Anda di halaman 1dari 28

UNIVERSITAS INDONESIA

SISTEM SKELETAL

MAKALAH

Afrah (1906349324)
Allisya Aurelia (1906289054)
Feby Ayu Mutia Rachmawati (1906289104)
Mikayla Yazmine Thwayya (1906289161)
Sesilia Agata (1906349305)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI GIZI
DEPOK
MARET 2019
I. Jenis Tulang
Tulang menyusun sistem rangka manusia sehingga terbentuk kerangka
tubuh yang kokoh. Struktur tulang keras dan kaku sehingga tulang menjadi
penopang dan membentuk tubuh manusia.
1. Tulang Berdasarkan Letak
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, tulang dibedakan berdasarkan
letaknya. Berdasarkan letaknya, ada tulang yang menyusun rangka aksial
dan ada pula yang menyusun rangka apendikular.
a. Rangka Aksial
Rangka aksial tersusun dari 80 tulang yang terdiri dari tiga wilayah
utama yaitu tengkorak, toraks, dan vertebra dimana bagian ini
menopang bagian tubuh kepala, leher dan. badan. Rangka ini memiliki
fungsi melindungi otak, sumsum tulang belakang, dan organ-organ
yang berada di dalam toraks.
• Tengkorak

Tengkorak dibentuk oleh 22 tulang yang terdiri dari 8 tulang


tengkorak dan 12 tulang wajah. Tulang tengkorak juga disebut sebagai
tulang cranium karena berfungsi untuk membungkus dan melindungi
otak yang rapuh. Tulang tengkorak terdiri dari 2 tulang parietal, 2
tulang temporal, occipital, sphenoid, dan ethmoid. Tulang wajah
terdiri dari 2 tulang nasal, 2 tulang lacrimal, mandibula, 2 maxilla, 2
tulang nasal, 2 tulang palatine, vomer, dan 2 tulang zygomatic.

• Tulang Belakang
Tulang belakang atau kolom vertebral terdiri dari 26 tulang
tidak beraturan yang terhubung sedemikian rupa sehingga
menghasilkan tulang yang fleksibel dengan struktur melengkung.
Awalnya, tulang belakang terdiri dari 33 tulang, namun Sembilan
diantaranya bergabung membentuk dua tulang yaitu sacrum dan tulang
ekor. Tulang belakang berfungsi sebagai penopang aksial dan
melindungi sumsum tulang belakang yang halus. Tulang belakang
terdiri dari 7 tulang leher (cervical), 12 tulang punggung (thoracic), 5
tulang pinggang (lumbar), sacrum, dan tulang ekor (coccyx).

• Thorax

·
Secara anatomi, thorax adalah dada. Thorax terdiri dari tulang
dada dan tulang rusuk. Tulang dada terletak di bagian tengah dada
yang sisi kanan dan kirinya merupakan tempat melekatnya tulang
rusuk. Tulang dada memberi perlindungan pada jantung, paru-paru,
dan pembuluh darah besar dari kerusakan. Tulang dada tersusun atas 3
tulang yaitu tulang hulu (manubrium), tulang badan (gladiolus), dan
tulang taju pedang (xiphoid process). Tulang rusuk berbentuk tipis,
bersama tulang dada membentuk rongga dada untuk melindungi
jantung dan paru-paru. Tulang tusuk dibagi menjadi 3 bagian yaitu
tulang rusuk sejati yang berjumlah 7 pasang, tulang rusuk palsu yang
berjumlah 3 pasang, dan tulang rusuk melayang yang berjumlah 2
pasang.

b. Rangka Apendikular

Rangka apendikular tersusun atas tulang yang merupakan


tambahan dari rangka aksial. Rangka apendikular membantu kita
untuk berdiri, berjalan, menulis, membalik halaman, makan, dan
sebagainya. Rangka apendikular tersusun dari tulang anggota gerak
atas, anggota gerak bawah, gelang bahu, dan gelang panggul. Gelang
bahu disusun oleh tulang scapula dan klavikula. Tulang anggota gerak
atas disusun oleh humerus, radius dan ulna, carpal, meta karpal, dan
palanges. Gelang panggul tersusun atas illium, ischium, dan pubis.
Anggota gerak bawah disusun oleh tulang femur, patella, tibia, fibula,
tarsal, meta tarsal, dan phalanges.

2. Tulang Berdasarkan Bentuk

Kerangka dewasa terdiri dari 206 tulang utama yang dapat dibagi
menjadi enam kategori berdasarkan bentuknya :
a. Tulang sutural
Tulang sutural adalah tulang kecil, rata, dan tidak beraturan
diantara tulang pipih tengkorak.
b. Tulang iregular
Tulang yang memiliki bentuk kompleks dengan permukaan pendek,
datar, berlekuk, atau bergerigi yang tersusun oleh selapis tipis tulang
kompak di bagian luar dan bagian dalamnya diisi oleh tulang
spongiosa. Contoh dari tulang iregular adalah tulang belakang, tulang
panggul, dan beberapa tulang tengkorak
c. Tulang pendek
Tulang pendek berukuran kecil dan berbentuk kotak. Contoh dari
tulang pendek adalah tulang pergelangan tangan (karpal) dan tulang
pergelangan kaki (tarsal).
d. Tulang pipih
Tulang pipih memiliki permukaan parallel yang tipis. Fungsi dari
tulang pipih adalah memberi perlindungan untuk jaringan lunak yang
ada di dalamnya dan memberi area permukaan luas untuk pemasangan
otot rangka. Tulang pipih dapat ditemukan pada tengkorak, tulang dada,
tulang rusuk, dan scapula.
e. Tulang panjang
Tulang panjang memiliki panjang yang lebih besar dari lebarnya.
Tulang panjang terletak di lengan bawah, paha, telapak rangan, dan
kaki. Tulang paha adalah tulang terbesar dan terberat di tubuh.
f. Tulang sesamoid
Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada
tendo-tendo tertentu. Tulang sesamoid terbesar adalah patella, yang
terdapat pada tendomusculus quadriceps femoris. Fungsi tulang
sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo dan merubah arah
tarikan tendo.

II. Struktur Tulang


1. Struktur makroskopis tulang
Tulang terdiri dari banyak komponen dan jaringan-jaringan seperti
jaringan saraf, jaringan ikat, kartilago, dan pembuluh darah. Untuk
mengetahui komponen-komponennya, struktur tulang dapat ditelaah mulai
dari struktur makroskopisnya yang bisa dilihat dengan mata.
Gambar diatas merupakan humerus yang merupakan tulang panjang.
Tulang panjang memiliki bagian-bagian dengan ciri dan fungsi yang
berbeda-beda. Diaphysis merupakan poros tulang atau bagian utama
tulang yang panjang dan berbentuk silindris. Lapisan luarnya tersusun atas
compact yang didalamnya terdapat rongga meduler. Rongga ini berisi
sumsum tulang kuning berlemak dan pembuluh darah pada manusia
dewasa. Rongga ini meminimalkan berat tulang dengan mengurangi
bagian tulang padat. Ronggal meduler dilapisi oleh membran tipis yang
disebut endosteum. Endosteum mengandung sel pembentuk tulang dan
sedikit jaringan ikat. Ujung dari tulang disebut sebagai epiphysis. Pada
bagian ini terdapat tulang spons yang berongga dan berisi sumsum tulang
merah yang menghasilkan sel darah. Diantara epiphysis dan diaphysis
terdapat bagian yang disebut dengan metaphysis. Pada bagian ini terdapat
epiphyseal plate atau bisa juga disebut cakra epifise yang merupakan
tulang rawan. Cakra epifise ini memungkinkan diafisis tulang bertambah
panjang sehingga manusia bertambah tinggi. Ketika manusia berusia
sekitar 18-21 tahun, tulang rawan ini akan mengalami osifikasi atau
pengerasan dan digantikan oleh tulang yang disebut epiphyseal line.
Bagian epifisis dilapisi oleh articular cartilage yang merupakan
lapisan tipis tulang rawan hialin. Lapisan ini memungkinkan tulang
membentuk sendi dengan tulang lainnya. Tulang rawan ini berfungsi
mengurangi gesekan dan menyerap benturan pada sendi yang dapat
bergerak bebas. Bagian yang tidak dilapisi oleh articular cartilage akan
dilapisi oleh membrane yang disebut periosteum. Periosteum terdiri dari
jaringan ikat padat tidak beraturan dan lapisan osteogenic yang
mengandung stem cells primitif. Periosteum memungkinkan tulang untuk
menebal, tetapi tidak memanjang. Makadari itu, periosteum berfungsi
untuk melindungi tulang, membantu perbaikan fraktur, menyehatkan
jaringan tulang, dan sebagai perlekatan untuk ligamen dan tendon.

2. Struktur mikroskopis tulang


Selain memiliki struktur makroskopis, tulang juga memiliki struktur
mikroskopis. Tulang mengandung matriks ekstraseluler yang terdiri dari
15% air, 30% serat kolagen, dan 55% garam mineral. Garam mineral yang
paling banyak adalah kalium fosfat [Ca3 (PO4) 2]. Garam mineral ini akan
bergabung dengan garam mineral lain seperti kalsium hidroksida [Ca
(OH) 2] untuk membentuk hydroxyapatite [Ca10(PO4)6(OH)2]. Kristal
yang sudah terbentuk akan bergabung dengan garam mineral lainnya
seperti kalsium karbonat (CaCO3), dan ion seperti magnesium, fluoride,
potasium, dan sulfat. Garam mineral tersebut kemudian akan diendapkan
oleh serat kolagen sehingga garam tersebut mengkristal dan jaringan
tulang mengeras. Proses mineralisasi jaringan tulang tersebut dinamakan
dengan proses kalsifikasi (calsification).
Proses kalsifikasi ini dimulai dengan sel-sel pembentuk tulang.
Berikut adalah sel-sel pembentuk tulang :
a. Sel osteogenic
Sel osteogenic adalah sel tulang yang mengalami pembelahan
sel dan berdiferensiasi menjdi osteoblast. Sel ini dapat mengaktivasi
pertumbuhan tulang dengan cepat. Sel-sel osteogenic ditemukan pada
bagian dalam periosteum, endosteum, dan kanal-kanal dalam tulang
yang mengandung pembuluh darah.
b. Osteoblas
Osteoblas mensintesis dan mengeluarkan serat kolagen beserta
komponen organik lainnya untuk menyusun matriks ekstraseluler
tulang (pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang).
Osteoblas yang sudah dikelilingi matriks di dalam tulang disebut
dengan osteosit.
c. Osteosit
Osteosit adalah sel tulang dewasa yang menjadi sel utama
dalam jaringan tulang. Sel osteosit berperan dalam pertukaran nutrisi
dengan darah seperti pelepasan kalsium ke darah. Sel ini berfungsi
untuk memelihara kesehatan tulang dan berperan dalam perbaikan
tulang.
d. Osteoklas
Osteoklas berasal dari gabungan 50 monosit (sel darah putih)
yang berada di endosteum. Sel ini dapat melepaskan enzim lisosom
yang kuat dan asam untuk menyerap matriks tulang. Proses
penghancuran matriks tulang ini dinamakan dengan resorpsi
(resorption). Osteoklas membantu mengatur tingkat kalsium darah
sehingga dapat digunakan sebagai terapi obat untuk osteoporosis.

Dari penjelasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa tulang tidak padat
sepenuhnya. Terdapat rongga-rongga pada tulang dengan fungsinya masing-
masing seperti sumsum merah. Secara keseluruhan, tulang terdiri dari 80%
jaringan tulang compact(padat) dan 20% jaringan tulang spons.

Jaringan tulang kompak merupakan jaringan tulang yang kuat.


Jaringan ini ditemukan di bawah periosteum tulang dan bagian terbesar dari
diafisis tulang panjang. Jaringan tulang kompak memberikan perlindungan
kepada tulang karena strukturnya yang kuat. Namun, tulang kompak tidak
padat sepenuhnya. Bila diperbesar, dapat terlihat unit-unit tulang seperti
tabung dengan kanal pada setiap struktur unit. Struktur unit ini disebut dengan
osteon atau sistem havers. Dalam sistem havers terdapat lakuna, lamella,
kanalikuli, dan kanal pusat.
Ditengah osteon, terdapat kanal yang mengandung pembuluh darah
(kapiler dan venula yang sangat kecil) yang membawa darah dari dan menuju
osteon. Kanal ini disebut sebagai kanal pusat. Di sekeliling kanal tersebut
terdapat lapisan-lapisan matriks tulang yang disebut lamella. Diantara lamella,
terdapat rongga kecil yang disebut lakuna dimana lakuna tersebut
mengandung osteosit. Disekitar lakuna, terdapat kanalikuli yang memancar ke
segala arah. Kanalikuli tersebut mengandung cairan ekstraseluler. Kanalikuli
berfungsi menghubungkan lakuna satu sama lain dengan kanal sentral
sehingga dapat menyalurkan nutrisi dan oksigen untuk osteosit.

Diantara osteon yang berdekatan, terdapat lamela yang disebut lamella


interstitial yang juga memiliki lakuna dan kanalikuli. Lamela ini berasal dari
osteon yang lebih tua sehingga sudah dihancurkan sebagian pada saat
pertumbuhan atau pembentukan tulang. Pembuluh darah, pembuluh limfatik,
dan saraf dari periosteum sampai ke tulang kompak melalui kanal Volkmann
yang menghubungkan osteon yang satu dengan yang lainnya.

Berbeda dengan jaringan tulang kompak, jaringan tulang spons disebut


juga sebagai jaringan tulang trabekular atau cancellous yang tidak
mengandung osteon. Jaringan tulang spons selalu berada di bagian dalam
tulang dan dilindungi oleh penutup tulang yang padat. Jaringan ini terdiri dari
lamella tidak beraturan yang disebut trabekula. Diantara trabekula, terdapat
ruang yang terlihat oleh mata. Ruang ini diisi oleh sumsum merah yang
menghasilkan sel darah dan sumsum kuning (jaringan adiposa). Setiap
trabekula memiliki lamella, lakuna yang berisi osteosit, dan kanalikuli yang
memancar keluar dari lakuna. Jaringan tulang spons membentuk sebagian
besar jaringan tulang bagian dalam dari tulang pendek, pipih, sesamoid, dan
irregular. Jaringan spons mengurangi berat keseluruhan tulang sehingga
memungkinkan tulang untuk bergerak lebih mudah.

III. Pertumbuhan Tulang


Pertumbuhan tulang menentukan ukuran dan proporsi dari tubuh
manusia. Pertumbuhan dimulai dengan pembentukan tulang (osifikasi).
Osifikasi terjadi dalam dua cara: endokondral dan intramembran. Proses
pengendapan kalsium (kalsifikasi) berlangsung selama osifikasi, tetapi juga
bisa terjadi pada jaringan lain. Kerangka tulang mulai terbentuk sekitar enam
minggu setelah fertilisasi. Pada tahap ini, elemen kerangka yang ada terbuat
dari tulang rawan. Selama perkembangan janin, di luar minggu kedelapan,
kartilago kemudian digantikan oleh tulang, oleh osifikasi endokhondral
ataupun osifikasi intramembran. Pengerasan endokhondral sebagian besar
terjadi pada tulang panjang, sementara osifikasi intramembran kebanyakan
terjadi pada tulang pipih. Selama perkembangan setelah lahir, tulang
mengalami peningkatan ukuran. Pertumbuhan tulang berlanjut sampai masa
remaja, dan bagian kerangka biasanya tidak berhenti tumbuh hingga sekitar
usia 25 tahun.

a. Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran dimulai ketika osteoblas berdiferensiasi di
dalam mesenkim. Jenis osifikasi ini juga disebut osifikasi dermal karena
biasanya terjadi di dalam lapisan dermis. Contoh tulang dermal adalah
tulang pipih tengkorak, mandibular, dan klavikula).
1. Pengembangan pusat osifikasi. Sel mesenkim bergabung dan
berdiferensiasi menjadi sel osteogenik kemudian berdiferensiasi lagi
menjadi osteoblas. Osteoblas tersebut akan membuat matriks
ekstraseluler. Matriks yang pertama ini masih berupa bahan – bahan
organik (kolagen).
2. Kalsifikasi. Selanjutnya, sekresi matriks ekstraseluler berhenti, dan
sel-sel menjadi osteosit. Lalu dalam beberapa hari, kalsium dan garam
mineral lainnya bergabung sehingga matriks ekstraselular mengeras
atau kalsifikasi.
3. Pembentukan trabekula. Matriks ekstraseluler beerkembang menjadi
trabekula yang membentuk spons di sekitar pembuluh darah kemudian
berdiferensiasi menjadi sumsum tulang merah.
4. Perkembangan periosteum. Perkembangan periosteum (jaringan ikat
yang membungkus tulang) dari sel mesenkim yang berada di pinggiran
tulang.
b. Osifikasi Endokondral
Osifikasi endokondral merupakan osifikasi yang mengubah tulang rawan
menjadi tulang keras. Pada saat embrio berusia enam minggu, proksimal
tulang anggota badan, humerus (anggota tubuh atas) dan tulang paha
(ekstremitas bawah), telah terbentuk, tetapi mereka tersusun seluruhnya
tulang rawan.
1. Pengembangan model tulang rawan. Sel mesenkim berkumpul menjadi
kondroblas. Kondroblas mengeluarkan matriks ekstraseluler tulang rawan,
menghasilkan model tulang rawan yang terdiri dari tulang rawan hialinyang
terbungkus selaput perikondrium.
2. Pertumbuhan model tulang rawan. Kondroblas dikelilingi matriks
ekstraseluler sehingga menjadi kondrosit. Lalu, kartilago mengalami
pertumbuhan interstitial berupa peningkatan panjang. Tulang rawan juga
menebal karena pembelahan sel di perikondrium sehingga mengalami
pertumbuhan apposisional (pertumbuhan di permukaan luar). Nantinya,
kondrosit ini kemudian membuat matriks yang ada kalsiumnya (kalsifikasi)
dan sebagiannya mati meninggalkan ruang yang disebut lakuna.
3. Pengembangan pusat osifikasi primer. Pembuluh darah masuk melalui
perikondrium sehingga muncul sel osteogenik dan berkembang menjadi sel
osteoblas. Setelah perikondrium mulai membentuk tulang, dikenal sebagai
periosteum. Lalu trabeluka terbentuk dari matriks ekstraseluler yang dibentuk
osteoblas.
4. Perkembangan rongga meduler (sumsum). Osteoklas melubangi trabeluka
yang ada di rongganya.
5. Pengembangan pusat osifikasi sekunder. Pembentukan tulang mirip
dengan yang di pusat osifikasi primer. Namun satu perbedaan adalah proses
pembentukannya berada di bagian dalam epifisis.
6. Pembentukan tulang rawan artikular dan cakra epifisis. Tulang rawan
hialin yang menutupi epifisis menjadi tulang rawan articular. Sisa-sisa tulang
rawan diantara diafisis dan episis berubah menjadi cakra epifis. Seiring
perkembangan pubertas, cakra epifis ini akan menipis dan menghilang.
IV. Proses Remodelling Tulang
Tulang secara berkala akan mengalami pembentukan kembali
(remodelling). Proses bone remodelling meliputi resorpsi dan formasi. Pada
saat resorpsi, tulang yang tua akan dicerna oleh sel osteoklas. Pada saat
formasi, jaringan tulang yang baru akan menggantikan tulang yang telah
rusak, dan hal ini dilakukan oleh sel osteoblas. Fungsi osteoklas dan osteoblas
diatur oleh kalsitonin, hormon paratiroid, vitamin D, estrogen dan testosteron.
Pembentukan tulang kembali harus dengan keseimbangan fungsi
osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi di permukaan tulang. Fungsi proses
pembentukan tulang kembali yaitu untuk melindungi tulang dari efek
kerusakan dan menjaga kekuatan tulang.
Seiring berjalannya waktu, akan terjadi gangguan keseimbangan
pembentukan tulang. Pada wanita menopause, osteoklas lebih aktif dan
osteoblas kurang aktif, sehingga tulang lebih banyak dirusak dan lebih sedikit
dibentuk dan terjadi gangguan struktur mikroskopis tulang dan terjadi
pengurangan massa tulang menyeluruh.
Kekuatan tulang dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas tulang.
Kuantitas yaitu kepadatan tulang, sedangkan kualitas yaitu ukuran (massa)
tulang dan kandungan tulang.
Langkah pertama, osteoklas akan menyelenggarakan resorpsi melalui proses
asidifikasi dan digesti proteolitik. Setelah osteoklas meninggalkan daerah
resorpsi, osteoblas menginvasi area tersebut dan memulai proses formasi
dengan cara mensekresi osteoid (matriks kolagen dan protein lain) yang
kemudian mengalami mineralisasi. Kecepatan resorpsi dan formasi tulang
harus berlangsung dalam kecepatan yang sama sehingga massa tulang tetap
konstan.
Keseimbangan antara aktivitas osteoklastik dan osteblastik dijaga oleh
hormon steroid pada sel-sel tulang. Gangguan dalam regulasi tersebut akan
terlihat pada penuaan dan keadaan defisiensi hormon estrogen. Faktor-faktor
risiko yang juga dikenal mempengaruhi massa dan densitas tulang antara lain
densitas tulang awal (yang dibawa ketika lahir) dan ketersediaan kalsium.
Faktor lain yang berperan dalam regulasi remodeling tulang ialah vitamin D,
dimana suplementasi vitamin D dapat meningkatkan kepadatan tulang, bahkan
pada wanita menopause sekalipun. Hormon paratiroid dapat meningkatkan
resorpsi tulang dengan cara melepaskan kalsium dari matriks tulang ke dalam
sirkulasi darah untuk menjaga kadar kalsium darah agar tetap normal.

Remodelling tulang dapat dibagi menjadi enam fase, yakni quiescent,


activation, resorption, reversal, formation, dan mineralization. Mineralization
merupakan tahap yang paling akhir, lebih difokuskan pada daerah yang
membutuhkan perbaikan (Crockett et al. 2011).
1. Fase quiescent. Merupakan fase tulang pada saat istirahat.
2. Fase activation. Fase ini mencakup perekrutan dan aktivasi dari
mononuclear monocyte-macrophage osteoclast precursors, sehingga
menyebabkan interaksi dari sel prekursor osteoklas dan osteoblast. Hal
ini mengakibatkan diferensiasi, migrasi, dan fusi dari osteoklas
multinukleasi yang berukuran besar.
3. Fase Resorption. Osteoklas mulai untuk menghancurkan matriks
mineral dan matriks osteoid.
4. Fase Reversal. Pada saat fase ini, resorpsi tulang bertransisi menjadi
pembentukan tulang. Setelah proses resorpsi selesai, kavitas resorpsi
akan mengandung banyak sel mononuclear, termasuk monosit,
osteosit yang dilepas dari matriks tulang, dan preosteoblas, direkrut
untuk memulai pembentukan tulang yang baru.
5. Fase Formation. Setelah osteoklas telah meresorpsi tulang, osteoklas
akan melepaskan diri dari permukaan tulang dan digantikan oleh sel
osteoblas, yang akan menginisiasi pembentukan tulang.
6. Fase Mineralization.

V. Proses Penyembuhan Fraktur


Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Fraktur diberi nama sesuai dengan tingkat keparahannya, bentuk atau posisi garis
fraktur, atau bahkan dokter yang pertama kali menggambarkannya. Berikut
merupakan jenis-jenis fraktur:
1. Open (terbuka)
Ujung-ujung tulang yang patah menonjol keluar melalui kulit. Sebaliknya,
fraktur tertutup (sederhana) tidak pecah kulit.

2. Comminuted Fracture (Fraktur Kominutif)


Tulang pecah, hancur, atau pecah berkeping-keping di lokasi benturan, dan
fragmen tulang yang lebih kecil terletak di antara dua fragmen utama.
3. Greenstick Fracture
Fraktur parsial di mana satu sisi tulang patah dan sisi lainnya menekuk; mirip
dengan cara ranting hijau pecah di satu sisi sementara sisi lain tetap utuh,
tetapi tertekuk; hanya terjadi pada anak-anak, yang tulangnya tidak mengeras
sepenuhnya dan mengandung lebih banyak bahan organik daripada bahan
anorganik.

