Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LatarBelakangMasalah

            Islam adalah agama yang sempurna dan universal,ia berlaku sepanjang waktu,kapanpun dan
dimanapun,islam berlaku bagi semua orang dan seluruh dunia.Dalam ajaran islam terdapat ajaran-
ajaran yang dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik..Karena islam diturunkan
bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja namun juga mengemban beberapa misi untuk
mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

            Islam adalah agama samawi (langit) yang diturunkan Allah SWT kepada utusannya,nabi
Muhammad SAW.Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.Nmun di zaman
sekarang banyak orang-orang yang tidak mengerti akan pengertian,karakteristik,dan misi islam itu
sendiri,sehingga banyak orang yang mengatas namakan islam untuk kepentingan pribadi,kelompok,dan
partai,bahkan yang paling ekstrim lagi adalah mengatas namakan islam sebagai kedok untuk melakukan
aksi terorisme ,sehingga islam dianggap sebagai agama teroris.

                                       

B.  RUMUSAN MASALAH

       Dari uraian latar belakang di atas,dapat di ambil rumusan masalah diantaranya sebagai berikut:

1.         Apa pengertian islam?

2.         Apa saja otentisitas ajaran islam?

3.         Apa saja kareakteristik ajaran islam?

4.         Apa saja dimensi-dimensi ajaran islam?

C.  TUJUAN

1.        Untuk mengetahuipengertian islam

2.        Untuk mengetahui otentisitas ajaran islam?

3.        Untuk mengetahui kareakteristik ajaran islam?

4.        Untuk mengetahui dimensi-dimensi ajaran islam?


BAB II

PEMBAHASAN.

A.  PENGERTIAN ISLAM

                    Dari sisi bahasa kata islam berasal dari kata dasar salima (‫ )سلم‬yang berarti selamat,
tunduk,berserah. Maka salima min khatarin ( ‫ )سلم من خطر‬berarti selamat dari bahaya, salima min
‘aibin(‫ )سلم من عيب‬berarti selamat dari cacat. Arti aslama ilaihi (‫اليهاسلم‬ ) berarti tunduk kepadanya.
Sedangkan kata islam merupakan kata jadi (masdar) dari aslama,yaslimu,islaman yang mempunyai arti
kepatuhan, ketundukan dan berserah.[1]

                    Nama islam memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata isalam
tidak memiliki hubungan dengan orang tertentu atau golongan manusia tertentu atau suatu negeri
tertentu. Meskipun islam secara bahasa adalah aktivitas penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi islam
disini juga adalah nama agama. Maka din Al-Islam terdapat titik pertemuan antara musamma (hakikat)
penyerahan diri, dan isim (nama) yang diberikan. Oleh  karena itu, Allah SWT berfirman “
sesungguhnyaagama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah islam” (QS. Al-Imran:19). Inilah keistimewaan
isalm, karena nama agamanya diberikan langsung oleh Tuhan yang menurunkannya.[2]

                    Menurut Mahmud Syaltut, Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan untuk mempelajari
pokok-pokok dan syariatnya kepada nabi Muhammada SAW dan wajib menyampaikan kepada seluruh
manusia.[3]

B.  OTENTITAS AJARAN ISLAM

1.      Al-Quran

Secaraetimologi, kata Al-quranberasaldarikata qara’ayaqra’uqur’anan. Yaitubacaanataumashdar yang di


artikandengan kata maqru’, artinya; yang dibaca.
Secaraterminologisbanyakdefinisi  Al-Qur’an yangdikemukakanoleh para ulama. Akan
tetapidalamhalinikitabisamelihatdefinisi yang dikemukakanolehabdulWahabKhalaf. Menurutkhalaf al-
Qur’an ialahfirman Allah yang diturunkankepadahatiRasulullah, nabi Muhammad bin Abdullah,
melaluijibrildenganmenggunakanlafadzbahasaarabdanmaknanya yang benar, agar
iamenjadihujjahbagiRasulullah, bahwaiabenar-benarmenjadiRasulullah, menjadiundang-
undangbagimanusia,
memberipetunjukkepadamerekadanmenjadisaranauntukmelakukanpendekatandiridanibadahkepada
Allah denganmembacanya. Iaterhimpundalammushaf, dimulaidarisurat Al-Fatikhahdan di
akhiridengansurat An-nas, disampaikansecaramutawattirdarigenerasikegenerasi,
baiksecaralisanmaupuntulisansertaterjagadariperubahandanpergantian[4]

 Al-Quran adalahwahyudari Allah untuknabi Muhammad saw melaluiperantaramalaikatjibril


.kemudiannabimenyampaikannyakapada para sahabat. Lalu para
sahabatmenghafaldanmenuliskannyadiberbagai media, sepertipelepahkurma,
kertasmaupuntulanghewandan lain-lain. Hal itudilakukanterusmenerussampaiwahyu yang
terakhirdanakhirnyanabi Muhammad wafat.

Setelahnabi Muhammad wafat, Abu bakar, sebagaikhalifah yang menggantikannabi Muhammad


memulaiushauntukmengumpulkanteks-teks Al-quran yang masihberserakandimana-mana. Hal
itudidodrongolehsahabatumar yang khawatirakankeutuhan Al-Quran karenabanyakdaripenghafal Al-
Quran yang gugurdalmpeperanganyamamah. Kemudian Abu
Bakarmenyetujuinyadanditunjuklahsahabat Zaid bib TsabitsebagaipelaksanapenulisMushaf Al-Quran
yang pertama. Tidaksampaiwaktusetahun, mushaf Al-Quran yang pertamaberhasildiselesaikanoleh Zaid
bin Tsabit.

