Anda di halaman 1dari 16

 Redaksi

 Galeri Cover

14
Mar
12

Hak Hidup Manusia

By benedizione Leave a Comment


Categories: EDISI 12 OKTOBER 2011 and Renungan

Bom Lagi, lagi-lagi bom! Heran, prihatin, cemas, was-was, marah, bingung. Perasaan yang
campur aduk tidak beraturan, ketika mendengar berita ada bom bunuh diri yang diledakkan di
gereja GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) Kepunton Solo. Masih ada kekerasan model seperti
itu, ketika masyarakat lintas agama sedang membangun kerukunan di antara mereka.
Masih ada orang yang mau bunuh diri dengan bom, ketika ratio manusia sedang berperan pada
jaman serba digital seperti sekarang ini? Mengapa pelaku bom bunuh diri itu tiba-tiba menjadi
buta hatinya, begitu teganya menghancurkan segalanya? Di sana ada manusia yang tidak
berdosa, tidak tahu sama sekali apa yang dimaksudkannya. Celakanya yang tidak tahu apa-apa,
malah mereka yang menanggung derita dan trauma.
Apa kita ini hidup di negara yang sudah merdeka? Di mana negara menjamin keamanan dan rasa
aman yang menjadi hak warga semua? Apakah kita hidup di negara yang sudah merdeka, yang
terus membangun, menarik pajak dari setiap warga untuk kesejahteraan warganya? Apakah kita
hidup di negara yang sudah merdeka, yang memberikan dan melindungi hak semua warganya?
Fakta, masyarakat warga hidup dalam ketidaknyamanan dan ancaman dalam jiwanya.
Seakan nurani kita sudah tumpul, dan menganggap tindakan biadab merupakan hal biasa. Seakan
kita sudah tidak peka lagi bahwa ada peristiwa biadab baru saja terjadi. Kalau sudah demikian
manusia tidak akan serius mengurus peristiwa itu. Apakah kita lupa bahwa setiap orang
mempunyai hak untuk hidup, dan hak untuk hidup ini merupakan hak asasi? Pada hak untuk
hidup inilah hak-hak lain menjadi bermakna, seperti hak untuk bicara, hak untuk beribadat dan
sebagainya. Bom bunuh diri, menjadikan hilangnya nyawa (hilangnya hidup) diri sendiri dan
orang lain. Tindakan bom bunuh diri tersebut menjadikan martabat manusia turun seperti
binatang. Padahal manusia diciptakan Allah baik adanya, dan diciptakan menurut gambar Allah
sendiri (Kej 1: 27). Tuhan menghendaki anggur yang baik, tetapi yang dihasilkan ialah buah
anggur yang asam (Yesaya 5: 1-3). Allah telah melakukan apa saja untuk menunjukkan kasihNya
kepada manusia, namun kasih itu tidak dibalas. Manusia hanya menghendaki seperti yang
dipikirkannya sendiri. Akibatnya manusia sendiri yang menderita. Padahal manusia adalah
ciptaan yang paling luhur di antara makhluk lain yang diciptakan Tuhan.
Kesadaran akan keluhuran penciptaan manusia seharusnya menjadikan manusia semakin “meng
Allah”. Bertindak dan berlaku dalam kesadaran sebagai ciptaan Allah yang bermartabat. Ketika
manusia melakukan hal yang biadab, menyalahgunakan kebebasannya untuk mencelakakan diri
atau menghilangkan diri dan nyawa orang lain dengan bom itu, dia telah melanggar kewenangan
