Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN MANDIRI

RITUAL BAPAPAI PADA MASYARAKAT BANJAR DUSUN II DESA


SUNGAI ULAR KABUPATEN LANGKAT
SUMATERA UTARA
Dosen Pengampu : Dr. Nurwani S.S.T., M.Hum dan Martozet S.Sn MA

Disusun Oleh :

Nama : 1. Alhizar (2162141001)


2. Ela Pratiwi (2163141008)
3. Fitri Heriani (
4. Iin Miranda (216341005)
5. Juli Yanti Sari (2166141010)
6. Mas Wahyu Agustina (2163141016)
7. Meiliza Hanim (2161141013)
8. Miliani Sukma (2161141015)
9. Nadra Nisa (2163141019)
10. Nizma Sundari (2162141007)
11. Rahimah Nisha Alfian (2163141021)
12. Riski Trianto Siddiq (2151141029)
13. Ummi Maghfirah (2153341018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami curahkan ke hadirat Allah Swt. atas Rahmat serta Karunia-Nya,
akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah Kajian Mandiri serta sebagai acuan untuk kami dalam belajar.
Dengan adanya laporan ini semoga dapat menjelaskan mengenai latar belakang kebudayaan
masyarakat Banjar.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami akan sangat
berlapang dada dan berbesar hati, apabila ada yang berkenan memberikan kritik serta saran
untuk perbaikan menyempurnakan tulisan ini. Selanjutnya ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya dan sedalam-dalamnya kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi kami selaku penyusun. Terimakasih.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Masyarakat Banjar..................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................4
SEJARAH DAN FUNGSI.....................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................7
BENTUK...............................................................................................................................................7
BAB IV...............................................................................................................................................15
PERKEMBANGAN RITUAL BAPAPAI........................................................................................15
BAB V.................................................................................................................................................19
NILAI NILAI DALAM RITUAL.......................................................................................................19
BAB VI...............................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................................21
DOKUMENTASI................................................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering
disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan system gagasan dan
tindakan. Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian luas
yang meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, huku, adat-istiadat (kebiasaan), dan
pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor, 1897:19).
Kebudayaan sebagai manusia memiliki system nilai. Menurut C. Kluckhohn
(1961:38) dalam karyanya Variations in Value Orientation, system nilai budaya dalam
semua kebudayaan yang ada di dunia sebenarnya berkisar pada beberapa masalah
pokok dalam kehidupan manusia, yaitu 1) Hakikat dari manusia (manusia dan hidup).
2) Hakikat dari karya manusia (manusia dan karya). 3) Hakikat kedudukan manusia
dalam ruang waktu (manusia dan waktu). 4) Hakikat hubungan manusia dengan
sesamanya (manusia dan manusia).
Apabila ditinjau dari asal katanya, maka Kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu Budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari Budhi yang berarti
Budi atau Akal. Dalam hal ini, Kebudayaan dapat diartikan sebagai halhal yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Selanjutnya Koentjaraningrat (1980)
mendefinisikan Kebudayaan sebagai “Keseluruhan dari hasil budi dan karya”. Dengan
kata lain kebudayaan adalah keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh
manusia karena pemikiran dan karyanya. Jadi kebudayaan merupakan produk dari
budaya. Kebudayaan bersifat turun-temurun, dilakukan karena kebiasaan yang sudah
diyakini sejak dahulu dan sampai saat ini terus berkembang seiring dengan
berjalannya waktu.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam suku dan
budaya. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai sejak nenek moyang kita
terdahulu. Salah satunya terdapat di pulau Kalimantan Selatan ibukota Banjarmasin.
Suku Banjar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta
sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar
dengan jumlah besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan

1
Semenanjung Malaysia. Suku Banjar selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa
lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan orang Banjar adalah
madam yaitu berpindah dari satu daerah ke daerah lain, lalu menetap di sana untuk
mencari ketenangan hidup lahir dan batin. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya orang-
orang Banjar yang menetap di daerah-daerah lain di luar kampung halamannya yaitu
Kalimantan Selatan. Berdasarkan sumber data suku Banjar yang berasal dari daerah
Kalimantan Selatan banyak bermukim dan menetap secara berkelompok di daerah
Jambi, Riau, Sumatera Utara bahkan negara tetangga Malaysia.
Di Provinsi Sumatera Utara khususnya bagian Utara yang di kenal dengan
Kabupaten Langkat beribu kotakan Stabat ini memiliki pribumi dengan mayoritas
masyarakat suku Melayu. Seiring berjalannya waktu masuknya para imigran seperti
masyarakat suku Karo dan Jawa, yang kemudian disusul dengan masyarakat suku
Banjar.Sudah sejak dulu banyak bermukim orang-orang Banjar didaerah pesisir
Langkat ini.

B. Masyarakat Banjar
Suku Banjar sudah menganggap tanah Langkat yang mayoritas bersuku
Melayu, Karo dan Jawa ini menjadi tanah tempat mereka, karena sudah berpuluh-
puluh tahun sejak nenek moyang mereka pertama sekali menempatkan diri dan
berimigrasi di daerah Langkat. Suku Banjar terkenal lebih tertutup (ekslusif) di
banding Suku lainnya di tanah Langkat, karena dapat di lihat dari cara hidup mereka
yang selalu berkelompok-kelompok di setiap daerah yang mereka tempati. Sistem
madam orang Banjar juga tergolong unik, kerana ketika orang Banjar merantau
mereka tidak akan pernah pulang ke kampung halaman mereka lagi dan matipun di
tanah perantauan. Tempat yang kami teliti ini di Kabupaten Langkat terdapat
penduduk suku Banjar yaitu salah satunya desa yang ada di Kecamatan Secanggang
yakni Desa Sungai Ular.
Keadaan Desa Sungai Ular pada awalnya masih hutan belantara. Hingga
akhirnya pada akhirnya pertama kali desa ini dibuka oleh nenek moyang mereka
terdahulu. Dari data yang kami dapatkan bahwa sudah 5 keturunan sejak nenek
moyang mereka mulai menetap di daerah tersebut. Mereka menetap di desa Sungai
Ular dengan membuka pertanian dan berkebun di desa Sungai Ular.
Setiap desa pada umumnya memiliki sejarah atau asal-usul timbulnya desa
atau nama desa tersebut. Nama Sungai Ular menurut cerita orang tua terdahulu yang
2
pernah menetap di desa Sungai Ular, nama Sungai Ular di ambil dari liku-liku sungai
yang menyerupai lintasan ular menjorok ke arah laut yang mitosnya dahulu sungai ini
terbentuk karena ada seekor ular besar yang melintasi wilayah ini sehingga
terbentuklah sungai yang menyerupai liku-liku ular. Secanggang yang terdiri dari 9
desa yakni desa Kebun Kelapa, desa Sungai Ular, Secanggang, Karang Gading,
Tanjung Ibus, Kepala Sungai, Selotong, Kuala Besar, dan Jaring Halus. Desa Sungai
Ular sendiri terdiri dari 5 (lima) Dusun sampai sekarang ini yaitu Dusun I, Dusun II,
Dusun III, Dusun IV, dan Dusun V. Di Dusun II Terdapat dua Suku yang mendomisili
di kampung Sungai Ular, yaitu suku Banjar Along dan suku banjar Kandangan.
Dusun II di kepala desai oleh bapak Safi’I. beliau juga termasuk salah satu orang yang
terlibat dalam rumpun kebudayaan Banjar.
Terdapat beberapa kebudayaan yang masih membudaya di sekeliling
masyarakat Banjar di dusun II desa Sungai Ular. Yang masih sering dilakukan
sampai saat ini yaitu Ritual Bapapai dan Ritual Kepala Naga. Ritual ini dilaksanakan
pada acara pernikahan.Bapapai berasal dari kata papai dalam bahasa Indonesia berarti
Percik. Dalam praktiknya, bapapai seperti memercik-mercik air menggunakan
mayang pinang (bunga muda pinang) kepada calon mempelai yang sedang dimandi-
mandikan. Ritual bapapai ini diartikan sebagai sebuah acara mandi kembang calon
pengantin yang dilaksanakan pada siang hari sampai sore hari merupakan upacara
sakral dalam suku Banjar Along.

3
BAB II

SEJARAH DAN FUNGSI


Ritual Bapapai merupakan semacam ritual yang diadakan pada saat dua insan
menjalin hubungan kearah jenjang pernikahan. Bapapai dan Badudus merupakan upacara
Bamandi-mandi sebelum upacara perkawinan penganten Banjar. Bapapai adalah mandi
penganten dari kalangan rakyat biasa, sedangkan Badudus mandi penganten khusus untuk
kalangan keturunan bangsawan atau kaum pegustian kerajaan Banjar dari Dinasti Negara
Dipa, Negara Daha hingga Dinasti Banjar Kuin. Masyarakat umumnya menyebut upacara
Badudus ini hanya berlaku di masyarakat Banjar yang memiliki kaitan dengan Candi Agung
(tutus candi atau zuriat keturunan keluarga Candi Agung). Candi Agung adalah situs yang
didirikan pada masa raja-raja Banjar Dinasti Negara Dipa.

Bapapai artinya memercikkan air (memapai banyu) dengan mayang pinang ke


mempelai. Peralatan Bapapai terdiri dari tempat air, kembang, mayang pinang, daun tulak
yang dicampur dengan air dan piduduk (syarat kelengkapan khusus yang sarat nuansa magis)
berupa beras, gula dan nyiur, kue cingkarak, nasi kuning dan nasi lamak. (Terkait upacara
Badudus pada masa Dinasti Negara Dipa baca “40 Bunga Ratu Tunjung Buih”).Upacara
Bapapai dilaksanakan oleh wanita-wanita yang sudah sepuh (dituakan dalam keluarga).
Tradisi lokal di Kalimantan Selatan ada juga yang mempergunakan sumber air untuk Bapapai
ini dari ulakan (pusaran air pada sungai besar) sungai. Ini ada kaitannya dengan kepercayaan
Naga yang berdiam di ulakan sungai tersebut. Diyakini dengan memakai air ulakan tempat
Naga itu terhindar dari pengaruh tidak baik dari sang Naga.

Tujuan pelasanaan Ritual Bapapaiadalah untuk membentengi pengantin dari berbagai


gangguan yang tidak diinginkan. Jika tidak dipersiapkan penangkalnya, dikawatirkan kedua
mempelai yang hendak malangsungkan pernikahan akan terserang penyakit dan kehidupan
rumah tangganya kelak akan digoyahkan oleh berbagai macam rintangan. Kemudian
ritual bapapai yang dilakukan oleh orang yang akan menerima gelar kehormatan. Misalnya
sebagai bagian dalam upacara penobatan raja atau upacara pemberian anugerah
kebangsawanan dari kerajaan kepada orang-orang yang telah ditentukan. Maksud
dilaksanakannya ritual bapapai dalam konteks ini adalah sebagai pelindung agar raja yang
akan dinobatkan terbebas dari segala macam penyakit, baik lahir maupun batin, dan dapat

4
menjalankan pemerintahan atau tugasnya dengan baik, bersih dari tindakan yang tercela,
dapat berlaku adil, dan memikirkan kepentingan rakyat banyak. Lalu Ritual bapapai juga
dilakukan oleh perempuan banjar pada saat masa kehamilan pertama. Dalam konteks ini
ritual bapapai dilaksanakan dengan tujuan supaya sang calon ibu dapat melahirkan dengan
mudah dan tidak ada halangan. Selain itu, agar si jabang bayi lahir dengan sempurna tanpa
ada cacat apapun juga. 

