SISTEM SKELETAL
MAKALAH
Afrah (1906349324)
Allisya Aurelia (1906289054)
Feby Ayu Mutia Rachmawati (1906289104)
Mikayla Yazmine Thwayya (1906289161)
Sesilia Agata (1906349305)
• Tulang Belakang
Tulang belakang atau kolom vertebral terdiri dari 26 tulang
tidak beraturan yang terhubung sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulang yang fleksibel dengan struktur melengkung.
Awalnya, tulang belakang terdiri dari 33 tulang, namun Sembilan
diantaranya bergabung membentuk dua tulang yaitu sacrum dan tulang
ekor. Tulang belakang berfungsi sebagai penopang aksial dan
melindungi sumsum tulang belakang yang halus. Tulang belakang
terdiri dari 7 tulang leher (cervical), 12 tulang punggung (thoracic), 5
tulang pinggang (lumbar), sacrum, dan tulang ekor (coccyx).
• Thorax
·
Secara anatomi, thorax adalah dada. Thorax terdiri dari tulang
dada dan tulang rusuk. Tulang dada terletak di bagian tengah dada
yang sisi kanan dan kirinya merupakan tempat melekatnya tulang
rusuk. Tulang dada memberi perlindungan pada jantung, paru-paru,
dan pembuluh darah besar dari kerusakan. Tulang dada tersusun atas 3
tulang yaitu tulang hulu (manubrium), tulang badan (gladiolus), dan
tulang taju pedang (xiphoid process). Tulang rusuk berbentuk tipis,
bersama tulang dada membentuk rongga dada untuk melindungi
jantung dan paru-paru. Tulang tusuk dibagi menjadi 3 bagian yaitu
tulang rusuk sejati yang berjumlah 7 pasang, tulang rusuk palsu yang
berjumlah 3 pasang, dan tulang rusuk melayang yang berjumlah 2
pasang.
b. Rangka Apendikular
Kerangka dewasa terdiri dari 206 tulang utama yang dapat dibagi
menjadi enam kategori berdasarkan bentuknya :
a. Tulang sutural
Tulang sutural adalah tulang kecil, rata, dan tidak beraturan
diantara tulang pipih tengkorak.
b. Tulang iregular
Tulang yang memiliki bentuk kompleks dengan permukaan pendek,
datar, berlekuk, atau bergerigi yang tersusun oleh selapis tipis tulang
kompak di bagian luar dan bagian dalamnya diisi oleh tulang
spongiosa. Contoh dari tulang iregular adalah tulang belakang, tulang
panggul, dan beberapa tulang tengkorak
c. Tulang pendek
Tulang pendek berukuran kecil dan berbentuk kotak. Contoh dari
tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal).
d. Tulang pipih
Tulang pipih memiliki permukaan parallel yang tipis. Fungsi dari
tulang pipih adalah memberi perlindungan untuk jaringan lunak yang
ada di dalamnya dan memberi area permukaan luas untuk pemasangan
otot rangka. Tulang pipih dapat ditemukan pada tengkorak, tulang dada,
tulang rusuk, dan scapula.
e. Tulang panjang
Tulang panjang memiliki panjang yang lebih besar dari lebarnya.
Tulang panjang terletak di lengan bawah, paha, telapak rangan, dan
kaki. Tulang paha adalah tulang terbesar dan terberat di tubuh.
f. Tulang sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada
tendo-tendo tertentu. Tulang sesamoid terbesar adalah patella, yang
terdapat pada tendomusculus quadriceps femoris. Fungsi tulang
sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo dan merubah arah
tarikan tendo.
Dari penjelasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa tulang tidak padat
sepenuhnya. Terdapat rongga-rongga pada tulang dengan fungsinya masing-
masing seperti sumsum merah. Secara keseluruhan, tulang terdiri dari 80%
jaringan tulang compact(padat) dan 20% jaringan tulang spons.
a. Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran dimulai ketika osteoblas berdiferensiasi di
dalam mesenkim. Jenis osifikasi ini juga disebut osifikasi dermal karena
biasanya terjadi di dalam lapisan dermis. Contoh tulang dermal adalah
tulang pipih tengkorak, mandibular, dan klavikula).
1. Pengembangan pusat osifikasi. Sel mesenkim bergabung dan
berdiferensiasi menjadi sel osteogenik kemudian berdiferensiasi lagi
menjadi osteoblas. Osteoblas tersebut akan membuat matriks
ekstraseluler. Matriks yang pertama ini masih berupa bahan – bahan
organik (kolagen).
2. Kalsifikasi. Selanjutnya, sekresi matriks ekstraseluler berhenti, dan
sel-sel menjadi osteosit. Lalu dalam beberapa hari, kalsium dan garam
mineral lainnya bergabung sehingga matriks ekstraselular mengeras
atau kalsifikasi.
3. Pembentukan trabekula. Matriks ekstraseluler beerkembang menjadi
trabekula yang membentuk spons di sekitar pembuluh darah kemudian
berdiferensiasi menjadi sumsum tulang merah.
4. Perkembangan periosteum. Perkembangan periosteum (jaringan ikat
yang membungkus tulang) dari sel mesenkim yang berada di pinggiran
tulang.
b. Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral merupakan osifikasi yang mengubah tulang rawan
menjadi tulang keras. Pada saat embrio berusia enam minggu, proksimal
tulang anggota badan, humerus (anggota tubuh atas) dan tulang paha
(ekstremitas bawah), telah terbentuk, tetapi mereka tersusun seluruhnya
tulang rawan.
