ANALISIS LAPORAN PENELITIAN OBSERVASIONAL DENGAN DESAIN
PENELITIAN CASE CONTROL
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI GIZI DAN KESEHATAN
Kelompok 2
1. Audrey Angelica B.S (201833007)
2. Bella Sagita (201833018) 3. Ceacilia Eva L.S (201833012) 4. Danik Fatonah S (201833015) 5. Evangelia Oktaviana D (201833019) 6. Maria Gracia P.N.P (201833030) 7. Priscilia Reni A.F (201833034) 8. Vita Wulandari (201833042)
PROGRAM STUDI SARJANA GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2020 TINJAUAN PUSTAKA
A. RUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimana hubungan antara asupan energi terhadap kejadian obesitas pada remaja? 2. Bagaimana hubungan antara asupan protein terhadap kejadian obesitas pada remaja? 3. Bagaimana hubungan antara asupan lemak terhadap kejadian obesitas pada remaja? 4. Bagaimana hubungan antara asupan karbohidrat terhadap kejadian obesitas pada remaja? 5. Bagaimana hubungan antara asupan serat terhadap kejadian obesitas pada remaja? 6. Bagaimana hubungan antara frekuensi asupan fast food terhadap kejadian obesitas pada remaja? 7. Bagaimana hubungan antara asupan energi fast food terhadap kejadian obesitas pada remaja? 8. Bagaimana hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas pada remaja? 9. Bagaimana hubungan antara harga diri terhadap kejadian obesitas pada remaja? 10. Bagaimana hubungan antara status obesitas ibu terhadap kejadian obesitas pada remaja? 11. Bagaimana hubungan antara status obesitas ayah terhadap kejadian obesitas pada remaja? 12. Bagaimana hubungan antara asupan sarapan terhadap kejadian obesitas pada remaja? B. VARIABEL PENELITIAN 1. Variabel bebas (independen) adalah asupan zat gizi makro, asupan serat, pola konsumsi fast food, pola konsumsi makanan dan minuman manis, aktivitas fisik, faktor psikologis yaitu harga diri, faktor genetik yaitu status obesitas ayah dan ibu, dan asupan sarapan pagi. 2. Variabel terikat/tergantung (dependen) adalah kejadian obesitas. C. SUBJEK PENELITIAN 1. Subjek kasus adalah 71 siswa dengan status gizi obesitas, umur 15-18 tahun, dan bersedia menjadi responden. 2. Subjek kontrol adalah 71 siswa dengan status gizi tidak obesitas atau normal, umur 15-18 tahun, dan bersedia menjadi responden. D. FAKTOR RISIKO DAN EFEK Faktor Risiko 1. Asupan energi berlebih, asupan lemak berlebih, asupan karbohidrat berlebih, seringnya mengkonsumsi fast food, dan kebiasaan tidak sarapan meningkatkan risiko kejadian obesitas pada remaja. 2. Remaja dengan aktivitas fisik yang rendah meningkatkan risiko mengalami obesitas. 3. Remaja dengan ibu dan ayah dengan status gizi obesitas meningkatkan risiko mengalami obesitas.
Efek
1. Obesitas pada remaja.
E. ANALISIS DATA Hasil analisis data menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi atau meningkatkan kejadian obesitas pada remaja adalah asupan energi berlebih, asupan lemak berlebih, asupan karbohidrat berlebih, asupan fast food dengan frekuensi sering, aktivitas fisik yang tidak aktif atau jarang, status obesitas ayah dan ibu, dan kebiasaan tidak sarapan. Sedangkan faktor yang tidak mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja adalah asupan protein, asupan serat, faktor psikologis, dan jumlah asupan energi fast food. Dari hasil wawancara dengan subjek, remaja obesitas mendapatkan asupan energi berlebih dari konsumsi nasi 3 kali sehari, roti putih 2 lembar sekali makan, kentang, mie bihun, mie instan, dan jenis umbi-umbian. Selain itu remaja obesitas pergi ke outlet-outlet makanan cepat saji. Sedangkan remaja non obesitas memiliki pola makan yang hampir sama dengan remaja obesitas, tetapi remaja non obesitas tidak mengkonsumsi makanan kudapan atau snack dari makanan cepat saji. Remaja obesitas mendapatkan asupan lemak berlebih dari konsumsi gorengan yaitu tempe mendoan, tahu goreng, lumpia, risoles, martabak, dan telur dadar. Remaja obesitas mendapatkan asupan karbohidrat berlebih dari jajanan seperti nasi goreng, cilok, batagor, mie ayam, bakso, siomay, dan berbagai makanan ringan seperti chitato, keripik singkong, dan keripik kentang. Frekuensi asupan fast food juga mempengaruhi obesitas remaja karena subjek dengan obesitas sering mengkonsumsi beef burger, burger ring on, eskrim, steak, tela-tela, tempura, dll. Subjek obesitas juga menyatakan bahwa saat mengerjakan tugas kelompok pasti subjek pergi ke tempat makan yang menyediakan aneka jenis fast food seperti KFC dan Mc Donald. Asupan sarapan juga mempengaruhi obesitas, subjek menyatakan bahwa tidak sarapan pagi karena terbatasnya waktu saat pagi, sehingga mereka memilih tidak sarapan agar tidak terlambat masuk sekolah. Subjek yang melewatkan sarapan merasa sangat lapar dan tidak dapat mengontrol nafsu makan sehingga pada saat jam istirahat makan siang, subjek makan dalam jumlah berlebih. Hal ini lah yang menyebabkan banyaknya remaja obesitas karena melewatkan waktu sarapan. Kebiasaan remaja yang dapat meningkatkan risiko obesitas lainnya adalah minimnya aktivitas fisik. Sepulang sekolah, remaja yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik seperti duduk santai, membaca, menonton TV, belajar, dan hanya berbaring. Selain hal-hal diatas, status gizi orangtua juga sangat berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orangtua mempengaruhi pola makan dan gaya hidup anak. Seorang anak yang memiliki orangtua gemuk yang terbiasa mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan minim aktivitas fisik, kemungkinan besar anak tersebut mewarisi kebiasaan serupa dan menjadikannya obesitas. Penelitian ini juga menunjukan bahwa kejadian obesitas lebih besar terjadi pada remaja laki-laki dibanding remaja perempuan. Menurut beberapa penelitian hal ini disebabkan karena remaja laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk santai saat akhir minggu atau waktu senggang. Selain itu kejadian obesitas banyak ditemukan pada remaja yang memiliki status ekonomi tinggi karena cenderung mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi, sedangkan obesitas yang ditemukan pada remaja berstatus ekonomi rendah disebabkan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Faktor psikologis seperti harga diri tidak mempengaruhi kejadian obesitas karena beberapa faktor seperti perkembangan individu yang positif dengan merasa dihargai dan dapat diterima ditengah keluarga serta lingkungan, serta dukungan orangtua yang selalu memberikan motivasi positif sehingga remaja memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Asupan serat juga tidak mempengaruhi obesitas karena subjek obesitas dan subjek non obesitas sama-sama masih kurang mengkonsumsi serat. Subjek non obesitas menyatakan bahwa mereka jarang mengkonsumsi sayur dan buah, dalam seminggu konsumsi sayur dan buah hanya 3 kali. Bahkan ada beberapa subjek yang mengaku sama sekali tidak mengkonsumsi sayuran. Alasan tidak mengkonsumsi makanan berserat karena kurang suka dengan sayur dan buah, lebih suka mengkonsumsi makanan kering seperti gorengan, aneka lauk, aneka jajanan, makanan manis, selain itu orangtua subjek juga jarang memasak sayur karena tidak tersedianya waktu akibat sibuk bekerja.
