Anda di halaman 1dari 21




Alat :
Kertas filter Whatman 41 bergaris 5mm dan panjang 35 mm.
Kertas ditekuk 5mm di salah satu ujung.
Tujuan :
Pemeriksaan fungsi sistem lakrimal. Uji untuk menentukan apakah
produksi air mata cukup untuk membasahi mata.

Kertas Filter Whatman


 Teknik :
• Pasien diperiksa di kamar dengan penerangan
redup
• Dilakukan pada kedua mata bersamaan
• Kertas filter diinsersikan pada 1/3 lateral forniks
inferior dengan lekukan 5mm di belakang kelopak
• Pasien diminta menutup mata selama 5 menit
• Kertas filter diangkat
• Dilihat bagian kertas filter yang basah sesudah 5
menit dan diukur dari bagian fillter yang dilipat

 Nilai :
10-30 : normal atau ada pseudoepifora
>30 : tidak ada arti dapat normal, pseudoepifora, hipersekresi
<10 : hiposekresi baik basal maupun reflektoris
 Alat :

• Kertas filter Whatman 41 bergaris 5mm dan panjang


35 mm. Kertas ditekuk 5mm di salah satu ujung

• Anestetik lokal

• Perangsang mukosa hidung aromatik amonia


 Tujuan :
Tes ini digunakan untuk menilai refleks sekresi kelenjar
lakrimalis. Rangsangan sekresi kelenjar lakrimalis dapat
diberikan dengan merangsang saraf trigeminus, kecuali
terdapat kegagalan total refleks trigeminus.
Perangsangan pada hidung akan menimbulkan sekresi
sistem lakrimal
 Teknik :
• Satu mata diberikan anestetik lokal
• Diletakkan kertas filter dibelakang kelopak mata
yang akan diperiksa setelah ditetesi obat anestetik
• Pada mukosa hidung sisi mata yang tidak diberi
anestetik dirangsang dengan kapas kering dengan
amonia 10% selama 2 menit
• Ditunggu selama 2-5 menit
• Dilihat bagian filter yang basah
 Nilai :
 Bila tidak terdapat bertambahnya pembasahan
kertas filter berarti kegagalan total refleks sekresi.
Bila bertambah berarti refleks sekresi bernilai
normal. Pada keadaan normal kertas filter menjadi
basah 15mm setelah 5 menit
 Alat :
• Kertas filter Whatman 41 bergaris 5mm dan panjang 35
mm. Kertas ditekuk 5mm di salah satu ujung
• Anestetik lokal
 Tujuan :
Pemeriksaan kemampuan sekresi basal (Kelenjar Wolfring dan
Krause) dengan menghilangkan faktor sekresi dengan
memberikan anestesi.
 Teknik :
• Pasien diperiksa di kamar dengan penerangan redup
• 1-2 tetes anestetik lokal diberikan pada kedua mata
• Setelah menunggu 1-2 menit kerja anestetik, forniks inferior
mata dibersihkan dengan kapas
• Kemudian kapas dengan kokain dan adrenalin chlor diusapkan
pada konjungtiva untuk mendapatkan anestesi yang lebih dalam
• Ditunggu sampai hiperemi konjungtiva menghilang
• Ditaruh filter selama 5 menit kemudian diukur bagian yang basah
dari filter
 Nilai :

<10 mm : hiposekresi akibat gangguan sekresi basal


 Alat :
Serat (benang) katun yang diwarnai dengan fenol merah
 Tujuan :
Pemeriksaan kuantitas air mata. Fenol merah sangat
rentan terhadap perubahan pH dari warna kuning menjadi
merah bila dibasahi dengan air mata
 Teknik :
Bagian yang melipat pada ujung benang yang panjangnya 70mm
ditaruh diforniks inferior. Setelah 15 detik dilihat perubahan yang
akan terjadi.
 Nilai :
Normal yang basah antara 9-20 mm. Mata kering memiliki panjang
kurang dari 9 mm
 Pemeriksaan kuantitas tears film
 Rose bengal merupakan zat warna yang bila diberikan
pada permukaan mata akan diambil oleh sel epitel yang
mati. Pewarnaan positive konjungtiva oleh rose bengal
akan selalu terlihat pada mata kering.
 Pewarnaan ini akan memberikan warna pada epitel
kornea dan konjungtiva. Nilai 0-4+. Nilai 3-4+ menunjukkan
pewarnaan yang banyak hiposekresi lakrimal
 Pemeriksaan kualitas tears film
 Tear Break Up Time adalah uji klinis untuk
assessment sindroma mata kering yang disebabkan
oleh kelainan evaporasi air mata. Dalam pengukuran
TBUT, diteteskan flourescein pada mata, pasien
diperbolehkan berkedip sekali lalu langsung dilihat pada
slit lamp dengan filter cobalt blue. Pasien tidak boleh
mengedipkan mata ketika diperiksa pada slit lamp.
 TBUT merupakan hitungan detik dari terakhir kali
pasien berkedip hingga kemunculan dari dry spot
pertama pada tear film
 INTERPRETASI : TBUT dikatakan abnormal apabila
terjadi dibawah 10 detik

Anda mungkin juga menyukai