Allah sendiri-lah yang jugamenjagake-otentitisitasnyadanmerawatnyasehinggajauhdarirekayasa,


perubahanberupapenambahanataupengurangan Al-Qu’an.

2.      Al-Hadist

Hadistmenurutbahasayaitukebalikannyaqadim :dahulu, yaitubaru. Ada juga yang


mengatakanbahwahadistmenurutbahasayaituperkataan. Iniberdasarkanayat al-quransurat An-nisa’ : 87.
Hadistseringdikaitkandengansunnah. Menurutulama’ jumhurhadistdansunnahadalahsama.
TetapimenurutIbnuTaymiyyahhadistdansunnahtidaksama. MenurutIbnTaymiyyah, al-
hadismerupakanucapan, perbuatanmaupuntaqrirNabi Muhammad
sebatasbeliaudiangkatmenjadiNabi/Rasul. Sedangkansunnahlebihdariitu, yaknisebelumdan
sesudahdiangkatmenjadiNabi/Rasul.[5]

          
Al-Quran danhadits,
keduanyamerupakansumberajaranislamkepadaumatislam.Danuntukmenjadikemurniansertamenghindar
ikemungkinanbercampuradukantarkeduanya, makarasulullah saw menggunakancaradanjalan yang
berbedadalammenyampaikannyakepada para sahabat. Terhadap Al-Quran,
beliausecararesmimemerintahkankepada para sahabatuntukmenulissertamenghafalkannya.
Sedangkanterhadaphadits, beliauhanyamenyuruhmenghafalkannyasajadantidakmenulisnyasecararesmi.

           Otentisitas Ajaran Islam

   Ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW itulah yang kemudian secara
khusus disebut sebagai agama Islam atau Dinul Islam, dan kalau kita menyebut atau mendengar
sebutan Islam, maka konotasinya adalah ajaran atau agama yang dibawa     oleh Nabi
Muhammad SAW.
        Nabi Muhammad SAW telah membakukan ajaran agama islam secara sempurna,sehingga
akan terjamin autentitas sekaligus perkembangannya sesuai dengan          tuntutan perkembangan
zaman dan tempat. Sistem pembakuan ajaran islam tersebut        adalah sebagai berikut :
1.      Membukukan secara autentik sumber dasar pokok-pokok dan prinsip-prinsip ajaran islam
sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam Al-quran.
2.      Memberikan penjelasan contoh dan teladan pelaksanaan ajaran islam secara operasional dalam
kehidupan social-budaya umatnya.
3.      Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran islam secara terpadu dalam
kehidupan social-budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan system ijtihad.
              Dengan system pembakuan tersebut, maka ajaran islam akan tetap bersifat     
autentik,sempurna dan bersifat dinamis,yakni sesuai dengan tuntutan perkembangan     zaman
dan tempat.
           Al-Quran adalah kumpulan autentik dari firman-firman Allah SWT,yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui jibril yang tertulis dengan bahasa arab,sebagai sumber
dasar ajaran islam. Sebagai kumpulan autentik firman Allah .Al-quran akan autentik sepanjang
zaman,dan inilah yang akan menjamin bahwa ajaran islam akan tetap sempurna dan lurus. As-
Sunah adalah tradisi,kebiasaan,dan praktik-praktik pelaksanaan ajaran islam yang
dilaksanakan,ditetapkan dan direncanakan oleh Nabi Muhammad,sebagai penjelasan secara
operasional serta contoh teladan pelaksanaan dari firman Allah sebagaimana termaktub dalam
Al-Quran. As-Sunah ini kemudian dibukukan dalam kitab-kitab hadits. Oleh karena itu bersama
dengan Al-Quran,as-sunah juga merupakan sumber autentik dari ajaran islam.[4]
3. Karakteristik Ajaran Islam
    A. Pengertian Karakteristik
                        Karakteristik berasal dari bahasa Inggris,”character,”yang berarti    
watak,karakter,dan     sifat. Selanjutnya,kata ini menjadi characteristic yang berarti sifat            
yang khas,yang membedakan antara satu dengan lainnya. Dalam bahasa           
Indonesia,characteristic berarti sifat yaitu rupa atau keadaan yang tampak pada suatu            
benda,atau kata yang menyatakan keadaan sesuatu seperti panjang,keras,dan besar.
    B. Macam-macam Karakteristik Ajaran Islam
                        Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan    
karakteristik ajaran islam adalah sifat, watak, dan keadaan yang melekat pada ajaran     islam
tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan dirasakan manfaat dan dampaknya oleh         mereka
yang mengamalkan ajaran islam tersebut.
                        Dengan menggunakan berbagai pendekatan baik secara normative, psikologis,
historis, filosofis, sosiologis politik, ekonomis dan berbagai disiplin ilmu lainnya,       
karakteristik    ajaran islam dapat diketahui sebagai berikut:
1.      Komperehensif (al-syumuliah)
         Karakteristik ajaran islam yang bersifat komperehensif atau al syumuliah dapat dilihat dari
segi kedudukannya atau perbandingannya dengan agama samawi lainnya. Yakni bahwa ajaran
islam adalah agama yang terakhir, yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama
samawi sebelumnya itu. Intinya bahwa ajaran islam bersifat al syumuliah, yakni mencakup
berbagai aspek kehidupan manusia, sebagaimana hal ini ditemukan dalam kajian yang dilakukan
Harun Nasution. Sebagaimana yang dinyatakan dalam al-qur’an surat al maidah (5):3
  Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah aku cukupkan         
kepada kamu nikmatku, dan telah aku ridhoi islam sebagai agama bagi kamu
            (qs. Al maidah : 3)
2.      Kritis
      Karakteristik ajaran islam yang bersifat kritis ini dapat dilihat dari segi kedudukan ajaran
islam yang memilik cirri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran samawi yang diturunkan
sebelumnya. Dengan kedudukannya yang demikian itu, maka ajaran islam dengan sumber
utamanya al qur’an dan as sunnah menjadi wasit, hakim, atau koredor terhadap berbagai
kekeliruan yang pernah dibuat sebagian penganut agama-agama samawi sebelum islam.