Munculnya ritual Bapapai ditengarai dari tradisi yang berlaku pada zaman Kerajaan
Negara Dipa (sekitar tahun 1355 Masehi) dan Kerajaan Negara Daha (sekitar tahun 1448 M).
Dua kerajaan yang muncul secara berurutan ini merupakan bagian dari mata rantai sejarah
Kesultanan Banjar yang baru didirikan pada tahun 1526 M.  Masyarakat assat Banjar
meyakini bahwa ritual Bapapai  harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu sebagai bentuk
penghormatan kepada tokoh-tokoh Kerajaan. Masyarakat lokal percaya bahwa leluhur
mereka itu masih hidup di alam gaib dan sewaktu-waktu dapat diundang dalam acara-acara
ritual tertentu. Kepercayaan ini di anut secara turun-temurun, dan jika tidak dilaksanakan,
maka diyakini dapat menimbulkan malapetaka.  Pada zaman dahulu, Bapapai menjadi ritual
yang khusus dilakukan hanya pada saat acara penobatan seorang raja. Ritual ini hanya boleh
dilakukan oleh para keturunan raja saja, yakni orang yang masih memiliki garis darah dengan
raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Negara Dipa maupun Kerajaan Negara
Daha.Setelah tidak adanya kerajaan di tanah Banjar.

Ritual adat Bapapaidilangsungkan di tempat-tempat yang telah ditentukan, yaitu di


dalam rumah atau di halaman rumah. Bapapaijuga bisa dilaksanankan di tempat tertentu yang
telah dibuat bangunan berbentuk segi empat, di mana masing-masing sudut tiangnya ditanami
tebu. Tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan ritual Bapapaihendaknya diberi atap
dan batas berupa kain berwarna kuning yang mengelilingi area utama. Sedangkan untuk
alasnya, bisa menggunakan tikar atau karpet berwarna. Tempat dilaksanakannya
ritual Bapapaiini disebut pagar mayang. 

Ritual bapapai ini tidak semua orang yang akan kawin harus menjalani upacara
mandi, konon yang harus menjalaninya ialah yang keturunannya secara turun temurun
memang harus menjalaninya. Ritual  Bapapaidilaksanakan 3 hari sebelum hari perkawinan,
tepatnya pada waktu sore atau malam hari. Proses pelaksanaan Bapapai dimulai dengan ritual
mencukur alis calon pengantin perempuan dan dibentuk cacantung (cambang) rambut di
pinggir dahi serta dirias secukupnya. Dalam prosesi ini, disediakan pula piduduk (sajian

5
untuk sesaji) yang berupa seekor ayam betina untuk calon pengantin perempuan dan seekor
lagi ayam jantan untuk calon pengantin pria. Selain itu, disediakan juga beras ketan, 3 buah
telur ayam, gula merah, 1 buah kelapa, sebatang lilin, dan uang perak. 

Terdapat aturan khusus dalam pelaksanaan Bapapai. Apabila calon pengantin


perempuan calon pengantin perempuan sudah pernah nikahkan, maka yang dimandikan
adalah kedua calon mempelai. Namun apabila calon pengantin perempuan belum pernah
menikah, maka calon pengantin pria tidak ikut dimandikan. Di dalam pagar mayang
ditempatkan papan cuki (dadampar) sebagai tempat untuk memandikan, dan sekelilingnya
disediakan berbagai perlengkapan, seperti bedak kuning, shampo untuk keramas, tempayan
berisi air bunga-bungaan, dan lain-lainnya. Orang-orang yang bertugas memandikan adalah 7
orang perempuan berusia lanjut yang bergantian dalam menjalankan tugas, yakni
memandikan calon pengantin. Setelah ritual Bapapai selesai dilakukan, selanjutnya adalah
acara selamatan yakni jamuan makan nasi balamak (nasi ketan) dan pisang emas.

Masyarakat Banjar mengadakan ritual bapapaiini sebagai bentuk penghormatan


kepada tokoh-tokoh kerajaan tersebut. Pelaksanaan ritual bapapai awalnya terbatas pada
golongan keturunan kerajaan tapi setelah masa runtuhnya kerajaan-kerajaan Banjar, upacara
ini dilaksanakan semua golongan.

6
BAB III

BENTUK
 BENTUK

Tari tradisional merupakan sebuah bentuk tarian yang sudah lama ada. Tarian ini
diwariskan secara turun temurun. Sebuah tarian tradisional biasanya mengandung nilai
filosofis, simbolis dan relegius. Semua aturan ragam gerak tari tradisional, formasi, busana,
dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah.

A. TEMA

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal,salah
satunya dalam membuat suatu tulisan. Pada setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema,
karena didalam setiap penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang dibuat.
Sedangkan dalam seni tari tema adalah pokok pikiran,ide,ataupun gagasan seorang penata tari
, pokok pikiran atau tema dapat bersumber dari apa yang kita rasakan, kita dengar, kita lihat
dan dapat diangkat dari pengalaman hidup,cerita rakyat,binatang dan sebagainya.

