Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN PELATIHAN PENGKAJIAN RISIKO JATUH UNTUK

MENINGKATKAN KEPATUHAN PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Magister Manajemen Rumah Sakit


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

RINA VENI BUDIATI


20141030102

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Publikasi

PENERAPAN PELATIHAN PENGKAJIAN RISIKO JATUH UNTUK


MENINGKATKAN KEPATUHAN PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RS PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal :

Mei 2017

Oleh :

Rina Veni Budiati

20141030102

Penguji :

Dr. Elsye Maria Rosa, M.Kep (..................................)

dr. Merita Arini, MMR (..................................)

Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Manajemen Rumah Sakit
Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. dr. Arlina Dewi, M.Kes., AKK

19681031200310 173 060


PERNYATAAN

Dengan ini, saya selaku pembimbing tesis mahasiswa Program Magister Manajemen Rumah
Sakit Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta :

Nama : Rina Veni Budiati

NIM : 20141030102

Judul Penelitian : Penerapan Pelatihan Pengkajian Risiko Jatuh Untuk Meningkatkan


Kepatuhan Perawat Di Unit Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah
Gamping

(Setuju / Tidak Setuju *) naskah ringkasan yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasin
(Dengan / Tanpa *) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author.

Demikian, harap maklum,

Yogyakarta, Mei 2017

Pembimbing I Pembimbing II Mahasiswa

Dr. Elsye Maria Rosa, M.Kep dr. Merita Arini, MMR Rina Veni Budiati

*) Coret yang tidak perlu


ABSTRAK

Penerapan Pelatihan Pengkajian Risiko Jatuh untuk Meningkatkan Kepatuhan


Perawat di Unit Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Gamping

Rina Veni Budiati1, Elsye Maria Rosa2, Merita Arini3

Latar belakang : Kasus pasien jatuh merupakan masalah keselamatan pasien yang sering
terjadi. Di Indonesia sendiri tingkat kejadiannya berkisar 14%. Pengkajian risiko jatuh
merupakan salah satu program pencegahan pasien jatuh. Perawat memegang peranan penting
dalam pengkajian ini, namun kepatuhan perawat dalam pelaksanaannya masih sangat perlu
ditingkatkan.
Tujuan : Menganalisis perbedaan kepatuhan perawat dalam melaksanakan pengkajian risiko
jatuh di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping sebelum dan setelah dilakukan
pelatihan pengkajian risiko jatuh
Metode : Penelitian kuantitatif analitik dengan pendekatan quasy experimental one group
pretest-posttest design. Penelitian dilakukan selama 5 minggu di dua bangsal. Penelitian
meliputi adanya observasi pretest, pemberian pelatihan mengenai pengkajian risiko jatuh,
kemudian observasi posttest. Observasi pretest (sebelum pelatihan) dilakukan selama 1
minggu, begitu juga dengan observasi posttest. Pelatihan dibagi menjadi dua gelombang
dengan materi yang sama sebanyak dua materi.
Hasil : Adanya perbedaan tingkat kepatuhan perawat sebelum dan setelah diberikan pelatihan
pengkajian risiko jatuh. Hal ini dibuktikan hasil uji beda Mc Nemar dengan nilai p value =
0,004 (p value < 0,05).
Kesimpulan : Pemberian pelatihan mengenai pengkajian risiko jatuh merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan pengetahuan perawat sebagai faktor predisposisi kepatuhan. Hal ini
menyebabkan adanya peningkatan kepatuhan perawat setelah diberikan pelatihan.

Kata Kunci : Risiko jatuh, Kepatuhan perawat, Pelatihan, Pengkajian risiko jatuh
1
Mahasiswa Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Dosen Magister Manajemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF FALL RISK ASSESMENT TRAINING TO INCREASING


NURSE COMPLIANCE IN INPATIENT ROOM PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
HOSPITAL

Rina Veni Budiati1, Elsye Maria Rosa2, Merita Arini3

Background : Patient fall is patient safety problem that often happen. In Indonesia,
prevalence is 14%. Fall risk assesment is one of patient fall preventation program. Nurse
has a main role in this assesment, but nurse compliance of fall risk assesment still need to be
increase.
Objective : Analyze there is a difference of nurse compliance before and after given fall risk
assesment training.
Method : This research used quantitative analytic method with quasy experimental one group
pretest-posttest design approach. The research was conducted for five weeks in two rooms.
Research done by pretest observation, fall risk assesment, and posttest observation. Pretest
observation done by one week, also the posttest observation. Training divided into two
chapter with same two materies.
Results : There is a different nurse compliance before and after training. It is shown with the
result of Mc Nemar test with p value = 0.004 (p value < 0.05).
Conclusion : Fall risk assesment training is one of way to increasing nurse knowledge as
predisposing factor of compliance. It can increase nurse compliance after training.

Key words : fall risk, nurse compliance, fall risk assesment training, fall risk assesment

1
Student of Hospital Management Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Lecture of Hospital Management Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Lecture of Hospital Management Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN pengkajian risiko jatuh pada pasien tidak bisa

Keselamatan pasien (patient safety) lepas dari peran perawat bahkan memegang

merupakan salah satu isu global dalam bidang peranan yang sangat penting dalam

pelayanan kesehatan. Salah satu masalah pelaksanaannya.7 Namun penelitian

atau kasus keselamatan pasien yang sering menunjukkan kepatuhan perawat dalam

terjadi adalah kasus pasien jatuh.1 Kasus program pengurangan risiko jatuh (dalam hal

ini termasuk pengkajian risiko jatuh) masih


pasien jatuh merupakan suatu kejadian pasien
rendah.8
yang terjatuh ke lantai ketika berada dalam
Studi pendahuluan di RS PKU
perawatan di rumah sakit. Kejadian pasien
Muhammadiyah Gamping pada tanggal 11
jatuh ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor
Januari 2017 menunjukkan bahwa menurut
seperti usia, jenis kelamin, pengaruh obat-
Manajer Keperawatan ada dua kasus pasien
obatan, dan jenis penyakit yang diderita
jatuh yang terjadi selama tahun 2016. Selain
pasien.2,3
itu, berdasarkan data yang ada selama tahun
Di Indonesia, angka kejadian pasien
2016 kepatuhan perawat masih perlu
jatuh cukup bervariasi. Pada tahun 2010 terjadi
ditingkatkan sedangkan untuk bangsal yang
3 kasus pasien jatuh di sebuah rumah sakit di
memiliki pasien dengan risiko jatuh tinggi
Bandung sedangkan pada tahun 2012
adalah bangsal Ar-Royyan dan Al Kautsar
ditemukan kejadian pasien jatuh di Indonesia
dikarenakan jenis bangsal medikal bedah dan
pada bulan Januari - September 2012 sebesar
jumlah pasien yang lebih banyak.
14 %. 4, 5

Melihat angka kejadian tersebut maka


METODE PENELITIAN
program pencegahan pasien jatuh harus
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
dilaksanakan dan ditingkatkan di setiap rumah
adalah penelitian kuantitatif analitik dengan
sakit. Ada beberapa langkah atau poin dalam
pendekatan quasy experimental one group
program pencegahan pasien jatuh dan salah
pretest-posttest design. Pada desain ini peneliti
satu poinnya adalah pelaksanaan pengkajian
melakukan intervensi pemberian pelatihan
risiko jatuh pada pasien.6 Pelaksanaan
pengkajian risiko jatuh. Sampel yang
digunakan dalam penelitian berjumlah 34 pendidikan
- D III 17 50
orang. - D IV 1 2,9
- S1 16 47,1
Instrumen yang digunakan lembar Lama bekerja
- 1-2 17 50
- 2,5-3,5 9 26,5
observasi berupa check list berdasarkan format - 4-5 5 14,7
- >5 3 8,8
atau SOP pengkajian risiko jatuh yang

digunakan oleh rumah sakit untuk unit rawat Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan
inap. Format pengkajian risiko jatuh yang proporsi jenis kelamin pada responden di
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah mayoritas perempuan

pengkajian Morse Fall Scale karena peneliti yaitu sebanyak 73,5 %. Proporsi usia
melakukan penelitian di bangsal dewasa. mayoritas berada pada rentang 26-35 tahun
Kepatuhan dinilai melalui hasil observasi yaitu sebanyak 73,5 % dari keseluruhan
berdasarkan checklist yang tekah ditentukan responden. Proporsi tingkat pendidikan
dengan interpretasi patuh jika responden didominasi oleh pendidikan D III yaitu
melakukan semua poin pengkajian risiko jatuh sebanyak 50 % atau setengah dari jumlah
dan tidak Patuh jika responden tidak responden kemudian disusul oleh S 1 sebanyak

melakukan ≥1 poin pengkajian risiko jatuh 16 orang atau 47,1 %. Proporsi lama bekerja

sesuai SOP rumah sakit. mayoritas termasuk dalam rentang 1-2 tahun

dengan presentase 50 %, selanjutnya

HASIL PENELITIAN presentasi paling kecil adalah rentang > 5

1. Karakteristik Responden tahun yaitu sebanyak 8,82 % atau sebanyak 3

Tabel 1.1 Distribusi Responden orang dari keseluruhan responden.


Berdasarkan Karakteristik (n=34)
Variabel Karakteristik

f % 2. Kepatuhan Perawat Sebelum dan Setelah

Jenis kelamin Diberikan Pelatihan Pengkajian Risiko Jatuh


- Laki – 9 26,
laki 5
- Perem 25 73,
puan 5
Usia
- 17-25 9 26,5
- 26-35 25 73,5
Tingkat
Tabel 1.2 Kepatuhan Perawat Sebelum dan Tingkat
Setelah Pelatihan (n=34) Pendidikan
- D III 9 8
Variabel Sebelum (Pre Setelah (Post - D IV
Test) Test) 1 0 0,470
- S1 11 5
F % f %
Lama Bekerja
- 1-2 8 9
Kepatuhan
- 2,5-3,5 7 2 0,227
- Patuh 8 23,5 21 61,8 - 4-5 3 2
- >5 3 0
- Tidak 26 76,5 13 38,2
Patuh
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa nilai p tabulasi
Data diatas menunjukkan kepatuhan silang antara karakteristik responden dan

responden mengalami peningkatan kepatuhan responden semuanya menunjukkan

sebanyak 38,3 % dimana kepatuhan hasil > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan

perawat sebelum diberikan pelatihan antara karateristik responden baik jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan lama


sebesar 23,5 % kemudian meningkat
bekerja responden dengan kepatuhan
menjadi 61,8 % setelah diberikan
responden.
pelatihan.

4. Hasil Uji Beda Mc Nemar


3. Tabulasi Silang Karakteristik Responden
dan Kepatuhan Responden Tabel 1.4 Hasil Uji Mc Nemar Kepatuhan
Sebelum dan Setelah Pelatihan (n=34)
Tabel 1.3 Tabulasi Silang
Karakteristik Responden dan Kriteria Kepatuhan Kepatuhan Nilai p
Kepatuhan Responden (n=34) Pretest Posttest
Kepatuhan Nilai p Patuh 8 21 0,004
Karakteristik Responden Tidak 26 13
Responden Setelah Patuh
Pelatihan
Patuh Tidak Tabel 1.4 menunjukkan p value dari uji Mc
Patuh
Jenis Kelamin Nemar kepatuhan perawat sebelum dilakukan
- Laki- 7 2 0,249
Laki 14 11 pelatihan (pretest) dan setelah dilakukan
- Perem
puan pelatihan (posttest) adalah 0,004 atau p < 0,05.

Usia Hasil ini bermakna ada perbedaan tingkat


- 17-25 2 7 0,122
- 26-35 19 6 kepatuhan perawat dalam melaksanakan
pengkajian risiko jatuh sebelum dan setelah tidak berhubungan atau

diberikan pelatihan mengenai pengkajian mempengaruhi kepatuhan responden.

risiko jatuh. Hasil ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yaitu jenis kelamin tidak

PEMBAHASAN mempengaruhi kepatuhan perawat

1. Karakteristik Responden dalam melaksanakan program patient

a. Jenis Kelamin safety. Penelitian ini juga

Hasil penelitian menunjukkan menyebutkan bahwa pada dasarnya

bahwa sebanyak 73,5 % berjenis perempuan memang cenderung

kelamin perempuan. Dominasi jenis menaati peraturan atau program dari

kelamin ini berkaitan dengan tempat kerja namun beban dan

keperawatan sebagai profesi yang kelelahan tugas rumah tangga

masih banyak diminati oleh menjadi pendorong untuk melanggar

perempuan karena profesi ini dinilai program yang dibuat. Sementara itu,

cocok dan sesuai dengan sifat laki-laki memiliki keinginan untuk

perempuan yang lebih sabar, lebih mendapatkan penghargaan yang

lembut, dan peduli.9 Selain itu, tinggi atas apapun yang dilakukan

filosofi mother’s instinct menyatakan namun tingkat keinginan untuk

bahwa perawat memang sebagian menaati program masih berada di

besar adalah perempuan karena bawah perempuan sehingga masing-

perempuan memiliki naluri untuk masing jenis kelamin memiliki

merawat diri sendiri, layaknya dorongan dan alasan untuk patuh

seorang ibu yang memiliki naluri atau tidak patuh.11

yang sederhana dalam memelihara b. Usia

kesehatan keluarganya terutama Hasil penelitian menunjukkan

anak-anak.10 Hasil tabulasi silang bahwa sebanyak 73,5 % responden

menunjukkan bahwa nilai p sebesar berada dalam rentang usia 26-35

0,249 yang berarti jenis kelamin tahun. Rentang usia ini merupakan
kategori usia produktif dan merupakan lulusan D III

merupakan kategori terbanyak dari keperawatan. Hasil ini sejalan

keseluruhan penduduk di Indonesia. dengan penelitian sebelumnya yang

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa sebanyak 57,9

menyatakan bahwa rentang usia yang % perawat yang bekerja di RS

dominan ditemukan pada perawat merupakan lulusan dari jenjang


14
yang bekerja di RS yaitu di antara pendidikan D III keperawatan.

umur 21-40 tahun.12 Berdasarkan Berdasarkan hasil tabulasi silang

hasil tabulasi silang, peneliti didapatkan data bahwa tingkat

mendapatkan hasil bahwa tidak ada pendidikan ternyata tidak memiliki

hubungan antara usia dengan hubungan dengan kepatuhan karena

kepatuhan responden. Hasil ini nilai p yang didapatkan > 0,05. Hasil

sejalan penelitian sebelumnya yang ini sejalan dengan Hassan (2004)

