Anda di halaman 1dari 20

DOA BELAJAR

“Aku ridho Allah SWT sebagai Tuhan ku, Islam


sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai
Nabi dan Rasul, Ya Allah, tambahkanlah kepadaku
ilmu dan berikanlah aku kefahaman”
Asuhan Keperawatan Anestesi Kasus Penyulit
Kasus 1 Luka Bakar

Angelica Intan Puspitasari, S.Tr.Kep


2019/2020
PESAN HIKMAH HARI INI
Surat Al Qaaf ayat 16
LUKA BAKAR

Klien Yang menderita luka bakar parah derajat dua


atau tiga, akan kehilangan cairan tubuh. Semakin
luas permukaan tubuh yang terbakar, semakin
besar kehilangan cairan.
Klien yang mengalami luka bakar akan kehilangan
cairan melalui salah satu dari lima rute berikut :
Pertama : Plasma meninggalkan ruang
intravaskuler dan terperangkap menjadi edema.
Kondisi ini juga disebut sebagai perpindahan
cairan plasma ke ruang interstisial. Hal ini diikuti
dengan hilangnya protein serum.
Kedua : Cairan dan plasma interstisial hilang
sebagai eksudat luka bakar
Ketiga : uap air dan panas hilang sesuai denga
proporsi besarnya daerah kulit yang terbakar
Keempat : Darah bocor dari kapiler yang sudah
rusak, sehingga menambah kehilangan volume
cairan intravaskuler.
kelima : perpindahan natrium dan air masuk ke
sel, yang lebih jauh membuat ekstrsel semakin
berkurang
LUAS LUKA BAKAR
Wallace membagi tubuh manusia menjadi 9% bagian atau
kelipatan 9 yang terkenal dengan nama ‘Rule of Nine’ atau
‘Rule of Wallace’ pada orang dewasa yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% :18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai masing-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
DERAJAT LUKA BAKAR
Kriteria Tipe Luka Bakar
Minor/Ringan Moderate/Sedang Mayor/Berat

< 10% TBSA pada 10-20% TBSA pada 20% TBSA pada
dewasa dewasa dewasa
<5% TBSA pada 5-10% TBSA pada >10% TBSA pada
pasien muda dan psien muda dan psien muda dan
tua tua tua
<2% luka bakar 2-5% luka bakar >5% luka bakar
seluruh lapisan seluruh lapisan seluruh lapisan
KEBUTUHAN PLASMA PADA KASUS LUKA
BAKAR

% Luas Luka Kebutuhan Plasma (ml ) Pada Berat Badan


Bakar 70 kg
20-40 0-500

40-60 500-1700

60-80 1000-3000

>80 1500-3500
Baxter CR, Pathophysiology and treatment of burn and cold injury, in Hardy JD (ed) : Rhoads Textbook
of Surgery, 5th , ed. Philadelphia, LB Lippincott, 1977 )
RUMUS PENGGANTIAN CAIRAN
Parkland/Baxter
 Formula : 4 ml x kg BB x % ( Total Body Surface Area /TBSA)
 Cairan : Ringer laktat ( RL )
 Waktu :
Hari pertama  8 jam pertama dan 16 jam kedua ( 50%
diberikan 8 jam pertama dan 25% 8 jam kedua dan 25% 8
jam ketiga )
Hari kedua  Bervariasi, ditambahkan koloid
KASUS
Pasien Tn.S usia 49 tahun tampak kesakitan setelah
tubuhnya terbakar api . 1 jam sebelum masuk rumah sakit,
pasien terbakar api ketika sedang membakar sate. Pasien
yang sedang hendak menyiapkan pembakaran sate terkena
ledakan dari dirigen minyak tanah yang terletak dekat dari
sumber api. Dan ketika itu juga adik dari pasien berusaha
membantu memadamkan dengan berniat menyiramkan air
tapi ternyata yang disiramkan itu adalah minyak tanah.
Sehingga api disekujur tubuh pasien malah semakin
membesar, pasien terkapar di tanah dan berguling-guling
kesakitan. Dan akhirnya orang-orang sekitar cepat-cepat
memadamkan dengan jalan menyiramkan air dan juga
dengan menggunakan kain.
Kejadian ini terjadi pada halaman belakang rumah pasien
(ruangan terbuka) dan ketika jatuh ke tanah pasien
mengaku tidak membentur sesuatu, pasien juga mengaku
tidak mengalami sesak napas ataupun penurunan
kesadaran. Tn. S mengaku tidak memiliki riwayat
perawatan/pembedahan di RS sebelumnya. Riwayat DM
disangkal, Hipertensi (-), tidak ada riwayat asma dan TBC.
Keadaan Umum: Cukup baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 150/100 mmHg
Nadi : 100x/mnt, reguler, cukup isi
Suhu : 36,9 C
Pernapasan : 28x/menit
GCS : E4V5M6
TB / BB : 170cm / 85kg
Tidak tampak adanya sumbatan jalan napas, darah(-), muntahan
(-), lidah tidak terlipat kebelakang, suara napas tidak mengorok.
Kedua dinding thoraks tampak simetris pada pergerakan, napas
spontan, tidak ada jejas pada dinding thoraks, suara nafas
vesikuler, ronchi (-), Wheezing (-).Pasien tidak tampak pucat,
sianosis (-), nadi carotis dan radialis teraba cukup isi, 100x/menit
reguler. Pakaian Tn. S segera dievakuasi guna mengurangi
pajanan berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.
Dari pemeriksaan head to toe didapatkan kepala simetris,
konjungtiva tidak anemis dan gerakan mata normal, tidak ada
gangguan pendengaran, tidak ada pembesaran tonsil, mulut
tampak kering, tampak luka bakar pada leher sebelah kiri
dengan ukuran 10x2cm warna kulit merah pucat. Tidak ada
pembesaran JVP dan tiroid. Pemeriksaan dada normal.
Status lokalis :
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada daerah
leher kiri dengan ukuran 5 x 2 cm.
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat kehitaman pada
pinggirnya di daerah regio brachii dan antebrachii sinistra ukuran 50
x 10 cm memanjang ke bawah sampai ke bagian belakang, bullae
(+)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio abdomen
dekat umbilikus memanjang dengan ukuran 15 x 3 cm
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur (depan)
sampai kruris depan sinistra dan memanjang ke bawah, bullae (+)
 Tampak luka bakar berwarna merah pucat pada regio femur (depan)
sampai kruris depan dekstra dan memanjang ke bawah , bullae (+)
Pada tanggal 8 maret 2020 pasien dilakukan tindakan
eskaratomi dan nekrotomi. Rencana dilakukan tindakan dengan
teknik general anestesi endotracheal tube. Pasien mengatakan
merasa takut akan dilakukan tindakan operasi. Tampak wajah
tegang, gelisah, kontak mata buruk. N : 100x/mnt, RR 25x/mnt,
TD 150/100 mmHg. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas
normal. Terpasang infus RL 24 tpm pada tangan kiri. Pada intra
operasi pernafasan spontan tidak adekuat, SpO2 86%,
auskultasi: suara nafas gurgling. premedikasi midazolam 2,5 mg,
ondansetron 4 mg dan fentanyl 100 mcg. Obat induksi Propofol
100mg dan netrixum 25 mg. Agen anestesi sevoflurane diatur
2% vol, ETT no 7,5, N2O dan O2 dinyalakan 50:50 yaitu 2 l/menit
: 2 l/menit. Setelah operasi selesai TD 130/85 mmHg, akral
dingin, klien menggigil, suhu 36oC, kesadaran somnolen klien
tampak belum sadar penuh.
TUGAS
1. Tentukan derajat luka bakar dari status lokalis
pada kasus
2. Tentukan penggantian cairan pada kasus
diatas dengan menggunakan rumus Baxter
3. Membuat Asuhan Keperawatan Anestesi
sesuai dengan kasus diatas
4. Cantumkan jurnal mengenai luka bakar pada
asuhan keperawatan anestesi
TEKNIS PENUGASAN
1. Tugas no. 1 dan no. 2 dikerjakan secara individu dan
dikumpulkan sesuai jadwal elearning dalam bentuk
softfile dan dikirimkan ke email
angelicaaip27@gmail.com
2. Bagi mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas no.1
dan no.2 sesuai jadwal elearning maka dianggap tidak
mengikuti praktikum
3. Tugas asuhan keperawatan anestesi dan jurnal
dikerjakan dalam kelompok dan dikumpulkan dalam
bentuk hardfile dan PPT maksimal 1 minggu setelah
penugasan diberikan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
Asuhan keperawatan anestesi terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Anestesi
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
DOA SESUDAH BELAJAR
‫ِيم‬
ِ ‫الرح‬
‫الر ْح َم ِن ه‬ ِ ‫ِب ْس ِم ه‬
‫َّللا ه‬

ْ ‫اَلله ُه هم أَ ِر َنا ا ْل َح هق َح ًّّقا َو‬


ْ ‫ار ُز ْق َنا ا ِّتـ َبا َعه ُ َوأَ ِر َنا ا ْل َباطِ ل َ َباطِ الًّ َو‬
‫ار ُز ْق َنا‬
‫اجتِ َنا َب ُه‬
ْ

Ya Allah, Tunjukkanlah kepada kami


kebenaran sehinggga kami dapat
mengikutinya Dan tunjukkanlah kepada
kami kejelekan sehingga kami dapat
menjauhinya

Anda mungkin juga menyukai