Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

sekelompok orang atau badan lain untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan tujuannya perusahaan dapat dibedakan atas

perusahaan berorientasi laba dan perusahaan berorientasi non laba.

Perusahaan yang berorientasi laba merupakan perusahaan yang memiliki

tujuan utama untuk memperoleh keuntungan/laba sebesar-besarnya dari

hasil kegiatan menjual barang atau jasa. Ditinjau dari jenis usahanya

(produk yang dijual), perusahaan dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis

perusahaan, yaitu perusahaan manufaktur, dagang, dan jasa.

Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang kegiatan utamanya

adalah menawarkan jasa kepada calon konsumen agar mau memakai jasa

yang ditawarkan sehingga perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari

kegiatan tersebut. Pada umumnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh setiap

perusahaan berbeda-beda, seperti jasa sewa kendaraan, jasa sewa

bangunan, jasa perawataan dan kebersihan bangunan, jasa kesehatan serta

masih banyak jasa-jasa lainnya.

1
Berbagai cara dilakukan oleh perusahaan jasa dalam menawarkan

jasanya agar calon konsumen mau memakai jasa yang ditawarkan, seperti

promosi besar-besaran, peningkatan kualitas produk dan melakukan

penjualan jasa secara kredit. Kegiatan penawaran jasa secara kredit tentu

dapat meningkatkan laba perusahaan seiring dengan peningkatan omset

dari kegiatan penawaran jasa.

Penawaran jasa secara kredit akan menimbulkan piutang bagi

kreditur dan hutang bagi debitur (pembeli/pemakai jasa). Selain

meningkatkan laba, penjualan atau penawaran jasa secara kredit atas suatu

jasa juga memiliki resiko yang besar bagi perusahaan, yaitu saat terjadi

kredit macet karena tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang

diberikan debitur. Oleh sebab itu, maka perusahaan perlu membuat sistem

yang baik agar piutang terhadap konsumen dapat tertagih.

Istilah piutang mengacu pada sejumlah tagihan yang akan

diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari pihak lain,

baik sebagai akibat dari penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk

piutang pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan

piutang wesel), memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang

debitur yang biasanya langsung dalam bentuk piutang wesel dan piutang

bunga), maupun sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak

lain (untuk piutang pajak), Herry (2014:29).

2
PD. Pasar Jaya merupakan perusahaan daerah yang bergerak di

bidang jasa pengelolahan pasar di DKI Jakarta. PD. Pasar Jaya mempunyai

UPB (Unit Pasar Besar) yang tersebar di DKI Jakarta, salah satunya adalah

UPB Pasar Tanah Abang. UPB Tanah Abang bertugas mengelolah pasar

Tanah Abang blok F dan blok G. Dalam pelaksanaan pengelolahan pasar,

pihak manajemen memungut biaya pengelolahan pasar perbulan dengan

jangka waktu pakai kios maksimal selama 20 tahun sesuai umur

bangunan/kios tersebut. Cicilan perbulan ini merupakan piutang bagi PD.

Pasar Jaya yang akan dibayar oleh pedagang melalui Cash Management

System (CMS) yang dibuat oleh PD. Pasar Jaya Pusat. Cash Management

System (CSM) yang diberlakukan oleh pihak manajemen PD. Pasar Jaya

sebagai upaya dalam pengendalian piutang usaha perusahaan relatif belum

terlalu baik dan efektif, banyak pedagang yang masih menunggak

pembayaran sewa kios yang telah ditetapkan tarif dan waktunya

pembayarannya.

Cash Manajemen System sendiri merupakan sebuah sistem yang

dibuat oleh pihak manajement PD. Pasar Jaya untuk mempermudah

penagihan sewa dari pedagang yang menempati kios. Setiap awal bulan,

pedagang yang menempati kios harus memiliki saldo minimal sesuai

dengan nilai/biaya sewa yang ditanggung masing-masing pedagang.

Setelah itu, dari saldo tersebut akan secara otomatis dipotong oleh pihak

PD. Pasar Jaya sesuai dengan tarif/biaya sewa kios masing-masing

pedagang setiap bulan.

3
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis

melakukan penelitian dengan judul “ Evaluasi Keefektifan Sistem

Pengendalian Piutang Serta Pengaruhnya Terhadap Neraca Pada PD.

Pasar Jaya-Unit Pasar Besar Tanah Abang”

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Munculnya permasalahan pada aktivitas perusahaan merupakan

suatu kondisi untuk menemukan langkah-langkah penyelesaian dengan

mencari sumber masalah yang terjadi pada perusahaan tersebut, agar untuk

selanjutnya dipelajari dan diperbaiki.

1. Identifikasi masalah

a. Adanya pedagang yang menunggak pembayaran cicilan bulanan

biaya sewa kios melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu selama

3 bulan

b. Perusahaan belum mempunyai SOP yang baik mengenai kualifikasi

pedagang yang ingin menempati tempat usaha/ kios.

c. Sistem pengendalian piutang perusahaan yang belum terlalu efektif

d. Ketidaksesuaian antara rencana penerimaan piutang terhadap

realisasi penerimaan piutang tahun 2018 pada neraca.

2. Pembatasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis hanya akan

membahas mengenai sistem pengendalian piutang yang digunakan

perusahaan dalam mengelolah piutang usahanya (Cash Management

System Blok F UPB. Tanah Abang) serta pengaruhnya terhadap saldo

4
akhir yang ada pada Neraca khususnya posisi piutang usaha atas BPP

CMS Blok F pada PD. Pasar Jaya tahun 2018.

C. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi suatu pembatasan

masalah di atas, maka munculah pertanyaan pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana cara perusahaan menyeleksi pedagang yang ingin

menempati kios yang tersedia untuk disewakan?

2. Langkah apa yang dilakukan PD. Pasar Jaya terhadap pelanggan yang

telah menunggak lama?

3. Bagaimana CMS diberlakukan sebagai pengendalian piutang usaha

perusahaan?

4. Apa pengaruh adanya CMS terhadap nilai piutang usaha pada Neraca

akhir perusahaan di tahun 2018?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui syarat dan ketentuan yang ditetapkan PD. Pasar

Jaya-Unit Pasar Besar Tanah Abang untuk menyeleksi pedagang yang

ingin menempati kios/tempat usaha.

2. Untuk mengetahui apa langkah-langkah perusahaan dalam mengatasi

pelanggan yang telah menunggak lama.

3. Menilai keefektifan CMS dalam pengendalian terhadap piutang usaha

perusahaan.

5
4. Untuk mengetahui pengaruh pemberlakuan CMS pada nilai piutang

usaha pada laporan Neraca perusahaan tahun 2018.

E. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, maka manfaat yang dapat diambil adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini tentu akan memberikan wawasan tentang masalah

yang diteliti, sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas

mengenai metode yang digunakan perusahaan dalam mengendalikan

piutang usahanya dengan menggunakan Cash Management System

(CMS) yang berlaku pada PD. Pasar Jaya-Tanah Abang.

2. Bagi Perusahaan / Objek Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan masukan

kepada pihak manajemen dalam rangka perbaikan dan pengembangan

dari praktik-praktik yang sudah dianggap memadai.

3. Bagi Kampus

Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai salah satu

metode pengendalian piutang usaha yang digunakan perusahaan, yaitu

Cash Management System (CMS) yang berlaku pada PD. Pasar Jaya-

Tanah Abang dan juga mengetaui pentingnya pengendalian terhadap

piutang usaha suatu perusahaan. sehingga dapat menambah literatur

praktik di lapangan tentang pengendalian terhadap piutang usaha.

6
4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

referensi acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai keefektifan

pengendalian piutang usaha serta pengaruhnya terhadap neraca.

7
BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kajian Teori

1. Akuntansi

a. Pengertian Akuntansi

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2015: 3), akuntansi adalah

proses dari transaksi yang dibuktikan dengan faktu, lalu dari

transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur, kemudian akan

menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang

digunakan pihak-pihak tertentu.

Menurut Ajeng Wind (2014:1), Akuntansi adalah seni untuk

mengumpulkan beragam bukti transaksi keuangan dan

mencatatnya kemudian dikelompokan untuk kemudian

dipersiapkan menjadi sebuah laporan keuangan.

Menurut L. M. Samryn (2014:3), Akuntansi merupakan

suatu suatu sistem informasi yang digunakan untuk mengubah data

dari transaksi menjadi informasi keuangan. Proses akuntansi

meliputi kegiatan mengidentifikasi, mencatat, dan menafsirkan,

mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari sebuah organisasi

kepada pemakai informasinya.

8
Menurut Faiz Zamzami & Nabella Duta Nusa (2016:2),

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan, penggolongan,

peringkasan, yang menghasilkan informasi ekonomi untuk

diberikan kepada pihak pengguna.

Berdasarkan pengertian akuntansi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa akuntansi adalah suatu proses mengubah data berupa

transaksi bisnis menjadi informasi keuangan, yang dilakukan secara

sistematis sehingga menghasilkan laporan keuangan perusahaan

yang berguna bagi para pemangku kepentingan di perusahaan

dalam pengambilan keputusan.

b. Asumsi Dasar Akuntansi

Menurut Herry (2014: 10-11), Ada 4 asumsi dasar akuntansi,

keempat dasar asumsi tersebut adalah :

1) Monetary Unit Assumption (Asumsi Unit Moneter)

Data dan transaksi yang akan dilaporkan dalam catatan

akuntansi

harus dapat dinyatakan dalam satuan mata uang (unit moneter).