Dan dalam ritual bapapai ini sendiri mengambil tema “PERNIKAHAN” ritual
merupakan tata cara dalam upacara atau suatu perbuatan keramat yang dilakukan oleh
sekolompok umat beragama. Yang ditandai adanya berbagai macam unsur dan komponen
dimana waktu dan tempat dimana dilakukan serta orang-orang yang menjalankan upacara nya

Dalam ritual bapapai ini bertujuan menggambarkan suasana pernikahan yang


diselenggarakan untuk tolak bala agar sipengantin kuat dan sabar dalam menghadapi
kehidupan baru dalam berumah tangga. Serta merta membersihkan diri dari perbuatan yang
dilakukan sebelum berumah tangga kelak.

B. GERAK

Gerak tari adalah unsur utama dari tari. gerak tari selalu melibatkan unsur anggota
badan manusia. Gerak dalam tari berfungsi sebagai media untuk mengkomunikasikan
maksud-maksud tertentu dari koreografer.

7
Gerak Tari yaitu perubahan posisi atau sikap anggota badan pada saat menari. Gerak tari
merupakan unsur utama pada tari. Pada gerak tari pengolahan keindahannya dibagi menjadi
gerak stilatif dan distortif. Gerak Stilatif adalah Gerak yang telah mengalami proses
pengolahan yang mengarah kepada bentuk tari yang indah. Sedangkan Gerak Distorsif yaitu
pengolahan gerak yang telah melalui proses perombakan dari aslinya dan merupakan salah
satu proses stilasi.

1. Gerak silat

Terdapat gerak silat dengan tangan,kaki begitu tegas dan penuh kekuatan digerakan oleh
satu penari atau pun lebih dalam gerakan ini menampilkan silat secara beradu atau pun
abstrak seperti mencakar tanah mengerang seluruh badan hingga beraduh antara sesama
penari.

2. Gerak maju mundur, berputar, dan meloncat.

Gerakan maju mundur,berputar,dan meloncat dilakukan oleh keluarga,penari atau pun oleh
pengantin sendiri. Dilakukan secara sakral dengan ketentuan adat yang sudah disusun secara
demikian.

3. Gerak tari piring (lilin).

Gerak tari piring (lilin) ini dilakukan oleh tamu wanita atau penonton yang ada disekitar
area acara. Tarian ini bertujuan menghibur pengantin dan keluarga yang mengadakan acara
itu sendiri. Gerakan yang memegang dua piring yang terdapat diatas nya lilin

C. Iringan

Tari akan dapat lebih hidup bila ada iringan musik, begitu pula musik juga akan
terlihat lebih menarik apa bila dibarengi dengan gerakan yang mendukung penampilannya.
Dalam hal musik sebagai pengiring tari musik dapat dikreasikan dengan berbagai cara dan
berbagai jenis musik yang disesuaikan dengan bentuk irama tari dalam gerak dan tema dalam
tari. Walau musik berfungsi hanya sebagai pengiring atau membantu dalam menguatkan
ekpresi ( penjiwaan ) dalam karya tari, tidak berarti keberadaannya tidak penting. Karena
dalam prakteknya perpaduan antara musik dan tari adalah suatu kesatuan yang utuh dan akan
memberi dampak terhadap pertunjukannya.

8
Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu iringan internal
dan eksternal. Iringan internal memiliki arti iringan tersebut dilakukan sekaligus oleh penari.
Contoh iringan internal antara lain pada tari Saman. Penari manyanyi sebagai iringan sambil
melakukan gerak. Iringan internal juga dijumpai pada tari daerah Papua penari membunyikan
tifa sebagai iringan gerakan.

Iringan eksternal memiliki arti iringan yang berasal dari luar penari. Iringan ini dapat
berupa iringan dengan menggunakan alat musik yang dimainkan atau pemusik atau yang
berasal dari tape recoder. Jenis tari tradisional di Indonesia lebih banyak menggunakan
iringan eksternal daripada iringan internal.

Musik iringan tari memiliki fungsi antara lain:

Sebagai iringan gerakan, Musik iringan tari sebagai iringan gerakan memiliki arti bahwa
ritme musik sesuai dengan ritme gerakan tidak sama. Musik dapat ditabuh secara menghentak
tetapi gerakan yang dilakukan dapat mengalir dan mengalun. Sebagai ilustrasi, musik iringan
tari sebagai ilustrasi mengandung arti bahwa musik dapat menggambarkan susana yang
sedang terjadi dalam sebuah tarian. Sebagai pembangun suasana. musik iringan sebagai
membangun suasana sering dilakukan pada tarian yang memiliki desain dramatik agar
suasana yang ditampilkan sesuai dengan tujuan cerita. Selain itu musik iringan juga memiliki
beberapa fungsi yang lain seperti di bawah ini.

