Anda di halaman 1dari 7

SOCIAL DAN BUDAYA

A.BAHASA
Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia,
sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual.
Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi
masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata.
Bahasa Bali di bagi menjadi 3 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang
pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit.yaitu bahasa yang
pengucapannya lebih halus,bahasa madya  

Bahasa Daerah Bali

Dari ketiga bahasa Bali tersebut adalah aspek atay faktor penting yang membedakan antar satu
kasta dengan kasta-kasta yang lainnya. Karena, bahasa bali yang alus biasanya digunakan oleh
para kaum Brahmana, kemudian bahasa madya digunakan oleh para Ksatria dan Waisya, dan
bahasa bali kasar pada umumnya digunakan oleh kaum-kaum sudra.

B. PENGEAHUAN
               Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk
kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan
social tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar
dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala
urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan,tetapi sering kali
juga harus memecahkan soal-soal yang mencakup hukum adat tanah, dan
hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan.       
C.. TEKNOLOGI        
              Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan
yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-
sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak
ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur
merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga
memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela
diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat
menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.        
D.. MATA PENCAHARIAN  
               Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas
bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik,
pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat
pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata
pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda
anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok,
dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada
penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka
timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan. 
Pura Tanah Lot Bali

E. KESENIAN           
Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa
misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya
seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik, dan seni audiovisual misalnya
seni video dan film.
Nilai-nilai luhur budaya Bali, yaitu hal-hal yang dianggap baik dan berharga
dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan mencakup satu rentangan
unsur-unsur abstrak (intangible culture, unsur budaya tak benda) yang terdiri
dari:
1. Unsur Filosofis   
Merupakan unsur yang paling dasar dan paling abstrak, berisi hakekat
dan kebenaran dasar
2. Unsur Nilai          
Merupakan unsur dasar tentang hal-hal berharga dalam kehidupan,
umumnya sebagai representation collective
3. Unsur Konsep    
Merupakan unsur yang lebih instrumental dan lebih dekat ke tataran
implementatif
4. Unsur Norma dan Aturan      
Merupakan unsur yang terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari dan
bernilai praksis.
F.

Seni tari bali pada umumnya dapat dikategorkan menjadi


tiga kelompok,yaitu wali atau seni tari pertunjukan
sacral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara
dan juga untuk pengunjung dan balih-balihan atau seni
tari untuk hiburan pengunjung
ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

Tatanan Rumah Tradisional bali|koleksi Aryaoka

Ditinjau dari aspek geografi terdapatlah Arsitektur Tradisional Bali dataran tinggi (daerah
pegunungan) dan Arsitektur Tradisional Bali dataran rendah. Untuk daerah dataran tinggi pada
umunya bangunannya kecil-kecil dan tertutup untuk menyesuaikan keadaan lingkungannya yang
cenderung dingin. Tinggi dinding relatif pendek untuk menghindari sirkulasi udara yang terlalu
sering. Satu bangunan bisa digunakan untuk berbagai aktifitas mulai aktifitas sehari-hari seperti
tidur, memasak dan untuk hari-hari tertentu juga digunakan untuk upacara. Luas dan bentuk
pekarangan relatif sempit dan tidak beraturan disesuaikan dengan topografi tempat tinggalnya.
Untuk daerah dataran rendah, pekarangannya relatif luas dan datar sehingga bisa
menampung beberapa massa dengan pola komunikatif, umumnya berdinding terbuka, yang
masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Seperti bale daja untuk ruang tidur dan menerima
tamu penting, bale dauh untuk ruang tidur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale dangin
untuk upacara, dapur untuk memasak, jineng untuk lumbung padi, dan tempat suci untuk
pemujaan. Untuk keluarga raja dan brahmana pekarangnnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu
jaba sisi (pekarangan depan), jaba tengah (pekarangan tengah) dan jero (pekarangan untuk
tempat tinggal). Bahan bangungan juga mencerminkan status sosial pemiliknya. Masyarakat
biasa menggunakan popolan (speci yang terbuat dari lumpur tanah liat) untuk dinding bangunan,
sedangkan golongan raja dan brahmana menggunakan tumpukan bata-bata.
Untuk tempat suci/tempat pemujaan baik milik satu keluarga maupun milik suatu
kumpulan kekerabatan menggunakan bahan sesuai kemampuan ekonomi masing-masing
keluarga. Seperti untuk bahan atap menggunakan ijuk bagi yang ekonominya mampu sedangkan
bagi yang ekonominya kurang mampu bisa menggunakan alang-alang atau genteng.
Dalam proses pembangunan, diawali dengan pengukuran tapak yang disebut dengan
nyikut karang. Dilanjutkan dengan caru pengeruak karang yaitu ritual persembahan kurban dan
mohon izin untuk membangun. Setelah izin didapat barulah dilakukan peletakan batu pertama
yang disebut nasarin. Ini bertujuan untuk mohon kekuatan pada ibu pertiwi agar kelak bangunan
menjadi kuat dan kokoh. Untuk pekerjanya termasuk ahli bangunanya dilakukan upacara
prayascita untuk memohon bimbingan dan keselamatan dalam bekerja. Jika semua ritual sudah
dilaksanakan barulah pembangunan dimulai. Setelah bangunan berdiri dan sebelum digunakan
dilakukan upacara syukuran yang disebut melaspas dan pengurip. Ini bertujuan membersihkan
bangunan dari energi-energi negatif dan menghidupkan aura bangunan tersebut.
Masyarakat Bali selalu mengawali dan mengakhiri suatu pembangunan dengan upacara
atau ritual. Semua ritual tersebut pada intinya bertujuan memberi kharisma pada bangunan yang
akan dibangun dan untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dengan Penciptanya, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Dalam perkembangannya Arsitektur Tradisional Bali mengalami perkembangan dan pergeseran
fungsi yang berpengaruh pada bentuk, struktur, konstruksi, bahan dan cerminan sosial
pemiliknya. Seperti wantilan yang dulunya untuk balai pertemuan dan kegiatan adat mengalami
perkembangan fungsi yaitu sebagai pendidikan Taman Kanak-kanak, tempat usaha, arena olah
raga, dan lain-lain. Kemajuan pariwisata juga berdampak pada peningkatan taraf hidup
masyarakat Bali sehingga sekarang sulit dibedakan mana puri dan rumah masyarakat biasa.
Karena masyarakat biasa yang ekonominya sudah mapan tidak ada larangan membangun tempat
tinggal layaknya sebuah puri. Begitu juga puri yang dulunya merupakan tempat tinggal raja dan
keluarganya yang mana penjagaannya sangat ketat dan penuh aturan sekarang ada yang
difungsikan sebagai tempat kunjungan wisatawan, justru keluarga puri yang keluar mencari
tempat tinggal yang baru.
Pesatnya perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri juga berpengaruh pada Arsitektur
Tradisional Bali. Walau arsitektur tradisional yang selalu didasari atas tradisi juga mengalami
perkembangan dan selalu mengikuti perkembangan zaman. (shintaningrum KP, ST.)
Iklan
Report this ad
Report this ad

Anda mungkin juga menyukai