

3
Sporothrix schenckii (sporotrichosis)
Epstein-Barr virus
Toxoplasmosis gondii

B. Sexually Transmitted Infections (Primarily Inguinal Lymphadenopathy)


Neisseria gonorrhoeae (gonorrhea)
Treponema pallidum (syphilis)
Herpes simplex virus
Haemophilus ducreyi (chancroid)
Chlamydia trachomatis serovars L1-3 (lymphogranuloma venereum)

C. Lymphocutaneous Syndromes
Bacillus anthracis (anthrax)
F. tularensis (ulceroglandular tularemia)
B. henselae (cat-scratch disease)
Pasteurella multocida (dog or cat bite)
Spirillum minus (spirillary rat-bite fever)
Y. pestis (plague)
Nocardia (nocardiosis)
Cutaneous diphtheria (Corynebacterium diphtheria)
Cutaneous coccidioidomycosis (Coccidioides immitis)
Cutaneous histoplasmosis (Histoplasmosis capsulatum)
Cutaneous sporotrichosis (S. schenckii)

2. Keganasan
Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan
limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnosis defenitif
suatu limfoma membutuhkan tindakan biopsi eksisi, oleh karena itu
diagnosis subtipe limfoma dengan menggunakan biopsi aspirasi jarum
halus masih merupakan kontroversi.

3. Obat-obatan
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata.
Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti
fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine,
penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).

4. Imunisasi

4
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah
leher, seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid.

5. Penyakit sistemik lainnya


Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati
adalah penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi,
penyakit Kolagen, penyakit Cat scratch, penyakit Castleman,
Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic lupus erithematosus
(SLE).

C. TANDA DAN GEJALA


1. Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC.
2. Sering keringat malam.
3. Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan.
4. Timbul benjolan di bagian tubuh tertentu

D. KARAKTERISTIK DARI LIMFADENOPATI


1. Onset dan Durasi
Berdasarkan durasinya, limfadenopati akut jika pembesaran KGB
terjadi kurang dari 2 minggu, sedangkan limfadenopati subakut jika
pembesaran KGB berlangsung 2-6 minggu dan limfadenopati kronis
jika pembesaran KGB berlangsung lebih dari 6 minggu.
2. Ukuran
Mendefinisikan ukuran normal tidaknya suatu KGB tidaklah mudah,
namun terdapat aturan praktis sebagai berikut: KGB normal daerah
aksila dan daerah servikal mencapai ukuran 1 cm, di daerah inguinal
mencapai ukuran 1,5 cm, dan di lokasi epitrochlear mencapai hingga
0,5 cm. Seperti disebutkan, batas ukuran KGB berbeda berdasarkan
umur dan umumnya kurang bermakna pada anak-anak dibandingkan
pada remaja dan orang dewasa, mungkin karena dipengaruhi paparan
antigen disamping pengaruh pembentukan antibodi serta imunitas.
Namun, dalam suatu studi terhadap 213 orang dewasa dengan

5
unexplained lymphadenopathy, pasien dengan ukuran KGB lebih kecil
dari 1 cm2 (1x1 cm) tidak ada yang mengalami keganasan, sedangkan
keganasan didapatkan pada 8 % dari mereka yang memiliki ukuran
KGB lebih dari 1- 2.25 cm2 (1x1 cm - 1,5x1,5cm) , dan 38 % dari
mereka dengan ukuran KGB lebih dari 2.25 cm2 (1,5x1,5 cm).
3. Nyeri
Rasa nyeri timbul ketika terjadi pembesaran KGB yang cepat
meningkat dalam ukuran maupun konsistensinya. Nyeri biasanya hasil
dari proses peradangan atau supurasi, tapi nyeri juga mungkin hasil
dari pendarahan ke dalam pusat nekrotik nodus yang ganas. Pada
pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan
dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri
pada penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan
dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari
sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif
menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan
keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada, kelenjar akan keras dan
tidak dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di
bawahnya.
4. Konsistensi
Konsistensi atau kualitas KGB yang keras seperti batu mengarahkan
kepada keganasan, padat seperti karet ke arah limfoma, lunak
mengarah ke proses infeksi, dan fluktuasi menunjukkan telah
terjadinya abses atau pernanahan. Adanya kelenjar yang lunak, mudah
ditekan dan bergerak bebas lebih mengarah ke jinak. Istilah " shotty "
mengacu pada kelenjar kecil seperti gotri di bawah kulit, seperti yang
ditemukan dalam kelenjar di servikal anak-anak dengan penyakit virus.
5. Fiksasi
Sekelompok KGB yang merasa terhubung dan tampaknya bergerak
sebagai satu unit dikatakan membentuk suatu anyaman (terfiksir).
Kelenjar tersebut dapat berupa jinak (misalnya, tuberkulosis,