 Mengatur dan member tanda efektif gerak tari


 Pengendali dan pemberi tanda perubahan bentuk gerakan
 Sebagai rangsangan bagi penari
 Mendukung jalannya pertunjukkan
 Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir dari tarian
 Membantu mempertegas ekspresi gerak

Iringan atau karawitan merupakan teman yang tidak dapat dipisahkan dengan tari, sebab
tari dan musik (karawitan) merupakan paduan yang harmonis. Musik atau iringan selain
sebagai pengiring atau iringan tari juga berfungsi sebagai pemberi suasana tari yang
ditampilkan. Demikian juga warna bunyi untuk iringan tari, tentu disesuaikan dengan gerakan
tarinya. Apabila gerak tarinya dinamis, cepat, dan bersemangat, maka warna bunyinya, juga
yang berirama cepat, bersemangat, dan keras. Sebaliknya gerak tari yang lemah gemulai,

9
lembut, tenang, maka iringan musiknya juga dipilih yang tenang, syahdu, dan lembut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih iringan antara lain

 Iringan disesuaikan dengan tema atau judul tari


 Iringan disesuaikan dengan tema atau judul tari
 Iringan disesuaikan dengan penari. Maksudnya, yang menari anak-anak atau dewasa.
 Iringan disesuaikan dengan kemampuan berkreasi para siswa.
 Iringan disesuaikan dengan musik yang ada.

Dalam ritual bapapai sendiri memiki 3 alat musik yang wajib dipakai salah satu nya

1.Gendang

2. Biola

3. Gong

Iringan dimain kan dari awal nya ritual sampai berakhir nya ritual dengan iringan musik kas
banjar .

E. Busana

Masyarakat Banjar sendiri lebih mengenal istilah bappai atau badudus. Bappai sendiri
berasal dari kata papai yang artinya adalah percik. Istilah Bappai digunakan oleh masyarakat
Banjar pada umumnya untuk menyebut ritual siraman ini, sedangkan para anggota kerajaan
dan juga bangsawan dahulu mengenal prosesi ini dengan istilah Badudus. Bappai dan
Badudus bertujuan agar sang pengantin terhindar hal-hal negatif yang bisa mengganggu
kelancaran pernikahan nanti. Selain itu, ritual mandi ini juga sebagai simbol bahwa sang
calon pengantin telah menuju masa dewasanya.

Kata busana berasal dari bahasa sansekerta yaitu " bhusana" dan istilah yang paling
populer dalam bahasa Indonesia adalah busana yang dapat diartikan sebagai pakaian. busana
dan pakaian tidak jauh berbeda busana mempunyai konotasi " pakaian yang bagus dan indah"
yaitu pakaian yang serasi , harmonis,selaras, enak dipandang, nyaman dilihat serta sesuai
dengan kesempatan. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana itu sendiri. Busana dalam
pengertian luas adalah segala sesuatu yang dipakai dari ujung kepala sampai ke ujung kaki
yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi sipemakai. Secara garis besar
busana meliputi :

10
1. Busana mutlak yaitu busana yang tegolong busana pokok seperti baju, rok, kebaya,
blus,dan lain-lain termasuk pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dll.

2. Milieneris yaitu pelengkap busana yang sifatnya melengkapi busana mutlak serta memiliki
nilai guna disamping untuk keindahan. Seperti sepatu, topi, kaus kaki, kacamata, jam tangan
dll.

3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah keindahan
sipemakai. Seperti cincin, kalung, bros dll.

Jenis busana pengantin suku Banjar yang terdiri 4 macam yaitu:

 Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik yang
berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan Selatan. Pengantin
wanita hanya memakai kemben yang disebut udat.
 Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan Islam yang
ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang dipakai pengantin
wanita, di Sumatra disebut sunting.
 Babaju Kun (Hwa Kun) Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di Kalimantan
Selatan. Model ini mirip dengan busana pengantin Betawi dan pengantin Semarang.
 Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang menggunakan
kebaya panjang.

Dan Busana yang di pakai pada prosesi Bapapai seluruh nya berwarna kunig kenapa
dengan warna kuning, leluhur masyarakat Banjar mempercayai bahwa warna kuning
merupakan warna yang suci anggun dan kuat. Sedang kan keluarga atau pun penari bebas
memakai warna apa saja, asisoris yang dipakai pengantin juga sangat penting diperhatikan
salah satu mahkota yang sekarang berbentuk segitiga yang diletak diatas kepala lalu terdapat
untaian rumbai bunga seperti bunga melati yang sekarang lebih sering memakai rumbai
bunga warna warni dikarena kan lebih tahan lama dan mudah didapat dibanding kan untaian
bunga melati yang proses pembuatan nya lebih ribet dan tidak bisa tahan lama. Lalu
pengantin perempuan memakai baju kurung dan rok dengan warna yang seirama yaitu warna
kebesaran orang banjar,warna kuning begitu juga baju pengantin pria nya memakai baju teluk

11
belanga serta celana panjang dan tak lupa pula memakai peci atau topi banjar yang leseluruan
nya juga berwarna kuning.

Terdapat gambar dibawah salah satu contoh pengantin banjar yang memakai baju lengkap
ritual bapapai.

F. PROPERTI

Properti tari adalah semua alat yang digunakan sebagai media atau perlengkapan dari
pementasan tari. Penggunaan properti dalam tari bertujuan untuk menambah nilai estetika
tarian yang ditampilkan serta sebagai media dalam penyampaian pesan dan makna dari tarian
tersebut. Properti yang dipakek dalam ritual bapapai antara lain sebagai berikut :

 Tombak

Tombak ini digunakan atau bermakna sebagai pelindung sang pengantin dan tak
jarang tombak di gunakan juga untuk menaari bersama keluarga.

 Payung

12
Payung sendiri berfungsi sebagai pelindung pengantin karena acara diselenggarakan
di lapangan terbuka maka dari itu payung digunakan sebagai pelindung sinar matahari
dan perindah suasana dan warna payung sendiri harus la warna kuning.

 Kain kuning

Kain kuning berbentuk persegi berukuran 2 x 1 Meter digunakan sebagai tanda tempat
suci yang akan digunakan sebagai tempat duduk acara bapapai ini di adakan.

