DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
NAMA : M Rafli R
NPM : 19220003
PRODI : MANAJEMEN
BAB 10
PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri dari indonesia. Dua sistem
pengenaan pajak tersebut adalah:
pemenuha n sendiri kewajiban perpajakannya bagi wajib pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di indonesia;
pemotongan nya oleh pihak yang wajib membayar bagi pajak luar negeri lainnya.
Pasal 26 Undang-undang Nomor 36 Tahun menganut tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber dari indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.
1. Badan pemerintah;
2. Subjek pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk usaha tetap;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada wajib pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap,
PENGHASILAN PAJAK YANG DIPOTONG PPh PASAL 26
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong pajak penghasilan pasal 26 (objek PPh pasal 26)
adalah:
a. deviden
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. royaliti,sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h. keuntungan karena pembebasan utang.
tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh pasal 26
atau seuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antar negara atau tax treaty.
Tarif PPh pasal 26 berdasar P3B untuk dividen diatur sebagai berikut:
Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. tarif 20% dari penghasilan bruto;
2. tarif 20% dari penghasilan neto;
3. tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi pajak pajak penghasilan.
Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam
bentuk:
a. deviden
b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
c. royaliti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
Untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang, besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50%
dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto), sehingga.
= 2% x penghasilan bruto
Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang adlah 5%
dari jumlah premi yang di bayar (penghasilan bruto), sehingga:
= 1% x penghasilan bruto
Penghitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di indonesia yang penghasilan
atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali di indonesia. Jika penghasilan setelah dikurangi pajak
tersebut ditanamkan kembali di indonesia atas penghasilan tersebut tidak dipotong PPh pasal 26.
a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di
indonesia yang sejenis dengan apa yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha
tetap di indonesia.
b. Penghasilan berupa dividen; bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royaliti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan pengunaan harta; imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan; hadiah dan penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya; penghasilan
dari penjualan dari harta di indonesia; premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan
kepada perusahaan asuransi luar negeri; penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak
dari suatu bentuk usaha tetap di indonesia, kecuali jika penghasilan penghasilan tersebut
ditanamkan kembali ke indonesia, yang di terima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang
terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan tersebut.
c. penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjad
wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
a. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk deviden, bunga termasuk premium,
diskonto, premi swap, imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; royaliti,
sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;penghasilan sehubungan
dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; hadiah dan penghargaan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun; pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
b. penghasilan dari penjualan harta di indonesia.
c. premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.
Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26 adalah: