Anda di halaman 1dari 744

ETIKA TATAK MENGHERA-HERA PADA MASYARAKAT

PAK-PAK

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Seminar

Dosen Pengampu

Oleh :

NADRA NISA

2163141019

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moral, diambil dari bahasa Latin mos (jamak, mores) yang berarti

kebiasaan, adat. Sementara moralitas secara lughowi juga berasal dari kata mos

bahasa Latin (jamak, mores) yang berarti kebiasaan, adat istiadat. Kata’bermoral’

mengacu pada bagaimana suatu masyarakat yang berbudayaberperilaku. Dan kata

moralitas juga merupakan kata sifat latin moralis,mempunyai arti sama dengan

moral hanya ada nada lebih abstrak. Kata moral dan moralitas memiliki arti yang

sama, maka dalam pengertiannya lebihditekankan pada penggunaan moralitas,

karena sifatnya yang abstrak.

Baron, dkk mengatakan, sebagaimana dikutip oleh Asri Budiningsih,

bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakanyang

membicarakan salah atau benar. Ada beberapa istilah yang sering digunakan

secara bergantian untuk menunjukkan maksud yang sama, istilah, moral, akhlak,

karakter, etika, budi pekerti dan susila. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,

“moral” diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti

kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti

sebagai ajaran Kesusilaan.2 Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores”

yang berarti tata cara dalam kehidupan adat istiadat


Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang

berkenaan dengan baik dan buruk (Bertens, 2002:7). Moralitas juga berperan

sebagai pengatur dan petunjuk bagi manusia dalam berperilaku agar dapat

dikategorikan sebagai manusia yang baik dan dapat menghindari perilaku yang

buruk (Keraf, 1993: 20). Dengan demikian, manusia dapat dikatakan tidak

bermoral jika ia berperilaku tidak sesuai dengan moralitas yang berlaku. Dengan

demikian, pengertian moral dapat dipahami dengan mengklasifikasikannya

sebagai berikut :

1. Moral sebagai ajaran kesusilaan, berarti segala sesuatu yang berhubungan

dengan tuntutan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik dan meningalkan

perbuatan jelek yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dalam suatu

masyarakat.

2. Moral sebagai aturan, berarti ketentuan yang digunakan oleh masyarakat

untuk menilai perbuatan seseorang apakah termasuk baik atau buruk.

3. Moral sebagai gejala kejiwaan yang timbul dalam bentuk perbuatan,

seperti berani, jujur, sabar, gairah dan sebagainya.

Velazquez memberikan pemaparan pendapat para ahli etika tentang lima

ciri yang berguna untuk menentukan hakikat standar moral (2005:9-10). Kelima

ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan merugikan

secara serius atau benar-benar menguntungkan manusia. Contoh standar

moral yang dapat diterima oleh banyak orang adalah perlawanan terhadap
pencurian, pemerkosaan, perbudakan, pembunuhan, dan pelanggaran

hukum.

2. Standar moral ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif

tertentu. Meskipun demikian, validitas standar moral terletak pada

kecukupan nalar yang digunakan untuk mendukung dan

membenarkannya.

3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk

kepentingan diri. Contoh pengutamaan standar moral adalah ketika lebih

memilih menolong orang yang jatuh di jalan, ketimbang ingin cepat

sampai tempat tujuan tanpa menolong orang tersebut.

4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.

Dengan kata lain, pertimbangan yang dilakukan bukan berdasarkan

keuntungan atau kerugian pihak tertentu, melainkan memandang bahwa

setiap masing-masing pihak memiliki nilai yang sama.

5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosakata

tertentu. Emosi yang mengasumsikan adanya standar moral adalah

perasaan bersalah, sedangkan kosakata atau ungkapan yang

merepresentasikan adanya standar moral yaitu “ini salah saya,” “saya

menyesal,” dan sejenisnya.


Masyarakat Indonesia sangat kaya akan budaya dan adat-istiadat. Pokok

perhatian dari suatu deskripsi etnografi adalah kebudayaan-kebudayaan dengan

corak khas. Istilah etnografi untuk suatu kebudayaan  dengan corak khas adalah

“suku bangsa” (ethnic group). Konsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa

adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan

“kesatuan kebudayaan”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali

(tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga. Dengan demikian

“kesatuan kebudayaan” bukan suatu hal yang ditentukan oleh orang luar,

misalnya oleh seorang ahli antropologi, ahli kebudayaan, atau lainnya, dengan

metode-metode analisa ilmiah, melainkan oleh warga kebudayaan bersangkutan

itu sendiri.

            Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Klasifikasi dari aneka

warna suku bangsa di wilayah Indonesia biasanya masih berdasarkan sistem

lingkaran-lingkaran hukum adat yang mula-mula disusun oleh Van Vollenhoven.

Di Pulau Sumatera terdapat salah satu suku yang cukup terkenal, yaitu suku

Batak.  Batak adalah nama sebuah suku di Indonesia. Suku ini kebanyakan

bermukim di Sumatera Utara. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan Islam.

Tetapi ada pula yang menganutkepercayaan animisme (disebut Parmalim).

Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berdiam di wilayah Sumatera

Utara, Kota Subulussalam, Aceh Singkil dan Aceh Tenggara. Sub suku Batak

adalah: Suku Alas, Suku Kluet, Suku karo, Suku Toba, dan Suku Pakpak. Oleh

karena begitu luas kajian tentang suku Batak atau dengan kata lain Istilah Batak
terlalu umum atau general pada hal substansi kebudayaannya berbeda satu sama

lain.

Keragaman budaya adalah suatu kekayaan bangsa Indonesia. Banyaknya

suku bangsa di Indonesia dengan ciri khas budayanya masing-masing menjadi

asset bangsa yang berharga yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.

Kekayaan budaya ini harus tetap terawat dan di lestarikan oleh generasi penerus,

Karena itulah yang menjadi identitas yang melekat bagi suatu suku bangsa yang

bisa menunjukkan jati dirinya. Indonesia memiliki Sangat banyak kekayaan

budaya antara lain : rumah adat, lagu daerah, tari daerah, situs peninggalan

bersejarah, pakaian tradisional, makanan dan minuman tradisional, adat istiadat

dan masih banyak lagi.

Salah satunya kekayaan budaya yang akan dibahas ditulisan ini adalah

etika Tatak Menghera-hera pada masyarakat Pak Pak. Tidak banyak orang

Indonesia mengenal suku Pak-pak, bukan karena suku ini tidak terkenal, akan

tetapi karena suku ini adalah suku yang terabaikan bahkan oleh pemiliknya

sendiri. Suku ini terancam punah, situs bersejarah tentang suku ini sudah sangat

langka, rumah tradisional yang mencerminkan budaya asli masyarakat Pak-pak

kini hampir tiada dan kesenian dari suku ini juga terbilang jarang masyarakat luas

mengetahuinya disebabkan karena terabaikan oleh pemerintah, banyak

peninggalan yang rusak, hancur, bahkan ada yang di curi oleh orang yang tidak

bertanggungjawab.
Dalam sistem kekerabatan, orang Pak-pak menganut prinsip Patrilineal

dalam memperhitungkan garis keturunan dan pembentukan klen (kelompok

kerabat) yang disebut Marga, sedangkan sistem pewarisan dominan

diperuntukkan untuk anak laki-laki saja. Bentuk perkawinan adalah exogami

marga artinya harus menikah diluar marganya, apabila menikah dengan semarga

dianggap melanggar adat.

Suku Pakpak merupakan penduduk asli yang mendiami wilayah Simsim,

Pegagan, Keppas, Kelassen, dan Boang (Mansehat Manik, 1977:5-7).

Sebagaimana dengan suku Batak lainnya yang menggunakan bahasa mereka

dalam kehidupan sehari-hari, suku Pakpak juga menggunakan bahasa Pakpak

sebagai bahasa seharihari maupun bahasa pada saat upacara adat berlangsung.