3.      Humanis
Karakteristik ajaran islam tentang humanis ini dapat dilihat dari upaya islam yang melindungi
hak asasi manusia sebagaimana dapat dilihat dari segi visi, misi, dan tujuannya, yakni bahwa
ajaran islam memiliki ciri tidak hanya menyejahterakan kehidupan dunia atau akhirat saja,
melainkan menyejahterakan dunia dan akhirat, ajasmani dan rohani, individual dan social, lahir
dan batin , tidak hanya bersifat local, nasional, atau regional, melainkan juga bersifat
internasional. Hal ini sejalan dengan firman allah swt :
Æ÷tGö/$#ur !$yJ‹Ïù š9t?#uä ª!$# u‘#¤$!$# notÅzFy$# ( 
Ÿwur š[Ys? y7t7ŠÅÁtR šÆÏB $u‹÷R‘‰9$# (           `Å¡ômr&ur !
$yJŸ2 z`|¡ômr& ª!$# šø‹s9Î) ( Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû 
  ÇÚö‘F{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ït䆠tûïωšøÿßJø9$# ÇÐÐÈ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia, dan berbuat baiklah (kepada
oranglain ) sebagaimana allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di(mukabumi). Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (qs. Al qashas(28) :77)
4.      Militansi Moderat
      Karakteristik militansi moderat ajaran islam ini antaralain dapat dilihat dari segi sumbernya.
Yakni bahwa ajaran islam bukan hanya berpedoman pada al qur’an dan as sunnah (normative)
melainkan juga berpedoman pada pendpat para ulama dan ummara ( ulul al amri ), peninggalan
sejarah, adat istiadat, dan tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sumbernya yang demikian itu, ajaran islam mampu
beradaptasi dan menjelaskan berbagai maslah yang dihadapi manusia.
5.      Dinamis
Islam adalah agama samawi yang diturunkan terakhir. Ia menjadi pedoman hidup, umat manusia
hingga akhir zaman. Selanjutnya, karena keadaan zaman dari waktu ke waktu selalu berubah
baik dari segi pola komunikasi, interaksi, transaksi, dan berbagai aspek hidup lainnya, maka
ajaran islam harus mengikuti dinamika ini. Di antara  cara untuk menampung
dinamikamasyarakat ini,ajaran islam menyadiakan peluang atau space untuk para ulama untuk
melakukan reinterpretasi,dan reformulasi terhadap ajaran islam tersebut, yakni dengan
menyediakan ayat-ayat Al-Quran yang bersifat interpretable (dzanni al-dalalah) yaitu ayat yang
bersifat mutasyabihat.Allah SWT berfirman:
uqèd ü“Ï%©!$# tAt“Rr& y7ø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB 
×M»tƒ#uä ìM»yJs3øt’C £`èd ‘Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur        
      ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br'sù tûïÏ%©!$# ’Îû óOÎgÎ/qè=è% 
Ô÷÷ƒy— tbqãèÎ6®KuŠsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/
$# ÏpuZ÷GÏÿø9$#     uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#ƒÍrù's? 3 $tBur 
ãNn=÷ètƒ ÿ¼ã&s#ƒÍrù's? žwÎ) ª!$# 3 tbqã‚Å™º§9$#ur ’Îû 
ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)tƒ $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/                            @@ä. ô`ÏiB 
ωZÏã $uZÎn/u‘        3 $tBur ã©.¤‹tƒ HwÎ) (#qä9'ré& 
  É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ

“Dialah yang menurunkan kitab (Al-Quran)kepadamu;diantaranya ada ayat-ayat yang


muhkamat(terang maknanya),itulah ibu (pokok) kitab; dan yang lain mutasyabihat (tidak terang
maknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya
(menurut kemauannya), padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-
orang yang mendalam ilmunya berkata:”kami beriman dengannya (kepada ayat-ayat
mutasyabihat);semuanya itu dari sisi Tuhan kami”, dan tidak dapat mengambil pelajaran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS.Ali Imran (3):7