4. Impacted (Fraktur Impaksi)


Salah satu ujung tulang yang patah didorong dengan paksa ke dalam interior
yang lain.

5. Pott
Fraktur ujung distal tulang kaki lateral (fibula), dengan cedera serius
artikulasi tibialis distal.
6. Colles
7. Fraktur ujung distal tulang lengan bawah lateral (jari-jari) di mana fragmen
distal dipindahkan ke posterior.

Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai


usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan – kerusakan yang dialaminya.
Adapaun tahapan penyembuhan fraktur terdiri dari:
1. Pembentukan Hematoma Fraktur
Pembuluh darah yang melewati garis fraktur rusak. Ketika darah
bocor dari ujung pembuluh yang sobek, massa darah (biasanya
menggumpal) terbentuk di sekitar lokasi fraktur. Massa darah ini, disebut
fraktur hematoma, biasanya terbentuk 6 hingga 8 jam setelah cedera.
Karena sirkulasi darah berhenti di tempat di mana hematoma fraktur
terbentuk, sel-sel tulang di dekatnya mati. Pembengkakan dan peradangan
terjadi sebagai respons terhadap sel-sel tulang mati, menghasilkan puing-
puing seluler tambahan. Fagosit (neutrofil dan makrofag) dan osteoklas
mulai mengangkat jaringan yang mati atau rusak di dalam dan di sekitar
fraktur hematoma. Tahap ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
2. Pembentukan Kalus Fibrocartilaginous
Fibroblast dari periosteum menyerang lokasi fraktur dan
menghasilkan serat kolagen. Selain itu, sel-sel dari periosteum
berkembang menjadi kondroblas dan mulai menghasilkan fibrokartilago di
daerah ini. Peristiwa-peristiwa ini mengarah pada pengembangan kalus
fibrokartilagi (lunak), suatu massa jaringan perbaikan yang terdiri dari
serat kolagen dan tulang rawan yang menjembatani ujung-ujung yang
rusak dari tulang. Pembentukan kalus fibrokartilagi membutuhkan waktu
sekitar 3 minggu.
3. Pembentukan Kalus Tulang
Di daerah yang lebih dekat dengan jaringan tulang sehat yang
divaskularisasi dengan baik, sel-sel osteogenik berkembang menjadi
osteoblas, yang mulai menghasilkan trabekula tulang yang kenyal.
Trabecula bergabung dengan bagian hidup dan mati dari fragmen tulang
asli. Belakangan, fibrocartilage diubah menjadi tulang seperti spons, dan
kalus kemudian disebut kalus bertulang (keras). Kalus bertulang
berlangsung sekitar 3 hingga 4 bulan.
4. Renovasi Tulang
Tahap akhir perbaikan fraktur adalah remodeling tulang kalus.
Bagian-bagian yang mati dari fragmen asli dari patah tulang secara
bertahap diserap oleh osteoklas. Tulang kompak menggantikan tulang
kenyal di sekitar pinggiran fraktur. Kadang-kadang, proses perbaikannya
sangat menyeluruh sehingga garis fraktur tidak terdeteksi, bahkan dalam
radiografi (x-ray). Namun, area yang menebal pada permukaan tulang
tetap sebagai bukti fraktur yang sembuh.

Meskipun tulang memiliki suplai darah yang besar, penyembuhan


terkadang membutuhkan waktu berbulan-bulan. Kalsium dan fosfor yang
dibutuhkan untuk memperkuat dan mengeraskan tulang baru disimpan secara
bertahap, dan sel-sel tulang umumnya tumbuh dan bereproduksi secara
lambat. Gangguan sementara dalam pasokan darah mereka juga membantu
menjelaskan kelambatan penyembuhan tulang yang patah parah.

VI. Metabolisme Kalsium dan Fosfor


Menurut KBBI (2008), metabolisme adalah pertukaran, pembentukan, dan
penguraian zat pada organisme di dalam tubuh yang memungkinkan
berlangsungnya hidup. Secara singkat, metabolisme adalah proses perputaran atau
gerak berputar (KBBI, 2008). Jadi, metabolisme kalsium dan fosfor adalah
pertukaran atau perpindahan zat berupa kalsium dan fosfor di dalam tubuh untuk
keberlangsungan hidup.
Metabolisme kalsium dan fosfor berlangsung dengan bantuan mediator berupa
hormon paratiroid (PTH) dan vitamin D aktif atau calcitriol. Agar hormon
paratiroid dan calcitriol dapat bekerja, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara
mengaktifkan PTH dan calcitriol. Sedangkan, untuk membahas metabolisme
kalsium dan fosfor, kita perlu mengetahui bentuk penyimpanan kalsium dan
fosfor, regulasi kalsium dan fosfor di dalam tubuh, dan homeostasis kalsium dan
fosfor di dalam tubuh (Strong Medicine, 2013).
Kalsium di dalam tubuh disimpan di dalam tulang dan plasma darah. Tulang
tersusun atas kalsium. Bentuk kalsium yang tersimpan di dalam tulang bernama
hydroxyapatite atau Ca10(PO4)6(OH)2. Selain tulang, kalsium tersimpan di dalam
plasma darah yang tersusun atas 45% ion kalsium bebas, 40% berikatan dengan
protein (albumin), dan 15% dalam bentuk anion (sitrat, sulfat, dan fosfat) (Strong
Medicine, 2013).
Fosfor di dalam tubuh disimpan di dalam tulang, cairan intraseluler, dan fosfat
anorganik. Pada tulang, fosfor disimpan dalam bentuk yang sama seperti kalsium,
yaitu hydroxyapatite atau Ca10(PO4)6(OH)2. Fosfor di dalam cairan intraseluler
memiliki tiga jenis bentuk, yaitu fosfor sebagai penyusun fosfolipid pada
membran sel; RNA dan DNA; serta ATP dan ADP. Bentuk yang terakhir adalah
fosfat anorganik dengan rumus molekul HPO42-dan H2PO4- dengan rasio 4 : 1 pada
pH 7.40. Fosfat anorganik biasanya berada di dalam darah sebagai sistem buffer
(Strong Medicine, 2013).
Media keseimbangan kalsium dan fosfor berasal dari sistem endokrin, yaitu
hormon paratiroid dan calcitriol/vitamin D aktif. Hormon paratiroid (PTH)
disintesis dan disekresi oleh sel chief pada kelenjar paratiroid. Sekresi PTH diatur
oleh kalsium dan status asam-basa. Cara kerja pengaturan PTH yang dipengaruhi
oleh kalsium misalnya terjadi di dalam serum. Jika di dalam serum kalsium
bertambah, maka sekresi PTH akan berkurang. Sebaliknya, jika di dalam serum
kalsium berkurang, maka sekresi PTH akan bertambah. Kerja PTH adalah
menambahkan serum kalsium dan mengurangi serum fosfor pada arah aliran
serum. Selanjutnya, kerja pengaturan PTH yang dipengaruhi oleh asam-basa
dapat terjadi saat pH serum yang bersifat asam, maka PTH akan disekresi.
Sedangkan, jika pH serum bersifat basa, maka pensekresian PTH akan berkurang
(Strong Medicine, 2013).
Calcitriol atau biasa dikenal dengan vitamin D aktif didapat dari makanan dan
dengan efek dari kerja sinar UV sebagai alat pemicu produksi vitamin D.
Pengolahan zat sebelum menjadi vitamin D dilakukan di dalam hati dan ginjal
dengan langkah enzimatik. Efek yang diberikan oleh calcitriol adalah adanya
penambahan kalsium ke dalam serum dan juga penambahan fosfor ke dalam
serum (Strong Medicine, 2013).
Calcitriol bersumber dari makanan. Sintesis calcitriol di dalam tubuh diawali
oleh pengkonsumsian makanan dalam bentuk suplemen dan juga sumber natural.
Bentuk suplemen contohnya adalah produk dairy, sereal, dan padi-padian,
sedangkan produk yang berasal dari sumber natural misalnya salmon dan tuna.
Lalu, sumber lain juga ada yang berasal dari zat 7-dehydrocholesterol yang
diaktifkan melalui paparan kulit terhadap sinar UV. Sumber natural dan zat 7-
dehydrocholesterol adalah sumber dari vitamin D3, sedangkan produk suplemen
merupakan sumber dari vitamin D2 (Strong Medicine, 2013).
Vitamin D2 dan D3 akan membentuk pre-hormon yang dikenal dengan
25(OH)cholecalciferol atau calcidiol. Proses pembentukan calcidiol dilakukan
dengan bantuan enzim dari hati, yaitu vitamin D 25-hydroxylase. Setelah calcidiol
terbentuk, langkah terakhir dan yang paling penting adalah pembentukan vitamin
D aktif atau calcitriol. Nama kimia dari vitamin D aktif adalah 1,25(OH)2
cholecalciferol. Proses pembentukan vitamin D aktif dibantu oleh enzim dari
ginjal, yaitu enzim vitamin D 1(alpha)-hydroxylase. Kerja vitamin D 1α-
hydroxylase dapat dibantu oleh PTH dan juga penurunan kadar fosfat di dalam