Berdasarkan asalnya, suku Pakpak dapat dibagi kedalam lima bagian yang juga

sering disebut sebagai Sulang si lima/Pakpak si lima puak, kelima bagian tersebut

adalah Pakpak Boang, yaitu orang Pakpak yang berasal dari Lipat Kajang dan

Singkil, yang sekarang merupakan wilayah Nanggroe Aceh Darussallam bagian

Selatan; Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang berasal dari Parlilitan, Pakkat,

dan Manduamas; Pakpak Keppas yang terdiri dari daerah Sidikalang, Parongil,

dan Bunturaja; Pakpak Simsim, yakni meliputi Sukarame, Kerajaan, dan Salak;

Sedangkan Pakpak Pegagan merupakan orang Pakpak yang berasal dari Sumbul

Pegagan. Masyarakat Kesenian di Indonesia (2008; 73)

Di Pak-pak barat di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten dairi

(kec.silima punggapungga, lae parira dan sidikalang), di sebelah selatan

berbatasan dengan kabupaten humbang hasundutan dan kab. Tapanuli Tengah, di


sebelah barat berbatasan dengan propinsi aceh, di sebelah timur berbatasan

dengan kab. Dairi (kec.parbuluan).

Beberapa kebudayaan pak-pak barat Suku Pak-pak memiliki berbagai jenis

kesenian dan kerajinan yang sudah ada sejak dahulu, namun saat ini kecintaan

terhadap kesenian dan kerajinan tradisional sudah mulai pudar dan kalah oleh

kesenian dan kerajinan modern.

Macam-macam kesenian Pak-pak :

1. Seni musik. Antara lain Genderang, Kalondang, Kecapi, Lobat, Sordam,

Suling, Genggong, Kettuk, Taratoa, Garantung, Gung, Saga-saga dan lain-

lain.

2. Seni tari Antara lain tarian tradisional dan kreasi baru

3. Seni suara Antara lain Odong-odong, Nangen, Ende-ende dan lain-lain.

4. Seni bela diri Antara lain Moccak, Dabbus, Dampeng dan lain-lain.

5. Seni ukir dan pahat Antara lain Menggorga, Patung mejan, Pengulu baling

dan lainlain.

6. Seni kerajinan Antara lain Membayu, Kerajinan bubu, Curu-curu, Kirang

nderu dan lain-lain.

7. Seni sastra dan lain-lain.

Pakpak memiliki khasanah tarian tradisional yang identik dengan pola

kehidupan sehari-hari suku Pakpak. Tari tradisional Pakpak kerap ditampilkan

dalam acara adat maupun acara biasa. Tari dalam Bahasa Pakpak adalah Tatak.
Pada masyarakat Pak-pak tarian menjadi unsur penting yang hadir dalam

aktivitas keseharian. Berbagai kegiatan kemasyarakatan baik dalam acara-acara

adat maupun acara-acara tertentu, tari hadir dalam acara tersebut. Dengan

demikian, tari adalah bagian dari perilaku masyarakat Pak pak yang selalu

terimplementasi dalam kehidupan keseharian. Tari sebagai bagian dari kesenian

tentunya harus dilestarikan, karena tari menyimpan dokumen mengenai gambaran

hidup masyarakat.

Masyarakat atau kelompok etnis Pak-pak memiliki berbagai jenis tari

tradisional. Menurut hasil wawancara dengan Ibu Nurmala Maibang sebagai

narasumber (26 oktober 2018) “Tatak”, atau tarian sebagaimana didaerah lain di

Indonesia sebagai kekayaan khasanah budaya bangsa juga terdapat di daerah

Pakpak. Pada  masyarakat Pakpak “tatak” atau tarian merupakan unsur kesenian

penting yang hadir dalam aktiv itas keseharian masyarakatnya. Berbagai kegiatan

kemasyarakatan baik dalam acara-acara adat apalagi acara-acara ritual sebelum

kehadiran Agama “tatak” akan selalu tampak. Oleh karenanya, dia merupakan

bagian dari perlaku masyarakatnya yang selalu terimplementasi dalam kehidupan

keseharian. Kini meski dengan pemaknaan yang mungkin berbeda, upacara ritual

tetap dilakukan sebagai cerminan berbagai simbol kebudayaan. Upacara yang

masih dilakukan misalnya menanda tahun, ketika musim tanam hendak dimulai.

Dengan demikian tentu pula, tatak masih tetap ada dan eksist.

Tari merupakan salah satu media penyampai ekspresi dalam menyatakan

sebuah pandangan kehidupan, pesan moral dan berbagai macam saran, kritik serta

hiburan. Beberapa contoh tarian tradisional Pakpak yaitu Tari (tatak) Anggun
Pola, Tari (tatak) Muat Kopi, Tari (tatak) Menabi Page, Tari (tatak) Garo-garo,

Tari (tatak) Renggisa, Tari (tatak) Menulangat, Tari (tatak) Serser, Tari (Tatak )

Menghera-hera

Tari menghera-hera juga bukan hanya sekedar sebagai tarian saja

melainkan itu adalah suatu kebudayaan dari orang pakpak tsb. Pengertian dari

Tatak Menghera-hera adalah Tari Pakpak yang digunakan sebagai tari

penyambutan para tamu yang sangat disambut. Tamu yang diundang adalah para

pemimpin yang dalam bahasa Pakpak disebut Raja atau Pertaki atau di dalam

kedudukan adat yang paling puas itu adalah PUANG dan para undangan

khusus. Terkait pada prinsipnya Rraja atau tamu lain Puang dan para undangan

harus disetujui dan juga harus dijaga keselamatannya dan dicukupi sesuai

kebutuhan selama pertemuan.

Dalam bentuk tari Menghera-hera, gerak dari tari tersebut bisa dikatakan

sederhana, namun tatak menghera ini mempunyai tiga barisan yaitu satu orang

lelaki penjaga dengan membawa hera-hera, kemudian Kemudian ada kaum ibu-

ibu menjinjing baka kembal, dan terakhir Hera-hera dipegang oleh tiga orang

penari laki-laki berlatar belakang pemain pencak silat masing masing memiliki

hera-hera. Iringan yang digunakan untuk tari menghera-hera menggunakan Pong-

pong ,Poi,sarune, Genderrang merkata sisibah , Kalondang ,Gerantung. Untuk

pakaian pak-pak cenderung berwarna hitam. 


Beranjak dari uraian diatas, membuat penulis tertarik untuk mengangkat

topik tersebut dan meneliti lebih lanjut untuk menjadi sebuah penelitian dengan

judul penelitian “MORALITAS DALAM TATAK MENGHERA” 

B. Identifikasi Masalah

Dalam setiap penelitian sangat perlu diadakan identifikasi masalah. Hal ini

dilaksanakan, agar penelitian menjadi lebih terarah dan setiap masalah yang

muncul tidak menjadi terlalu luas. Menurut Sugiono (2008:85) “Untuk dapat

mengidentifikasi masalah dengan baik, maka penulis perlu melakukan penelitian

studi terlebih dahulu ke objek yang akan diteliti, melakukan observasi dan

wawancara, sehingga semua permasalahan dapat diidentifikasi”.

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, ada banyak

hal yang dapat diungkapkan dalam tari Menghera-hera. Langkah pertama yang

dilakukan penulis adalah merangkum sejumlah pertanyaan yang muncul, dan

mengidentifikasikannya sebagai masalah yang perlu dicari jawabannya. Adanya

identifikasi masalah akan lebih mudah mengenal permasalahan yang diteliti

sehingga penulis akan mencapai sasaran. Adapun identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana etika di dalam Tatak Menghera-hera pada masyarakat pak

pak?

2. Bagaimana keberadaan Tatak Menghera-hera dizaman era modern ini ?

3. Bagaimana filosofi dari properti yang digunakan dalam Tatak Menghera-

hera?
C. Pembatasan Masalah

Oleh adanya keterbatasan waktu, dana, tenaga dan teori, dan supaya

penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah

yang telah diidentifikasi akan diteliti. Batasan masalah merupakan batas-batas

masalah penelitian yang akan diteliti, upaya untuk mengidentifikasi masalah.

Dengan demikian dari identifikasi permasalahan yang ada maka

pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana etika dari Tatak Menghera-hera pada masyarakat Pak pak ?

2. Bagaimana filosofi dari properti yang digunakan dalam Tatak Menghera-

hera?

