Anda di halaman 1dari 8

MODUL MATERI

FRASA DAN KLAUSA

1) Frasa
Frasa adalah unsur klausa atau satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak
melampaui batas fungsi.
Jadi, Frasa mempunyai dua sifat:
1. Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih
2. Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa itu
selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S,P,O,PEL, atau KET.
Contoh Frasa:
a. Kamar hotel itu
b. yang sedang berjalan
c. baju baru anak itu

Frasa terbagi atas: Frasa Endosentrik dan Eksosentrik


1. Frasa Endosentrik
Frasa endosentrik adalah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsur-
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.

Contoh kalimat:
Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Frasa dua orang mahasiswa adalah frasa endosentrik

Hal ini dapat kita lihat dalam kalimat berikut:


Dua orang sedang membaca buku baru di perpustakaan.
Mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

Frasa endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:


1. Frasa endosentrik yang koordinatif
2. Frasa endosentrik yang atributif
3. Frasa endosentrik yang apositif

Frasa endosentrik yang koordinatif adalah frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang setara.
Kesetaraannya dapat dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan
kata penghubung dan atau atau.
Misalnya:
• suami istri
• rumah pekarangan
• belajar atau bekerja

Frasa endosentrik yang atributif adalah frasa yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.
Unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau.
Misalnya :
• Pembangunan lima tahun
• pekarangan luas
• malam ini
Pembangunan, pekarangan, dan malam adalah unsur pusat (UP)
lima tahun, luas, dan ini adalah atribut (Atr)

Frasa endosentrik yang apositif adalah


Misalnya:
• Ahmad, anak Pak Sarto
• Yogya, kota pelajar
• Suharto, Presiden RI

2. Frasa Eksosentrik
Berdasarkan persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frasa dapat
digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
1. Frasa Nominal
2. Frasa Verbal
3. Frasa Bilangan
4. Frasa Keterangan
5. Frasa Depan

Frasa Nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nominal.
Contoh:
1. baju baru
2. mahasiswa baru
3. kapal terbang itu

Frasa Verbal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata verbal
contoh :
1. akan pergi
2. sudah datang
3. makan dan minum

Frasa Bilangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan
Contoh :
1. tiga ekor
2. lima botol
3. tiga puluh kilogram

Frasa Keterangan adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan
Contoh :
1. kemarin pagi
2. tadi pagi
3. sekarang ini
Frasa Depan (preposisional) adalah frasa yang terdiri dari kata depan
Contoh :
1. ke Jakarta
2. dari desa
3. kepada teman sejawat

2) Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak.

Jadi, klausa ialah S P (O) (PEL) (KET).


Unsur inti klausa ialah S dan P.

Contoh kalimat:
Aku datang ketika bibi sedang memasak nasi dan mencuci piring.

kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu:


1. Aku/ datang.
___S__ P____
2. Bibi/ sedang memasak /nasi.
___S_______P ________O
3. Bibi /mencuci /piring.
___S____ P____ O

Klausa berdasarkan fungsi unsur-unsurnya terdiri atas:


• Subjek dan Predikat
Letak subjek biasanya ada di depan predikat (SP), namun S dan P dapat dipertukarkan tempatnya
menjadi S di belakang P (PS).
Contoh:
Anak itu /sangat cantik.
___S_______P____

menjadi:
Sangat cantik /anak itu.
____P_________S_
Pengertian Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari
subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas
subjek dan predikat, baik diikuti oleh objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian
dari kalimat. Penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsur inti klausa adalah S dan P.
Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bisa juga tidak muncul misalnya dalam kalimta
jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi.

Contoh :
Pertanyaan : kamu memanggil siapa?
Jawaban : teman satu kampus  S dan P-nya dihilangkan.

Contoh pada bahasa tidak resmi : saya telat!  P-nya dihilangkan.

Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum
mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang ditandai
dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut
sudah selesai. Klausa sudah pasti mempunyai P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P.

Jenis-jenis Klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah:
(1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI),
(2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan
(3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF).

Berikut hasil klasifikasinya :


Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu
S dan P.
Dengan demikian, unsur inti klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti
klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut
klasifikasinya :

Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh :
Kondisinya sudah baik.
Rumah itu sangat besar.
Mobil itu masih baru.

Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :


Sudah baik kondisinya.
Sangat besar rumah itu.
Masih baru mobil itu.
Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini
yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P
menghasilkan: Klausa Positif

Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
Contoh :
Ariel seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
Mereka pergi ke kampus.

Klausa Negatif

Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
Mereka tidak pergi ke kampus.

Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi:

Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.

Contoh :
Dia seorang sukarelawan.
Mereka bukan sopir angkot.
Nenek saya penari.

Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.

Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.

Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh :
Adiknya sangat gemuk.
Hotel itu sudah tua.
Gedung itu sangat tinggi.
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya lima ekor.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.

Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.

Contoh :
Sepatu itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Jakarta.

Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.

Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
Klausa Bebas
Klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat
dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang
lebih besar.

Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga
kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.

Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.

Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang
merangkum :
pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram.

Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Klausa dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :

Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa yang lain.

Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.

Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang
lain.

Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
LEMBAR KERJA SISWA
(L K S)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : ……………………………………………………………………
Kegiatan : ……………………………………………………………………
Waktu Kegiatan : ……………………………………………………………………
Kelompok : ……………………………………………………………………
Standar Kompetensi : ……………………………………………………………………

Petunjuk:
Bacalah kutiban wacana di bawah ini bersama anggota kelompokmu!

Kegiatan:

1) Identifikasi dan catatlah yang tergolong dalam:


a. Frasa!
b. Klausa!
2) Klasifikasikan unsur-unsur pembentuk frasa dan klausa berdasarkan fungsinya (S, P, O, K, dan
Ket.) dalam kalimat!

………
Saat mendengarkan dan menyimak sebuah berita, kita seharusnya bertindak evaluatif dan bersikap
bjektif terhadap informasi aktual yang diterima. Bertindak evaluatif maksudnya melakukan analisis,
apakah berita yang dibaca itu berupa fakta atau pendapat, serta isi berita yang disampaikan itu benar
atau salah? Artinya, terlebih dahulu kita melakukan analisis atas kebenaran isi berita tersebut.
Adapun bersikap objektif maksudnya menghadapi berita itu secara apa adanya. Misalnya, kita
menerima berita mengenai kenaikan bahan bakar minyak. Dalam hal ini, kita harus berpikir kritis
dan tidak terlalu reaktif atas berita tersebut. Sikap objektif terhadap berita ditunjukkan oleh
kemauan menanggapi dan menerima setiap berita itu, baik menyenangkan maupun menyakitkan.
Ketika bersikap bijak dan tidak tergesa-gesa menanggapi pemberitaan, kita membutuhkan sejumlah
pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang fakta berita dan dapat membedakan bagian-
bagian yang merupakan fakta dan pendapat. Keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan
dinamakan fakta. Fakta mengungkapkan sesuatu yang benar-benar terjadi. Fakta diungkapkan
dengan kata-kata yang seobjektif mungkin.
………..

SELAMAT BEKERJA

Anda mungkin juga menyukai