S2 MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
Action, Personnel and Cultural Controls
Buku Management Control Systems, Performance Measurement, Evaluation and
Incentives tahun 2017 karangan Merchant dan Van Der Stede
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengendalian tindakan.
2. Pengendalian tindakan dan masalah pengendalian.
3. Preventif vs deteksi.
4. Kondisi yang menentukan efektivitas dari pengendalian tindakan.
5. Pengendalian personal.
6. Pengendalian budaya.
7. Pengendalian personal/budaya dan masalah pengendalian.
8. Efektivitas dari pengendalian personal/budaya.
Penjelasan
1. Pengendalian tindakan
Pengendalian tindakan adalah bentuk paling langsung dalam manajemen pengendalian
karena ia terlibat langsung dalam memastikan pekerja bertindak sesuai dengan keinginan
organisasi dengan melakukan tindakan yang terkendali. Pengendalian tindakan terdiri dari 4
bentuk dasar, yaitu:
1) Kendala tingkah laku
Kendala tingkah laku adalah salah satu bentuk dari pengendalian tindakan. Dengan
adanyanya kendala tingkah laku ini makan membuat pekerja tidak mungkin atau lebih
sulit dalam melakukan apa yang seharusnya tidak mereka lakukan. Bentuk pengendalian
ini bisa dilakukan dalam bentuk fisik maupun administratif. Contoh dari bentuk
pengendalian ini adalah pembatasan akses ruangan dengan kode tertentu baik dengan
tanda, kartu akses ataupun pengenalan sidik jari. Sementara itu contoh dalam bentuk
administrasi diantaranya seperti pembatasan akses dokumen serta pemberian password
untuk dapat mengakses dokumen.
2) Review pra tindakan
Review pra tindakan melibatkan pengawasan dari action plan. Reviewer bisa menyetujui
atau tidak terkait dengan usulan pekerjaan, modifikasi atau bahkan meminta rencana
pertimbangan sebelum menyetujui suatu perencanaa. Contoh dari bentuk ini biasanya ada
dalam perencanaan dan proses keuangan dimana bermacam review dari berbagai
tingkatan dapat memberikan masukan pada organisasi.
3) Akuntabilitas tindakan
Akuntabilitas tindakan melibatkan kemampuan pekerja terkait dengan tindakan yang
mereka kerjakan. Implementasi dari pengendalian akuntabilitas tindakan membutuhkan:
a. Menentukan mana pekerjaan yang bisa diterima atau tidak;
b. Mengkomunikasikan dengan pekerja terkati pekerjaan tersebut;
c. Mengawasi apa yang terjadi;
d. Memberikan penghargaan atau hukuman tergantung hasil yang didapat.
Bentuk pengendalian akuntabilitas tindakan ini harus dikomunikasikan dengan pekerja
lewat aturan, kebijakan dan prosedur, kontrak dan code of conduct perusahaan.
Akuntabilitas tindakan umumnya diimplementasikan dengan modus ancaman seperti
akan mendapatkan hadiah jika berhasil dan hukuman jika gagal.
4) Kemubaziran
Kemubaziran melibatkan banyak pekerja atau peralatan untuk suatu pekerjaan dibanding
yang diperlukan. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa pekerjaan tersebut kemungkinan
akan lebih tahan lama jika menggunakan cara tersebut. Kemubaziran umumnya
digunakan pada fasilitas komputer, keamanan dan lingkup pekerjaan yang bersifat kritis.
Kekurangan dari cara ini adalah terlalu mahalk dan cenderung menimbulkan konflik,
frustasi dan kebosanan bagi pekerjanya.
3. Preventif vs deteksi
Pengendalian tindakan juga bisa digunakan untuk tujuan preventif atau deteksi tingkah laku
yang tidak diharapkan. Perbedaan ini penting. Preventif mampu membuat organisasi
terhindar dari biaya yang tinggi serta kerusakan yang besar. Sementara deteksi dilakukan
saat tingkah laku yang tidak diharapkan sudah terjadi. Namun ia masih bisa efektif jika
deteksi dilakukan pada waktu tertentu dan jika ia menghasilkan perbaikan dari tingkah laku
yang tidak diharapkan.
Kebanyakan pengendalian tindakan ditujukan untuk mencegah tingkah laku yang tidak
diharapkan kecuali untuk metode akuntabilitas tindakan. Walaupun metode ini didesain
untuk meningkatkan motivasi pekerja, namun tindakan yang tepat tidak dapat ditentukan
sebelum adanya bukti. Contoh dari kegiatan preventif dan deteksi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Metode pengendalian tindakan Tujuan pengendalian
Preventif Deteksi
Kendala tingkah laku - Menjaga aset yang N/A
berharga
- Pemisahan tugas
Review pra tindakan - Persetujuan pengeluaran N/A
- Review budget
Akuntabilitas tindakan Pra spesifikasi kebijakan - Internal audit
yang dihubungkan dengan - Rekonsiliasi
harapan akan reward dan - Peer reviews
punishment
Kemubaziran Menugaskan banyak orang N/A
untuk suatu pekerjaan yang
penting
5. Pengendalian personal
Pengendalian personal dibangun atas dasar kecenderungan alami pekerja untuk
mengendalikan atau memotivasi diri mereka. Pengendalian personal memiliki 3 tujuan,
yaitu:
1) Pengendalian personal membantu mengklarifikasi harapan. Mereka membantu
memastikan bahwa tiap pekerja memahami apa yang organisasi inginkan.
2) Pengendalian personal membantu tiap pekerja mampu melakukan pekerjaan yang baik
sesuai dengan kapabilitas dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
tersebut.
3) Pengendalian personal dapat meningkatkan kemungkinan bahwa tiap pekerja akan
memiliki motivasi diri yang tinggi untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pengendalian personal dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Pemilihan dan penempatan
Pemilihan dan penempatan pekerja yang tepat dapat membantu organisasi mencapai
tujuan serta memudahkan dalam pengendalian personal. Proses pemilihan dan
penempatan seorang pekerja bisa ditentukan lewat pendidikan, pengalaman, personalitas
dan kemampuan sosialisasi. Pemilihan pekerja mungkin nilainya mahal namun
menguntungkan karena organisasi dapat mendapatkan bakat terbaik dan menghindari
calon pekerja yang tidak memiliki kemampuan sesuai dengan yang dibutuhkan
perusahaan.
2) Pelatihan
Pelatihan berguna untuk menghasilkan informasi tentang tindakan atau hasil apa yang
diharapkan dan bagaimana tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan baik. Pelatihan
juga dapat membantu meningkatkan motivasi pekerja. Pelatihan dapat dilakukan baik
secara formal maupun informal. Pelatihan juga dapat dilakukan secara tradisional di kelas
maupun lewat kemajuan teknologi (elearning).
3) Job desain dan ketentuan sumber yang diperlukan
Desain pekerjaan yang baik serta pemberian sumber daya yang diperlukan oleh pekerja
dapat mendukung kemungkinan kesuksesan organisasi. Sumber daya di sini dapat berupa
informasi, peralatan, suplai, dukungan stad dan kebebasan dari interupsi.
Akhir kata, menemukan orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan yang tepat, melatih
mereka dan memberikan lingkungan kerja yang baik dan sumber daya yang penting dapat
meningkatkan kemungkinan bahwa suatu pekerjaan akan dapat dikerjakan dengan tepat.
6. Pengendalian budaya
Pengendalian budaya didesain untuk mendorong terciptanya saling monitoring. Budaya
dibangun atas dasar tradisi, norma, kepercayaan, nilai, ideologi, sikap dan cara bertingkah
laku. Budaya dapat tertulis atau tidak tertulis yang mengatur tingkah laku pekerja. Untuk
memahami budaya perusahaan, maka pekerja dapat ditanyakan, “apakah mereka bangga
bekerja di sini?, “apa tujuan mereka bekerja?”, “apa yang diperlukan untuk tetap terdepan?”.
Jika budaya organisasi yang kuat telah tertanam maka pekerja akan memberikan jawaban
yang konsisten dari pertanyaan tadi. Budaya perusahaan dapat dibangun dengan pendekatan
berikut:
1) Code of conduct
Organisasi dapat membentuk budayanya lewat code of conduct. Code of conduct ini
dikenal juga dengan nama kode etik, pernyataan misi dan visi atau filosofi manajemen.
Code of conduct ini biasanya tertulis dan merupakan komitmen untuk stakeholder dan
cara manajemen untuk melakukan fungsinya. Kode didesain untuk membantu pekerja
memahami kebiasaan apa yang diharapkan berdasarkan aturan tertentu. Aturan ini bisa
terkait dengan kepuasan pelanggan, safety, inovasi, pengambilan risiko ataupun
keinginan untuk berubah. Agar efektif, code of conduct ini biasanya diberikan lewat
pelatihan formal, non formal maupun rapat antara pekerja dengan atasannya.
2) Group rewards
Memberikan penghargaan atau insentif berdasarkan hasil kerja bersama. Group rewards
ini dapat mendorong team work, asistensi pekerja baru serta kreatifitas dari tiap pekerja
untuk kebaikan organisasi. Group rewards juga membuat pekerja merasa memiliki
perusahaan sehingga motivasi untuk bekerja akan muncul dan menguntungkan organisasi.
3) Pendekatan lain untuk membentuk budaya organisasi
Selain 2 pendekatan di atas dalam hal pengendalian budaya, ada beberapa pendekatan
lain untuk membentuk budaya organisasi, diantaranya:
b. Intra organizational transfer (rotasi)
Pendekatan ini membantu mentransfer budaya dengan mengembangkan pekerja
melalui kesempatan bergabung dengan bagian lain organisasi dan menghalangi dari
tujuan dan pandangan yang tidak sesuai organisasi.
c. Physical and social arrangements
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan perubahan pada desain kantor baik interior
maupun eksterior serta dengan melakukan perubahan pada budaya soisal baik dalam
bentuk etika berbusana, kebiasaan institusi, tingkah laku dan kata-kata).
d. Tone at the top
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh baik tingkah laku maupun sikap
dari atasan secara konsisten sehingga bawahan akan melihatnya sebagai hal yang baik
dan dapat dijadikan sebagai contoh dari pengendalian budaya yang baik dalam
organisasi.
Rangkuman
Bab ini membahas tentang jenis pengendalian langsung yang paling banyak digunakan yaitu
pengendalian tindakan yang terdiri dari beberapa bentuk yang berbeda, diantaranya kendala
tingkah laku, review pra tindakan, akuntabilitas tindakan dan kemubaziran. Pengendalian
tindakan adalah jenis manajemen pengendalian yang paling banyak digunakan karena mereka
meyakinkan tingkah laku yang tepat dari orang – orang dimana organisasi harus bergantung
dengan fokus langsung pada tindakan mereka.
Bab ini juga menjelaskan tentang pengendalian personal dan budaya yang mana manager
lakukan untuk memaksa salah satu atau keduanya menjadi kekuatan positif yang berguna untuk
organisasi: monitoring diri dan mutual. Kekuatan ini dapat bertambah dengan berbagai cara,
termasuk pemilihan dan penempatan personel yang efektif, pelatihan, job design dan ketentuan
kebutuhan yang diperlukan, code of conducts, group rewards, intra organizational transfer
(rotasi), susunan fisik dan sosial serta tone di puncak.
Pengendalian personal dan budaya, terkadang diartikan sebagai soft controls yang menjadi makin
penting saat ini. Organisasi menjadi lebih datar dan ramping. Manager memiliki jangkauan
pengendalian yang lebih luas serta hierarki yang rumit dan sistem pengendalian tindakan
(birokrasi) telah dibuka dan diganti dengan pekerja yang lebih berkuasa. Dalam lingkungan ini,
sistem share organisasi menjadi alat yang lebih penting untuk mengukur bahwa semua orang
telah bertindak sesuai dengan keinginan terbaik organisasi.