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas,

identifikasi masalah serta pembahasan masalah maka penulis di tuntut untuk

kearah perumusan masalah. Dalam perumusan masalah kita akan mampu untuk

memperkecil batasan-batasan yang telah dibuat dan berfungsi untuk mempertajam

arah penelitian. Perumusan masalah yang baik juga di tuturkan oleh Bahdin

(2005:26) yaitu Masalah harus flexible, dalam arti masalah tersebut harus dapat

dicarikan jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan

dana, tenaga dan waktu. Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberi

persepsi yang sama terhadap masalah tersebut. Masalah harus signifikan, dalam
arti jawaban masalah yang diberikan harus memberi kontribusi terhadap

pengembangan ilmu dan pemecahan masalah dikehidupan manusia.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah simbol dan makna pada Tatak Menghera-hera di masyarakat suku

pak pak ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam

penelitian. Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk

mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan

penelitian adalah pernyataan mengenai ruang lingkup kegiatan yang akan

dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Berhasil atau tidaknya

suatu penelitian akan ditentukan dari tujuan penelitian.

1. Untuk mendeskripsikan simbol dan makna dari Tatak Menghera-hera

agar tetap dilestarikan di era modern ini

2. Untuk mendeskripsikan filosofi dari properti yang digunakan dalam

Tatak Menghera-hera agar dikenal kepada khalayak masyarakat

F. Manfaat Penerlitian

Manfaat penelitian penting untuk pengetahuan dan pengembangan tari

khususnya tentang Tatak pada masyarakat luas. Manfaat penelitian diantaranya

sebagai berikut :
1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas tentang keberadaan Tatak

Menghera-hera di jl. Jamin ginting pada sanggar nantampuk emas medan

agar bisa lebih kenal.

2. Sebagai bahan referensi untuk pengetahuan tentang simbol dan makna

pada tatak menghera-hera di sanggar nantampuk emas, jl. Jamin ginting

Kota Medan

3. Sebagai sarana apresiatif bagi para penulis dan praktisi tari untuk

mengangkat bentuk-bentuk kesenian tradisonal lainnya khususnya

tentang tatak hera-hera.

4. Sebagai sarana inspirasi bagi kalangan parktisi tari untuk materi

penelitian maupun penyajian tari.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

PETA KONSEP

Tatak Pak Pak

Tari Tradisional Tari Kreasi Mentradisional Tari Kreasi


A. Landasan Teori

1. Seni Tari

Menurut S. Humardani mendefinisikan seni tari yaitu sebuah ungkapan

bentuk-bentuk gerak ekspresif yang indah dan ritmis. Seni tari adalah salah satu

cabang seni yang melekat erat dengan budaya yang ada di nusantara.

Perkembangannya pun cukup pesat, bisa dilihat dari banyaknya seni tari modern

yang eksis pada zaman sekarang ini. Banyak hal dalam seni tari yang dapat
menarik minat penikmatnya. Mulai dari gerakan tangan atau kaki, lirikan mata,

ekpresi wajah, hingga busana; semua hal itu terlihat sangat elok. Tak jarang,

bahkan sering, suatu tarian yang ditarikan dengan baik akan membangkitkan niat

penonton untuk ikut menari.

2. Kebudayaan

Banyak orang mengartikan “ kebudayaan” dalam arti yang terbatas yaitu

pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan

keindahan. Sehingga kebudayaan selalu diartikan sesuatu yang berkaitan dengan

keindahan/kesenian. Pengertian seperti ini merupakan konsep kebudayaan dalam

arti yang sempit. Tetapi sebaliknya, banyak orang terutama para ahli ilmu-ilmu

sosial, memberi pengertian kebudayaan dalam lingkup yang sangat luas, yaitu

seluruh pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada

nalurinya dan segala sesuatu yang hanya dapat dicetuskan oleh manusia sesudah

melalui proses belajar dan memahami.

Defenisi kebudayaan menurut Selo Sumardjan (1962: 1 - 2) adalah sama

hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Jadi kebudayaan sendiri adalah suatu hasil

karya ciptaan manusia yang dapat dinikmati dan dilihat keindahannya dari

berbagai sudut serta keindahan tersebut dapat terbagi dalam berbagai bentuk

diantaranya adalah tari. Dari penjelasan diatas maka kebudayaan itu dapat

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman itu sendiri.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wujud dari

kebudayaan adalah benda – benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk

yang berbudaya, berupa perilaku dan hasil karya seni termasuk seni tari.
Semuanya bertujuan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan

masyarakat.