PERHITUNGAN RASIO ODDS
1. Hubungan Asupan Energi dan Kejadian Obesitas
Diketahui : a = 61 b = 39 c = 11 d = 33 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 2013/429 = 4,69 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 4,69 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel asupan energi merupakan faktor risiko, dengan kata lain yaitu remaja dengan asupan energi lebih berisiko 4,69 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan asupan energi cukup. 2. Hubungan Asupan Protein dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 30 b = 37 c = 42 d = 35 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1050/1554 = 0,67 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 0,67 yang berarti nilai rasio odds <1. Jadi variabel asupan protein merupakan faktor yang melindungi/mencegah atau faktor protektif, dengan kata lain remaja dengan asupan protein lebih 0,67 kali lebih tinggi terlindungi dari kejadian obesitas dibandingkan remaja dengan asupan protein cukup. 3. Hubungan Asupan Lemak dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 41 b = 26 c = 31 d = 46 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1886/806 = 2,33 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 2,33 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel asupan lemak merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan asupan lemak lebih berisiko 2,33 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan asupan lemak cukup. 4. Hubungan Asupan Karbohidrat dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 48 b = 31 c = 24 d = 41 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1968/744 = 2,64 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 2,64 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel asupan karbohidrat merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan asupan karbohidrat lebih 2,64 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan asupan karbohidrat cukup. 5. Hubungan Asupan Serat dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 43 b = 55 c = 29 d = 17 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 731/1595 = 0,45 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 0,45 yang berarti nilai rasio odds <1. Jadi variabel asupan serat merupakan faktor yang melindungi/mencegah atau faktor protektif, dengan kata lain remaja dengan asupan serat kurang 0,45 kali lebih tinggi terlindungi dari obesitas dibandingkan remaja dengan asupan serat cukup. 6. Hubungan Frekuensi Asupan Fast Food dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 44 b = 28 c = 28 d = 44 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1936/784 = 2,46 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 2,46 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel frekuensi asupan fast food merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan frekuensi asupan fast food sering 2,46 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan frekuensi asupan fast food jarang. 7. Hubungan Asupan Energi Fast Food dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 29 b = 44 c = 43 d = 28 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 812/1892 = 0,42 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 0,42 yang berarti nilai rasio odds <1. Jadi variabel asupan energi fast food merupakan faktor yang melindungi/mencegah atau faktor protektif, dengan kata lain remaja dengan asupan energi fast food tinggi 0,42 kali lebih tinggi terlindungi dari obesitas dibandingkan remaja dengan asupan energi fast food rendah. 8. Hubungan Aktivitas Fisik dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 41 b = 25 c = 31 d = 47 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1927/775 = 2,48 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 2,48 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel aktivitas fisik merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan aktivitas fisik yang tidak aktif 2,48 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan aktivitas fisik yang aktif. 9. Hubungan Harga Diri dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 30 b = 30 c = 42 d = 42 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 1260/1260 = 1,00 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 1,00 yang berarti nilai rasio odds =1. Jadi variabel harga diri bukan merupakan faktor risiko. 10. Hubungan Status Obesitas Ibu dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 50 b = 27 c = 22 d = 45 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 2250/594 = 3,78 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 3,78 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel status obesitas ibu merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan ibu yang obesitas 3,78 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan ibu yang tidak obesitas. 11. Hubungan Status Obesitas Ayah dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 46 b = 28 c = 26 d = 44 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 2024/728 = 2,78 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 2,78 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel status obesitas ayah merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja dengan ayah yang obesitas 2,78 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja dengan ayah yang tidak obesitas. 12. Hubungan Asupan Sarapan dan Kejadian Obesitas Diketahui : a = 47 b = 19 c = 25 d = 53 Ditanyakan : Rasio Odds (RO) ? Dijawab : RO = ad/bc = 2491/475 = 5,24 Interpretasi Hasil Dari hasil perhitungan rasio odds didapatkan hasil 5,24 yang berarti nilai rasio odds >1. Jadi variabel asupan sarapan merupakan faktor risiko, dengan kata lain remaja yang tidak sarapan 3,78 kali lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan remaja yang sarapan. DAFTAR PUSTAKA
1. Kurdanti, W, dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Obesitas
Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 11(4), 179-190