Allah, dan melanggar hak asasi orang lain. Itu bukannya masuk sorga, tetapi malah masuk
neraka. Allah yang kuasa atas segalanya, tidak perlu pembelaan dari manusia. Maunya membela
Allah, membela agama, tetapi bila dengan cara mengebom dir sendiri, tentu tidak dikehendaki
oleh Tuhan, tidak dikehendaki oleh agama, karena agama semua mengajarkan kebaikan. Jadinya
bukan membela agama, tetapi berbuat biadab.
Mengingat satu-satunya batas kebebasan manusia adalah larangan berbuat biadab, maka hak
untuk hidup tidak boleh dirampas oleh siapa pun termasuk oleh seorang teroris, atau sekelompok
teroris.
St. Agustinus pernah mengatakan bahwa manusia tidak boleh berlaku biadab, karena sesama
manusia adalah sama Ciptaan Allah. Sedangkan Immanuel Kant menyatakan, adalah kewajiban
moral universal manusia untuk tidak berlaku biadab terhadap sesamanya. Hal larangan untuk
berlaku biadab ini tentu saja juga menjadi salah satu ajaran setiap agama yang ada di dunia ini.
Menjadi tugas setiap orang untuk menghormati hak orang lain, apalagi hak asasi manusia lain,
dan sudah semestinya setiap orang juga turut merasakan penderitaan atas pelanggaran hak asasi
yang menimpa orang lain. Karena ini akan menjadi tolok ukur sejauh mana kualitas moral
seseorang. Maka entah motif apa saja yang menjadi alasan mereka, bom bunuh diri menunjukkan
bahwa kualitas moral pelaku sangat rendah, pelaku tentu saja berfi kir sangat dangkal, dan
jangka pendek. Seperti pertanyaan di atas, “kok masih ada di era digital seperti sekarang ini ada
orang rela bunuh diri, dengan iming-iming masuk sorga?” Padahal tindakannya jelas merugikan
banyak orang lain, barangkali bukan sorga yang di dapat, tetapi siksa kubur. Kalau mau membela
Allah, pertanyaannya, apakah Allah masih perlu dibela? Kita memahami bahwa Allah itu maha
kuasa, Allah itu Maha Tahu, dan Maha segalanya, seharusnya Dia yang membela kita.
Saya merenungkan bahwa kekerasan muncul di mana-mana di negara kita ini, dan sampai
kepada bom bunuh diri, ini adalah karena kegagalan lembaga agama. Agama hanya mempunyai
kekuatan moral, agama yang seharusnya menata dan menanamkan nilai-nila kebaikan telah gagal
mendampingi masyarakat. Tindakan anggota masyarakat yang anarkis, seakan menjadi hal yang
biasa. Peristiwa demi peristiwa dibiarkan, dan dianggap bukan merupakan pelanggaran serius
hak asasi. Saya kira ini tidak bisa dibiarkan terus berlanjut, apalagi “dipelihara” yang sewaktu-
waktu bisa dimanfaatkan demi kepentingan politik kelompok tertentu.
Agama harus bertindak benar, bebas dari kepentingan politik untuk terus menerus memberi
penyadaran kepada umatnya , agar mereka berlaku benar sesuai dengan ajaran agama. Demikian
juga pemerintah harus menegakkan hukum, siapa saja yang bersalah, harus diproses sesuai
dengan hukum yang berlaku. Minimal dua sisi ini (agama dan pemerintah), perlu bergerak dalam
berkampanye menghormati hak hidup manusia. (*)

luishalianysp

A great WordPress.com site

 Home
 About

Bookmark the permalink.

Makalah Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia


Aug23 by luishalianysp

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telang melimpah kan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengaruh Budaya Barat di Kecamatan Tambun Selatan”dengan baik penulisan makalah ini
untuk memenuhi tugas pelajaran menulis di SMA Negeri 2 Tambun Selatan.

Penulisan makalah ini tidak dapat di selesaikan dengan baik tanpa semangat,dukungan,dan
bantuan di berbagai pihak,oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. Asep Setia Sudjatmiko, S.Pd, M.M. selaku guru pengajar yang telah memberikan bimbingan,
saran, dan kritik kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik;
2. Ari Aryani Darsono, S.Pd. selaku wali kelas yang telah memberikan masukan ini dengan baik
3. H.Sujadi,M.Pd. selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan
makalah ini;
4. Guru-guru SMA Negeri 2 Tambun Selatan terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada
kami  ;

Semoga atas segala bantuan yang diberikan akan mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tambun Selatan, Februari 2014

DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL…………………………………………………………………………             i

KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………            ii
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….           iii

1. Latar Belakang………………………………………………………………………..      1


2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….      1
3. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..      1
4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………………….      1
5. Landasan Teori…………………………………………………………………………      2
6. Pembahasan……………………………………………………………………………      5
7. Kesimpulan………………………………………………………………………………      9
8. Saran………………………………………………………………………………………      9
9. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..     10

1. Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih
dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang menimbulkan
gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah
yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu
lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM
bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang
komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,
pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun
makalah yang berjudul “Contoh Kasus Pelanggaran Hak asai Manusia di Indonesia”,untuk
memberikan informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah  di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

1. Apa Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?


2.   Apa sajafaktor – faktor penyebab pelanggaran Hak Asasi Manusia?
3. Apa contoh dari kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

 
1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

1. mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia

di Indonesia.

2. mendeskripsikan contoh – contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah ada di
Indonesia.

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap para penduduk di Indonesia,
khususnya memajukan penduduk di Indonesia menjadi modern khususnya yang berhubungan
dengan perkembangan zaman agar tidak melanggar Hak Asasi Manusia.

2. Mamfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kasus – kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pemahaman tentang pengaruh pelanggaran Hak Asasi
Manusia.

1. Landasan Teori

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi. Sedangkan hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusiamenjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

 
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Menurut Pasal 1 Ayat 6 No. 39 Tahun 1999 yang
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Pada tingkatan operasional, berbagai perencanaan program
nasional telah dicanangkan untuk menangani masalah pelanggaran HAM pada anak antara lain
penghapusan bentuk-bentuk terburuk pekerja anak, penghapusan perdagangan perempuan dan
anak, penghapusan eksploitasi seksual komersial pada anak, penanganan terhadap anak jalanan.
Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada terhadap anak itu belum dapat
memberikan jaminan bagi peningkatan kualitas anak Indonesia. Banyaknya faktor yang
menghambat implementasi peraturan perundang-undangan di lapangan menunjukkan bahwa
masalah pembinaan kualiatas anak merupakan masalah yang kompleks.

Faktor yang menghambat pengimplementasian ketentuan tersebut dapat bersifat internal maupun
eksternal. Untuk dapat mengentaskan anak-anak dari kondisi demikian, yang perlu dilakukan
pertama-tama adalah: kenali masalah yang terdapat di dalam lingkungan terdekat anak, yaitu
keluarga.

Fungsi perlindungan atau proteksi kepada anak merupakan salah satu fungsi yang penting karena
dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga. Bila fungsi ini
dapat dikembangkan dengan baik, keluarga akan menjadi tempat perlindungan yang aman secara
lahiriah dan batin bagi seluruh anggotanya. Namun, selain fungsi perlindungan keluarga juga
memiliki fungsi ekonomi. Fungsi itu menjadi pendukung kemampuan kemandirian keluarga dan
anggotanya dalam batas-batas ekonomi masyarakat, bangsa, dan negara dimana keluarga itu
hidup. Apabila dikembangkan dengan baik fungsi ini dapat memberikan kepada setiap keluarga
kemampuan untuk mandiri dalam bidang ekonominya, sehingga mereka dapat memilih bentuk
dan arahan sesuai kesanggupannya.

Dengan berkembangnya waktu, fenomena pekerja anak banyak berkaitan erat dengan dengan
alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendapatan
orangtua yang sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa
mereka untuk bekerja. Di lain pihak, biaya pendidikan di Indonesia yang masih tinggi telah pula
ikut memperkecil kesempatan untuk mengikuti pendidikan.

Perbenturan kepentingan antara kedua fungsi inilah yang kadang menimbulkan dilema bagi
keluarga yag kehidupan ekonominya kurang membahagiakan. Di satu sisi, keluarga harus
mampu memberikan perlindungan kepada anggotanya, termasuk anak-anak. Namun di sisi lain,
adanya fungsi ekonomi juga telah menuntut para anggotanya untuk ikut memberikan sumbangan
agar kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi, yaitu dengan bekerja. Karena itu tidak heran jika
kemudian muncul fenomena pekerja anak.