6.                   Toleran
     Karakteristik ajaran islam yang toleran ini dapat dilihat dari segi sifatnya yang menyatakan,
bahwa agama yang paling benar di sisi Allah adalah Islam. Namun pada sisi lain islam juga
menghormati eksistensi agama lain, dan sekaligus memberikan kesempatan pada agama ini
untuk berkembang,dianut oleh umat manusia,bersikap toleran,tidak menyalahkan atau
mengolok-olok,serta agar hidup berdampingan dengan agama lain. Allah SWT berfirman:
ö@è% $pkš‰r'¯»tƒ šcrãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ   Iw ß‰ç6ôãr& $tB tbrß
‰ç7÷ès? ÇËÈ   Iwur óOçFRr& tbr߉Î7»tã !$tB ß‰ç7ôãr& ÇÌÈ                    
    Iwur O$tRr& Ó‰Î/%tæ $¨B ÷L–n‰t6tã ÇÍÈ   Iwur óOçFRr& tbrß
  ‰Î7»tã !$tB ß‰ç6ôãr& ÇÎÈ   ö/ä3s9 ö/ä3ãYƒÏŠ u’Í<ur ÈûïÏŠ ÇÏÈ

Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) penyembah Tuhan yang aku sembah, Bagimu
agamamu dan bagiku agamaku.’ (QS.al-kafirun(109):1-6)
            7.Kosmopolit
                        Karakteristik kosmopolit yang dimiliki ajaran islam dapat dilihat pada sikap islam
yang menjadikan seluruh umat manusia yang memiliki keragaman budaya, bahasa, tanah        air,
dan lain sebagainya sebagai sasarannya. Islam bukan hanya untuk suatu bangsa atau      
kelompok tertentu, melainkan untuk semua umat manusia.denganrakternya yang          
kosmopolit ini, maka isladapat memper satukan dan mempersaudarkan seluruh umat    manusia
di dunia dengan dasar yang sngat kukuh, yakni iman dan takwa kepada Allah      SWT.karakter
islam yang bersifat ksopoli ii dapat dipahami dar beberapa ayat sebagai       beriku:
  tBur š»oYù=y™ö‘r& žwÎ) ZptHôqy‘ šúüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÊÉÐÈ$!
            . dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.