mengungkapkan bahwa tidak ada dalam Damanik (2012) yang

hubungan yang bermakna antara usia menyatakan bahwa tingkat

dengan kepatuhan. Menurut pendidikan tidak mempengaruhi

penelitian tersebut, usia yang kepatuhan karena dalam penelitian

semakin senior tidak menjadi jaminan tersebut tingkat kepatuhan

untuk menunjukkan kepatuhan yang respondennya berada dalam rentang

lebih baik karena justru di usia yang < 50 % meskipun tingkat pendidikan

lebih muda, maka motivasi kerja responden setara.13

yang dimiliki masih tinggi d. Lama Bekerja

dibandingkan usia yang lebih Hasil penelitian menunjukkan

senior.13 bahwa 44,1 % responden sudah

c. Tingkat Pendidikan bekerja selama 1-2 tahun di rumah

Hasil penelitian menunjukkan sakit. Hasil penelitian sebelumnya

bahwa 50 % dari responden jug menyebutkan bahwa sekitar 81 %

perawat di unit rawat inap memiliki


waktu lama bekerja di RS selama Hasil observasi menunjukkan bahwa

kurang lebih dua tahun.13 Hasil terdapat peningkatan kepatuhan perawat

tabulasi silang dalam penelitian ini sebelum dan setelah pelatihan yaitu dari

mendapatkan data bahwa nilai p 23,5 % menjadi 61,8 %. Selain itu, dari

sebesar 0,222 atau p > 0,005 yang uji Mc Nemar juga didapatkan hasil p

lama bekerja ternyata tidak memiliki value sebesar 0,004, yang berarti Ho

hubungan dengan kepatuhan. Hasil ditolak atau ada perbedaan tingkat

ini sesuai dengan penelitian kepatuhan perawat dalam melaksanakan

sebelumnya yang menemukan bahwa pengkajian risiko jatuh antara sebelum

lama bekerja tidak mempengaruhi dan sesudah dilakukan pelatihan

kepatuhan perawat dalam pengkajian risiko jatuh. Hasil peningkatan

melaksanakan SOP terkait kepatuhan ini membuktikan bahwa

keselamatan pasien. Penelitian pelatihan memang dapat meningkatkan

tersebut menyatakan bahwa yang kepatuhan perawat dalam melakukan

mempengaruhi patuh tidaknya tindakan penerapan keselamatan pasien.15

seorang perawat dalam Pelatihan sendiri merupakan kegiatan

melaksanakan SOP (Standar yang penting dan perlu dilakukan secara

Operasional Prosedur) adalah periodik oleh manajemen rumah sakit.

motivasi dan persepsi perawat Pelatihan merupakan investasi sumber

terhadap pekerjaannya serta daya manusia. Hal ini dikarenakan

pengadaan pelatihan dan supervisi pelatihan mampu meningkatkan

terkait pelaksanaan program kemampuan bekerja seseorang, tidak

keselamatan pasien termasuk terkecuali para perawat sehingga

pencegahan keselamatan pasien.14 idealnya, pelatihan mengenai suatu topik

2. Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan tertentu perlu dilakukan secara teratur


Pengkajian Risiko Jatuh Sebelum dan
Setelah (Pre dan Post) Pelatihan agar kemampuan para perawat meningkat,
Pengkajian Risiko Jatuh
baik perawat senior maupun perawat yang

baru (fresh graduate).16


Ketika diadakan pelatihan pengkajian serta mengklarifikasi cara pengkajiannya

risiko jatuh, maka perawat akan dengan tujuan agar responden (perawat)

mendapatkan informasi baru terkait hal bisa merefresh kembali materi mengenai

tersebut dan informasi inilah yang pengkajian risiko jatuh dan bisa

membuat tingkat pengetahuan perawat mempraktekkan dalam tindakan

meningkat. Penelitian sebelumnya perawatan. Hasilnya bisa terlihat bahwa

menemukan bahwa tingkat pendidikan setelah mengikuti pelatihan, ada

yang dimiliki perawat tidak selalu peningkatan kepatuhan perawat dalam

menjamin bahwa tingkat pengetahuan melaksanakan pengkajian. Dari 34

mengenai keselamatan pasien juga baik. responden (perawat) yang dijadikan

Sumber ini juga menyebutkan bahwa sampel, 21 perawat atau 61,8 % dari total

ketika sudah berada di rumah sakit, responden patuh ketika melaksanakan

perawat justru bisa mendapatkan pengkajian risiko jatuh pada pasien.

pengetahuan baru lewat pelatihan yang Sementara itu, dari segi kepatuhan

diadakan oleh rumah sakit dan hal sendiri, ada beberapa hal yang ikut

tersebut bisa merubah perilakunya ketika mendukung meningkatnya kepatuhan

melakukan asuhan perawatan pada perawat di unit rawat inap RS PKU

pasien.17 Peneliti menemukan bahwa Muhammadiyah Gamping sesuai dengan

selama proses observasi sebelum teori Green yaitu faktor predisposisi,

pelatihan, banyak perawat yang belum faktor pendukung, dan faktor

patuh ketika melakukan pengkajian risiko pendorong.18 Selain pengetahuan yang

jatuh. Poin yang paling sering dilupakan bisa didapatkan melalui pelatihan, ada

dan terlewat adalah pengkajian mengenai komponen lain yang menjadi bagian dari

riwayat jatuh pasien sebelumnya padahal faktor predisposisi yaitu sikap. Pada

poin ini memiliki skor yang cukup tinggi umumnya, sikap responden terhadap

dari keseluruhan poin. Kemudian pada pasien dan ketika melakukan perawatan

saat pelatihan, pemateri menjabarkan sudah baik namun khusus untuk poin

kembali poin-poin pengkajian risiko jatuh pengkajian jatuh, responden masih sering
melewatkan pengkajiannya dan hanya dari kepala ruang atau supervisor