 Tebu merah

Tebu merah yang masih utuh beserta daun nya di gunakan juga sebagai pertanda
tempat suci yang akan digunakan sama seperti tkain kuning tadi.

 Tali kuning

Tali kuning sama hal nya digunakan untuk pertanda juga namun ada fungsi lain yang
memakai tali kuning yaitu sebagai alat bantu acara adat yang akan dipergunakan
pengantin sebagai salah satu adat yang akan dijalani nantinya.

 Sapu tangan

Sapu tangan digunakan untuk pengantin saling memegang tapi tak bersentuhan ibarat
mereka sebelum melakukan bapapai mereka belum mukrim.

 Kelapa muda

Kelapa sendiri digunakan sebagai bahan didalamritual itu sendiri yang akan
digunakan dalam acara adat bapapai.

 Bunga kelapa
Bunga kelapa digunakan sebagai alat percikan air yang akan digunakan untuk mandi
pengantin nanti
 Air 7 sumur

Air ini adalah property yang paling inti didalam ritual ini dikarena kan inti acara ini
adalah memercik air kepengantin agar menjadi suci lagi.

 Bunga rampai

13
Bunga rampai yang terdiri dari berbagai bunga yang ada disekitar kita salah satunya
bunga kertas dan bunga jarum-jarum, ini digunakan dilemparkan ke pengantin dan
sekitarnya.

 Kue-kue dan makanan khas banjar .

Bahan ini sebagai syarat utama ritual ini dilakukan salah satu yang harus ada saat
kegiatan ini dilakukan yaitu kuecucur,beras kuning dan merah pulut airputih dan kopi.

 Mecan
Mecan dibuat untuk memanggil para leluhur mereka untuk ikut serta dalam kegiatan
ritual ini.
 Piring dan lilin

Piring dan lilin ini ada untuk penari yang ingin menari .

14
BAB IV
PERKEMBANGAN RITUAL BAPAPAI

Pada ritual bapapai tak banyak perkembangan yang terjadi. Dari Kepercayaan dan
ketaqwaan terhadap tuhan yang maha esa dapat dilihat dari semua rangkaian ritual dalam
prosesi yang dilakukan sesudah melaksanakan shalat asar atau shalat magrib, selain itu juga
dilakukan doa bersama sebelum ritual mandi Bapapai dimulai sampai berakhirnya ritual
mandi Bapapai, dan juga diawali dengan mengarak calon pengantin pria ketempat calon
pengantin wanita diiringi dengan lantuan shalawat yang di komandangkan oleh para tokoh
adat yang ikut mengarak calon pengantin. Bapapai hanya boleh dan bisa dilakukan oleh
orang-orang yang berdasarkan keturunan Bapapai, tetapi meskipun demikian sesungguhnya
pelaksanaanya boleh untuk dihadiri oleh siapa saja tanpa terkecuali untuk ikut berpartisipasi
dan menyaksikan prosesi mandi Bapapai. Bapapai merupakan salah tradisi yang sangat
dicintai oleh masyarakat banjar, sehingga mereka rela dengan ikhlas dalam melakukan setiap
rangkaian ritual tersebut meskipun tidak pernah dibayar sepeserpun akan tetapi tokoh
Bapapai tetap melaksanakan ritual mandi Bapapai jika di undang dan diminta untuk
memimpin dalam setiap prosesi mandi Bapapai. Hanya saja dizaman seperti sekarang ritual
ini di percepat, upacara malam ke siang sehingga cuma menjadi dua bagian.

Alat Musik pengiring Ritual, sama seperti halnya ritual bapapi, tak banyak terjadi
perubahan yang signifikan terhadap alat musik, hanya saja alat musik raddap, kecapi dan bida
telah diganti menjadi biola dikarenakan perubahan zaman dan semakin sulitnya alat musik
tersebut didapatkan. Pakaian dan Aksesoris,untuk pakaian sendiri juga tak banyak yang
berubah, malah lebih dirancang lebih simple dan sederhana begitu juga dengan aksesoris
yang digunakan juga lebih simple dan sederhana.

Budaya telah lahir sejak manusia pertama diciptakan. Kebudayaan adalah totalitas latar
belakang sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu
masyarakat. Itu merupakan seluruh gagasan, tidakan dan hasil karya manusia untuk
memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Kebudayaan sekaligus menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan sehingga
dalam kenyataannya tidak ada dua masyarakat yang kebudayaannya seluruhnya sama.
Melihat demikian beragamnya kebudayaan, seperti beragamnya lingkungan, maka dapat

15
dikatakan bahwa kebudayaan itu merupakan suatu respon terhadap lingkungan sekitar. Baik
lingkungan manusia maupun lingkungan alam. Respon itu tidak akan sama dari suatu
masyarakat ke masyarakat lain, karena manusia mempunyai kemampuan kreatif.

Begitu juga dengan masyarakat Banjar, banyak sekali budaya serta adat yang sampai
sekarang oleh sebagian orang masih dipertahankan dan dilakukan. Dengan tujuan untuk
mempertahankan adat, juga sebagian orang ada yang berpendapat apabila tidak dilakukan
takut terjadi hal-hal yang mungkin tidak diinginkan, dan berharap akan ada berkah apabila
melaksanakannya. Upacara adat ini erat kaitannya dengan suatu doa atau amalan, mantra dan
isim yang konon berguna atau bermanfaat untuk mewujudkan tujuan seseorang yang
mengamalkannya dengan tujuan antara lain; supaya dilihat orang lebih rupawan, supaya
dilihat orang awet muda dari usia sebenarnya, dan Supaya kebal atau tahan senjata tajam
serta mempunyai kekuatan luar biasa.