Fenomena pekerja anak di Indonesia pada awalnya banyak berkaitan dengan tradisi atau budaya
membantu orangtua, yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada umunya. Ada beberapa
alasan yang dapat dikemukakan mengapa anak dilatih untuk bekerja. Pertama, sebagian orangtua
masih beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak-anak merupakan upaya proses
pembelajaran agar anak mengerti arti tanggung jawab. Kedua, tindakan itu juga dapat melatih
dan memperkenalkan anak kepada dunia kerja. Ketiga, untuk membantu meringankan beban
kerja keluarganya.

Bahkan lebih parah lagi, saat ini fenomena pekerja anak masih ditambah dengan munculnya
fenomena anak jalanan di kota-kota besar, yang makin menambah kompleksnya permasalahan.
Jika kita menyusuri jalan-jalan di sekitar Jakarta, dengan mudah kita akan mendapatkan anak-
anak usia sekolah yang mengamen atau sekedar meminta-minta di lampu merah. Tidak jarang
pula kita menemukan mereka di dalam bis-bis kota. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan
‘anak jalanan’. Entah sebutan itu cocok atau tidak untuk mereka. Sebagaimana anak-anak lain,
anak jalanan juga menginginkan hidup normal. Mereka anak kita juga yang membutuhkan
tempat untuk tinggal, rasa aman, nyaman, dan ingin diterima oleh masyarakat.

Fenomena anak jalanan merupakan ekses lingkaran setan kemiskinan bangsa Indonesia. Kendala
yang dihadapi mobilitas anak-anak itu cukup tinggi. Anak-anak yang dibimbing di rumah
singgah, setelah keluar, kadang kembali menjadi anak-anak jalanan. Sebab, kebutuhan ekonomi
tidak terelakkan. Sayangnya, perhatian kepada anak-anak terkesan digelar pada momen-momen
tertentu saja. mereka yang hidup di jalanan sebagai, pengamen, pedagang asongan, pengemis,
dan pelacur. Paru-paru mereka tidak hanya menghirup kerasnya udara yang mengandung timbal
dan karbon monoksida tapi juga menghisap asap kekerasan purba langsung dari akarnya.

Secara, struktural negara bisa disalahkan sebagai penyebab buruknya kondisi anak-anak di negeri
ini. Karena negara sebagai pemegang kekuasaan membuat kebijakan yang sering tak berpihak
pada masyarakat bawah. Kebijakan itu menyebabkan orang miskin yang makin terbelenggu dan
tidak berdaya. Kemiskinan menjadi satu faktor pemicu terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) pada anak. Anak dalam keluarga miskin mengalami subordinasi ganda, yaitu ada
supremasi dari yang kaya dan orang dewasa. Hak anak bisa dilanggar karena dia anak-anak dan
miskin.
 

Menyalahkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab tak secara otomatis
membawa kehidupan anak menjadi lebih baik. Kita semua, tanpa disadari, telah menjadi orang
dewasa, para orang tua yang merangkap sebagai eksekutor bagi anak-anak kita sendiri. Algojo
yang menghukum anak secara tidak proporsional. Hukuman yang menghabiskan seluruh energi
kehidupan dan masa depan anak-anak dalam bayang-bayang trauma jalanan, dan debu
peperangan.

1. Pembahasan

1. Pengertian pelanggaran Hak Asasi manusia

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik


dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi
individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2. Faktor – faktor penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) disebabkan oleh faktor – faktor berikut :
1. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari diri pelaku
pelanggar HAM, diantaranya adalah:
o Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikan ini akan menyebaabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara
kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan
menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan
melanggar hak orang lain

 Rendahnya kesadaran HAM.

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu itu
berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia

 Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas
kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk
melakukan diskriminasi kepada orang lain.

1. Faktor eksternal, yaitu faktor – faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:
o Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk
pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk – bentuk kekuasaan lain yang terdapat di
masyarakat.

 Ketidaktegasan aparat penegak huku,

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja
akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

 Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan
pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan.

 Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam


kehidupan masyarakat.