            8.Responsive
                        Karakteristikajaran islam yang responsive pat dilihat dari awal kedatangan islam   
pertama kali yang sudateitdegan berbgai masalah yang d hadap umat manusia. Syekh al-       
Nadvi dalam bukunya Maadza khashira al-Alam bi inhithath al-Muslimin (kerugian apa         
yang di derita dunia akibat kemerosotan umat islam) mengatakan, bahwa pada saat islam   datang
keadaan dunia eperti baru saja dilanda gempa yang dahsyat dan disertai tsunami.          
Perumaan ini menggambarkan keadaan dunia yang sedang chaos, system keyakinan           social,
eonomi, politik, budaya yang kacau balau, terjadi perbenturan dan perpecahan        antara
manusia, saling menipu, merampok, menindas, bahkan saling membunuh. Islam        
datangbkandalam ruang yanmpa masalah, melainkan dalam suasana pergulatan dalam        
memecahkan berbagai masalah. Allah SWT berfirman :
uqèd “Ï%©!$# ’Ìj?|ÁムöNä3ø‹n=tæ ¼çmçGs3Í´¯»n=tBur /ä3y_̍÷‚ã‹Ï9 z`ÏiB 
  ÏM»yJè=—à9$# ’n<Î) Í‘q–Y9$# 4 tb%Ÿ2ur tûüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ $VJŠÏmu‘ ÇÍÌÈ
                        Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan  
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang          
terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.
            9.Progresif dan inovatif
            Sifat islam yang progresif itu telah diwujudkan umat islam dizaman klasik, yakni dengan
melahirkan karya-karya inovasi dan orisinil dalam bidang ilmu pengethuan, kebudayaan        
dan peradaban, dalam bentuk persenjataan,bangunan gedung istana, benteng, jembatan,   
lembaga pendidikan,pakaian dsb.berbagai hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia              
ini dihasilkan atas dorongnaajaran islam yang bersifat progresif dan inovatif, situasi dan    
kondisi masyarakat yang aman dan stabil, serta adanya berbagai kebutuhan hidup yang            
bersifat pragmatis.
            10.Rasional
            Ajaran islam sebagai mana yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadist sealain memuat  
perintah juga larangan.dengan demikian ajaran islam dalam bentuk perintah dan larangan           
ini sejalan dengan akal manusia.[5]
DIMENSI-DIMENSI AJARAN ISLAM
A.    Dimensi Aqidah dan Akhlak Dalam Islam
1.   Pengetian Aqidah dan Akhlak
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “ ‘aqoda, ya’qidu, ‘aqdan –aqidatan” yang berarti
simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian yang kokoh. Sedang secara teknis aqidah berarti iman,
kepercayaan dan keyakinan. Sehingga yan dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang
menghujam atau tersimpul didalam hati.
Sdangkan pngertian akhlak secara etimologis berasal dari kata “khuluq” dan jama’nya “akhlaq”’
yang berarti budi pekert, etika, moral.sedangkan pengertian akhlak menurut Ibnu Maskawaih
dalam bukunya “Tahdzibul Akhlak Wa Tathhirul A’raq” mendefinisikan akhlaq dengan keadaan
gerak jika yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak memerlukan pikiran.
2.      Metode Pencapaian Aqidah dan Akhlak
Metode pencapaian Aqidah dapat dilakukan dengan cara:
a.       Doktriner yang bersumberkan dari Al-Quran dan As-sunnah.
Metode ini mampu mencapai kepercayaan yang bersifat “sam ‘iyat”, yaitu kejadian-kejadian
tertentu yang diyakini kebenarannya yang hanya didapat darisumber wahyu ilahi. Misalnya hari
kiamat, surga, dan neraka.
b.      Melalui hikmah filosofik dimana tuhan mengarahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir
berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan cara memperhatikan fenomena
yang diambil sebaga bukti-bukti adanya Tuhan melalui perenungan (kontemplasi) yang
mendalam.
c.       Melalui metode iklmiah, dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah
SWT.
d.      Irfani’ah, yaitu metode yang menekankan pada intuisi dan perasaan hati seseorang setelah
melalui upaya suluk (perbuatan yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu).
Sedangkan metode yang dpergukan untuk pendakian akhlak terdapat tiga cara, yaitu:
a.       Metode takholli, yaitu mengkosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan maksiat lahir-batin.
Para ahli mengatakan dengan “ at takholli Bil Akhlaqis Saiyiah” (mengkosongkandiri dari sifat
tercela).
b.      Metode tahalli, yaitu mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah (terpuji) secra lahir dan batin.
Para ahli menyatakan ‘at-tahalli bil Akhlaqil Hasanah” (Mengisi iri dari sifat-sifat yang baik)
c.       Metode tajalli. Yaitu merasaakan keagungan Allah SWT. Para ahli menyatakan dengan “ At-
tajalli ila Rabbil Bariyyah” (merasa akan keagungan Allah Tuhan manusia).
3.      Prinsip-prinsip Aqidah dan Akhlak
Prinsip Aqidah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.       Aqidah didasarkan atas At- Tauhid yakni mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.
b.      Aqidah harus dipelajari secara terus-menerus dan diamalkan sampai akhir hayat kemudian
selanjutnya diturunkan (dida’wakan) kepada yang lain.
c.       Pembahasan Aqidah tentang tuhan dibatasi dengan larangan memperbincangkan atau
memperdebatkan tentang eksistensi Dzat Tuhan, sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan
pernah mampu menguasai.
d.      Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk mencari aqidah. Karena
aqidah islamiyah sudah jelas tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sedangkan prinsip-prinsip umum yang dipergunakan dalam akhlak adalah sebagai berikut:
a.      Akhlak yang baik dan benar harus didasarkan atas Al-Qur’an atau As-sunnah, bukan dari tradisi
atau aliran-aliran tertentu yang sudah nampak tersesat.
b.       Adanya keseimbangan berkhlak kepada Allah, kepada sesama manusia, dan kepada makhluk
lain.
c.       Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan pelaksanaan aqidah dan syari’ah. Karena ketiga
unsur diatas merupakan bagian integral dari syariah Allah SWT.
d.      Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun obyek akhlak pada makhluk. Sedangkan
akhlak kepada Allah harus lebih diutamakan daripada akhlak kepada makhluk
e.      Akhlak dilakukan menurut proporsinya. Misalnya seorang anak harus lebih hormat kepada
orang tuanya daripada orang lain dan seorang istri harus lebih hormat kepada suaminya daripada
pada orang lain.
B.     Dimensi Syari’ah dan Ibadah
1.      Pengertian Syari’ah dan Ibadah.
Secara etimologi, syari’ah berarti jalan yang lurus (Thoriqotun Mustaqimatun) yang
disyaratkan dalam QS. Al-Jatsiyah:18, atau jalan yang dilalui air untuk minum, atau juga tangga
atau tempat naik yang bertingkat-tingkat. Sedang dalam arti terminology, syariah mempunyai
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut.
At-Tahanawi dalam bukunya “Al-Kasysyaf Ishthihatil Funun” menjelaskan bahwa syariah
adalah hukum-hukum yang diadakan oleh Allah SWT yang dibawa oleh salah satu Nabi-Nya,
termasuk Nabi Muhammad, baik hukum yang berkaitan dengan cara berbuat yang disebut
dengan “Far’iyah Amaliyah” yang untuknya dihimpun ilmu fiqh, maupun berkaitan dengan
kepercayaan yang disebut dengan “Ashliyah atau I’tiqodiyah” yang untuknya dihimpun ilmu
kalam.
Sedang Muhammad Sallam Madkur dalam “Al-Madkhal Lil Fiqh Al-Islami” menerangkan
makna syari’ah dengan hukum yang ditetapkanoleh Allah melalui Rasul-Nya, agar mereka
menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan aqidah, amaliyah (ibadah dan
mu’amalah) maupun dengan akhlaq.
Muhammad Syaltut dalam bukunya “Islam Aqidah Wa Syariah” memberikan pengertian
syari’ah dengan hukum atau aturan yang diciptakan Allah, atau hukum yang diciptakan secara
garis besarnya agar manusia berpegang kepadanya di dalam realisasinya kepada Allah, kepada
sesame muslim, dan sesame manusia, alam lingkungan serta kepada kehidupan yang lebih luas.
[6]
2.      Bentuk-bentuk Ibadah dan Syariah
a.       Ibadah Person
Suatu aktivitas yang pelaksanaanya tidak perlu melibatkan orang lain, melainkan semata-mata
tergantung pada kesediaan pihak yang bersangkutan sebagai hamba Allah yang otonomi. Masuk
dalam kategori ibadah model ini adalah amaliyah keagamaan yang bersifat ritus seperti shalat,
puasa, dan sebagainya.
b.      Ibadah Antar Person
Suatu amaliyah yang pelaksanaannya tergantung pada prakarsa pihak yang bersangkutan selaku
hamba Allah secara otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa pihak lain sebagai hamba Allah
yang juga otonomi juga. Misalnya pernikahan, yang terdapat pada prakarsa (kemauan) bebas dari
pihak laki-laki secara mutlak, tetapi tanpa prakarsa yang sama dari pihak mempelai wanita
tidaklah dapat dilaksanakan (walaupun fiqh memperbolehkannya, asal walinya sanggup
menanggung akibatnya).
c.       Ibadah Sosial
Kegiatan interaktif antara seorang individu dengan pihak lain yang dibarengi dengan kesadaran
diri sebagai hamba Allah SWT.
3.      Prinsip-Prinsip Syariah Dan Ibadah Dalam Islam
Adapun prinsip-prinsip syari’ah Islam adalah sebagai berikut:
1)      Semua tindakan termasuk ibadah harus berdasarkan “At-Tauhid”, karena At-Tauhid merupakan
ciri utama agama samawi yang mengajak pada manusia untuk menyembah dan mengabdi kepada
Allah semata dan menghilangkan segala bentuk kemusyrikan.
2)      Ibadah dalam syari’ah Islam harus berkomunikasi kepada Allah secara langsung, tanpa
menggunakan perantara, tanpa menggunakan perantara sesuatu sebagaimana yang dilakukan
oleh orang kafir – Mekkah pada zaman Rasulullah SAW dimana mereka menyembah pada
Tuhan pencipta yakni Allah SWT.
3)      Syari’ah dan ibadah yang dititahkan oleh Allah relevan dengan akal manusia sehingga manusia
dalam beribadah diharuskan menggunakan fungsi akal, mengingat fungsionalisasi akal dapat
memperoleh ketinggian dalam beribadah bahkan berakal merupakan syarat kewajiban dalam
beribadah.
4)      Aktivitas ibadah seseorang merupakan penyempurnaan dari keimanannya, sebab beriman ttidak
hanya pembenaran dalam hati(tasdiku bilkolbi), tetapi juga pengucapan dalam lisan( qaul bil
lisan), dan aktualisasi dalam perbuatan( amalu bilarkan).
5)      Syaiah dan ibadah dalam islam merupakan media untuk pembersihan jiwa, meningkatkan
perbuatan baik dan menahan perbuatan keji dan mungkar.
6)      Pelaksanaan ibadah dalam syariat Allah SWT merupakan upaya menseimbangkan kebutuhkan
duniawi dan uhrowi, kebutuhan materil dan spiritual, yang masing-masing kebutuhan itu
diletakan pada proporsinya masing-masing.
7)      Syariat islam hadir dalam prinsip keadilan(al adalah) dan persamaan (al musawiyah).
8)      Islam ditegakan berdasarkan amar ma’ruf (tindakan pro aktiv) dan nahi mungkar (tindakan
reatif).
9)      Syariat islam berprinsip pada toleransi (tasamuf), yaitu adanya kebebasan pemilihan agama bagi
antar umat.
10)  Syariah islam berprinsip pada kemerdekaan dan kebebasan ( Al-hurriyah).
11)  Syariah islam menghargai prinsip musyawarah yang berimplikasikan adanya prinsip penentuan
suatu hukum di dasarkan pada consensus umum (Ijma’), sehingga hukum dapat di terapkan pada
seluruh totalitas masyarakat tanpa terkecuali tanpa adanya diskriminasi aliran atau madzhab
tertentu.
12)  Syariah islam juga berprinsip pada gotong royong atau at-ta’awuniah) yaitu adanya sikap saling
tolong  menolong dalam kebaikan untuk mencapai tujuan tertentu yang sejalan dengan misi Al-
Islam.
13)  Syari’ah islam berprinsip pada pegangan hukum( At-Tahkim), sedang hukum yang dimaksud
adalah hukum Allah SWT dan Rasulnya tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunah , sehingga
semua kasus dalam masysrakat islam baik berkaitan dengan tindak pidana maupun perdata
semua di selesaikan menurut ketentuan hukum, bukan menurut pada kebijakan orang perorangan
mengingat adanya hukum sebagai bukti kristalisasi kehendak masysarakat.
14)  Syari’ah islam adalah titah Allah maka aturan ibadahnya harus mengikuti apa yang di ajarkan
melalui rasulnya, dan bagi orang muslim tidak berhak membuat aturan sendiri apalagi aturan
yang menyalahi titah asalnya yang pada akhirnya menimbulkan apa yang disebut dengan
bid;ah( membuat-buat aturan baru yang tidak ada dalil hukumnya).[7]
C.     Dimensi Filsafat Dalam Islam
1.      Pengertian Filsafat Dan Cabang-cabangnya
Kata filsafat diambil dari bahasa Arab “falsafah atau falsafat”. Orang Arab sendiri
mengambilnya dari bahasa Yunani “philosophia”, yang merupakan kata majemuk
dari philos dan sophia. Philos artinya “cinta” dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dank
arena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu. Sedangkan sophia berarti
“kebijaksanaan”. Bijaksana berarti “pandai”, yakni mengerti dengan mendalam. Dengan
demikian dari segi bahasa dapat diambil pengertian bahwa filsafat berarti ingin mengerti dengan
mendalam, atau cinta kepada kebijaksanaan.
      Ditinjau dari segi terminologis, istilah filsafat mengandung pengertian:
(1)   Sebagai aktivitas pikir murni, atau kegiatan akal manusia dalam usaha untuk mengerti secara
mendalam segala sesuatu (kesemestaan).
(2)   Sebagai produk kegiatan berfikir murni tersebut.
Jadi, filsafat merupakan suatu wujud “ilmu” sebagai hasil pemikiran dan penyelidiikan
berfilsafat itu. Hal itu menunjukkan bahwa filsafat bukanlah hanya sekedar suatu aktivitas
berfikir atau suatu proses dan suatu usaha, tetapi mengandung kedua-duanya, baik sebagai
aktivitas akal maupun sebagai perbendaharaan sebagai wujud hasil pemikiran akal.
Adapun cabang-cabang dari filsafat itu sendiri meliputi: metafisika, logika, etika, estetika,
epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus.[8]
2.      Agama, Filsafat dan Ilmu (Sebuah Perbandingan)
Titik persamaan antara ketiga-tiganya adalah bahwa baik agama, filsafat maupun ilmu setidak-
tidaknya bertujuan atau berurusan dengan hal yang sama, yaitu kebenaran.
      Titik perbedaan antara ketiga-tiganya adalah bahwa agama bersumber wahyu dari Allah,
sehingga kebenarannya mutlak., sedangkan filsafat dan ilmu pengetahuan bersumberkan ra’yu
(akal budi dan rasio), manusia, sehingga kebenarannya nisbi (relatif)[9]
D.    Dimensi Kebudayaan Dalam Islam
Apa arti dan ulasan makna yang terkandung dalam istilah kebudayaan banyak dikaji oleh
para ahli. Berikut ini hendak dikemukakan beberapa pendapat para ahli sehubungan dengan
masalah tersebut.
St. Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa kebudayaan adalah “manifestasi dari cara
berfikir”.
Pengertian yang lebih luas lagi dikemukakan oleh Ki Sarmidi Mangunkaro (almarhum),
menyatakan bahwa kebudayaan adalah segala yang merupakan (bersifat) hasil kerja jiwa
manusia dalam arti yang seluas-luasnya.[10] 
Sidi Gazalba menyatakan bahwa kebudayaan islam dalam “cara berfikir dan cara merasa
taqwa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekumpulan manusia yang
membentuk masyarakat”, atau dapat disarikan sebagai “cara hidup taqwa”.[11]
E.     Dimensi Persaudaraan (ukhuwah) dalam islam
1.      Makna ukhuwah
Ukhuwah adalah persamaan di antara umat manusia.dalam rati luas ukhuwah melampaui batas-
batas etnik,rasial,agama,latat belakang social,dan keturunan,dan sebagainya
2.      Bentuk-bentuk ukhuwah
a.       Ukhuwah fil ubudiyah, yaitu seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti memiliki kesamaan.
b.      Ukhuwah fil insaniyah, yaitu seluruh umat manusia adalah bersaudara karena mereka bersumber
dari ayah ibu yang satu.
c.       Ukhuwah fil wathaniyah wan nasab, yaitu saudara dalam seketurunan dan kebangsaan.
d.      Ukhuwah fil dinil islam, yaitu persaudaraan antar intern umat islam.
3.      Prinsip-prinsip ukhuwah dalam islam
Berbicara tentang prinsip ukhuwah dalam islam dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
a.       Prinsip ukhuwah fi dinil islam
b.      Prinsip ukhuwah diniyah (antar umat beragama)
c.       Prinsip ukhuwah alamiyah.[12]