Secara umum, nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan ritual Bapapai adalah
kebersihan jiwa dan raga dari segala penyakit, baik lahir maupun batin. Sedangkan secara
lebih khusus, ada beberapa peralatan dalam ritual Bapapai yang mengandung nilai-nilai
tertentu, yaitu antara lain:

1. Beras putih bersih, melambangkan citra rezeki yang halal


2. Pisau yang tajam dan berhulu padat, melambangkan citra wibawa yang kharismatik
dan berpegang pada keyakinan yang teguh
3. Nyiurdan Gula Habang (gula merah), melambangkan bahasa dan tata laku
persaudaraan
4. Telur ayam, melambangkan harapan dan kekuatan generasi
5. Jarum dan Benang, melambangkan kesediaan menelusuri dan menyulam masa depan
6. Ritual Bacarmin yang dilakukan secara bergantian atau berputar sebanyak 7 kali
putaran sebagai simbol 7 lapisan langit, melambangkan manusia harus berkaca atau
intropeksi diri

16
Ritual bapapai atau upacara mandi pengantin adalah salah satu ritual adat masyarakat
Banjar yang sudah dilakukan secara turun-temurun sejak berdirinya kerajaan pertama di
Kalimantan Selatan. Dan pada hakikatnya acara-acara seperti ini memiliki tujuan yang sama,
yaitu untuk membersihkan fisik dan mental manusia dan berbagai hal yang membahayakan,
baik lahir maupun batin.

Adapun yang paling penting dari upaca ini adalah nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya, yakni berkaitan dengan rezeki yang halal, keteguhan, persaudaraan, kekuatan
generasi, masa depan, dan introspeksi diri. Namun, dewasa ini upacara adat dalam pernikahan
sudah jarang dilaksanakan, hal ini dikarenakan adanya factor ekonomi dan kesadaran
terhadap budaya itu sendiri. Walaupun demikian, masih ada warga masyarakat yang masih
tetap melestarikan budaya upacara pernikahan adat meskipun dalam bentuk yang sangat
sederhana, dalam arti prosesi/tahap-tahapan upacara serta perlengkapan yang dipergunakan
tidak ( secara lengkap) sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga kedua mempelai
tersebut, namun hal—hal yang dianggap urgen yang tidak bisa ditinggalkan harus
dilaksanakan karena bisa mamadi yaitu bisa menyiksa atau kena hukuman/ sangsi dari nenek
moyang yang dipercaya tersebut. Hal seperti ini dapat kita jumpai pada masyarakat di
Kabupaten Barito Utara. Namun berdasarkan hasil pengamatan awal serta wawancara yang
penulis lakukan terhadap masyarakat di Kabupaten Barito Utara, nampaknya masih terjadi
pro-kontra tentang adanya penggunaan upacara pernikahan adat Dayak Bakumpai.

Jadi dalam upacara mandi-mandi Bapapai yang juga disebut dengan Badudus. Sesuai
dengan namanya, makna Badudus secara umum adalah ritual yang dilakukan untuk
membersihkan jiwa dan raga. Badudus merupakan tradisi tolak bala masyarakat banjar di
sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan. Badudus menjadi sarana untuk membentengi diri
dari masalah-masalah kejiwaan, yakni dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun
dari dalam. Dengan kata lain, Badudus merupakan sarana untuk menangkal penyakit, baik
penyakit lahir atau batin. Adapun asal-usul secara khusus, Badudus bisa dilaksanakan untuk
tiga subjek yang berbeda-beda, meski dengan tujuan yang kurang lebih sama. Pertama,
pelaksanaan Badudus untuk peralihan status calon pengantin dalam rangkaian upacara
pernikahan adat banjar, atau sering disebut dengan istilah Mandi Pengantin. Tujuan
pelasanaan ritual Mandi Pengantinadalah untuk membentengi pengantin dari berbagai
gangguan yang tidak diinginkan. Jika tidak dipersiapkan penangkalnya, dikawatirkan kedua
mempelai yang hendak malangsungkan

17
pernikahan akan terserang penyakit dan kehidupan rumah tangganya kelak akan digoyahkan
oleh berbagai macam rintangan. Kedua, ritual Badudus yang dilakukan oleh orang yang akan
menerima gelar kehormatan. Maksud dilaksanakannya ritual Badudus dalam konteks ini
adalah sebagai pelindung agar raja yang akan dinobatkan terbebas dari segala macam
penyakit, baik lahir maupun batin, dan dapat menjalankan pemerintahan atau tugasnya
dengan baik, bersih dari tindakan yang tercela, dapat berlaku adil, dan memikirkan
kepentingan rakyat banyak.10 Ketiga, adalah Badudus Mandi Tiang Mandaring, yakni ritual
Badudus bagi perempuan Banjar yang dilakukan pada saat masa kehamilan pertama. Dalam
konteks ini, ritual Badudus dilaksanakan dengan tujuan supaya sang calon ibu dapat
melahirkan dengan mudah dan tidak ada halangan. Selain itu, agar si jabang bayi lahir dengan
sempurna tanpa ada cacat apapun juga.

