Anda di halaman 1dari 16

RESUME

“IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PERMASALAHAN PTK”


Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu: Alex Haris Fauzi, M.Pd.

Disusun oleh :
KELOMPOK 4 KELAS PAI 6B

ERLINDA DHEWI S. (2017390100537)


KHOLIFATUN NURJANNAH (2017390100546)
TIKA NUR HALIZA (2017390100513)
THOM TOWI BACHTIAR (2017390100512)
HARIS WAHYU SETYAWAN (2017390100542)
OKTANO LANGGENG (2017390100520)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
MARET 2020
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PERMASALAHAN PTK

A. Ruang Lingkup Masalah dalam PTK


Penelitian tindakan kelas digunakan untuk mengubah perilaku
penelitinya, perilaku orang lain, atau mengubah kerangka kerja, organisasi,
atau struktur lain yang pada gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku
para penelitinya atau orang lain yang terkait. Singkatnya, penelitian tindakan
dilakukan untuk meningkatkan praktik kerja tertentu dalam situasi kerja.
Sesuai dengan keragaman situasi lapangan, beragam pula konteks tempat
yang layak untuk pelaksanaan penelitian tindakan. Dalam konteks-konteks
berbeda, penelitian tindakan memiliki peranan yang berbeda pula, misalnya
berperan sebagai pemacu dilakukannya tindakan, yang tujuannya agar sesuatu
dilakukan secara lebih tepat guna (Madya. 2007:102).
Penelitian tindakan dalam bidang pendidikan telah digunakan dalam
pengembangan kurikulum tingkat sekolah (mekanisme pengambilan
keputusan kurikulum), program perbaikan sekolah contohnya penataran guru
dan penggunaan media, dan pengembangan kebijakan yang berkaitan dengan
kebijakan tentang peraturan kelas, penilaian tidak bersaing, dan peran
konsultasi. Contoh-contoh bidang garapan peneliti dalam pengajaran adalah:
1. Masuk mengajar, mungkin mengganti metode tradisional dengan metode
penemuan.
2. Strategi belajar, menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran
daripada satu gaya belajar mengajar.
3. Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian
otentik/kontiyu.
4. Penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong
timbulnya sikap yang lebih positif terhadap aspek kehidupan.
5. Pengembangan profesional guru misalnya meningkatkan keterampilan
mengajar, mengembangkan metode yang baru, menambah kemampuan
analisis, atau meningkatkan kesadaran diri.
6. Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi
perilaku.

1
7. Administrasi, menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah
Mengacu bahwa penelitian tindakan harus mempertimbangkan situasi
secara keseluruhan, istilah tematik yang dikenalkan oleh Kemmis dan
McTaggart tampaknya baik digunakan untuk memperbaiki situasi.lebih
jelasnya, berikut ini dijelaskan tiga contoh:
1. Masalah tematik: mengembangkan kepekaan kurikulum dan pengayaan
terhadap lingkungan rumah siswa.
Metode: meningkatkan kesangkilan (keefektifan ) peran serta orangtua
siswa.
2. Masalah tematik:mengembangkan dalam diri siswa rasa yang lebih
mendalam dan aktif terhadap pemikiran ilmiah.
Metode: menambah pembelajaran aktif dalam sains.
3. Masalah tematik: mengembangkan dalam diri siswa keterampilan
menggunakan bahasa sasaran (inggris) untuk betkomunikasi melalui
pembelajaran di kelas.
4. Metode: melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang secara terpadu
untuk mengembangkan kompetensi lingistik dan pragmatik (Madya.
2007:104-105).
PTK yang efektif dan berhasil, guna menuntut guru untuk mampu
merumuskan dan memilih masalah dengan tepat. Untuk kepentingan tersebut
terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:

1. Merasakan Adanya Masalah


Dalam pembelajaran guru sering dihadapkan pada berbagai masalah
yang perlu dicarikan solusinya. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa
masalah pembelajaran terjadi apabila ada kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan kenyataan yang terjadi di kelas, tidak sesuai dengan
silabus atau RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Salah satu cara untuk merasakan adanya masalah adalah bertanya
kepada diri sendiri mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan dan
kualitas hasilnya. Menurut Emulyasa (2009:99), masalah yang bisa

2
diidentifikasi diantaranya apakah intens peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran cukup tinggi? Apakah proses pembelajaran yang dilakukan
cukup efektif? Apakah peserta didik terlibat cukup aktif dalam proses
pembelajaran? Apakah sumber belajar dan daya dukung cukup memadai?
Apakah perolehan hasil belajar cukup tinggi? Apakah peserta didik dapat
mencapai standar kompetensi minimal? Apakah ada unsur kreatif dalam
pelaksanaan pembelajaran? Dan masih banyak pertanyaan lainnya yang dapat
digunakan untuk memancing dan memunculkan masalah yang dapat
dijadikan topik PTK.

2. Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang dirasakan yang muncul dalam pembelajaran
perlu diidentifikasi dan ditetapkan kelayakannya dan kepentingannya untuk
dipecahkan terlebih dahulu. Pada tahap ini yang paling penting adalah
menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai masalah aktual yang dialami
dalam pembelajaran atau masalah lain yang terkait dengan managemen kelas,
iklim belajar, proses pembelajaran, sumber belajar, dan pengembangan diri
peserta didik. Permasalahan aktual tersebut kemudian dijabarkan ke dalam
topik-topik yang lebih operasional. Prosedur inilah yang disebut tahapan
identifikasi masalah. (Emulyasa,2009:100).
Mengidentifikasi masalah ialah mengenal masalah, karena penelitian
harus berangkat dari masalah, yaitu wujud dari situasi dan kondisi yang
menunjukkan ada kesenjangan antara harapan atau teori dengan kenyataan
atau praktik.
Sedangkan untuk dapat mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran
pendidikan perlu dikenali variabel-variabelnya yang pada kenyataannya
variabel-variabel tersebut saling berkaitan variabel tersebut antara lain :
1. Guru
2. Siswa
3. Perangkat pembelajaran
4. Media pembelajaran

3
5. Alat, perlengkapan, dan fasilitas.
Adapun langkah-langkah mengidentifikasi masalah yaitu:
a) Guru melakukan refleksi awal atas masalah-masalah pembelajaran
yang ada di kelasnya, yang dilakukan dengan observasi, wawancara,
dokumentasi, dan cara-cara yang lain
b) Mengklasifikasi masalah ke dalam dua kategori yaitu masalah
rendahnya kualitas proses pembelajaran dan rendahnya kualitas hasil
belajar
c) Menggali akar masalah yang menyebabkan masalah-masalah lain,
perlu juga diketahui bahwa masalah di kelas merupakan kumpulan
dari beberapa masalah.
d) Menganalisis hasil refleksi dan temuan dalam pembelajaran yang
dianggap belum optimal
e) Memilih dan menetapkan masalah yang paling penting untuk segera
dipecahkan
f) Merumuskan masalah secara jelas, spesifik, dan operasioanal.
(Winarno,2012:16-18).
Sementara itu, masalah yang harus dipecahkan atau dijawab melalui
penelitian selalu tersedia dan cukup banyak, tinggallah peneliti
mengidentifikasinya dan merumuskannya. Walaupun demikian agar peneliti
mempunyai mata yang cukup jeli untuk menemukan masalah tersebut, ia
harus berlatih. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah antara lain:
1. Bacaan
Terutama bacaan yang berisi laporan penelitian, mudaj dijadikan
sumber masalah penelitian, karena laporan penelitian yang baik akan
mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut dengan arah
tertentu. Hal yang demikian itu mudah dimengerti, karena tidak pernah
ada penelitian yang tuntas. Kadang-kadang suatu peneliti menampilkan
masalah lebih banyak daripada yang dijawab. Justru karena hal yang
demikian itulah maka ilmu pengetahuan itu selalu mengalami kemajuan.

4
2. Diskusi
Sumber yang kedua yaitu diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah
lainnya juga merupakan sumber masalah penelitian yang cukup kaya.
Karena pada umumnya dalam penemuan ilmiah demikian para peserta
melihat hal-hal yang dipersoalkannya secara profesional. Dengan
kemampuan profesional peneliti menemukan, melihat, menganalisis,
menyimpulkan ,dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok
pembicaraan. Dengan demikian mudah sekali muncul masalah-masalah
yang memerlukan penggarapan melalui penelitian.
3. Pernyataan pemegang otoritas
Pernyataan pemegang otoritas baik pemegang otoritas dalam
pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu
dapat menjadi sumber masalah penelitian. Demikianlah misalnya
pernyataan seorang menteri pendidikan dan kebudayaan mengenai
rendahnya daya serap murid-,murid SMA, atau pernyataan seorang
direktor Jendral Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung
perguruan tinggi dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian.
4. Pengamatan sepitas
Seringkali seseorang menemukan masalah penelitian dalam suatu
perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah seringkali tidak
ada rencana untuk menemukan masalah penelitian. Tetapi ketika
menyaksikan hal-hal tertentu di lapangan, timbullah pertanyaan-
pertanyaan dalam hati yang akhirnya terkristalisasikan dalam penelitian.
5. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi seringkali menjadi sumber bagi ditemukannya
masalah penelitian. Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan
sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan
dengan kehidupan profesional.
6. Perasaan Intuitif
Tidak jarang terjadi masalah penelitian muncul dalam pikiran
peneliti pada pagi hari setelah bangun tidur, atau pada saat-saat hebis

5
istirahat. Rupanya selama tidur terjadi semacam konsolidasi atau
pengendapan berbagai informasi yang berkaitan dengan maslalah yang
akan diteliti yang lalu muncul dalam bentuk petranyaan atau masalah.
Apapun sumbernya, masalah penelitian hanya akan muncul atau dapat
didenitifikasikan juka calon peneliti cukup “berisi”. Orang yang masih
“kosong”, yaitu yang miskin akan pengetahuan mengenai sesuatu cabang
ilmu hampir tidak mungkin atau sekurang-kurangnya sulit untuk menemukan
masalah penelitian untuk dilakukannya penelitian (Suryabrata. 1983:60-63)
Seperti dalam jenis penelitian lain, langkah pertama dalam penelitian
tindakan adalah mengidentifikasi masalah. Langkah ini merupakan langkah
yang menentukan. Masalah yang akan diteliti harus dirasakan dan
diidentifikasi oleh peneliti sendiri bersama kolaborator meskipun dapat
dengan bantuan seorang fasilitator supaya mereka betul-betul terlibat dalam
proses penelitiannya. Masalahnya dapat berupa kekurangan berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap, etos kerja, kelancaran, komunikasi,
kreativitas, dan sebagainya. Pada dasarnya, masalahnya berupa kesenjangan
antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
Masalahnya hendaknya bersifat tematik seperti disebutkan diatas, dan
dapat diidentifikasikan dengan pertolongan tabel dua arah model Aristoteles.
Misalnya dalam bidang pendidikan, ada empat sel aljur dan kolom,
sehubungan dengan adanya anggapan bahwa ada empat komponen pokok
yang ada dalamnya yaitu guru, siswa, bidang studi, dan lingkungan. Semua
komponen tersebut berimteraksi dalam proses belajar mengajar, dan oleh
karena itu dalam usaha memahami komponen tertentu, peneliti harus
memikirkan hubungan diantara komponen-komponen tersebut. berikut adalah
beberapa kriteria dalam penentuan masalah, diantaranya:
1. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus
signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga atau program.
2. Masalah hendaknya dalam jangkauan pengalaman, jangan sampai
memilih masalah yang memerlukan komitmen terlalu besar dari pihak
penelitinya dan waktunya terlalu lama.

6
3. Pernyataan masalahnya harus mengungkapkan beberapa dimensi
fundamental mengenai penyebab dan faktor, sehingga pemecahannya
dapat dilakukan dengan berdasarkan hal-hal fundamental daripada
berdasarkan fenomena dangkal.
Berikut ini beberapa contoh masalah yang diidentifikasi sebagai fokus
penelitian tindakan:
1. Rendahnya kemampuan mengajukan pertanyaan kritis dikalangan
mahasiswa,
2. Rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran,
3. Rendahnya kualitas pengelolaan interaksi guru dan siswa,
4. Rendahnya kualitas pembelajaran bahasa inggris ditinjau dalam
keterampilan dalam bahasa tersebut, dan
5. Rendahnya kemandirian belajar siswa di suatu sekolah menengah atas.
Masalah hendaknya diidentifikasi melalui proses refleksi dan evaluasi,
yang dalam model Kemmis dan Taggart disebut Reconassains terhadap data
pengamatan awal. Maslah rendahnya kualitas belajar bahasa Inggris ditinjau
dari kemampuan mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa
tersebut. diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap proses
pembelajaran bahasa inggris di kelas. Data awal tersedia dalam beberapa
vignette yang dicermatibersama oleh peneliti dan kolaboratornya dalam
suasana terbuka dimana setiap peserta penelitian mendapatkan hak berbicara
sehingga terjadi dialog profesional yang enak. Tentu saja masalah yang
ditemukan tidak mungkin hanya satu, biasanya ada sederet masalah. Maka
peneliti bersama kolaboratornya perlu membatasi masalah, atau menentukan
fokus penelitian. Dlam kasus pembelajaran bahasa Inggris diatas, kualitas
pembelajaran dikelas dianggap sebagai masalah yang perlu segera dipecahkan
agar hasil pembelajaran yang diharapkan dapatv dicapai, yaitu keterampilan
menggunakan bahas Inggris untuk berkomunikasi. Setelah ditentukan,
masalah perlu dirumuskan (Madya. 2007:105-107).
Memurut Wiriaatmadja (2005:83) dalam bukunya yang berjudul
“Metode Penelitian Tindakan Kelas” dikutip bahwa terdapat beberapa hal

7
yang harus diperhatikan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dimana sebaiknya dilakukan semacam feasibility study terlebih dahulu
seperti:
1. Apakah guru/ dosen bersedia dan mampu melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas ini dalam peran sebagai peneliti/mitra peneliti?
2. Apakah kegiatan ini tidak merepotkan atau menyita waktu guru/dosen?
3. Apakah siswa di kelas sudah dipersiapkan untuk kegiatan ini dan mereka
siap dan bersedia untuk membantu /berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian ini?
4. Apakah suasana kelas/iklim sekolah kondusif (antara lain dukungan
kepala sekolah) untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?
5. Apakah sarana kelas/ sekolah cukup tersedia untuk kebutuha penelitian?

3. Analisis Masalah
Setelah teridentifikasi sejumlah masalah yang akan dijadikan topik
PTK, selanjutnya dianalisis untuk menentukan tingkat kepentingannya dan
dampaknya terhadap pembelajaran. Analisis masalah perlu dilakukan untuk
mengetahui dimensi-dimensi problematis dan untuk memberikan penekanan
memadai terhadap pentingnya masalah. Analisis masalah melibatkan berbagai
jenis kegiatan, termasuk diskusi antara guru sebagai peneliti dengan teman
sejawat untuk menentukan masalah secara tepat dan mengetahui tindak lanjut
perbaikan atau pemecahan yang diperlukan. (Emulyasa,2009:101-102).
Analisis masalah merupakan proses tindak lanjut perbaikan atau
pemecahan yang dibutuhkan, adapun yang dimaksud dengan analisis masalah
ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Analisis
masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk
spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator
keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait
lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Setelah sejumlah masalah ditemukan, langkah selanjutnya untuk
memilih dan menentukan masalah yang akan diteliti ialah:

8
1. Masalah yang strategis
2. Mendesak untuk segera diatasi
3. Dilaksanakan oleh guru
4. Sesuai dengan prioritas program sekolah (Winarno dkk,2012:20).
Sementara itu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk
penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya, guru
atau dosen titdak melakukan penelitian itu sendiri, ada kemungkinan mereka
berkolaborasi atau bekerjasama dan dibantu oleh rekan sejawat sesama guru/
dosen., mungkin juga oleh kawan dosen LPTK yang dikenal itu, atau
mungkin bersama-sama kepala sekolah atau bahkan dengan dekan yang ingin
mengetahui bagaimana penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Secara
partisipatif bersama-sama mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini
langkah demi langkah.
Contoh, diskusikanlah fokus permasalahan dengan mitra peneliti.
Apakah fokus itu sudah tepat untuk diteliti, apakah urgensinya untuk diteliti
sangat kuat karena solusinya tidak boleh ditunda-tunda lagi, atau apakah
fokus itu masalah dalam jangkauan guru atau dosen untuk dicari
penyelesaiannya dan bukan yang sebetulnya merupakan masalah makro yang
semestinya dicari jawaban permasalahannya oleh para pengambil keputusan
dibidang pendidikan.
Sebagai contoh, apakah mungkin guru atau dosen mengubah teks
buku paket IPS yang disusun dan diterbitkan oleh depdiknas atau buku teks di
perguruan tinggi melalui Penelitian Tindakan Kelas. Guru atau dosen boleh
saja menulis surat kepada lembaga tersebut atau penerbit untuk keberatan
tersebut. akan tetapi, guru/dosen sendiri tidak dapat mengubah teks buku
tersebut tanpa sepengetahuan penulis dan penerbit karena hal itu akan
melanggar undang-undang hak cipta. Jadi, pilihlah permaslahan yang kecil
saja, yang dapat digarap dengan baik, masalah yang menyangkut kepentingan
guru/ dosen dan para siswa/mahasiswa di kelas atau di ruang kuliah.
Topik itu sebaiknya mendorong motivasi untuk dengan semangat
memulai dan menyelesaikan langkah-langkah penelitian sampai tuntas, dan

9
bukan yang ditengah jalan apabila timbul kesulitan menyebabkan guru/dosen
dan mitra peneliti merasa kehilangan semangat untuk melanjutkannya.
Kolaborasi dan partisipasi dengan mitra peneliti sangat berguna, antara lain
untuk saling memberikan dorongan dan semangat dalam mengembangkan
profesi masing-masing sebagai guru pendidik. Ada gunanya, apabila masalah
penelitian guru/dosen itu sesuai atau relevan dengan rencana perkembangan
sekolah atau fakultas, atau prioritas yang diutamakan dalam kegiatan
sekolah/fakultas secara keseluruhan (Wiriatmadja.2005:83-84).
Jadi analisis masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-
dimensi masalah yang mungkin ada untuk mengidentifikasikan aspek-aspek
pentingnya dan untu memberikan penekanan yang memadai. Analisis
masalah melibatkan beberapa jenis kegiatan, bergantung pada kesulitan yang
ditunjukkan dalam pertanyaan masalahnya, analisis sebab dan akibat tentang
kesulitan yang dihadapi, pemeriksaan asumsi yang dibuat kajian terhadap
data penelitian yang tersedia, atau mengamankan data pendahuluan untuk
mengklarifikasi persoalan atau untuk mengubah perspektif orang-orang yang
terlibat dalam penelitian tentang masalahnya. Kegiatan-kegiatan ini dapat
dilakukan melalui diskusi di antara para peserta penelitian dan fasilitatornya,
juga kajian pustaka yang gayut (Madya. 2007:109).
Sehingga analisis masalah dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk
merancang tindakan yang tepat waktu dan tepat sasaran termasuk keterlibatan
peneliti yang akan berkolaborasi dan berpartisipasi. Analisis masalah juga
merupakan dasar pertimbangan untuk merencanakan waktu dalam setiap
siklus, mengidentifikasi indikator perubahan, serta mengukur perubahan dan
peningkatan yang terjadi sebagai dampak dari tindakan yang dilakukan. Oleh
karena itu analisis masalah harus dilakukan dengan cermat agar dapat
menentukan tindakan secara tepat dan memperoleh perubahan atau
peningkatan sebagai hasil tindakan yang akurat.(Elmuyasa,2009:102).

10
4. Pemilihan Masalah
Setelah masalah diidentifikasi dan dianalisis, belum merupakan
jamian bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya,
dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian
dikemukakan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu
dipilih salah satu yaitu mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika
yang dikemukakan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus
dipertimbangkan layak atau tidaknya serta sesuai tidaknya untuk diteliti.
Pertimbangan untuk memilih atau menentukan apakah suatu masalah layak
untuk diteliti, pada dasarnya dilakukan dari dua arah yaitu arah masalahnya,
dan arah si calon peneliti (Suryabrata. 1983:63).
Pertimbangan arah masalah, dimana untuk menentukan layak tidaknya
suatu permasalahan untuk diteliti, dibuat atas dasar sejauh mana penelitian
mengenai masalahnya yang bersangkutan itu akan memberi sumbangan
kepada pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar
teoritis penelitiannya, dan pemecahan maslah-masalah praktis. Sementara
pertimbangan dari arah calon peneliti perlu dipertimbangkan apakah
masalahh itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya masalah
tersebut ditentukan atau bergantung pada apakah masalah tersebut
menmanagable atau tidak oleh calon peneliti. Managable tersebut terutama
dilihat dari lima segi yaitu biaya yang tersedia, waktu yang dapat digunakan,
alat-alat dan perlengkapan yang tersedia, bekal kemampuan teoritis, dan
penguasaan metode yang diperlukan. Setiap calon peneliti perlu menanyakan
kepada diri sendiri apakah masalah yang akan diteliti itu sesuai baginya,
dilihat dari kelima hal tersebut (Suryabrata. 1983:63-65).
Jadi memilih masalah merupakan kegiatan untuk menentukan atau
menetapkan masalah yang layak diangkat menjadi topik PTK. Untuk
kepentingan tersebut terdapat beberapa tips yang perlu diperhatikan dalam
memilih masalah diantaranya:
a. Masalah yang dipilih harus factual, fundamental, dan benar-benar
terjadi dalam pembelajaran.

11
b. Masalah yang dipilih harus problematis, belum ada yang
membahas, dan perlu ditangani dengan segera.
c. Masalah yang dipilih harus dapat dicari dan diidentifikasi faktor
penyebabnya, sebagai dasar untuk menentukan alternatif tindakan.
d. Masalah yang dipilih dibawah tanggung jawab dan kewenangan
guru.
e. Masalah yang dipilih harus memiliki nilai strategis bagi perbaikan
dan peningkatan proses dan hasil pembelajaran.
(Emulyasa,2009:103).

5. Merumuskan Masalah
Penelitian Tindakan yang merupakan kesenjangan antara keadaan
nyata dan keadaan yang diinginkan hendaknya dideskriptikan untuk dapat
merumuskannya. Pada intinya rumusan masalah harus mengandung deskripsi
tentang kenyataan yang ada dan yang diinginkan. Pustaka yang ditinjau
hendaknya mencakup teori-teori dan hasil penelitian yang relevan. Satu hal
yang perlu diingat adalah bahwa teori dalam penelitian tindakan bukan untuk
diuji, melainkan untuk menuntun peneliti dalam membuat keputusan-
keputusan selam proses penelitian berlangsung. Wawasan teoritis sangat
mendukung proses analisis masalah (Madya. 2007:108-109).
Setelah masalah diidentifikasi, dianalisis, dan dipilih, maka perlu
dirumuskan. Perumusan ini penting karena hasilnya akan menjadi penuntun
bagi langkah-langah selanjutnya. Tidak ada aturan umum mengenai cara
merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal berikut (Suryabrata.
1983:65):
1. Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
2. Rumusan itu hendaklah pada dan jelas.
3. Hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data
guna menjawab pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
Sebagai ilustrasi, dibawah ini disajikan beberapa contoh, yaitu:

12
1. Apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil dibanding
mengajar dengan metode ceramah?
2. Bagaimanakah hubungan antara IQ dengan prestasi belajar di perguruan
tinggi?
3. Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks
prestasi belajarnya?
4. Apakah mahasiswi lebih konformistik daripada mahasiswa?
5. Apakah mahasiswa fakultas biologi yang berasal dari jurusan IPA berbeda
prestasinya dari mereka yang berasal dari jurusan IPS?
Sementara itu menurut Emulyasa (2009:104), dikatakan bahwa berikut
beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dan merumuskan
masalah PTK sebagai berikut:
a. Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, artinya tidak
memiliki makna ganda.
b. Masalah penelitian dapat dituangkan dalam kalimat tanya.
c. Rumusan masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua
variable atau lebih.
d. Rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris,
maksudnya dengan rumusan masalah itu memungkinkan
dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.
e. Rumusan masalah menunjukkan secara jelas subjek dana tau
lokasi penelitian.
Jadi, dari keseluruhan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa,
masalah yang akan dijadikan topik PTK hendaknya disenangi, menantang,
dan mampu membangkitkan rasa penasaran terhadap masalah itu, serta yang
dapat membangkitkan rasa ingin tahu untuk secepatnya melihat hasil dari
setiap tindakan yang dilakukan. Masalah yang terlalu kecil pengaruhny
terhadap pembelajaran hendaknya tidak diangkat menjadi topik PTK, misal
seorang peserta didik yang lambat belajar merupakan masalah kecil karena
hanya menyangkut seorang diri.

13
Masalah yang dapat dikaji melalui PTK harus layak dan berada dalam
lingkungan pembelajaran. Masalah PTK juga harus dipilih yang dapat
dipecahkan dan berhubungan dengan pembelajaran, juga serta urgen,
strategis, dan bermanfaat bagi berbagai pihak. Misalnya kesulitan peserta
didik dalam memahami pembelajaran merupakan contoh dari masalah yang
cukup urgen dan strategis karena semua peserta didik memerlukan
keterampilan tersebut, dan dampaknya besar terhadap proses maupun hasil
belajar.
Berikut Emulyasa (2009:98) menguraikan tujuh belas contoh
permasalahan pembelajaran yang dapat dikaji melalui PTK:
a. Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran
b. Metode pembelajaran
c. Motivasi belajar peserta didik
d. Strategi pembelajaran
e. Model-model pembelajaran
f. Penanaman dan pengembangan sikap serta nilai-nilai
g. Alat peraga, media, dan sumber belajar
h. Minat dan bakat peserta didik
i. Materi pembelajaran
j. Pelaksanaan pembelajaran terpadu
k. Pembelajara bermakna
l. Mekanisme penilaian pembelajaran
m. Umpan balik dalam pembelajaran
n. Penggunaan hadiah dan hukuman dalam pembelajaran
o. Pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar
p. Kerjasama mutualisme sekolah dengan masyarakat.
Masih banyak contoh-contoh permasalahan yang dapat dikaji melalui
PTK, baik permasalahan umum yang sering dihadapi guru dalam berbagai
pembelajaran, maupun permasalahan khusus yang hanya dihadapi oleh guru
tertentu atau hanya muncul dalam pembelajaran tertentu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Emulyasa.2009.Praktik Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:Remaja Rosdakarya.

Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung:


Alfabeta.

Suryabrata, Sumadi.1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Winarno,dkk.2012.Penelitian Tindakan Kelasdan Karya Ilmiah.Jakarta:Genius


Prima Media.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

15

Anda mungkin juga menyukai