6
sarkoidosis atau lymphogranuloma venereum) atau ganas (misalnya,
karsinoma metastasis atau limfoma).
6. Lokasi
Penentuan lokasi pembesaran KGB sangat berguna dalam
mengklasifikasikan sebagai limfadenopati generalisata, di mana dua
atau lebih kelompok kelenjar atau situs yang terlibat, atau
limfadenopati lokal pada satu lokasi saja. Limfadenopati lokal lebih
umum ditemukan dalam praktek sehari-hari dibandingkan
limfadenopati generalisata, dengan KGB di daerah leher terlibat paling
sering, diikuti oleh kelenjar inguinalis. Limfadenopati lokal dapat
terjadi dari infeksi kelenjar itu sendiri (lymphadenitis) atau dari infeksi
di daerah drainasenya. Jika limfadenopati generalisata, maka dalam
pemeriksaan fisik harus fokus pada mencari tanda-tanda penyakit
sistemik. Temuan yang paling membantu adalah ruam, lesi membran
mukosa, hepatomegali, splenomegali atau arthritis. Splenomegali dan
limfadenopati terjadi secara bersamaan di berbagai kondisi, termasuk
infeksi mononucleosis, leukemia limfositik, limfoma dan sarkoidosis.
Tabel 5. Kelompok Kelenjar Getah Bening Berdasarkan Lokasi, Aliran Kelenjar dan Kemungkinan Diagnosis

Bandingnya.

Location Lymphatic drainage Causes


Submandibular Tongue, submaxillary Infection of head,
gland, lips and mouth, neck,sinuses, ears, eyes,
conjunctivae scalp, pharynx
Sub mental Lowr lip, floor of mouth, Mononucleosis
tip of tongue, skin of cheek syndromes, Epstein-Barr
virus, cytomeglovirus,
toxoplasmosiss
Jugular Tongue, tonsil, pinna, Pharyngitis organisms,
parotid rubella
Posterior cervical Scalp and neck, skin of arm Tuberculosis, lymphoma,
and pectorals, thorax, head and neck malignancy
cervical and axillary nodes
Suboccipital Scalp and head Local infection
Postauricular External auditory meatus, Local infection

7
pinna, scalp
Preauricular Eyelids and conjunctivae, Extrernal auditory canal
temporal region, pinna
Right supraclavicular Mediastinum, lungs, Lung, retroperitoneal or
node esophagus gastrointestinal cancer
Left supraclavicular Thorax, abdomen via Lymphoma, thoracic or
node thoracic duct retroperitoneal cancer,
bacterial or fungal
infection
Axillary Arm, thoracic wall, breast Infection, cat-scratch
disease, lymphoma, breast
cancer, silicone implants,
brucellosis, melanoma
Epitrochlear Ulnar aspect of forearm Infections, lymphoma,
and hand sarcoidosis, tularemia,
secondary syphilis
Inguinal Penis, scrotum,vulva, Infections of the leg or
vagina, perineum, glutea foot, STDs (e.g., herpes
region, lower abdominal simplex virus, gonococcal
wall, lower anal canal infection, syphilis,
chancroid, granuloma
inguinale,
lymphogranuloma
venereum), lymphoma,
pelvic malignancy,
bubonic plague

a. Limfadenopati pada Kepala dan Leher


Dalam sebuah studi KGB di servikal biasanya teraba hampir
60 % pada pemeriksaan fisik, meskipun kejadiannya menurun
dengan bertambahnya usia. Penyebab paling umum dari
limfadenopati servikal adalah infeksi, yang pada anak-anak
biasanya infeksi virus akut dan self-limeted. Sementara kebanyakan
kasus limfadenopati servikal bisa membaik dengan cepat, dan