1. Pengembangan model tulang rawan. Sel mesenkim berkumpul menjadi
kondroblas. Kondroblas mengeluarkan matriks ekstraseluler tulang rawan,
menghasilkan model tulang rawan yang terdiri dari tulang rawan hialinyang
terbungkus selaput perikondrium.
2. Pertumbuhan model tulang rawan. Kondroblas dikelilingi matriks
ekstraseluler sehingga menjadi kondrosit. Lalu, kartilago mengalami
pertumbuhan interstitial berupa peningkatan panjang. Tulang rawan juga
menebal karena pembelahan sel di perikondrium sehingga mengalami
pertumbuhan apposisional (pertumbuhan di permukaan luar). Nantinya,
kondrosit ini kemudian membuat matriks yang ada kalsiumnya (kalsifikasi)
dan sebagiannya mati meninggalkan ruang yang disebut lakuna.
3. Pengembangan pusat osifikasi primer. Pembuluh darah masuk melalui
perikondrium sehingga muncul sel osteogenik dan berkembang menjadi sel
osteoblas. Setelah perikondrium mulai membentuk tulang, dikenal sebagai
periosteum. Lalu trabeluka terbentuk dari matriks ekstraseluler yang dibentuk
osteoblas.
4. Perkembangan rongga meduler (sumsum). Osteoklas melubangi trabeluka
yang ada di rongganya.
5. Pengembangan pusat osifikasi sekunder. Pembentukan tulang mirip
dengan yang di pusat osifikasi primer. Namun satu perbedaan adalah proses
pembentukannya berada di bagian dalam epifisis.
6. Pembentukan tulang rawan artikular dan cakra epifisis. Tulang rawan
hialin yang menutupi epifisis menjadi tulang rawan articular. Sisa-sisa tulang
rawan diantara diafisis dan episis berubah menjadi cakra epifis. Seiring
perkembangan pubertas, cakra epifis ini akan menipis dan menghilang.
IV. Proses Remodelling Tulang
Tulang secara berkala akan mengalami pembentukan kembali
(remodelling). Proses bone remodelling meliputi resorpsi dan formasi. Pada
saat resorpsi, tulang yang tua akan dicerna oleh sel osteoklas. Pada saat
formasi, jaringan tulang yang baru akan menggantikan tulang yang telah
rusak, dan hal ini dilakukan oleh sel osteoblas. Fungsi osteoklas dan osteoblas
diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid, vitamin D, estrogen dan testosteron.
Pembentukan tulang kembali harus dengan keseimbangan fungsi
osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi di permukaan tulang. Fungsi proses
pembentukan tulang kembali yaitu untuk melindungi tulang dari efek
kerusakan dan menjaga kekuatan tulang.
Seiring berjalannya waktu, akan terjadi gangguan keseimbangan
pembentukan tulang. Pada wanita menopause, osteoklas lebih aktif dan
osteoblas kurang aktif, sehingga tulang lebih banyak dirusak dan lebih sedikit
dibentuk dan terjadi gangguan struktur mikroskopis tulang dan terjadi
pengurangan massa tulang menyeluruh.
Kekuatan tulang dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas tulang.
Kuantitas yaitu kepadatan tulang, sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa)
tulang dan kandungan tulang.
Langkah pertama, osteoklas akan menyelenggarakan resorpsi melalui proses
asidifikasi dan digesti proteolitik. Setelah osteoklas meninggalkan daerah
resorpsi, osteoblas menginvasi area tersebut dan memulai proses formasi
dengan cara mensekresi osteoid (matriks kolagen dan protein lain) yang
kemudian mengalami mineralisasi. Kecepatan resorpsi dan formasi tulang
harus berlangsung dalam kecepatan yang sama sehingga massa tulang tetap
konstan.
Keseimbangan antara aktivitas osteoklastik dan osteblastik dijaga oleh
hormon steroid pada sel-sel tulang. Gangguan dalam regulasi tersebut akan
terlihat pada penuaan dan keadaan defisiensi hormon estrogen. Faktor-faktor
risiko yang juga dikenal mempengaruhi massa dan densitas tulang antara lain
densitas tulang awal (yang dibawa ketika lahir) dan ketersediaan kalsium.
Faktor lain yang berperan dalam regulasi remodeling tulang ialah vitamin D,
dimana suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kepadatan tulang, bahkan
pada wanita menopause sekalipun. Hormon paratiroid dapat meningkatkan
resorpsi tulang dengan cara melepaskan kalsium dari matriks tulang ke dalam
sirkulasi darah untuk menjaga kadar kalsium darah agar tetap normal.
5. Pott
Fraktur ujung distal tulang kaki lateral (fibula), dengan cedera serius
artikulasi tibialis distal.
6. Colles
7. Fraktur ujung distal tulang lengan bawah lateral (jari-jari) di mana fragmen
distal dipindahkan ke posterior.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2008. Kamus besar bahasa Indonesia.
[daring] Jakarta: Balai Pustaka. Tersedia di: <https://kbbi.web.id/grafik>
Strong Medicine, 2013. Calcium and Phosphate Metabolism. [video daring]. Tersedia
di: https://www.youtube.com/watch?v=SWv-aY4RH3c [Diakses pada 5 Februari
2020].
Marieb, E. and Hoehn, K. (2013). Human anatomy & physiology. Boston: Pearson.
Tortora, G. and Derrickson, B. (2012). Principles of anatomy & physiology. 13th ed.
Hoboken, NJ: Wiley.