Asumsi ini memungkinkan akuntansi untuk mengkuantifikasi

(mengukur) setiap transaksi bisnis/peristiwa ekonomi ke dalam

nilai uang.

2) Economic/Business Entity Assumption (Asumsi Kesatuan

Usaha)

9
Adanya pemisahan pencatatan antara transaksi perusahaan

sebagai entitas ekonomi dengan transaksi pemilik sebagai

individu dan transaksi entitas ekonomi lainnya.

3) Accounting/Time Period Assumption ( Asumsi Periode

Akuntansi)

Informasi dibutuhkan atas dasar ketepatan waktu (timely basis).

Umur aktivitas perusahaan dapat dibagimenjadi beberapa

periode akuntansi, seperti bulanan (monthly), tiga bulanan

(quarterly), atau tahunan (annually).

4) Going Concern Assumption (Asumsi Kesinambungan Usaha)

Perusahaan didirikan dengan maksud untuk tidak dilikuidasi

(dibubarkan) dalam jangka waktu dekat, akan tetapi perusahaan

diharapkan akan tetap terus beroperasi (exist) dalam jangka

waktu yang tidak terbatas.

c. Persamaan Dasar Akuntansi

Dalam persamaan dasar akuntansi, mengandung 3 (tiga)

unsur yang membentuk sebuah rumus persamaan dasar akuntansi

yaitu Assets sebanding dengan Liabilities dan Equity.

Dari 3 (tiga) unsur tersebut berikut penjelasannya :

1. Asset, merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan,

yang nantinya digunakan dalam menjalankan kegiatan

bisnis/operasional sehari-hari. Contoh: kas, piutang usaha,

persediaan, sewa dibayar di muka, perlengkapan, aset tetap.

10
2. Liabilities, merupakan hak, klaim, tuntutan kreditor terhadap

asset perusahaan yang harus dilunasi/dibayarkan pada saat

jatuh tempo. Contoh: utang usaha, pinjaman bank, utang gaji

(upah), kewajiban garansi.

3. Equity, merupakan hak, klaim, tuntutan pemilik dana

(pemegang saham) atas assets yang dimiliki perusahaan setelah

dikurang dengan seluruh liabilities.

d. Siklus Akuntansi

Sebagai sebuah sistem akuntansi diselenggarakan melalui prosedur

berulang melalui mekanisme yang ditetapkan oleh perancang

sistemnya. Semua tahapan dalam proses akuntansi diselenggarkan

dengan menggunakan formulir standar yang disiapkan oleh

perusahaan. Untuk akun buku besar tertentu seperti piutang usaha,

aktiva tetap, ustang usaha dan rekening lain yang mempunyai

banyak rincian sebagai subakunnya disediakan buku-buku

pembantu.

Pada garis besarnya, urutan kegiatan dalam proses akuntansi

adalah sebagai berikut :

11
Siklus Akuntansi

Analisis Menyiapkan Jurnal


Posting Jurnal ke BukuMenyiapkan
Besar Neraca Saldo
Transaksi

Jurnal &Posting Penyesuaian Prepaid & Terutang

Neraca Saldo Sesudah Penutupan


Menyiapkan Jurnal Penutup & Laporan Neraca
Menyiapkan Saldo yang Disesuaikan
Keuangan

Sumber: Pengantar Akuntansi, L.M. Samryn 2014

2. Piutang

a. Pengertian piutang

Menurut Rizal Efendi (2015: 205), secara umum pengertian

piutang dapat diartikan sebagai asset perusahaan yang ada pda pihak

lain akibat adanya transaksi penjualan barang atau jasa atau transaksi

lainnya pada masa lalu, yang diterima pada masa yang akan datang.

Menurut Herry (2014:29), istilah piutang mengacu pada

sejumlah tagihan yang akan diterima oelh perusahaan (umumnya

12
dalam bentuk kas) dari pihak lain, baik sebagai akibat dari penyerahan

barang dan jasa secara kredit (untuk piutang pelanggan yang terdiri

atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel), memberikan

pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang biasanya

langsung dalam bentuk piutang wesel dan piutang bunga), maupun

sebagai akibat kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk

piutang pajak).

b. Jenis-jenis Piutang

Menurut Herry dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi

Aset, Liabilitas, dan Ekuitas, (2014: 29), piutang dibagi menjadi 3

(tiga) jenis, yaitu piutang usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain.

Berikut beberpa penjelasan dari jenis-jenis piutang tersebut :

1) Piutang Usaha (Account Receivable)

Menurut Herry (2014: 29), Piutang usaha (Account

Receivable) yaitu jumlah yang akan ditagih dari pelanggan sebagai

akibat penjualan barang atau jasa secara kredit.

Menurut L.M. Samryn (2015), Piutang usaha merupakan

tagihan kepada pihak ketiga yang terjadi karena penjualan produk

atau jasa utamanya secara kredit. Misalnya sebuah perusahaan

menjual barang dagang sebagai kegiatan utamanya, maka piutang

usaha akan timbul pada saat menjual barang dagang secara kredit.

Dalam perusahaan jasa piutang timbul karena perusahaan

13
melakukan suatu pekerjaan sesuai bidang usahanya tetapi realisasi

pendapatannya belum direalisasikan dalam bentuk kas.

Dari pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa,

piutang usaha adalah tagihan yang timbul dari aktivitas utama

perusahaan, yaitu dari penjualan barang atau jasa secara kredit.

2) Piutang Wesel (Notes Receivable)

Menurut L. Samryn (2014:30), piutang wesel yaitu tagihan

perusahaan kepada pembuat wesel. Pembuat wesel adalah pihak

yang telah berhutang kepada perusahaan, baik melalui pembelian

barang atau jasa secara kredit maupun melalui peminjaman

sejumlah uang.

3) Piutang Lain-Lain (Other Receivables)

Menurut L. Samryn (2014: 30), piutang lain-lain pada umumnya

diklasifikasikan dan dilaporkan secara terpisah dalam neraca.

Contohya pada piutang bunga, piutang deviden (tagihan kepada

investee sebagai hasil investasi), piutang pajak (tagihan perusahaan

kepada pemerintah berupa restitusi atau pengembalian atas

kelebihan pembayaran pajak), dan tagihan kepada karyawan.

3. Pengakuan Piutang Usaha

Menururt Hery (2014:33-34), Akun Piutang Usaha pertama

kali akan timbul oleh karena penjualan barang dagang secara

kredit, yang kemudian dapat diikuti dengan transaksi retur

penjualan, penyesuaian atau pengurangan harga jual dan pada

14
akhirnya penagihan (baik tanpa atau disertai dengan pemberian

potongan penjualan). Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh penjual

pada saat melakukan transaksi penjualan barang dagang secara

kredit, yaitu :

Piutang Usaha xxx

Penjualan xxx

Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima

kembali barang dagangan yang telah dijualnya secara kredit atau

pada saat memberikan penyesuaian/pengurangan harga jual kepada

pelanggan, yaitu :

Retur Penjualan & Penyesuaian Harga Jual xxx

Piutang Usaha xxx

Ayat jurnal yang akan dibuat oleh penjual pada saat

menerima pembayan utang dari pelanggan yang memanfaatkan

potongan tunai (selama periode potongan) adalah sebagai berikut :

Kas xxx

Potongan Penjualan xxx

Piutang Usaha xxx

Sedangkan untuk perusahaan jasa, akun piutang usaha akan

timbul apabila perusahaan belum menerima pembayan atas jasa

yang secara substansial telah selesai diberikan kepada pelanggan.

15
Dalam hal ini ayat jurnal yang perlu dibuat oleh pemberi jasa

dalam pembukuannya adalah sebagai berikut :

Piutang Usaha xxx

Pendapatan Jasa xxx

4. Metode Pencacatan Atas Piutang Tak Tertagih

Begitu Piutang Usaha dicatat, nantinya akan dilaporkan

dalam neraca sebagai aset lancar. Piutang usaha yang dilaporkan

haruslah benar-benar menunjukan suatu jumlah yang kemungkinan

besar dapat ditagih, setelah memperhitungkan besarnya kredit

macet. Beban yang timbul atas tidak tertagihnya piutang usaha atau

kredit macet akan dicatat dalam pembukuan sebagai beban

operasional, yaitu dengan menggunakan istilah akun : Beban

Kredit Macet (Bad Debts Expense), atau Beban Piutang Ragu-ragu

(Doubtful Account Expense), atau Beban Piutang Yang Tidak

Dapat Ditagih (Uncollectible Account Expense). Hery, (2014:43)

Ada 2 (dua) metode yang digunakan untuk menilai,

mencatat, atau menghapus piutang usaha yang tidak dapat ditagih,

yaitu metode hapus langsung (dirrect write-off method) dan

metode pencadangan (allowance method). Berikut penjelasan dari

kedua metode tersebut :

a. Metode Hapus Langsung

Metode ini kerap digunakan terutama oleh perusahaan yang

memiliki bidang usaha seperti restoran, hotel, rumah sakit,

16
kantor pengacara, kantor akuntan publik, dan toko eceran

dengan skala bisnis yang relatif kecil (seperti toko yang

menjual alat-alat listrik, mainan anak-anak, dan sebagainya).

Faktor-faktor atau perihal yang membuat metode hapus

langsung ini dipakai adalah :

(1). Terdapatnya situasi yang dimana memang sangat tidak

memungkinkan bagi perusahaan untuk mengestimasi

besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih sampai

dengan akhir periode.

(2). Khusus bagi perusahaan yang sebagian besar menjual

barang atau jasanya secara tunai, sehingga jumlah beban

atas piutang usaha yang tidak dapat ditagih boleh dibilang

sangat tidak material. Untuk hal kedua ini tentu saja

bahwa piutang usaha yang ditimbulkan dari kegiatan

bisnis perusahaan hampir dapat dipastikan sangat kecil

sekali.

Ketika metode hapus langsung digunakan, beban kredit

macet atau beban piutang yang tidak dapat ditagih hanya

akan dicatat atau diakui apabila benar-benar pelanggan

tertentu benar-benar tidak mampu membayar hutangnya.

17
Dalam hal ini, ayat jurnal yang harus dibuat oleh

perusahaan adalah sebagai berikut :

Beban piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Piutang usaha xxx

b. Metode Pencadangan

Sepanjang periode dimana penjualan kredit terjadi, estimasi

mengenai besarnya piutang usaha yang tidak dapat ditagih

dibuat. Pada titik ini (dalam periode penjualan), karena

perusahaan belum dapap mengetahui siapa pelanggan yang

tidak dapat membayar, maka perusahaan tidak akan mengkredit

(menghapus) piutangnya secara langsung.

Satu hal yang perusahaan dapat prediksi adalah bahwa

berdasarkan pengelaman masa lampau selalu ada pelanggannya

yang tidak dapat membayar. Namun mengenai siapa pelanggan

dan berapa jumlah piutang yang macet tentu saja akan dapat

diketahui secara pasti ketika pelanggan tertentu menyatakan

tidak dapat membayar.

Untuk tujuan pembukuan, metode pencadangan diharuskan

menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena

metode ini memenuhi atau sesuai dengan :

1. Prinsip penanding ( the matching principle), dimana

besarnya estimasi atas piutang tak tertagih dicatat dalam

18
periode yang sama sebagaimana pendapat penjualan

dicatat.

2. Prinsip konservatisme (the conservatism principle), dimana

piutang usaha dilaporkan dalam neraca sebesar jumlah yang

lebih realistis (dan lebih rendah) sehingga

mencerminkan dengan baik jumlah piutang yang

sesungguhnya dapat ditagih.

Ayat jurnal yang perlu dibuat oleh perusahaan untuk mencatat

besarnya estimasi atas beban piutang tak tertagih adalah

sebagai berikut :

Beban piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Begitu perusahaan mendapati bahwa ada pelanggan tertentu

yang tidak dapat membayar, maka ayat jurnal yang dibuat

untuk menghapus piutang atas pelanggan aktual tersebut adalah

sebagai berikut :

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Piutang usaha Tn.-Y xxx

Setelah perusahaan menghapus piutang usaha atas pelanggan

tertentu, kadangkala pelanggan tersebut beritikad baik untuk

membayar utangnya, dalam hal ini, pertama perusahaan harus

membalik jurnal penghapusan piutang yang telah dibuat

sebesar jumlah piutang yang akan diterima dari pelanggan

19
tersebut, kemudian membuat jurnal atas hasil penagihan

tersebut.

Berikut jurnal yang harus dibuat perusahaan :

Piutang usaha Tn.-Y xxx

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih xxx

Kas xxx

Piutang usaha Tn.-Y xxx

5. Metode Estimasi Piutang Tak Tertagih

Ada 2 (dua) cara yang biasa dipakai untuk menetukan besarnya

estimasi yang layak atas jumlah piutang tak tertagih, berikut

penjelasan:

1) Sebesar persentase tertentu dari jumlah penjualan.

Cara ini dinamakan sebagai metode laporan laba rugi (income

statement method). Berdasarkan pada data historis, sebuah

presentase tertentu dari total penjualan atau total penjualan

kredit ditentukan untuk menghitung besarnya estimasi beban

kredit macet. Metode ini fokus pada penandingan yang layak

atas beban piutang tak tertagih terhadap besarnya pendapatan

dari penjualan terkait.

Dengan cara (metode) ini, besarnya cadangan piutang tak

tertagih yang ada pada awal periode tidaklah diperhitungkan ke

dalam ayat jurnal penyesuaian yang akan dibuat pada setiap

akhir periode. Oleh karena itu, jika besarnya estimasi beban

20
kredit macet untuk periode berjalan ditetapkan sebesar

persentase tertentu dari jumlah penjualan yang telah terjadi

sepanjang periode berjalan tersebut, maka besarnya estimasi

beban kredit macet akan langsung dihitung dengan cara

mengalikan persentase tertentu tersebut dengan jumlah

penjualan yang terjadi, tanpa harus memperhitungkan besarnya

cadangan piutang tak tertagih yang ada di neraca pada awal

periode berjalan (sebelum dibuatnya ayat jurnal penyesuaian),

sehingga cara ini dinamakan sebagai metode laporan laba rugi.

Setelah ayat jurnal penyesuaian dibuat, maka sekarang

besarnya saldo akhir dari akun cadangan piutang tak tertagih

yang akan muncul di neraca adalah sebesar saldo awal

cadangan piutang tak tertagih (umumnya sesuai dengan saldo

normal di sebelah kredit) ditambah dengan besarnya estimasi

beban kredit macet untuk periode berjalan (yang ditunjukan di

sebelah kredit dalam ayat jurnal penyesuaian).

Sebagai contoh misalkan bahwa perusahaan telah

mengestiimasi bahwa 2% dari total penjualan kreditnya tidak

dapat ditagih. Besarnya penjualan kredit yang telah terjadi

sepanjang periode berjalan ( tahun 2010) adalah Rp.

500.000.000,-. Jumlah bruto piutang usaha pada akhir periode

(akhit tahun 2010) sebesar Rp. 85.000.000,- sedangkan akun

21
cadangan piutang tak tertagih pada awal periode (sebelum ayat

jurnal penyesuaian) bersaldo kredit sebesar Rp. 4.000.000,-.

Pada akhir periode, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat

oleh perusahaan untuk mencatat besarnya estimasi atas bebat

kredit macet tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Beban piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 10.000.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp.10.000.000,-

(2% x Rp. 500 juta)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting,

maka besarnya piutang usaha bersih yang akan dilaporkan

dalam neraca per 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut :

Piutang usaha Rp. 85.000.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (14.000.000,-)

Piutang usaha bersih Rp. 71.000.000,-

Sedangkan laporan laba rugi uuntuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2010 akan menyajiakan piutang yang

tak tertagih (beban kredit macet) sebesar Rp. 10.000.000,-

sebagai beban operasional tahun 2010. Sejalan dengan prinsip

penanding, beban kredit macet sebesar Rp. 10.000.000,- ini

akan ditandingkan dan dilaporkan dalam periode yang sama

sebagaimana pendapatan atas penjualan kredit tahun 2010

sebesar Rp. 500.000.000,- juga dilaporkan.

22
2) Sebesar persentase tertentu dari jumlah piutang usaha

Pada dasarnya, cara yang kedua ini menekankan

penilaian piutang usaha pada nilai bersihnya yang dapat

direalisasi, yang nantinya akan dilaporkan dalam neraca. Atau

dengan kata lain, cara ini fokus pada penentuan figur piutang

usaha yang secara nyata dapat ditagih.

Cara ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) metode, yaitu

bisa berdasarkan persentase tertentu dari jumlah saldo piutang

usaha dan bisa juga berdasarkan pada klasifikasi atau

pengelompokan umur piutang.

a) Berdasarkan data historis, sebuah persentase tertu dari

jumlah piutang usaha ditentukan dan digunakan untuk

menghitung besarnya estimasi, besarnya estimasi ini akan

menjadi saldo akhir akun cadangan piutang tak tertagih.

Dengan metode saldo akhir piutang, persentase tertentu dari

jumlah saldo piutang usaha yang diperkirakan tidak dapat

ditagih ditentukan. Saldo awal akun cadangan piutang tak

tertagih lalu akan disesuaikan besarnya (melalui ayat jurnal

penyesuaian) agar menghasilkan saldo akhir yang nilainya

sama dengan hasil persentase ini.

Sebagai ilustrasi dari metode saldo akhir piutang,

asumsi bahwa PT. Cakra Kencana, pada akhir tahun 2009

memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp. 90.000.000,- dan

23
diestimasi bahwa besarnya cadangan kredit macet atas

piutang usaha ini adalah 5%. Saat ini, sebelum ayat jurnal

penyesuaian tahun 2009 dibuat, diketahui bahwa besarnya

saldo awal cadangan piutang tak tertagih adalah Rp.

3.000.000,- (disebelah kredit). Oleh karena itu, dalam hal

ini PT. Cakra Kencana haruslah menambah saldo awal

cadangan piutang tak tertagihnya sebesar Rp. 1.500.000,- di

sebelah kredit agar menghasilkan saldo akhir cadangan

piutang tak tertagih yang besarnya sama dengan nilai

estimasi, yaitu Rp. 4.500.000,- (5%x Rp. 90.000.000,-).

Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat oleh PT. Cakra

Kencana pada akhir tahun 2009 untuk mencatat besarnya

estimasi beban kredit macet periode berjalan adalah :

Beban piutang yang tidak dapat ditagih Rp.1.500.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp.1.500.000,-

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka

besarnya piutang usaha bersih yang akan dilaporkan dalam

neraca per 31 Desember 2009 adalah sebagai berikut :

Piutang usaha Rp. 90.000.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih (4.500.000,-)

Piutang usaha bersih Rp. 85.500.000,-

24
Sedangkan dalam laporan laba rugi untuk tahun yang

berakhir 31 Desember 2009 akan menyajiakan beban

piutang tak tertagih (beban kredit macet) sebesar Rp.

1.500.000,- sebagai beban operasional tahun 2009.

Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun 2009

di atas merupakan ayat jurnal penyesuaian yang biasa

(umum). Tidak tertutup kemungkinan, jika jumlah piutang

usaha yang dihapus sepanjang tahun

berikutnya melebihi nilai cadangan yang ada, maka

cadangan piutang tak tertagih akan menjadi bersaldo debet.

Melanjutkan transaksi di atas, asumsi bahwa sepanjang

tahun 2010 terdapat penghapusan piutang sebesar Rp.

6.500.000,- yang menyebabkan besarnya cadangan piutang

tak tertagih akan menjadi bersaldo debet sebesar Rp.

2.000.000,- (Rp. 6.500.000 – Rp. 4.500.000). Jika pada

akhir tahun 2010, PT. Cakra Kencana memiliki saldo

piutang usaha sebesar Rp. 50.000.000,- dan diestimasi

bahwa besarnya cadangan kredit macet atas piutang usaha

ini adalah menjadi 10%, maka ayat jurnal penyesuaian yang

akan dibuat oleh PT. Cakra Kencana pada akhir tahun 2010

untuk mencatat besarnya estimasi beban kredit macet

periode berjalan adalah :

25
Beban piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 7.000.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 7.000.000,-

(Rp. 5 juta + Rp. 2 juta)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas diposting, maka

besarnya piutang usaha bersih yang akan dilaporkan dalam

necara per 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut :

Piutang usaha Rp. 50.000.000,-

Cadangan piutang yang tak tertagih (5.000.000,-)

Piutang usaha bersih Rp. 45.000.000,-

Sedangkan laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31

Desember 2010 akan menyejikan beban piutang yang tak

tertagih (beban kredit macet) sebesar Rp. 7.000.000,-

sebagai beban operasional tahun 2010.

b) Dengan metode umur piutang, pertama kali piutang usaha

akan dikelompok-kelompokan berdasar pada masing-

masing karakteristik umurnya, yang berarti adanya

pengelompokan piutang usaha ke dalam kategori yang

berdasarkan atas tanggal jatuh temponya piutang.

Karakteristik umur piutang di sini dapat diklasifikasikan

menjadi: belum jatuh tempo, telah jatuh tempo 1-30 hari,

telah jatuh tempo 31-60 hari, telah jatuh tempo 61-90 hari,

telah jatuh tempo 91-180 hari, telah jatuh tempo 181-365

26
hari, dan telah jatuh tempo di atas 365 hari. Lamanya umur

piutang yang telah jatuh tempo ini merupakan lamanya hari

mulai saat piutang tersebut jatuh tempo hingga laporan

umur piutang (aging schedule) disiapkan. Berdasarkan

umur piutang, piutang yang sudah lama beredar (jatuh

tempo) sangat kecil kemungkinannya untuk dapat ditagih.

Untuk mengilustrasikan cara menghitung lamanya

umur piutang yang telah jatuh tempo, asumsi bahwa PT.

Lintas Indonesia sedang menyiapkan laporan umur piutang

per 30 juni, di mana terdapat salah satu pelanggannya yang

belum juga membayar hingga saat ini (pada piutang tersebut

telah jatuh tempo sejak tanggal 9 maret yang lalu). Dalam

hal ini, lamanya umur piutang yang telah jatuh tempo dapat

dihitung sebagai berikut :

Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir maret 22 hari (31-9)

Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir april 30 hari

Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir mei 31 hari

Jumlah hari atas piutang yang sudah telat per akhir juni 30 hari

113hari

27
Dengan metode umur piutang, estimasi secara

terpisah atas persentase piutang usaha yang tidak dapat

ditagih diterapkan ke masing-masing kelompok umur

piutang. Jadi, dalam hal ini persentase yang berbeda akan

diterapkan atas kelompok umur yang berbeda. Setelah

persentase yang berbeda diterapkan untuk masing-masing

kelompok umur, lalu masing-masing hasilnya tersebut akan

dijumlahkan secara bersama-sama untuk menentukan total

estimasi. Dengan metode umur piutang, seperti halnya

metode saldo akhir piutang, saldo awal dari akun cadangan

piutang tak tertagih haruslah disesuaikan (melalui ayat

jurnal penyesuaian) agar supaya menghasilkan saldo akhir

yang besarnya sama dengan total estimasi. Ayat jurnal

penyesuaian akan dibuat sebesar selisih antara besarnya

total estimasi dengan saldo awal akun cadangan piutang tak

tertagih.

Sebagai ilustrasi dari metode umur piutang, asumsi bahwa

PT. Indonusa, pada akhir tahun 2010 memiliki saldo

piutang usaha Rp. 86.300.000,- dan cadangan kredit macet

atas piutang usaha ini diestimasi berdasarkan masing-

masing kelompok umurnya :

28
Estimasi Kredit Macet
Persentase Jumlah
Kisaran Umur Piutang Saldo
Belum jatuh tempo Rp.75.000.000,- 2% Rp.1.500.000,-
Telah jatuh tempo 1-30 hari 4.000.000,- 5% 200.000,-
Telah jatuh tempo 31-60 hari 3.100.000,- 10% 310.000,-
Telah jatuh tempo 61-90 hari 1.900.000,- 20% 380.000,-
Telah jatuh tempo 91-180 hari 1.200.000,- 30% 360.000,-
Telah jatuh tempo 181-365 hari 800.000,- 50% 400.000,-
Telah jatuh tempo diatas 365 hari 300.000,- 80% 240.000,-
Rp. 86.000.000,- Rp 3.390.000,-
Sumber : Akuntansi Aset, Liabilitas, dan Ekuitas, (Hery 2014:44)

Berdasarkan tabel di atas estimasi saldo akhir yang

diinginkan untuk cadangan piutang tak tertagih adalah

sebesar Rp. 3.390.000,- (bersaldo kredit sesuai dengan saldo

normalnya). Perbandingan antara angka estimasi ini dengan

saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang belum

disesuaikan akan menentukan besarnya beban kredit macet

( beban piutang tak tertagih) untuk tahun 2010. Sebagai

contoh, jika saldo awal cadangan piutang tak tertagih yang

belum disesuaikan adalah bersaldo kredit sebesar Rp.

3.200.000,-, maka jumlah yang akan ditambahkan ke dalam

saldo ini adalah Rp. 190.000,- dengan ayat jurnal

penyesuaian sebagai berikut :

29
Beban piutang yang tidak tertagih Rp.190.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp.190.000,-

(Rp. 3,39 juta – Rp. 3,2 juta)

Setelah ayat jurnal penyesuaian di atas dipindahkan

atau diposting ke dalam buku besar masing-masing akun

terkait, maka besarnya akun cadangan piutang tak tertagih

akan menjadi bersaldo kredit sebesar Rp. 3.390.000,-, sesuai

dengan estimasi saldo akhir yang dikehendaki. Sebagai

contoh pembanding, jika seandainya saldo awal cadangan

piutang tak tertagih yang belum disesuaikan adalah bersaldo

debet sebesar Rp. 450.000,-, maka jumlah penyesuaian akan

menjadi sebesar Rp. 3.840.000,- (Rp. 3.390.000 – Rp.

450.000), dengan ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut :

Beban piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 3.840.000,-

Cadangan piutang yang tidak dapat ditagih Rp. 3.840.000,

6. Standart Operating Prosedur (S.O.P)

a. Pengertian Standart Operating Prosedur (S.O.P)

Menurut Sailendra (2015: 11), Standar Operating Procedur

(SOP) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan, merapikan

30
dan menertibkan pekerjaan. Sisitem ini berisi urutan proses

melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.

Standar Operating Prosedur (SOP) merupakan panduan yang

digunakan untuk memastikan kegiatan opresional organisasi atau

perusahaan berjalan dengan lancer.

Dari teori di tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Standart

Operating Prosedur (S.O.P) adalah suatu sistem yang dibuat oleh

manajemen untuk menjaga tugas dan tanggung jawab para

karyawan/pekerja agar dilaksanakan dengan benar dan tepat sesuai

porsinya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

b. Tujuan dan Fungsi Standart Operating Prosedur (S.O.P)

Menurut Indah Puji (2014: 30), tujuan Standart Operating

Prosedur (S.O.P) adalah sebagai berikut:

1) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau

kondisi tertentu dan kemana petugas dan lingkungan dalam

melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan tertentu.

2) Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi

sesama pekerja dan supervisor.

3) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (denga

demikian dan menghindari konflik), keraguan, duplikasi

serta pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.

4) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.

31
5) Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya

secara efisien dan efektif.

6) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung

jawab dari petugas yang terkait.

7) Sebagai dokumen yang menjelaskan dan menilai

pelaksanaan proses kerja apabila terjadi suatu kesalahan

atau dugaan mal praktek dan kesalahan administrasi

lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan

petugas.

8) Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.

9) Sebagai dokumen sejarah apabila telah dibuat revisi SOP

yang baru.

7. Pengendalian internal

a. Pengertian Pengendalian Internal.

Menurut Hery (2015): 159), pengendalian internal adalah

seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi asset atau

kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalah gunaan,

menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat,

serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/

undang-undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau

dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan

perusahaan.

32
Menurut COSO yang dikutip oleh Hayes (2014;234),

Sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang

melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain, yang

dirancang untik memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga tujuan utama yaitu : efektivitas dan efisiensi

operasi, keandalan pelaporan keuangan, serta kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian intern terdiri atas 5 (lima) komponen yang saling

terkait berikut ini :

1) Lingkungan pengendalian, menetapkan corak suatu

organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian

orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan

dasar untuk semua komponen pengendalian intern lain,

menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan

pengendalian mencakup hal-hal berikut :

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Partisipasi dewan komisaris dan komite audit

d) Struktur organisasi

e) Pemberian wewenang dan tanggung jawab

f) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran resiko, resiko yang relevan dengan pelaporan

keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun

33
ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi

kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas,

dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi

manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul

atau berubah karena keadaan sebagai berikut ini:

a) Perubahan dalam lingkungan operasi

b) Personel baru

c) Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

d) Teknologi baru

e) Lini produk, produk, atau aktifitas baru

f) Restrukturisasi korporasi

g) Operasi luar negeri

h) Standar akuntansi baru.

3) Aktivitas pengendalian, aktivitas pengendalian adalah

kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan

bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut

membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan

untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan

entitas sudah dilaksanakan.

Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan

diterapkan di berbagai tingkat organisasi dan fungsi.

Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan

34
dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan

prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut ini:

a) Review terhadap kinerja

b) Pengolahan informasi

c) Pengendalian fisik

d) Pemisahan tugas

4) informasi dan komunikasi, sistem informasi yang relevan

dengan tujuan pelaporan keungan yang meliputi sistem

akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun

untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan

transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk

memelihara akuntabilitas bagi aset, utang, dan ekuitas yang

bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari

sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan

manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam

mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan

keuangan yang andal.

Komunikasi mencakup penyedia suatu pemahaman tentang

peran dan tanggungjawab individual berkaitan dengan

pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.

5) pemantauan, pemantauan adalah proses penentuan kualitas

kinerja pengendalian intern sepanjangh waktu. Pemantauan

35
ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian

tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini

dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara

terus menerus, evaluasi secara terpisah atau dengan

berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas,

auditor intern atau personel yang melalukan pekerjaan

serupa memeberikan kontribusi dalam memantau aktivitas

entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan

informasi dari komunikasin dengan pihak luar seperti

keluhan customers dan komentar dari badan pengatur yang

dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang

yang memerlukan perbaikan.

Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang

digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan

informasi yang akurat dan dapat dipercaya, memperbaiki efisiensi

dan untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen. Krismiaji,

(2015: 216)

Menurut AICPA dalam Amin Widjaja Tunggal, (2016:12),

pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh

aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai lainnya yang

dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar mengenai

pencapaian pada hal-hal berikut:

1) keandalan pelaporan keuangan.

36
2) efektivitas dan efisiensi operasi.

3) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

berdasarkan pengertian pengendalian internal di atas, maka penulis

dapat menyimpulkan pengendalian internal adalah upaya-upaya

yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga asset dan

keberlangungan operasional perusahaan, dengan cara membuat

standar operasional prosedur perusahaan tertulis bagi semua

karyawan perusahaan.

b. Komponen Pengendalian Internal

Menurut Walter T. Harrison Jr., Charles T. Horngren, C.

William Thomas, dan Themin Suwardy, (2012: 235), pengendalian

internal terdiri dari lima komponen, yaitu :

1) Lingkungan Pengendalian (Control Enviroment)

Lingkungan pengendalian perusahaan adalah perilaku yang

dimulai dengan pemilik dan manajemen puncak, yang

memberikan contoh yang baik bagi karyawan perusahaan

terhadap pentingnya pngendalian internal jika dia

mengharapkan para karyawannya melakukan pengendalian

dengan serius.

Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua

komponen pengendalian internal yang lain, menyediakan

disiplin dan struktur.

2) Penilaian Risiko (Risk Assement)

37
Perusahaan harus bisa mengidentifikasi risiko bisnisnya,

serta menetapkan prosedur untuk mengahdapi resiko

tersebut guna menimbulkan dampaknya terhadap

perusahaan. Manajemen perusahaan yang didukung oleh

direksinya harus mengidentifikasi risiko tersebut dan

melakukan apa yang mereka bisa untuk mencegah risiko

tersebut menyebabkan bahaya keuangan atau bahaya

lainnya terhadap perusahaan, karyawannya, dan para

kreditor.

3) Sistem informasi (Information System)

Sistem informasi merupakan sarana keluar masuknya

informasi akuntansi dengan melakukan pencatatan

(menjurnal), memproses dan melaporkan transaksi yang

dilakukan secara akurat dan tepat waktu.

4) Prosedur Pengendalian (Control Procedures)

Prosedur pengendalian yang dibentuk dalam lingkungan

pengendalian dan sitem informasi adalah sarana dimana

perusahaan memperoleh akses lima pengendalian lainnya.

Aktivitas pengendalian pada umumnya dibagi menjadi lima

jenis, diantarnya :

a) Pemisahaan tugas yang tepat.

b) Perbandingan dan pengujian lainnya atas aktivitas dan

catatan.

38
c) Dokumen dan catatan yang memadai.

d) Persetujuan yang tepat atas transaksi dan aktivitas.

e) Penjagaaan fisik untuk melindungi asset dari pencuruian

yang dilakukan secara independen.

5) Pemantauan Pengendalian (Monitoring of Controls)

Merupakan sebuah proses untuk menilai mutu kinerja

pengendalian internal dari waktu ke waktu. Ini melibatkan

penilaian rancangan dan pengendalian operasisecara tepat

waktu dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.

c. Aktivitas Pengendalian Internal

Menurut Krismiaji, (2015: 225), pada umumnya aktivitas

pengendaliannya dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok

sebagai berikut:

1) Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas.

Otorisasi pada umumnya didokumentasi dengan

menandatangani, member paraf, atau mencantumkan kode

otorisasi pada dokumen atau catatan yang mewakili

transaksi. Karyawan yang memproses transaksi harus

mengecek ada tidaknya otorisasi pada sebuah dokumen atau

bukti transaksi, jika tidak ada maka transaksi tersebut bukan

merupakan transaksi yang sah.

2) Pemisahan tugas

39
Pengendalian yang baik akan melakukan pembagian tugas

antara lain:

a) Pemisahan antara fungsi otorisasi dan pncatatan yang

bertujuan untuk mencegah seorang karyawan dari

pencatatan yang tidak benar guna menutupi

dilakukannya transaksi yang tidak diotorisasi secara

tepat.

b) Pemisahan antara fungsi otorisasi dan penyimpanan

yang bertujuan untuk mencegah otorisai transaksin fiktif

sebagai salah satu upaya untuk menyembunyikan

pencurian aktiva.

c) Pemisahaan antara fungsi penyimpanan dan fungsi

pencatatan yng bertujuan untuk mencegah karyawan

melakukan pencatatan yang tidak benar untuk

menyembunyikan pencurian aktiva yang dipercayakan

kepadanya.

3) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang

memadai.

Perancangan dan penggunaan dokumen yang tepat akan

menjamin kelengkapan pencatatan seluruh data relevan

terhadap transaksi. Untuk itu isi dokumen harus dirancang

sesederhana mungkin agar pencatatan dapat dilakukan

40
secara efisien, kesalahan dapat dimimalisir, serta

memudahkan pengkajian dan verifikasi.

4) Penjagaan yang memadai terhadap aktiva dan catatan.

Berikut ini prosedur untuk melindungi aktiva dari pencurian

dan penggunaan yang tidak sah :

a) Pengawasan dan pemisahan fungsi secara efektif

b) Pemeliharaan akurasi catatan tentang aktiva termasuk

informasi

c) Pembatasan akses ke fasilitas fisik, penggunaan register

kas, brankas, kotak pos. pembatasan area penyimpanan

untuk melindungi persediaan barang.

5) Pengecekan independen terhadap kinerja.

Pengecekan internal untuk menjamin bahwa transaksi

diproses secara akuran merupakan elemen pengendalian

internal. Berbagai jenis pengecekan independen yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Rekonsiliasi antara dua catatan

Salah satu cara untuk mengecek akurasi dan

kelengkapan catatan adalah dengan cara

membandingkan catatan tersebut dengan catatan lain

yang saling berhubungan. Dari keduanya harus sama.

41
b) Pembandingan catatan dengan jumlah fisik

Bentuk lain dari pengecekan independen adalah dengan

membandingkan catatan aktiva dengan nilai fisiknya.

Pengecekan independen ini biasanya dilakukan terhadap

kas dan persediaan barang (stok opname).

c) Akuntansi berpasangan.