8
beberapa penyakit seperti mikobakterium atipikal, toksoplasmosis,
cat-scratch disease, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan sindrom
Kawasaki dapat membuat limfadenopati servikal bertahan sampai
berbulan-bulan, dan mungkin sulit dibedakan dengan neoplasma.
Limfadenopati supraklavikula memiliki risiko tertinggi
kearah keganasan, diperkirakan sebagai 90 % pada pasien yang
lebih tua dari 40 tahun dan 25 % pada mereka yang lebih muda dari
usia 40 tahun. Limfadenopati supraklavikula kanan dikaitkan
dengan keganasan di mediastinum, paru-paru atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri menerima aliran limfatik dari
dada dan perut, dan mungkin menandakan patologi di testis,
ovarium, ginjal, pankreas, prostat, perut atau kantong empedu.5,8

Gambar 3. KGB pada kepala dan leher dan area yang di drainase

b. Limfadenopati pada Aksila


Limfadenopati persisten jarang ditemukan di KGB daerah
aksilaris daripada di daerah inguinal. Adenokarsinoma mammae
sering metastase awalnya ke KGB aksilaris anterior dan medial,
yang mungkin teraba sebelum penemuan tumor primer. Limfoma
Hodgkin dan non-Hodgkin jarang memanifestasikan semata-mata
atau awalnya di KGB aksilaris, meskipun hal ini dapat menjadi
daerah pertama kali ditemukan oleh pasien. Limfadenopati
antecubital atau epitrochlear dapat menunjukkan adanya limfoma,
atau melanoma dari ekstremitas, yang pertama bermetastasis ke
daerah KGB ipsilateral.

9
Gambar 4. KGB pada aksilaris dan epitrochlear dan struktur drainase

c. Limfadenopati di Inguinal
Limfadenopati inguinal sering terjadi, pada orang dewasa
yang sehat biasanya terdapat pembesaran KGB sampai dengan
diameter 1-2 cm, terutama mereka yang sering tanpa alas kaki.
Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi adalah etiologi yang
paling seing, dan limfadenopati inguinal jarang merupakan
keganasan. Limfoma hodgkin jarang ditemukan pada daerah
inguinal, tidak seperti limfoma non hodgkin. Karsinoma sel
skuama pada penis dan vulva, limfoma, dan melanoma juga dapat
terjadi dengan limfadenopati di daerah ini. Karsinoma testis dapat
menyebabkan limfadenopati inguinal apabila melibatkan jaringan
kulit diatasnya. Hal ini juga dijumpai pada 58 persen pasien yang
didiagnosis dengan karsinoma penis atau uretra. Dalam kedua
kasus itu tidak ditemukan gejala yang khas.

Gambar 5. KGB pada inguinal dan struktur drainase

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan darah dapat diperlukan pada anak dengan limfadenopati.
Adanya leukostosis dengan dominasi netrofil mungkin menunjukkan adanya
infeksi bakteri akut. Leukositosis yang didominasi limfositik dapat dikaitkan