18
BAB V

NILAI NILAI DALAM RITUAL

Dalam ritual Bapapai di Suku Banjar, ritual yang dilakukan oleh masyarakat
khususnya suku Banjar memiliki nilai budaya dan agama dimana hal tersebut berguna bagi
pemilik dan pelaku tradisi maupun masyarakat luas. Tradisi ritual yang dilakukan pun
memiliki makna simbol komunikasi, sekaligus penghormatan manusia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dan makhluk gaib yang dianggap sebagai leluhur dipandang memiliki kekuatan
luar biasa dan dipercaya dapat menjamin keberlangsungan dan keharmonisan hidup
masyarakat. Dengan kata lain, ritual-ritual yang dilakukan masyarakat di maknai sebagai
rayuan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk gaib sebagai bentuk
perlindungan dari sesuatu yang jahat atau tidak baik sekaligus juga berkah kepada masyarakat
setempat.Tradisi merupakan warisan budaya dan peristiwa sosial masyarakat, sehingga
sebagai warisan maka segala sesuatu yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu tidak
mungkin memiliki makna buruk, dan juga dengan adanya tradisi juga bermakna mengikat
persatuan dan mempererat tali silaturahmi agar dapat tumbuh, hidup, dan berkembang.

Suku banjar merupakan suku yang masih berpegang teguh terhadap nilai-nilai agama
islam, sehingga disetiap ritual keadatan yang dilakukan masyarakat nya juga memiliki makna
dan setiap memulai ritual juga mengucapkan kalimat syahadat. Hal ini bertujuan agar suku
banjar dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan tidak tergantung dengan makhluk gaib.
Mereka percaya bahwa segala sesuatu keselamatan hanyalah memohon dan meminta
pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Meski dalam ritual Bapapai menggunakan
kemenyan dan bungan kantil, itu hanyalah sekedar syarat untuk menghormati leluhur dan
dapat dihilangkan.

Dalam ritual Bapapai yang dilakukan kepada calon pengantin baik mempelai pria dan
wanita, terdapat banyak makna dan nilai-nilai di tiap ritual nya, hal tersebut tentulah
dipercaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan calon mempelai yang nantinya akan
mengarungi bahtera rumah tangga. Apabila tidak di lakukan, dipercaya sesuatu yang buruk
akan terjadi dan banyak sesuatu masalah yang akan datang didalam pernikahan mereka.
Ritual bapapai pun tidak sembarang dilakukan, hanya khusus wanita asli banjar yang
memiliki keturunan raja dan memiliki garis darah dengan raja-raja yang pernah berkuasa di
Kerajaan Negara Dipa maupun Kerajaan Negara Daha yang dapat melakukan ritual Bapapai
ini.

Adapun makna dan nilai didalam ritual Bapapai sebagai berikut:

1. Bapapai adalah ritual mandi yang dilakukan kepada calon mempelai pria dan
wanita dari rakyat biasa, sedangkan Badudus mandi penganten khusus untuk
kalangan keturunan bangsawan/raja Banjar dari Dinasti Negara Dipa.
Ritual ini bertujuan untuk membersihkan segala sesuatu yang tidak baik kepada
kedua mempelai, dan mensucikan kedua mempelai pada masa lalu atau masa

19
remaja. Dan juga air sebagai media mensucikan dan menghilangkan najis dari
tubuh. Ritualini dilakukan oleh orang tua ( wanita ) sesepuh dari kedua mempelai.
Ritual mandi menggunakan:
- Mayang pinang
- Kembang
- Daun tulak yang dicampur dengan air dan piduduk ( syarat kelengkapan
khusus yang sarat nuansa magic).
Pada upacara badudus terdapat:
- Beras
- Gula dan nyiur
- Kue cingkrak
- Nasi kuning
- Nasi lamak
2. Ritual cukur alis calon mempelai wanita dan dibentuk cacantung (cambang)
rambut dipinggir dahi serta dirias secukupnya. Hal ini bernilai agar calon
mempelai wanita terlihat cantik saat dihias.
3. Ritual bapacar(pacar/inai) yang dilakukan kepada calon mempelai wanita untuk
memperindah tangan dan kaki calon mempelai wanita.
4. Ritual bapapai yang dilakukan di dalam rumah ataupun di luar rumah memiliki
nilai ritul bahwa, saat ritual dilakukan didalam rumah, terdapat ritual yang hanya
kedua mempelai saja dapat melakukan ritual, dikarenakan ritual Bapapai
merupakan ritual mandi, kedua pengantin pun memakai sarung sebagai penutup
badan yang merupaka aurat, sehingga dilakukan didalam rumah dan hanya
keluarga inti saja yang dapat melihat. Sedangkan diluar ruangan, ritual dilakukan
sebagai bentuk rasa syukur dan bentuk kebahagiaan yang dapat dirasakan juga
oleh masyarakat dan dapat melihat acara ritual yang dilakukan.
5. Pagar mayang ditempatkan papan cuki (didampar) sebagai tempat memandikan,
dan sekelilingnya disediakan berbagai perlengkapan seperti bedak kuning, shampo
untuk keramas, tempayan berisi air bunga-bungaan dan lain lain. Hal ini dilakukan
agar calon mempelai wangi dan harum serta mempercantik/mempertampan calon
mempelai.
6. Pengantin pria dan wanita yang di gendong oleh pihak masing-masing, bernilai
bahwa mereka sebagai ratu dan raja. Mereka dipanggul oleh laki-laki dari pihak
masing-masing. Dengan tujuan agar masyarakat dapat melihat pengantin yang
sedang berbahagia.
7. Acara selamatan yang dilaksanakan setelah menjalankan ritual yaitu adanya
jamuan nasi balamak (nasi ketan) dan pisang emas. Disediakan untuk makan
bersama-sama.

20
BAB VI

PENUTUP

21
DOKUMENTASI

22

Anda mungkin juga menyukai