serum. Namun, karena tidak mungkin enzim vitamin D 1α-hydroxylase terus
menerus diproduksi, diperlukan juga zat yang dapat memberhentikan
produksinya. Zat yang dapat menginisiasi produksi enzim vitamin D 1α-
hydroxylase adalah vitamin D aktif itu sendiri sebagai bentuk dari umpan balik
negatif, kenaikan kadar fosfor di dalam serum, dan juga kenaikan kadar Fibroblast
Growth Factor (FGF23). Vitamin D aktif adalah bahan yang penting karena
berfungsi sebagai salah satu pengatur metabolisme kalsium dan fosfor (Strong
Medicine, 2013).
Regulasi kalsium dan fosfor di dalam tubuh memiliki hubungan dengan empat
sistem tubuh, yaitu sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem skeletal, dan
sistem kemih. Pertama-tama di dalam jalur pencernaan, makanan yang
mengandung berbagai macam nutrisi akan diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh
melalui darah. Salah satu nutrisi yang diserap adalah vitamin D. Vitamin D akan
mengalami pengolahan agar dapat menghasilkan calcitriol. Setelah itu, karena di
dalam darah terdapat penumpukan kalsium dan fosfor, maka kalsium dan fosfor
akan diedarkan dan dibagikan ke dalam tulang dan sistem kemih. Perpindahan
kalsium dan fosfor dari darah ke dalam tulang disebut dengan formasi. Formasi
terjadi menggunakan sel osteoblas. Sedangkan, perpindahan kalsium dan fosfor
ke dalam darah disebut dengan resorpsi. Resorpsi terjadi menggunakan sel
osteoklas. Lalu, perpindahan kalsium dari darah ke dalam ginjal adalah filtrasi,
sedangkan perpindahan kalsium dan fosfor dari ginjal ke dalam darah adalah
reabsorbsi. Sistem yang terakhir adalah endokrin. Kerja sistem endokrin adalah
sebagai mediator dalam perpindahan kalsium dan fosfor (Strong Medicine, 2013).
Setelah mengetahui dasar pengetahuan yang diperlukan untuk materi
metabolisme kalsium dan fosfor, sekarang adalah saatnya kita membahas inti dari
materi ini, yaitu metabolisme kalsium dan fosfor. Makanan yang dicerna di dalam
sistem pencernaan akan diserap dan diedarkan melalui pembuluh darah. Salah
satu zat yang diserap adalah kalsium dan fosfor. Perpindahan kalsium dan fosfor
dibantu oleh calcitriol ke dalam darah. Darah akan mengedarkan kalsium dan
fosfor ke dalam tulang dan ginjal (Strong Medicine, 2013).
Pada tulang, kalsium dan fosfor dapat mengalami formasi dan resorpsi.
Formasi adalah pembentukan tulang salah satunya dengan memindahkan kalsium
dan fosfor ke dalam tulang menggunakan bantuan kadar PTH yang berkurang.
Sedangkan resorpsi adalah pembongkaran tulang dengan perpindahan kalsium
dan fosfor dari tulak ke dalam darah. Perpindahan ini terjadi dengan bantuan
meningkatnya kadar PTH dan calcitriol dan juga penurunan kadar calcitonin.
Peran calcitonin adalah menghambat degradasi tulang oleh osteoklas (Strong
Medicine, 2013).
Pada ginjal, kalsium dan fosfor berpindah dari darah ke dalam ginjal melalui
proses filtrasi di glomerulus tanpa terpengaruh oleh kadar PTH ataupun calcitriol.
Sedangkan proses reabsorbsi terjadi dengan bantuan PTH, calcitriol, dan juga
Fibroblast Growth Factor (FGF23). Namun, kadar zat-zat tersebut tidak tidak
sama dalam proses perpindahan kalsium dan fosfor. Reabsorbsi kalsium
membutuhkan kadar PTH dan calcitriol yang tinggi. Sedangkan, reabsorbsi fosfor
membutuhkan kadar PTH dan FGF23 yang rendah dan kadar calcitriol yang
tinggi (Strong Medicine, 2013).
Daftar Pustaka

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2008. Kamus besar bahasa Indonesia.
[daring] Jakarta: Balai Pustaka. Tersedia di: <https://kbbi.web.id/grafik>

Strong Medicine, 2013. Calcium and Phosphate Metabolism. [video daring]. Tersedia
di: https://www.youtube.com/watch?v=SWv-aY4RH3c [Diakses pada 5 Februari
2020].

Marieb, E. and Hoehn, K. (2013). Human anatomy & physiology. Boston: Pearson.

Martini, F., L. Nath, J. and Bartholomew, E. (2012). Fundamentals of anatomy &


physiology. Estados Unidos: Pearson Education.

Tortora, G. and Derrickson, B. (2012). Principles of anatomy & physiology. 13th ed.
Hoboken, NJ: Wiley.

Sihombing, I., Wangko, S. and Kalangi, S. (n.d.). PERAN ESTROGEN PADA


REMODELING TULANG. [online] Available at: https://ejournal.unsrat.ac.id/
[Accessed 21 Feb. 2020].

Trihapsari, E. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Densitas Mineral


Tulang. [online] Available at: http://lib.ui.ac.id/ [Accessed 21 Feb. 2020].

Anda mungkin juga menyukai