10
dengan infeksi virus Ebstein-Barr. Leukositosis dengan adanya blast pada
hapusan darah tepi diindikasi terjadinya leukemia. Leukopenia dengan
depresi hemoglobin dan trombosit juga mungkin indikasi adanya keganasan
yang melibatkan sumsum tulang. Limfopenia diindikasikan adanya infeksi
HIV atau adanya gangguan immunodefisiensi bawaan. Laju endap darah
(LED) dan kadar C-reaktif protein dapat digunakan sebagai petanda adanya
peradangan dan infeksi dan juga mungkin membantu dalam mengevaluasi
pengobatan yang dilakukan. Kadar enzim hati yang tinggi dapat menunjukkan
keterlibatan hati yang disebabkan infeksi sistemik atau proses infiltratif.
Aspirasi dan kultur KGB membantu dalam mengisolasi organisme
penyebab infeksi dan keputusan antibiotik yang sesuai sebagai penyebab
limfadenopati. Aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration / FNAB)
mungkin menghasilkan diagnosis sitologi pasti atau awal dan kadang-kadang
tidak memerlukan lagi untuk biopsi KGB. Penelitian yang dilakukan oleh
Dasgupta tahun 1994, dilakukan FNAB sitologi pada 188 kasus limfadenopati
servikalis dengan kecurigaan ke arah tuberkulosis. Akurasi diagnostik pada
penelitian ini didapatkan 84.4% untuk tuberkulosis, 84,2% untuk nekrosis
kaseosa dan 73,6% untuk sel-sel epithelioid. Karsinoma metastatik juga
menghasilkan akurasi diagnostik yang tinggi dari 98% sehingga menunjukkan
pentingnya dilakukan sitologi FNAB.18 Di Italia, Pilotti et al pada tahun 1993,
dilakukan penelitian untuk membandingkan kemampuan sitologi FNAB pada
KGB suprficial yang didiagnosis kearah keganasan dengan eksisi biopsi. Pada
penelitian ini diperoleh akurasi diagnostik FNAB sebesar 99,1%. Ini
menunjukkan bahwa FNAB sitologi dapat dianggap langkah pertama dalam
mendiagnostik pembesaran KGB superficial.
Sebuah studi di Brazil, nilai diagnostik sitologi FNAB pada
limfadenopati supraklavikular yang teraba menunjukkan hal yang positif,
dimana sensitivitasnya mencapai 92.7%, spesifitas 98.5%, nilai prediktif
positif 97.3% dan nilai prediktif negatif adalah 94,8%. Studi retrospektif ini
dilakukan pada 627 kasus limfadenopati yang di FNAB, diagnosis
berdasarkan sitologikal didapatkan 14.7% kasus meragukan ke arah
keganasan, 46% positif kearah keganasan, dan 39,3% negatif kearah

11
keganasan. Antara kasus positif, 79.4% diklasifikasikan sebagai metastasis,
14,2% sebagai limfoma, dan 6,4% tidak bisa ditentukan.
Pemeriksaan FNAB sederhana, cepat dan tidak memerlukan anestesi
umum. Prosedur FNAB dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan.
Kebanyakan pasien yang memiliki diagnosis jinak pada FNAB tidak
memerlukan lebih lanjut evaluasi. Keterbatasan FNAB adalah sering terjadi
kurangnya sampel jaringan yang tepat untuk pemeriksaan khusus termasuk
sitogenetik, Flow cytometry, mikroskop elektron dan pengecatan khusus.
Selain itu, potensi risiko adanya keganasan harus selalu dipertimbangkan
sebagai hasil dari prosedur FNAB.
Biopsi eksterna (bila suspek tuberkulosa atau infeksi nontuberkulosa
mycobacterium) atau insisi dan drainase dapat diindikasikan pada anak
dengan limfadenotis unilateral sedang atau berat. Beberapa hal yang
diindikasikan untuk dilakukan biopsi adalah awal pemeriksaan fisik dan
riwayat klinis menunjukkan keganasan, KGB dengan ukuran lebih besar
daripada 2,5 cm, pembesaran KGB menetap atau membesar, pemberian
antibiotik yang sesuai gagal untuk mengecilkan node dalam waktu 2 minggu.
(tabel 8)
Penelitian McNeely didapatkan dari 14 limfoma folikular yang secara
histologis sudah konfirmasi melalui FNAB, 4 kasus telah disalahtafsirkan
sebagai hiperplasia limfoid reaktif. Sedangkan pada studi Pilotti et al, terjadi
10 kasus misdiagnosis dari 16 folikular limfoma setelah dilakukan biopsi.
Oleh karena itu, sangat penting bagi dokter untuk menyadari bahwa hasil
FNAB yang negatif tidak selalu menyingkirkan adanya limfoma pada pasien
dengan pembesaran KGB yang tidak jelas (unxeplained lymphadenopathy ).
Tabel 8. Pertimbangan Dilakukan Biopsi Pada Limfadenopati

A. Size
- Greater than 2 cm
- Increasing over 2 weeks
- No decrease in size of node after 4 weeks
B. Location
- Supraclavicular lymph node
C. Consistency
- Hard
- Matted