Dengan adanya kesenian khususnya seni tari maka setiap masyarakat dapat

saling berinteraksi satu sama lain serta mampu mengenal dan melestarikan

kebudayaan daerah masing – masing. Kebudayaan sangat erat hubungannya

dengan masyarakat. Segala sesuatu yang yang terdapat dalam masyarakat

ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Seni tari sebagai salah satu bentuk karya manusia tentu juga mengalami

perkembangan, mengikuti laju perkembangan lingkungan. Seperti tatak

menghera-hera adalah jenis tari Kreasi yang pada dasarnya tidak memiliki hak

paten yang harus diikuti, karena Tatak menghera-hera sendiri dapat berubah gaya

atau dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman.

Tari yang berasal dari masa lampau masih tetap memegang peranan yang

penting dalam periode sekarang. Dengan adanya perkembangan diharapkan dapat

membawa objek yang berkembang menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga

akan menimbulkan suatu perubahan yang positif.

3. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan

istilah ilmiah berarti saling berinteraksi. Definisi masyarakat secara khusus adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Dalam arti sempit merupakan suatu kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa

identitas komunitas, dan rasa loyalitas terhadap komunitas sendiri merupakan


cirri-ciri suatu komunitas dan pangkal dari perasaan seperti patriotisme,

nasionalisme, dan sebagainya yang biasanya bersangkutan dengan Negara.

Sedangkan dalam arti luas, masyarakat adalah semua kesatuan hidup

manusia yang bersifat mantap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa

identitas bersama. (Koentjaraningrat, 1990 : 144-148). Kebudayaan sangat erat

hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.

Masyarakat berkumpul bergaul saling berinteraksi menghasilkan suatu bentuk

kebudayaan, salah satunya adalah seni tari.

4. Kesenian Tradisional

Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup

masyarakat dalam suatu suku/bangsa tertentu.Tradisional adalah aksi dan tingkah

laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang

terdahulu.Seni tradisional bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk

menjaga tradisi tersebut. Kata tradisi, berasal dari kata latin“traditio” atau seni,

moral, hukum, adat istiadat dan kebudayaan lain yang pernah dilakukan oleh

nenek moyang. Warisan itu kemudian diturunkan dari generasi ke generasi

melalui proses.

Jadi dengan kata lain tradisi artinya warisan budaya dari masa lalu ke

masa sekarang, hal itu dapat berupa pandangan hidup, kepercayaan, kesenian,
upacara adat. Pada jaman dahulu orang melakukan upacara adat dengan

menggunakan mantera – mantera, bunyi – bunyian, lagu – lagu serta gerak – gerak

berirama, dari semua itu melahirkan kesenian. Tradisi mengubah mantera –

mantera menjadi seni sastra tradisional, bunyi – bunyian yang sebelumnya

menggunakan teriakan manusia dan tetabuhan dari kulit binatang kemudian

diubah menjadi lagu – lagu dan alat – alat musik yang beraneka 12 ragam,

gerakan – gerakan yang dahulu spontanitas dan berirama sekarang melahirkan

seni tradisional.

5. Bentuk Pertunjukan

Bentuk pertunjukan tari Maengket:maowey kamberu merupakan bagian

dari bentuk seni pertunjukan yang dapat dilihat dari keseluruhan sisi

pertunjukannya, karena tarian yang dipentaskan di areal yang terbuka Secara

umum bukan hanya dilihat dari satu sisi tetapi harus keseluruhan sisi yang terkait

didalam seni yang dipertontonkan tersebut.

Hal ini diperjelas dengan pengertian bentuk menurut Sumandiyo Hadi.

Berbicara mengenai bentuk, berarti berbicara tentang sesuatu yang bisa terlihat

oleh indra penglihatan manusia. Seperti halnya dalam sebuah seni tari, akan diakui

keberadaanya jika telah menjadi sebuah gerak, bukan dalam bentuk imajinasi.

Bentuk gerak tidak akan terlepas dari prinsip prinsip bentuk, antara lain kesatuan

mengandung pengertian merupakan satu kesatuan yang utuh,variasi, repitisi atau

ulangan, perpindahan, rangkaian, perbandingan, dan klimaks.


B. Penelitian Pada Tatak Menghera-Hera

Anda mungkin juga menyukai