C.  KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM

1.      Karakteristik umum
a.                Islam sebagai agama wahyu, penyempurnaan dan penutup risalah nabi.

b.               Islam sebagai sebuah Din dan Tamaddun sekaligus bersifat universal.

c.                Islam adalah agama yang mengakui adanya kepercayaan.

d.               Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuan. Sehingga bagi umat
islam Al Qur’an sebagai sumber utama ajaran islam. [6]

2.      Karakteristik khusus

a.                   Bidang Aqidah

1)      Aqidah taufiqiyah artinya akidah islam dijelaskan secara terperinci . mana perbuatan tauhid dan
syirik.

2)      Aqidah ghaibiyyah artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya
yang gaib,Allah, Malaikat dan hari akhir.

3)      Aqidah syumuliyyah artinya didalam ajarannya terdapat intregitas antara teori dan praktik.

b.                  Bidang ibadah dan muamalah

1)      Islam tidak mengenal konsep dikotomis tentang ibadah.

2)      Islam memandang, ibadah merupakan konsekuensi tauhid, sehingga ibadah merupakan realisasi
dari ketauhidan seseorang.

3)      Konsep ibadah didalam Islam bersifat Humanisme Teosentris, artinya semua bentuk ibadah hanya
ditujukan kepada Allah, tetapi manfaatnya untuk manusia sendiri.

c.                   Bidang Ahklak

1)      Ahklak islam adalah Rabbaniyyah artinya ia menjadikan ajaran Tuhan (Al Qur’an dan Hadis) sebagai
sumber nilai untuk menentukan yang baik dan buruk.

2)       Ahklak islam adalah ahklak ihsani.artinya ajaran-ajaran ahklak islam sejalan dengan tuntutan fitrah
manusia.

3)      Ahklak islam adalah ahklak universal.