12
- Rubbery
D. Asscociated Features
- Abnormal chest radiograph suggestive of lymphoma
- Fever
- Weight loss
- Hepatosplenomegaly

Biopsi KGB akan lebih maksimal hasilnya apabila diperhatikan hal-hal


berikut :
1. Biopsi KGB servikal bagian atas dan inguinalis harus dihindari
sedangkan biopsi KGB daerah servikal bawah dan aksilaris lebih
mungkin memberikan informasi yang dapat dipercaya.
2. Biopsi dilakukan pada KGB yang paling besar, tidak pada KGB yang
paling mudah didapat.
3. KGB harus diambil utuh dengan kapsulnya, tidak sedikit demi sedikit.
4. KGB harus dikirim ke ahli patologi dalam media kultur jaringan yang
cukup untuk mencegah jaringan menjadi kering. Jaringan jangan
dikenakan cahaya yang berlebihan dan jangan juga dibungkus dalam
kain kasa kering. Sampel yang segar dan beku harus disisihkan untuk
studi tambahan.
Tuberkulosis skin test (TST) dapat diindikasikan untuk menyingkirkan
infeksi M. Tuberkulosis. TST dapat menunjukkan indikasi reaktif pada anak
dengan mikobakterium nontuberculosis tapi tidak sensitif.
Foto toraks merupakan suatu pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam
evaluasi limfadenopati kronis lokal atau generalisata dan dapat melihat
adanya pelebaran mediastinum karena limfadenopati dari limfoma dan
sarcoid. Dua pertiga dari pasien yang memiliki Hodgkin limfoma mungkin
menunjukkan pelebaran mediastinum pada foto dada. Pada penelitian
Swingler, et al didapatkan dari 46 anak (rata-rata usia 21.5 bulan) dengan
limfadenopati mediastinum yang dicurigai kearah TB paru melalui
pemeriksaan CT scan dengan kontras, pada pemeriksaan foto thorax hanya
mampu mendiagnosis adanya limfadenopati mediastinum sebesar 47,1%.
Secara keseluruhan sensitivitas dari foto thorak mencapai 67% dan
spesifitasnya 59%. Deteksi dari mediastinum Limfadenopati melalui thorak

13
foto untuk mendiagnosa TB paru pada anak-anak harus ditafsirkan dengan
hati-hati. Akurasi diagnostik mungkin ditingkatkan dengan menyempurnakan
kriteria radiologis limfadenopati dan dikonfirmasikan dengan pemeriksaan
klinis lainnya.
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk
mendiagnosis limfadenopati servikal. Penggunaan USG untuk mengetahui
ukuran, bentuk, echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal
dan ada tidaknya klasifikasi. USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi
jarum halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih
memuaskan, dengan nilai sensitivitas 98 % dan spesivisitas 95%.
CT scan dapat mendeteksi limfadenopati servikalis dengan diameter 5
mm atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati
supraklavikula pada penderita inonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak
ada perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan
USG atau CT scan.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh
dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apapun selain
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat
menjadi indikasi untuk dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan
terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada
keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan
pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif
yang biasa disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan
Streptococcus pyogenes (group A). Pemberian antibiotik dalam 10-14
hari dan organisme ini akan memberikan respon positif dalam 72 jam.

14
Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis
dan penanganannya.
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan
evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani
pasien ini.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang bisa dilakukan adalah:
a. Memonitor keadaan umum pasien, memonitor suhu tubuh
pasien
b. Menjaga kebersihan saat akan memegang pasien, agar tidak
menjadi infeksi
c. Dorong pemasukan cairan,diit tinggi protein
d. Mengevaluasi nyeri secara regular
e. Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada
kekuatan pernafasan dan jenis pembedahan
f. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran

15
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : EGC
Faraghta, Alifia. 2013. Limfadenopati. Available (online) :
https://www.scribd.com/doc/238513523/limfadenopati
Diakses tanggal 10 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB
Arifiyanti, David. 2008. Askep Limfadenopaty. Available (Online) :
https://www.scribd.com/doc/91496001/Askep-Limfadenopaty
Diakses tanggal 10 Oktober 2019 pukul 16.20 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai