Anda di halaman 1dari 9

PERPAJAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan

Dosen : Drs. Bambang Purnomo, Ak.,M.M

Disusun oleh :

Eros Rosita 2016021014


Diah Rahma 2016021050
Virginia Edo Wio 2016021070
Ni Kadek Ervina Sari 2017021063
Febiola Agustin Kurniawati 2017021075
Dendi Rosadi 2017021076

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I

2020
BEA MATERAI
A. Dasar Hukum
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985
atau disebut juga Undang-Undang Bea Meterai. Undang-Undang ini berlaku sejak
tanggal 1 Januari 1986. Selain itu untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya
Batas Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.

B. Sebab dituangkan UU No. 13 th 1985 tentang Bea Materai


Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (“UU
13/1985”), fungsi atau hakikat utama Bea Meterai adalah pajak dokumen yang
dibebankan oleh negara untuk dokumen-dokumen tertentu sehingga bukanlah
merupakan ukuran syarat sah atau tidaknya suatu perjanjian atau kontrak.
 
Ketentuan penggunaan meterai diwajibkan bagi perjanjian atau kontrak dalam hal
dijadikan alat bukti di Pengadilan. Bagi perjanjian atau kontrak yang belum dibubuhi
meterai dapat melakukan pelunasan Bea Meterai yang terutang melalui prosedur
“Pemeteraian Kemudian” dengan menggunakan Meterai Tempel atau Surat Setoran
Pajak yang kemudian disahkan oleh Pejabat Pos sehingga dapat dijadikan alat bukti di
pengadilan tanpa harus membuat ulang keseluruhan perjanjian atau kontrak.
 
Kekuatan pembuktian di pengadilan atas alat bukti berupa perjanjian atau kontrak yang
dilakukan Pemeteraian Kemudian memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan
perjanjian atau kontrak yang telah bermeterai pada saat pembuatan.
 
Perjanjian atau kontrak merupakan ranah hukum perdata, sehingga sah tidaknya suatu
surat perjanjian atau kontrak tidak ditentukan oleh ada tidaknya meterai namun oleh
Pasal 1320 KUH Perdata yaitu (1) kesepakatan (2) Cakap hukum / dewasa (3)Pokok
persoalan tertentu (4) suatu sebab yang tidak terlarang.
Artinya meterai bukanlah ukuran yang menentukan keabsahan sebuah surat perjanjian.
Jika isi suatu perjanjian atau kontrak mengandung hal yang dilarang oleh peraturan
perundang-undangan, maka berdasarkan ketentuan pasal 1320 KUHPerdata perjanjian
atau kontrak tersebut dinyatakan tidak mempunyai kekuatan yuridis sekalipun telah
dibubuhi oleh meterai.

C. PRINSIP UMUM PEMUNGUTAN ATAU PENGENAAN BEA


MATERAI:
1) Bea Materai dikenakan atas dokumen (merupakan Pajak atas dokumen).
2) Satu dokumen hanya terutang satu Bea Materai
3) Rangkap/Tindasan yang ditandatangani terutang Bea Materai sama dengan
asliny

D. PENGERTIAN
 Bea Meterai adalah pajak atas dokumen.
 Dokumen adalah kertas yang berisikaan tulisan yang mengandung arti dan
maksud tentang perbuatan, keadann, atau kenyataan bagi seseorang dan atau
pihak-pihak yang berkepentingan.
 Benda Meterai adalah Meterai temple dan kertas Meterai yang dikeluarkan
oleh pemerintahaan republic Indonesia.
 Tandatangan adalah tanda tangan sebagaiimana lazimnya dipergunakan,
termasuk pula paraf, teraan atau cap tanda tangan atau cap paraf, teraan cap
nama atau tanda lainnya sebagai pengganti tanda tangan.
 Pematraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Meterai yang dilakukan
oleh Pejabat Pusat atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainnya
belum dilunasi sebagaimana mestinnya.
 Pejabat Pos adalah Pejabat Pejabat PT dan Giro yang diserahi tugas melayanI
permintaan perMeteraian kemudian.
E. TARIF BEA METERAI Rp 6.000,00 DIKENAKAN ATAS
DOKUMEN
1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (antara lain, surat kuasa, surat hibah, dan
surat pernyataan) yang dibuat dengan tujuan digunakan sebagai alat pembuktian
mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
a) Akta-Akta notaries termasuk salinannya
b) Akta-Akta yang dibuat pejabat pembuatan Akta Tanah (PPAT) termasuk
rangka-rangkapnya.
c) Surat yang memuat jumlah yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp
1,000,000,00 (satujuta rupiah):
2. Yang menyebutkan penerimaan uang.
3. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank.
4. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank.
5. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnnya telah dilunasi
atau diperhitungkan.
a) Surat-surat berharga seperti : wesel, promes, aksep yang harga nominalnya
lebih dari Rp 1,000,000,00 (satu juta rupiah)
b) Efek dan dengan nama bentuk apapun sepanjang harga nominalnnya lebih dari
1,000,000,00 (satu juta rupiah)
c) Dokumen-dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka
pengadilan:
6. Surat-surat biasa dan surat-surat kerumah tanggaan
7. Surat-surat yang semula tidak dikenakan bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan untuk orang lain, lain dari maksud
semula.

F. TARIF BEA METERAI Rp 3,000,000,00 DIKENAKAN ATAS


DOKUMEN
1. Surat yang memuat jumlah uang atau penyimpanan uang  nominal lebih dari Rp
250,000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp
1,000,000,00 (satu juta rupiah)
 Yang menyebutkan penerimaan uang
 Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di
bank.
 Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
 Yang berisi pengakuan bahwa utang uang sebagian atau seluruhnya telah
dilunasi atau diperhitungkan.
2. Surat-surat berharga seperti: wesel, promes, dana aksep yang berharga nominalnya
lebih dari Rp 250,000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari
Rp 1,000,000,00 (satu juta rupiah)
3. Efek dan nama dalam bentuk apapun, sepanjang harga nominalnya lebih dari Rp
250,000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tetapi tidak lebih dari Rp
1,000,000,00 (satu juta rupiah)
4. Cek dan bilye giro dengan harga nominal berapa pun. Apabila suatu dokumen
(kecuali cek dan bilyet giro) mempunyai nominal tidak lebih dari Rp 250,000,00
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) maka atas dokumen tersebut tidak terutang bea
Meterai.

G. YANG TIDAK DIKENAKKAN BEA MATERI


1. Dokumen yang berupa, antara lain :
a) Surat penyimpanan barang
b) Konosemen
c) Surat angkutan penumpang dan barang
d) Keterangan pemindahan yang di tuliskan di atas dokumen sebagaimana di
maksud dalam huruf a,b, dan c
e) Bukti pengiriman dan penerimaan barang
f) Surat pengiriman barang untuk di jual atau tanggungan pengirim
g) Surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat tersebut di atas.
2. Segala bentuk ijasah, yang termasuk dalam pengertian ini adalah STTB (Surat
Tanda Tamat Belajar), tanda lulus, surat keterangan telah mengikuti suatu
pendidikan ,latihan kursus, dan penataran.
3. Tanda terima gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan dan pembayaran lainnya
yang ada kaitannya dengan hubungan kerja serta surat-surat yang di serahkan untuk
mendapatkan pembayaran itu.
4. Tanda bukti penerimaan uang negara dari Kas Negara, Kas Pemerinth Daerah, dan
Bank.
5. Kuitansi untuk semua jenis pihak dan penerimaan lainnya yang dapat disamakan
dengan itu dari Kas Negara, Kas Pemerintah Daerah dan Bank.
6. Tanda penerimaan uang yang di buat untuk keperluan intern organisasi,
7. Dokumen yang menyebutkan tabungan,pembayaran uang tabungan kepada
penabung oleh bank, koperasi dan badan-badan lainnya yang bergerak di bidang
tersebut.
8. Surat gadai yang diberikan oleh Perum Pegadaian
9. Tanda pembagian keuntungan atau bunga dari efek, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.

H. Saat Terutang Bea Materai


Saat terutang bea meterai sangat perlu diketahui sebagai Bendahara karena akan
menentukan besarnya tarif bea meterai yang berlaku dan juga berguna untuk
menentukan daluarsa pemenuhan bea meterai dan denda administrasi yang terutang.
Saat terutang bea meterai ditentukan oleh jenis dan di mana suatu dokumen dibuat. Saat
terhutang Bea Meterai, jika:

1. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, maka pada saat dokumen itu diserahkan,
termasuk jika pada saat itu dokumen tersebut diterima oleh pihak untuk siapa
dokumen itu dibuat, bukan pada saat ditandatangani. Contohnya: kuitansi, cek, dan
sebagainya.

2. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, maka pada saat selesainya
dokumen dibuat, yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang
bersangkutan. Contohnya: surat perjanjian jual beli. Bea Meterai terhutang pada saat
ditandatanganinya perjanjian tersebut.

3. Dokumen yang dibuat di luar negeri, maka pada saat digunakan di Indonesia.
I. Pihak Yang Terutang Bea Materai
Pihak yang terutang Bea Meterai adalah pihak yang mendapat manfaat dari dokumen,
kecuali pihak atau pihak pihak yang bersangkutan menentukan lain.

J. CARA PELUNASAN BEA METERAI


1. Dengan menggunakan benda meterai,yaitu:
2. Meterai Tempel .
3. Kertas Meterai.
4. Dengan Cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

K. CARA PENGGUNAAN BENDA MATERAI


1. Meterai Tempel.
2. Kertas Meterai.

L. PEMETARAIAN KEMUDIAN

Pemetaraian kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan oleh
Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Meterainya belum dilunasi
sebagaimana mestinya.

Pemeteraian kemudian dilakukan atas ;

1. Dokumen yang semula tidak terutang Bea Materai namun akan digunakan
sebagai alat pembuktian di Muka Pengadilan.
2. Dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dilunasi sebagaimana
mestinya.
3. dokumen yang dibuat diluar negeri yang akan digunakan di Indonesia.

M. SANKSI-SANKSI
1. Sanksi Administrasi
Apabila dokumen tidak atau kurang di lunasi Bea Meterai sebagaimana mestinya,
maka akan dikenakan denda administrasi sebesar 200% (dua ratus persen) dari Bea
Meterai yang tidak atau kurang dibayar.
Misalnya Bea Meterai terutang Rp.6.000,00. Karena kelalaian belum mengenakan
Bea Meterai, maka Bea Meterai dan sanksi yang harus dibayar adalah :
                       
Bea Meterai yang terutang                                          Rp.   6.000,00
             Denda Administrasi                                                    Rp. 12.000,00 +
             Jumlah Pemeteraian Kemudian                                   Rp. 18.000,00
Pemeteraian kemudian atas dokumen tersebut dilakukan oleh Pejabat Pos menurut tata
cara yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Sanksi atas poin 1, sanksi administrasi sesuai dengan pengaturan perundang-undangan
yang berlaku, misalnya : untuk yang berstatus pegawai negeri sipil dapat diberlakukan
dengan PP. No. 30 tahun 1980, antara lain :
a) Peringatan, teguran
b) Penundaan kenaikan gaji/pangkat
c) Diberhentikan.
2. Sanksi Pidana
Sanksi Pidana, antara lain :
a) Pemalsuan atau peniruan Meterai temple, kertas Meterai, dan tanda tangan yang
perlu untuk mensahkan Meterai
b) Dengan sengaja menyimpan dengan maksud untuk diedarkan atau memasukkan
ke Negara Indonesia.
c) Dengan sengaja menggunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan,
menyediakan, untuk dijual atau dimasukkan ke Negara Indonesia Meterai  yang
merknya, capnya, tanda tangannya, tanda sahnya atau tanda waktunnya
mempergunakan telah dihilangkan seolah olah Meterai itu belum dipakai dan
atau menyuruh orang lain menggunakannya melawan hak.
d) Dengan sengaja menyimpan bahan bahan atau perkakas perkakas yang
dikeatahui untuk meniru dan memalsukan benda Meterai.
e) Dengan sengaja menggunakan cara lain untuk pelunasan Bea Meterai (Pasal 7
(2) b) tanpa seijin Menteri Keuangan, dipidana dengan pidana penjara selama
lamanya 7 tahun.

N. DALUARSA
Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan administrasi yang terhambat menurut undang-
undang ini setelah lampau waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal dibuatnya dokumen yang
dibuat. Pejabat Pemerintah, Hakim, Panitera, Jurusita, Notaris dan Pejabat umum
lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak dibenarkan untuk:
 Menerima, menghargai atau menyimpan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau
kurang dibayar.
 Melekatkan dokumen yang Bea meterainya tidak atau kurang sesuai dengan tarifnya
pada dokumen lain yang diterima;
 Membuat transfer, tembusan, rangkap atau petikan dari dokumen yang Bea
Meterainya tidak atau kurang dibayar.
 Dihormati atau dicatat pada dokumen yang tidak dapat diterima sesuai dengan tarif
Bea Meterainya.
 Pengeluaran yang dialokasikan pada ketentuan yang dikenakan di dalam
administrasi dikenakan biaya administrasi sesuai ketentuan perundangan yang
berlaku.

O. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan


1) Transaksi internal perusahaan (unit keuangan, unit produksi) tidak perlu
memakai Bea Meterai.
2) Kantor pusat dan cabang perusahaan merupakan badan yang berdiri sendiri,
sehingga transaksinya harus menggunakan Bea Meterai.
3) Yang menanggung Bea Meterai apabila ada sesuatu di kemudian hari
(pelanggaran administrasi) adalah pemegang dokumen. Yang terutang Bea
Meterai adalah orang-orang atau pihak-pihak yang mendapatkan manfaat dari
dokumen tersebut.
4) Tanggal yang tercantum di meterai lebih sah dibandingkan dengan tanggal
dokumen.
5) Kurang diperhatikan masalah yuridis atau isi dokumen, tetapi yang lebih
diutamakan/penting adalah terutangnya pajak.
6) Warna tinta yang tertulis pada meterai tidak menjadi sah. Misal pencantuman
tanggal pakai tinta biru, tetapi tandatangannya memakai tinta hijau. Ini boleh,
yang penting tinta tersebut masih merupakan tinta yang lazim/biasa dipakai.
7) Tulisan pada dokumen (misalnya tulisan di kertas meterai) tidak boleh dihapus
dengan cairan penghapus. Kalau ada kesalahan, maka lebih baik dicoret dan
ditulis yang benar.

Anda mungkin juga menyukai