4)      Ahklak islam adalah ahklak keseimbangan

5)      Ahklak islam adalah ahklak realistik

6)      Ahklak islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi.[7]


D.  DIMENSI-DIMENSI AJARAN ISLAM

1.      Dimensi Kebudayaan dalam islam

           Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di dunia sebagai khalifah. Manusia lahir, hidup dan
berkembang di dunia, sehingga disebut juga manusia duniawi. Sebagai makhluk duniawi sudah barang
tentu bergumul dan bergulat dengan dunia, terhadap segala segi, masalah dan tantangan-tantangannya,
dengan menggunakan budi dan dayanya serta menggunakan segala kemampuannya baik yang bersifat
cipta,rasa maupun karsa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan dunia itu tidaklah
selalu diwujudkan dalam sikap pasif, pasrah dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya.
Tetapi justru arus diwujudkan dalam sikap aktif, memanfaatkan lingkungan untuk  kepentingan hidup
dan kehidupnya. Dari hubungan yang bersifat aktif itu tumbuhlah kebudayaan.[8]

2.      Dimensi syariah dan ibadah dalam islam

           Secara etimologi, syariah berarti jalan yang lurus (Thoriqotun Mustaqimatun) yang disyariatkan
dalam QS. Al-Jatsiyah:18, atau jalan yang dilalui air untuk minum, atau juga tangga atau tempat naik
yang bertingkat-tingkat. Sdangkan dalam arti terminologi, syariah mempunyai beberapa pengertian yang
dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut.[9]

           At-Tahanawi dalam bukunya “Al-Kasysyaf Ishtihatil Funun” menjelaskan bahwa syariat adalah
hukum-hukum yang diadakan oleh Allah SWT yang dibawa oleh salah satu nabi-Nya , termasuk nabi
Muhammad, baik hukum yang berkaitan dengan cara berbuat yang disebut dengan ‘Far’iyah Amaliyah”
yang untuknya dihimpun ilmu fiqh maupun berkaitan deng an kepercayaan yang disebut dengan ‘Asliyah
atau I’tiqodiyah’ yang untuknya dihimpun ilmu kalam”.

3.      Dimensi Aqidah & Ahklak dalam islma

           Aqidah adalah bentuk mashdar dari kata “ ‘aqoda ya’qidu ‘aqodan” yang artinya simpulan, ikatan ,
sangkutan , perjanjian dan kokoh. Sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang menghujam
atau tersimpul didalam hati. Sedangkan ahklak berasal “khuluq” dan jama’nya ‘Akhlak” yang berarti budi
pekerti, etika moral. Demikian pula kata “khuluq” mempunyai kesesuaian dengan “khilqun”, hanya saja
khuluq merupakan perangai manusia dari dalam diri (ruhaniyah) sedang khilqun merupakan perangai
manusia dari luar (jasmani). Term khuluq juga berhubungan erat dengan “khaliq” (pencipta) dan
“makhluq” (yang diciptakan).[10]
BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

      Dari
uraiandiatasmakadapatdisimpulkanbahwasumberajaranislam,baikdalammempelajari,mengkajidanmeng
amalkanadalah al-qur’andan al-hadissebagianulamamenambahkandenganijma (kesepakatanulama)
danqiyas (analogi),sedangkanulama lain
menganggapnyabagiandarimetodedalamijtihad,disampingmetode lain.

      Dalammempelajaripemahamandanpengalamantentangislamdiperlukanmetode-metode yang
dapatdengancepatdantepatmengantarkankitakepadasatupemahaman yang benar yang
mampumenangkapcita-citaislamdanmewujudkannyadalamtataranrealitas.

     Islam merupakan agama yang ajarannya bisa diterima oleh semua    umat, kapanpun dan
dimanapun.

     Karakteristik ajaran Islam diantaranya adalah universal, sempurna, dinamis dan menjunjung
tinggi ilmu.agama islam
     Dimensi-dimensi ajaran Islam meliputi akidah, syariat dan akhlak.Islam merupakan agama
yang ajarannya bisa diterima oleh semua umat, kapanpun dan dimanapun.
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah.2013.Memahami Metodologi Studi Islam.  Yogyakarta: Teras.
Muhaimin, dkk.1994. Dimensi-dimensi Studi Islam. Surabaya: karya abditama.
Muhaimin, dkk. 2005.Kawasan dan wawasan Studi Islam.Jakarta: Prenada media
Nata,Abudin. 2011.Studi Islam komprehensi.Jakarta: Kencana prenada medi grup
Peters,F E.A Reader on Clasical Islam (pricenton:pricen Univ., 1994)
  

B.  SARAN

            Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak
kesalahan dan kekhilafan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis
guna mengingatkan dan memperbaiki.Terakhir penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT
serta terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.

                     
DAFTAR PUSTAKA

A Dictionary of Modern Written Arabic, Hans Wehr (Ithaca,New Work: Spoken Language
Services,Inc,1976)

Didiek Ahmad Supadie,pengantar studi islam, (Jakarta:PT. Rajagrafindo Persada,2012)

Khoiruddin Nasution,  Pengantar Studi Islam,( Yogyakarta ; ACAde)

Abdul WahabKhallaf; IlmuUshulfiqh, cet IX, (Jakarta:Al-Majlis Al-A’la Indonesia lil Al-Da’wah Al-
Islamiyah,1972)

Anda mungkin juga menyukai