fokus pada informasi yang bisa didapat mengenai kelengkapan persediaan

dari rekam medis seperti diagnosis pasien fasilitas dan sarana perawatan di bangsal.

dan terpasang atau tidaknya IV catether Selain itu, prasarana lain yang sudah

pada pasien. tersedia yaitu adanya kebijakan terkait

Namun, setelah pelatihan, peneliti dengan pencegahan risiko jatuh berupa

dapat mengamati adanya perubahan sikap Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

yang positif dari responden di mana ditetapkan rumah sakit. Selain itu, di meja

ketika melakukan pengkajian jatuh, nurse station sudah tertempel lembar

beberapa responden mulai mengkaji pengkajian risiko jatuh dengan tujuan

secara menyeluruh termasuk poin riwayat menjadi pengingat bagi perawat dalam

jatuh pasien yang sebelumnya menjadi melakukan dan mengisi lembar

poin yang sering ditinggalkan. pengkajian risiko jatuh.

Selanjutnya untuk faktor pendukung Ketersediaan fasilitas ini seyogyanya

(enabling factor) yang terwujud dalam membantu terlaksananya pengkajian dan

ketersediaan fasilitas, RS PKU juga pencegahan risiko jatuh namun

Muhammadiyah Gamping sudah sebelum diberikan pelatihan, fasilitas ini

memiliki fasilitas yang mendukung tidak digunakan dengan maksimal karena

terlaksananya pengkajian risiko jatuh. adanya ketidakpatuhan dalam proses

Fasilitas ini meliputi adanya lembar pengkajian dan terkadang responden lupa

pengkajian risiko jatuh yang tersedia di memakaikan clipper pada pasien dengan

rekam medis, tanda risiko jatuh pasien risiko jatuh tinggi dan hanya memasang

berbentuk segitiga kuning dan clipper di depan pintu kamar saja. Penggunaan

kuning yang bisa digunakan untuk fasilitas pendukung pengkajian risiko

menandai pasien dengan risiko jatuh jatuh ini meningkat pada saat peneliti

tinggi. Ketersediaan sarana seperti clipper melakukan observasi setelah pelatihan

dan lembar pengkajian ini selalu dimana beberapa responden benar-benar

tercukupi karena adanya monitoring rutin


menggunakan fasilitas tersebut dengan mengingatkan jika sekiranya ada poin

maksimal. yang kurang atau tidak sesuai.

Faktor terakhir yang ikut berperan Sementara itu, untuk mempertahankan

serta dalam meningkatkan kepatuhan kepatuhan sendiri, ada beberapa faktor

perawat setelah diberikan pelatihan yang ikut mempengaruhi seperti

adalah faktor pendorong (reinforcing kestabilan jumlah tenaga perawat dan

factor). Faktor ini dimainkan oleh meningkatkan motivasi perawat terkait

supervisor atau kepala ruang dan juga pelaksanaan tindakan perawatan.19

kepala tim di masing-masing ruangan Selanjutnya, faktor lain yang bisa

melalui pemberian teladan atau contoh berperan dalam mempertahankan

perilaku terkait pengkajian risiko jatuh. kepatuhan adalah komitmen dari

Selama penelitian, baik sebelum maupun pimpinan. Komitmen pimpinan ini bisa

setelah pelatihan, peneliti melihat bahwa terwujud dari pembentukan kebijakan dan

masing-masing ketua tim sudah pemberian teladan yang baik.20

memberikan contoh yang baik tentang Pembentukan kebijakan terkait kepatuhan

bagaimana mengkaji risiko jatuh pasien hendaknya mempertimbangkan beberapa

yang baru masuk. Ketua tim dari masing- hal yaitu kenyamanan tenaga kerja (dalam

masing ruangan juga rutin mengecek hal ini perawat) dengan adanya kebijakan,

ulang pemasangan clipper pasien dan kesesuaian kebijakan dengan lingkungan

tanda risiko jatuh pada pasien dengan dan suasana di lapangan, sinkronisasi

risiko jatuh yang tinggi. Selain itu, kepala dengan standar yang berlaku baik

ruang atau supervisor masing-masing nasional maupun internasional, sosialisasi

ruangan juga memiliki perhatian yang terkait kebijakan, dan evaluasi pada

baik terhadap masalah keselamatan pasien kebijakan yang sudah ada sebelumnya.

termasuk pengkajian dan pencegahan Selanjutnya, pembentukan budaya patuh

risiko jatuh sehingga peneliti bisa melihat dalam lingkungan kerja juga sangat

sendiri kepala ruang yang memeriksa berpengaruh pada bertahan atau tidaknya

form pengkajian dan kemudian kepatuhan perawat. Budaya patuh ini


dimulai dan dibentuk dari sikap

kepemimpinan yang harus mampu KESIMPULAN

mengarahkan dan mendukung seluruh tim Terdapat perbedaan tingkat kepatuhan

pelayanan kesehatan. Penelitian perawat dalam melaksanakan pengkajian

sebelumnya mengungkapkan bahwa risiko jatuh antara sebelum dan sesudah

terdapat tiga prinsip kepemimpinan yaitu dilakukan pelatihan pengkajian risiko jatuh.

1) mengarahkan yaitu seseorang Oleh karena itu, rumah sakit perlu

memimpin harus membuat aturan yang mengadakan pelatihan secara teratur sesuai

jelas, sehingga perawat dalam melakukan kebutuhan.

tindakan dapat dilakukan dengan penuh

tanggung jawab; 2) mengawasi meliputi


DAFTAR PUSTAKA
memeriksa, menilai dan memperbaiki
1. The Joint Commission, 2015, Summary
kinerja pegawai artinya seorang data of sentinel events reviewed by The
Joint Commission, Diakses 20 Desember
pemimpin harus memberikan umpan balik 2016,dari:http://www.jointcommission.or
g/assets/1/18/2004_to_2014_4Q_SE_Stat
kepada bawahannya baik secara lisan s_-_Summary.pdf.

maupun tertulis. Umpan balik merupakan 2. Stagss, Vincent S., et al., 2015,
Challenges in defining and categorizing
salah satu bentuk evaluasi dalam menilai falls on diverse unit types; Journal of
Nursing Care Quality, vol.30, hh. 106-
kinerja staf oleh pimpinan; 3) 112.

mengkoordinasikan, meliputi 7 3. WHO. 2016. Health Topic : Patient


Safety. Diakses 19 Desember 2016, dari :
pertukaran informasi dan mengadakan http://www.who.int/topics/patient_safety/
en/
pertemuan kelompok kerja. Hal ini
4. Ari, Elizabeth, 2010, Pelaksanaan standar
diperlukan dalam membentuk kerjasama prosedur operasional: identifikasi resiko
pasien jatuh dengan menggunakan skala
tim agar lebih solid dan terkoordinir. jatuh morse di Rumah Sakit “A”
Bandung, Diakses 22 Desember 2016,
Ketiga kompotensi tersebut diperlukan dari
http://server2.docfoc.us/uploads/Z2015/1
seseorang memimpin dan dapat 2/01/q42jsT4XyE/fd89790767000918a7d
e2d8c543c5b36.pdf.
membawa ke arah yang lebih baik untuk
5. Prabowo, Nanang Yulianto, 2014,
menciptakan budaya patient safety di Hubungan tingkat pengetahuan perawat
terhadap pelaksanaan pengkajian risiko
rumah sakit.11
jatuh skala morse di RS PKU 12. Zakiyah, A., 2012. Hubungan Sikap dan
Muhammadiyah Unit II, Skripsi. Karakteristik Perawat Dengan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Yogyakarta. di Rumah Sakit Umum
Sidoarjo. JURNAL KEPERAWATAN
6. Agency for Healthcare Research and SEHAT, 5(01).
Quality, 2013, Preventing falls in
hospital, Diakses 23 Desember 2016, dari 13. Damanik, S.M., 2012. Kepatuhan Hand
https://www.ahrq.gov/research/findings/n Hygiene di Rumah Sakit Immanuel
hqrdr/nhqr13/index.html Bandung. Students e-Journal, 1(1),
p.29.
7. Quiqley, P., White, S., 2013, Hospital
based fall program measurement and 14. Nazvia, N., Loekqijana, A. and
improvement in high reliability Kurniawati, J., 2014. Faktor yang
organizations ; The Online Journal of
Mempengaruhi Kepatuhan Pelaksanaan
Issues in Nursing, vol.18, No.2,
Manuscript 5. SOP Asuhan Keperawatan di ICU-ICCU
RSUD Gambiran Kota Kediri. Jurnal
8. Ariyati, et al., 2015, Hubungan Kedokteran Brawijaya, 28(1), pp.21-
karakteristik perawat dengan kepatuhan 25.
penerapan prosedur keselamatan pasien di
instalasi rawat inap II RSJ Prof. dr.
Soerojo Magelang, Diakses 24 Desember 15. Dewi, M., 2012. Pengaruh pelatihan
2015, dari timbang terima pasien terhadap penerapan
http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/doc keselamatan pasien oleh perawat
uments/4808.pdf pelaksana di RSUD Raden Mattaher
Jambi. Jurnal Health and Sport, 5(03).
9. Yanti, R.I. and Warsito, B.E., 2013.
Hubungan karakteristik perawat, 16. Sinaga, S.E.N., 2015 kepatuhan hand
motivasi, dan supervisi dengan kualitas
hygiene di rumah sakit misi
dokumentasi proses asuhan
keperawatan. Jurnal Manajemen rangkasbitung. Diakses tanggal 19 Mei
Keperawatan, 1(2). 2017 dari
http://ejournal.stikesborromeus.ac.id/file/
10. Susanti, Ratna, 2015, Hubungan 6-2.pdf,
pengetahuan dengan kepatuhan perawat
melaksanakan standar operasional 17. Anawati, K.R., Ungaran, M.P.S.N.W. and
prosedur: menurunkan risiko cedera Ungaran, D.P.S.N.W., 2013. Hubungan
akibat jatuh di ruang perawatan dewasa Pengetahuan dan Sikap dengan
RSUD dr.Moewardi, Diakses tanggal 23 Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan
Desember 2016, Dari
Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/f
iles/disk1/22/01-gdl-rantisusan-1093-1- Umum Daerah Ambarawa, Skripsi, Stikes
skripsi-f.pdf Ngudi Waluyo Ungaran

11. Handayani, M., Anggaraeni, R. and 18. Purwoastuti, Endang., Walyani, Elisabeth
Maidin, M.A., 2014. Determinan Siwi. 2015. Perilaku dan Softskills
kepatuhan perawat di ruang rawat inap Kesehatan: Panduan untuk Tenaga
rumah sakit stella maris makassar. Kesehatan (Perawat dan Bidan).
Diakses 16 Desember 2017, dari Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
http://repository.unhas.ac.id/handle/12345
6789/10651
19. Widyaningtyas, Kristina Setya, 2012, 20. Putri, K.D.S. and AW, Yustinus Denny.,
Analisis faktor-faktor yang 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat
pendokumentasian asuhan keperawatan, Pelindung Diri. Diakses tanggal 19
Diakses tanggal 22 Desember 2016, dari Mei 2017 dari
http://eprints.undip.ac.id/10502 http://journal.unair.ac.id/filerPDF/kklk
1d0764ead72full.pdf

Anda mungkin juga menyukai