3. Contoh – contoh kasus pelanggaran HAM


Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundangan – undangan
mengenai HAM, namun pelanggaran HAM tetap selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun olej masyarkat sendiri.

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Kasus Trisakti dan Semanggi

Kasus pelanggaran HAM Trisakti dan Semanggi ini erat berkaitan dengan gerakan reformasi
pada 1998 lalu. Dipicu oleh krisis ekonomi pada tahun 1997 dan tindakan KKN pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto, maka terjadilah gerakan reformasi besar-besaran yang
dipelopori oleh mahasiswa. Para mahasiswa pun melakukan demo yang berujung pada bentrok
fisik dengan aparat. Hal inilah yang akhirnya menyebabakan tewasnya 4 mahasiswa dari
Universitas Trisakti akibat tembakan peluru aparat. Sedangkan tragedi Semanggi terjadi 6 bulan
kemudian pada 13 November 1998 yang menewaskan 5 mahasiswa. Dua peristiwa ini memicu
kerusuhan di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan dan kekerasan pun terjadi di mana-mana dan
menewaskan ribuan warga. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 ini pun dicatat sebagai salah satu
tahun kelam sejarah bangsa Indonesia.

2. Kasus Marsinah

Kasus pelanggaran HAM Marsinah terjadi pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Kasus ini berawal
dari unjuk rasa dan pemogokan yang dilakukan buruh PT.CPS. Marsinah dan 12 buruh lain
menuntut kepada perusahaan untuk mencabut status PHK pada mereka. Namun berselang 5 hari
kemudian, Marsinah ditemukan tewas di hutan Wilangan, kota Nganjuk dalam keadaan yang
mengenaskan.

 
3. Kasus Bom Bali

Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi peledakan bom oleh kelompok
teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari warga
lokal maupun turis asing mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi
kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga tahun-tahun
berikutnya.

4. Kasus Pembunuhan Munir

Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang kasusnya
belum terselesaikan hingga akhirnya ditutup. Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia
adalah seorang aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia
meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan
menuju kota Amsterdam di Belanda. Banyak yang menganggap bahwa Munir meninggal karena
dibunuh atau diracuni oleh suatu kelompok tertentu. Sayangnya hingga kini kasus kematian
Munir ini belum jelas dan kasusnya sendiri akhirnya ditutup.

5. Peristiwa Tanjung Priok

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia lain pernah terjadi di wilayah Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta
Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan karena adanya upaya pemindahan makam
keramat Mbah Priok untuk kepentingan lain. Hal ini lalu mengakibatkan bentrok antara warga
dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.

1. Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

1. Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

DAFTAR PUSTAKA
 

 Fuad Mahfuddin. (2014, 18 Maret). Makalah Pelanggaran Ham. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari
http://fuadmahfuddin13.wordpress.com/2014/03/18/makalah-pelanggaran-ham/
 Hanya Sekedar Blog. (2:54 AM). Hak Asasi Manusia. Diperoleh 23 Agustus 2014, dari
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/05/hak-asasi-manusia.html
 Cepat Lambat. (2013, Oktober). Contoh Kasus Pelanggaran Ham Indonesia. Diperoleh 23
Agustus 2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-
indonesia.html
 Lentera Kecil. (2013, 1 November). Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet. Diperoleh 23 Agustus
2014, dari http://cepatlambat.blogspot.com/2013/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-
indonesia.html
 Halimi, Muh dan Dadang Sumdawa. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.

 
 

About these ads

Share this:

 Twitter
 Facebook8

This entry was posted in Uncategorized.

Post navigation
← Cerpen

Leave a Reply

Recent Posts

 Makalah Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di  Indonesia


 Cerpen
 Pengumuman hasil UN SD SMP SMA/SMK
 lirik Grenade – bruno mars
 Favstar.FM

Recent Comments

Archives

 August 2014
 October 2013
 May 2013
Categories

 Uncategorized

Meta

 Register
 Log in
 Entries RSS
 Comments RSS
 WordPress.com

Create a free website or blog at WordPress.com.

vvvvvvvv

Anda mungkin juga menyukai