Salah satu implikasi dari penggunaan akuntansi

berpasangan adalah pencatatan setiap transaksi atau

kejadian ekonomi ke dalam dua sisi catatan, yaitu debit

dan kredit. Pencocokan tersebut untuk mengetahui

apakah kedua angka tersebut seimbang ata tidak,

merupakan salah satu cara untuk melakukan pengecekan

independen.

d) Kajian ulang independen

Kajian ulang ini dilakukan dengan cara memeriksa

secara menyeluruh oleh seorang karyawan terhadap

karyawan lain. Setelah seseorang memproses sebuah

transaksi, orang kedua kadanga-kadang mengkaji ulang

pekerjaan orang pertama.

d. Melakukan Pemahaman dan Evaluasi Atas Pengendalian

Internal.

Pemahaman dan evaluasi atas pengendalian internal

merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

42
pemeriksaan oleh akuntan publik. Karena baik buruknya

pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar

terhadap :

1) Keamanan aset perusahaan

2) Dapat dipercaya atau tidaknya laporan keuangan

perusahaan

3) Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan

4) Tinggi rendahnya audit fee

5) Jenis opini yang diberikan akuntan public

Ada 3 (tiga) cara yang bisa digunkan akuntan publik, yaitu :

1) Internal Control Questionnaires

2) Flow Chart

3) Narrative

e. Tujuan Pengendalian Internal

Penerapan pengendalian internal bertujuan untuk

meminimalisir kesalahan yang terjadi dalam operasional

perusahaan. Menurut Hery, (2015:160), tujuan dari

pengendalian internal tidak lain adalah untuk memberikan

jaminan yang memadai bahwa:

1) Asset yang dimiliki perusahaan telah diamankan

sebagaimana mestinya dan akan digunakan untuk

kepentingan perusahaan semata, bukan untuk

43
kepentingan individu (perorangan) stsu oknum

karyawan tertentu.

2) Informasi akuntansi perusahaan tersedia secara akurat

dan dapan diandalkan.

3) Karyawan telah mentaati hukum dan peraturan.

Oleh sebab itu, pengendalian internal bertujuan untuk

dapat memastikan proses operasional perusahaan

berjalan dengan baik sesuai tujuan yang diharapkan dan

mencegah terjadinya masalah maupun kecurangan pada

perusahaan.

8. Pengendalian internal atas piutang usaha

Menurut L. Samryn (2014: 32), yang menjadi pusat

perhatian atas pengendalian internal piutang adalah bagaimana

pengamanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha,

baik dari segi pengamanan atas perolehan fisik kas, pemisahaan tugas

(termasuk masalah otorisasi persetujuan kredit), sampai pada

terseedianya data cataatan akuntansi yang akurat.

Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah

diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian

penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian

kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Manajer penjualan

tidaklah memiliki otorisasi atau wewenang untuk menyetujui proposal

kredit pelanggan.

44
Berikut ini adalah contoh dari alur bagan/flowchart dari piutang

transaksi:

45
46
http://very189.blogspot.com/2012/04/flowchart-pendapatan.html?m=1

9. Internal Control Questionnaires (ICQ)

Adalah salah satu cara akuntan publik mengevaluasi dan

memahami pengendalian intern suatu perusahaan yang sedang diperiksa

dengan cara membuat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan objek

yang sedang diaudit yang kemudian diajukan kepada pihak-pihak yang

berkaitan dengan objek yang sedang diaudit.

Dari pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Internal

Control Questionnairres (ICQ) adalah sebuah lembaran kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan objek/perusahaan yang

sedang diperiksa, ditujukan kepada pihak-pihak tertentu yang terkait guna

menggalih informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan

pemeriksaan/audit.

Menurut Soekrisno Agoes (2017 :165), pertanyaan-pertanyaan

dalam ICQ diminta untuk dijawab Ya (Y), Tidak (T), atau Tidak Relevan

(TR). Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah disusun dengan baik,

maka jawaban “Ya” akan menunjukan ciri internal control yang baik,

“Tidak” akan menunjukan cirri internal control yang lemah, “Tidak

Relevan” berarti pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak relevan untuk

perusahaan tersebut. ICQ biasanya dikelompokan sebagai berikut :

1) Umum

47
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian

tugas, dan tanggung jawab, akta pendirian dan pertanyaan umum

lainya mengenain keadaan perusahaan.

2) Akuntansi

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan

perusahaan, misalnya apakah pembukun dilakukan secara manual

atau computerized, jumlah dan kualifikasi tenaga di bagian

akuntansi dan lain-lain.

3) Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang

terdapat di perusahaan dalam siklus penjualan (kredit dan tunai),

utang dan pengeluaran kas.

4) Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang

terdapat di perusahaan dalam siklus pembelian (kredit dan tunai),

utang dan pengeluaran kas.

5) Persediaan

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur

penyimpanan dan pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan

dan metode penilaian persediaan dan stock opname.

6) Surat Berharga (Securities)

7) Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi untuk

pembelian dan penjualan surat berharga dan penilaiannya.

48
8) Aset Tetap

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur

penambahan dan pengurangan aset tetap, pencatatan dan penilaian

aset tetap dan lain-lain.

9) Gaji dan Upah

Pertanyaan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalian (human

resource development) serta sistem dan prosedur pembayaran gaji

dan upah.

Contoh internal Control atas piutang PT. RENIKU

Y= T=Tidak TR=
Klient Ya Tidak
Relevan
Y T TR

A. PIUTANG
20. Apakah dibuat kartu piutang?
Apabila ya:
a. Apakah secara bulanan atau kuartalan
dilakukan pencocokan saldo perkiraan
control (buku besar piutangdengan kartu
piutang?
b. Apakah pengamana fisik kartu piutang
cukup?
c. Apakah hanya orang tertentu yang
memegang?
21. Apakah pencatatan kartu piutang:
a. Sering bergilir?
b. Terpisah dari yang mengerjakan buku
besar?
22. Apakah piutang perlangganan secara

49
periodik diteliti mengenai:
a. Pelanggan yang sering terlambat?
b. Bukti adanya salah pembebanan?
c. Bukti adanya pelunasan sebagian
sebagian?
d. Bukti adanya penghapusan yang tidak
dilaporkan?
e. Sesuatu ketidaklaziman?
23. Apakah setiap bulan dikirimkan rekening
koran (statement of account) kepada
pelanggan?
Apabila ya:
a. Dicocokan dengan kartu piutang oleh
orang yang tidak berhubungan dengan
penerimaan uang, pengeluaran uangm
dan nota kredit?
b. Terkontrol atas kemungkinan diubah
sebelum dikirim?
c. Diposkan/dikirim oleh orang lain dan
bukan petugas administrasi piutang?
24.Apakah perselisihan dengan pelanggan
ditangani oleh bagian kredit atau atasan atau
orang lain yang dikuasakan dan tidak
dilakukan oleh kasir atau petugas
administrasi piutang?
25.Apabila perusahaan memberikan potongan
yang lebih besar dari biasanya mendapatkan
persetujuan khusus dari pejabatan perusahaan
yang berwenang?
26.Apakah koreksi atas faktur dan penghapusan
piutang harus disetujui pejabat perusahaan
yang berwenang?
27.Apakah bukti untuk penagihan atas piutang

50
yang telah dihapuskan, diamankan untuk
mencegah penyalahgunaan?
28. Apakah secara periodik dibuat analisis umur
piutang dan yang sudah lama jatuh tempo di
follow up?
29.Apakah terdapat kebijakan manajemen
tentang penghapusan piutang?
30. Apakah untuk penagihan dibuatkan bukti
kuitansi?
Apabila ya:
a. Apakah kuitansi tersebut memiliki nomor
urut cetak?
b. Apakah kuitansi dibuat setelah diperiksa
lebih dahulu ke masing-masing saldo
piutang?
c. Apakah bagian akuntansi memhatikan
uritan nomornya?
31.Apakah penerimaan berupa cek mundur/giro
(post dated chaque) diberikan ke bagian
akuntansi?
32.Apakah hasil penagihan langsung diserahkan
kepada kasir dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan dalam jumlah yang seharusnya
diterima?
33.Apakah pada cek mundur yang diterima telah
dicantumkan nama perusahaan/klient?
34.Apakah bagian akuntansi mengandakan
jurnal khusus untuk penerimaan cek mundur?

A. Kelemahan-kelemahan lain yang tidak


tercantum pada pernyataan di atas:
………………………………………………
………….

51
………………………………………………
…………..
………………………………………………
………......
B. Catatan lain:
………………………………………………
…………
………………………………………………
………....
………….
…………………………………………….
C. Kesimpulan penilaian

Revisi kesimpulan penilaian (lampiran


alasannya)

Diisi Oleh :

10/10/16

Direview oleh :

15/01/16

Sumber: Sukrisno Agoes 2016, Audit

10. Efektifitas

Stephen P. Robbins dalam jurnal Konsep Efektivitas dan

Kinerja (2014), Efektivitas adalah suatu yang menunjukkan tingkatan

keberhasilan kegiatan manajemen di dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Menurut Komarudin Sastradipoera dalam jurnal Konsep

Efektivitas dan Kinerja (2014), Efektivitas didefinisikan sebagai

52
sesuatu yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan di dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas adalah

kemampuan untuk memilih dan menerapkan suatu metode atau cara

dalam mecapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan bahwa efektivitas adalah tingkat keberhasilan

suatu system yang diterapkan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

11. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan hasil akhir

dari suatu proses akuntansi, sebagai ikhtisar dari transaksi-transaksi

keuangan selama periode berjalan. Periode akuntansi dapat dipakai

per tahun, per 12 bulan atau per 6 bulan tergantung perusahaan,

namun umumnya per 12 bulan. (Pirmatua Sirait 2014:19)

b. Macam-macam Laporan Keuangan

Menurut Martani Dkk. (2014:5) pada Standar Akuntansi

Keuangan, Laporan Keuangan terdiri dari 5 laporan, berikut

penjelasannya :

1. Laporan Posisi Keuangan

53
Laporan Posisi Keuangan, atau yang sering disebut Neraca,

merupakan laporan yang melaporkan aset dan modal entitas

pada tanggal tertentu. Laporan ini merupakan sumber informasi

utama tentang posisi keuangan entitas karena merangkum

elemen-elemen yang berhubungan langsung dengan

pengukuran posisi keuangan , yaitu aset, liabilitis, dan ekuitas

(Martani Dkk,2014:136)

2. Laporan Laba Rugi Komperhensif

Laporan Laba Rugi Konferhensif adalah laporan yang

mengukur keberhasilan kinerja perusahaan selama periode

tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan digunakan untuk

menilai dan memprediksi jumlah dan waktu atas ketidakpastian

arus kas masa depan (Martani,2014:10)

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas merupakan salah satu unsur

lengkap yang harus disajikan oleh perusahaan. Laporan

perubahan ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan

ekuitas perusahaan antar awal dan akhir periode pelaporan

yang mencerminkan naik turunnya aset neto perusahaan selama

periode, baik yang berasal dari setoran atau kinerja perusahaan

selama periode berjalan (Martani Dkk,2014:126)

4. Laporan Arus Kas

54
Laporan Arus Kas merupakan laloran yang menyajikan

informasi tentang arus kas masuk dan arus kas keluar dan

setara kas suatu entitas untuk suatu periode tertentu. Melalui

Laporan Arus Kas, pengguna laporan keuangan ingin

mengetahui bagaimana entitas menghasilkan dan menggunakan

kas dan setara kas (Martani Dkk,2014:145)

5. Cacatan Atas Laporan Keuangan

Catatan Atas Laporan Keuangan berisi informasi yang berguna

sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan

keuangan dan memberikan penjelasan naratif atau rincian

jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi

pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam

laporan keuangan (Purwaji Dkk,2016:26).

c. Contoh Laporan Keuangan

Menurut Pirmatua Sirait (2014:20), Laporan keungan yang

diplubikasikan umumnya terdiri dari 4, yaitu Laporan Rugi Laba,

Laporan Perubahan Modal atau Laporan Laba Ditahan, Neraca,

serta Laporan Arus Kas. Berikut penjelasan dari masing-masing

laporan keuangan tersebut:

1. Laporan Rugi Laba (Profit & Loss Statement/Income

Statemen), adalah suatu laporan yang memberikan informasi

kinerja perusahaan menjalankan operasinya dalam jangka

55
waktu tertentu. Laporan ini pada hakekatnya melaporkan

pendapatan dan beban serta laba/rugi selama periode tertentu.

Penyusunan Laporan Rugi Laba dimulai dari pembuatan judul

(title) yaitu Nama Pemilik atau Perusahaan, kemudian di

bawahnya nama laporan, periode laporan. Isi atau materi

Laporan Rugi Laba adalah ringkasan-ringkasan transaksi

melalui nama akun dan nilai akhir akun yang bersifat rugi atau

laba (profit & loss) yang digunakan perusahaan.

Bentuk Laporan Rugi Laba dapat dilakukan dengan 2 model,

yaitu bentuk tunggal (singgle step) dan bentuk bertahap

(multiple step). Dalam model tunggal penyajian pos-pos

pendapatan atau beban disajikan sekaligus dalam satu

kelompok, tidak ada pengelompokan antara pendapatan atau

beban. Sedangkan dalam model bertahap disebut juga bentuk

terinci/terstruktur dimana jelas ada:

a. Pemisahan pendapatan usaha dengan pendapatan di luar

usaha begitu juga dengan beban dipisah antara beban

usaha dengan beban di luar usaha.

b. Beban usaha dikelompokan sesuai fungsi pokok dalam

perusahaan.

56
Contoh Laporan Rugi Laba :

P.D. SEJAHTERA
LAPORAN RUGI LABA
Periode 1/1 s.d 31/12 2013

Penjualan Bersih Rp. 500.000.000,-


Laba Penjualan Surat Berharga Rp. 3.000.000,-
Total Pendapatan Rp. 503.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 295.000.000,-
Beban-beban :
Beban Iklan Rp. 2.300.000,-

57
Beban Alat Pembungkus Rp. 700.000,-
Beban Gaji Bagian Penjualan Rp. 4.800.000,-
Beban Penyusutan Peralatan Toko Rp. 8.000.000,-
Beban Gaji Kantor Rp. 4.500.000,-
Beban Perlengkapan Kantor Rp. 1.500.000,-
Beban Penyusutan Bangunan Rp. 10.000.000,-
Beban Asuransi Rp. 6.500.000,-
Beban Bunga Rp. 120.000,-
Pajak Penghasilan Badan Rp. 47.566.400,-
Total Beban Rp. 380.686.400,-
Laba Bersih Rp.122.313.000,-
Sumber: Pirmatua Sirait, Pelaporan dan Laporan Keuangan (2014:2)

1. Neraca

Neraca (balance sheet) adalah laporan yang menggambarkan

posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu. Informasi

dalam Neraca ini meliputi aset, kewajiban dan ekuitas pemilik

pada satu tanggal tertentu. Aset seimbang dengan kewajiban

dan ekuitas. Sebelah kiri biasanya aset, sedangkan sebelah

kanan kewajiban dan ekuitas.

Berikut contoh Neraca :

PD. SEJAHTERA

NERACA

58
Per 31/12/2013 (Dalam Satuan Rupiah)

Aset lancar: Kewajiban


Kas 1.000.000 Lancar: 750.000
Surat-surat 20.000 Utang Usaha 2.000
Berharga 150.000 Utang Gaji 3.000
Piutang Usaha 10.000 Utang Pajak
Persediaan Barang 5.000
Perlengkapan Utang Jangka
3.000.000 Panjang: 800.000
Aset Tetap: (500.000) Utang hipotek
Tanah & Gedung 2.830.000
Akum. Penyusutan Ekuitas Pemilik
Gedung 700.000

Aset Tak
Berwujud:
Lisensi
Total Aset 4.385.000 Total 4.385.000
Kewajiban &
Ekuitas
Sumber: Pirmatua Sirait, Pelaporan dan Laporan Keungan (2014:30)

2. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas (Statement of Owner Equity

Exchange) menggambarkan perubahan ekuitas dari awal

hingga akhir periode. Pada perusahaan perseorangan elemen

yang merubah ekuitas seperti investasi tambahan, laba bersih,

dan pengambilan pribadi. (Pirmatua Sirait,2014:31)

Contoh Laporan Perubahan Ekuitas:

P.D. SEJAHTERA

59
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Periode 1/1 s.d 31/12 2013

Modal 1 Januari 2013 Rp. 2.710.686.400,-

Investasi Tambahan Rp. 12.000.000,-

Rp. 2.822.686.400,-

Laba Bersih Rp. 122.313.600,-

Pengambilan Pribadi Rp. 15.000.000,-

Modal 31 Desember 2013 Rp. 107.313.600,-

Sumber: Pirmatua Sirait, Pelaporan dan Laporan Keuangan

B. Penelitian Terdahulu

No Identitas Judul Variabel Hasil


Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1. Rifnida Evaluasi Akuntansi, Metode pencatatan
Safta Metode piutang tak tertagih
Diningrum Taksiran Piutang yang digunakan
(2016) Piutang Tak Usaha, perusahaan adalah
Tertagih metode penyisihan
Serta Laporan (allowance),
Pengaruhny Keuangan, Perhitungan besaran
a Terhadap penyisihan piutang
Laporan Taksiran perusahaan
Keuangan Piutang Tak didasarkan pada
Pada PD. Tertagih estimasi dengan
Pasar Jaya – metode
Unit Pasar kolektibilitas,
Besar Senen namun untuk tahun
2016 perusahaan

60
tidak membentuk
cadangan penurunan
nilai piutang.
Besarnya nilai
penyisihan piutang
BPP (CMS) Blok VI
tahun 2016 dengan
menggunakan
metode analisa umur
piutang adalah Rp,
304.347.017.
Pengaruh
perhitungan beban
penyisihan piutang
terhadap laporan
keuangan
perusahaan tahun
2016:
Apabila perusahaan
tidak membentuk
cadangan maka laba
yang dihasilkan
adalah sebesar Rp.
8.507.700.241,27
sedangkan apabila
perusahaan
membentuk
cadangan dengan
metode analisa umur
piutang maka laba
perusahaan akan
turun menjadi Rp.
8.344.872.760,27.

2. Ai Analisis Akuntansi, Pengendalian


Munawaro Pengendalia internal atas piutang
h (2017) n Internal Piutang oleh PD. Pasar Jaya
Piutang usaha, UPB Tanah Abang
Terhadap Blok G belum cukup
Piutang Tak Pengendalia baik, karena mereka
Tertagih n internal terkadang masih
Pada PD. atas piutang mengabaikan
Pasar Jaya – , kebijakan dan SOP
Unit Pasar yang ada, sehingga
Besar Mengambil para penyewa kios
Tanah kesimpulan tidak takut untuk

61
Abang dan melanggar aturan
memberi pembayaran cicilan
masukan biaya pengelolaan
kepada pasar bulanan
perusahaan. sehingga mereka
masih banyak yang
menunggak.
Kesesuaian
pengendalian
internal piutang
yang dilakukan oleh
PD. Pasar Jaya
selama tahun 2017
antara yang sudah
berjalan dengan
SOP dan kebijakan
yang ada masih
belum sesuai, karena
belum berjalan
sesuai kebijakan dan
SOP yang ada.

C. Kerangka Berpikir

PD. Pasar Jaya-UPB


Tanah Abang

Teori Dasar akuntansi PD. Pasar Jaya-UPB


Tanah Abang

Pengendalian atas Cash Management


piutang usaha System PD. Pasar Jaya

62
F
E
Internal Control Questionnaire E
D
B
A
Keefektifan Pengendalian Internal C
Terhadap Piutang Usaha K

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian adalah PD. Pasar Jaya-Unit Pasar Besar Tanah

Abang Jl. KH. Fachrudin Jakarta Pusat10250.

2. Waktu

63
Penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal 25 Mei 2019 sampai dengan

25 Juli.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Riset kepustakaan (Library Research)

Melakukan pencarian informasi penelitian melalui buku-buku

referensi yang didapat dari perpurtakaan dan bahan publikasi lain

seperti Journal yang didapat dari web sebagai bahan acuan dalam

melakukan penelitian.

2. Riset Lapangan (Field Research)

Dalam melaksanakan proses penelitian, penulis mencari informasi dan

data berupa data sekunder yang diperoleh dari PD. Pasar Jaya – Unit

Pasar Besar Tanah Abang dengan melakukan peneletian lapangan

melalui :

a. Teknik Wawancara

Penulis melakukan wawancara langsung dengan beberapa staf

keuangan yaitu bagian pengelola kartu piutang dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan Latar Belakang

Permasalah dalam skripsi ini,sehingga diperoleh informasi yang

dibutuhkan. Selain itu penulis juga melakukan wawancara langsung

64
dengan assistant manager dan administrasi mengenai kebijakan

keuangan perusahaan.

b. Observasi (Pengamatan)

Penulis melakukan pengamatan atas pelaksanaan pengelolaan pasar

khususnya di blok F sebagai salah satu bukti bahwa kios yang

sudah disediakan telah ditempati pedagang yang akan berjualan.

c. Dokumentasi

Penulis melakukan pengakjian terhadap dokumen yang diperoleh

dari objek yang diteliti. Dokumen yang dikaji berupa laporan

keuangan perusahaan, kartu piutang, kebijakan akuntansi, dan

kebijakan organisasi yang ada pada perusuhaan.

C. Definisi Operasional Variabel

Merupakan variabel yang diteliti guna menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan diatas untuk kemudian agar dapat ditarik kesimpulan maka

selanjutnya perlu didefinisikan. Variabel yang diteliti yaitu :

1. Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses mengubah data berupa transaksi

bisnis menjadi informasi keuangan, yang dilakukan dengan cara

yang sistematis sehingga menghasilkan laporan keuangan

perusahaan yang berguna bagi para pemangku kepentingan di

perusahaan dalam pengambilan keputusan.

65
2. Piutang Usaha

Piutang usaha merupakan tagihan kepada pihak lain yang timbul dari

adanya penjualan barang atau jasa secara kredit dengan jangka waktu

paling lama satu tahun.

3. Neraca (balance sheet)

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu

perusahaan pada saat tertentu. Informasi dalam Neraca ini meliputi

aset, kewajiban dan ekuitas pemilik pada satu tanggal tertentu. Aset

seimbang dengan kewajiban dan ekuitas. Sebelah kiri biasanya aset,

sedangkan sebelah kanan kewajiban dan ekuitas.

4. Pengendalian Internal

Pengendalian Internal adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh

perusahaan untuk menjaga asset dan keberlangungan operasional

perusahaan, dengan cara membuat standar operasional prosedur

perusahaan tertulis bagi semua karyawan perusahaan.

5. Efektifitas

Efektivitas adalah tingkat keberhasilan suatu system yang diterapkan

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

6. Internal Control Questionnairres (ICQ)

66
Internal Control Questionnairres (ICQ) adalah sebuah lembaran

kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan

objek/perusahaan yang sedang diperiksa, ditujukan kepada pihak-

pihak tertentu yang terkait guna menggalih informasi yang

dibutuhkan untuk kepentingan pemeriksaan/audit.

D. Teknis Analisis Data

Dalam proses pelaksanaan penelitian, metode yang digunakan oleh peneliti

adalah metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan, menjelaskan

dan menjawab beberapa persoalan mengenai kondisi yang terjadi pada

objek penelitian saat ini.

Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti.

Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah dengan cara

membuat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengendalian

piutang yang ajukan kepada pihak-pihak terkait yang ada dalam

perusahaan yang sedang diteliti, kemudian dari pertanyaan itu akan

dihasilkan jawaban “YA” Atau “Tidak” dan setiap dari jawaban tersebut

akan diberi skor tertinggi 1 dan terendah 0. Dari pertanyaan yang diajukan

akan diberi nilai sebagai berikut :

1. Jika jawaban “Ya” akan diberi skor 1

2. Jika jawaban “Tidak” akan dibeeri skor 0

Dalam menilai keefektifan terhadap pengendalian piutang

perusahaan,penulis menggunakan standar rating scale yang dikutib dari

67
buku metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. (Sugiono,

2016:99)

Asumsinya, jumlah pertanyaan ada sebanyak 50 pertanyaan dengan 1

responden dan skor maksimal yang digunakan jika jawabannya “YA”

adalah 1. Maka hasil perhitungan score dapat ditentukan seperti berikut

(50x1x1=50). Score 50 menjelaskan bahwa jawabanaa yang didapat

dalam bentuk persentase maka menjadi 100%. Penjelasan tersebut

dapat dituangkan ke dalam gambar 3.1

Gambar 3.1

12,5 25 37,5 50

Standar dalam bentuk puluhan

Berikut perhitungan yang penulis gunakan untuk mengubah bentuk

puluhan kedalam persentase:

total skor jawaban


Rumus ¿ x 100 %=X %
skor jawaban

50
¿ x 100 %=100 %
50

68
Gambar 3.2

20% 50% 75% 100%

Sangat tidak efektif kurang efektif cukup efektif sangat efektif

Standar yang tertuang dalam bentuk persentase

Jika sudah diketahu jumlah skor yang didapat, maka data akan diolah
dan cocokan ke dalam criteria yang telah ditetapkan. Pengolahan
jumlah skor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode Rating
Scale dengan mengkuantitatifkan data yang telah dikualitatifkan.
(Sugiono, 2016:98).

DAFTAR PUSTAKA

69
BUKU

Agoes Sukrisno, 2017, Auditing, Buku 1 edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Ajeng Wind, S.E, 2014, Buku Saku Akuntans Edisi Paling Lengkap Secara
Otodidak, Laskar Aksara, Jakarta.

Dwi Martani Dkk, 2014, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta.

Efendi Rizal S.E., M.Si, 2015, Accounting Priciples : Prinsip-PrinsipAkuntansi


Berbasis SAK ETAP cetakan ke-3, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Herry, S.E,. M.Si, 2014, Akuntansi Aset, Liabilitas dan Ekuitas, PT. Grasindo,
Jakarta.

Herry, S.E,. M.Si, 2015, Pengantar Akuntansi : Comprehensive Edition, PT.


Grasindo, Jakarta.

Jr. Walter T. Harrison ,dkk, 2012, Akuntansi Keuangan : Edisi Kedelapan Jilid 1,
Erlangga, Jakarta.

Krismiaji, 2015, Sistem Informasi Akuntansi : Edisi keempat, Salemba Empat,


Jakarta.

Purwaji Dkk, 2016, Pengantar Akuntansi 2, Salemba Empat, Jakarta.

Sailendra Annie, 2015, Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP, cetakan 1 Trans


Idea Publishing, Depok.

Samryn, S.E , Ak., M.M., CA. , 2015, Pengantar Akuntansi , Edisi IFRS , Edisi
Revisi, Cetakan Ke-4, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sirait Pirmatua, S.E., M.Si, 2014.Pelaporan dan Laporan Keuangan, Graha


Ilmu, Jakarta.

Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Alfabeta,


Bandung.

Sujarweni Wiratna, 2015, Sistem Akuntansi, Pustaka Baru Press,Yogyakarta.

Tunggal Amin Wijaya, 2016, Pengendalian Internal dan Pencegahan


Kecurangan, Harvanindo, Jakarta.

70
Zamzami Faiz & Nabella Duta Nusa, 2016, Pengantar Akuntansi I, Cetakan
Pertama, GadjaMada University Press, Yogyakarta.

JURNAL ILMIAH

Diningrum Rifida Safta, 2016. Evaluasi Metode Taksiran Piutang Tak Tertagih
Serta Pengaruhnya Terhadap Laporan Keuangan Pada PD. Pasar Jaya
Unit Pasar Besar Senen.

Munawaroh Ai, 2017. Analisis Pengendalian Internal Piutang Terhadap Piutang


Tak Tertagih Pada PD. Pasar Jaya –Unit Pasar Besar Tanah Abang.

http://very189.blogspot.com/2012/04/flowchart-pendapatan.html?m=1

71

Anda mungkin juga menyukai