Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa lanjut (late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada pria lansia
masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita
lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. Pada perempuan
diusia lanjut akan terjadi menopause. Menopause dipresepsikan sebagai suatu
kehilangan dan menimbulkan perasaan tidak berharga.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut badan koordinasi keluarga
berencana nasional. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian.
Masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan
keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan
kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan
manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak
memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang
homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.
Ada manusia berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam
konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka
kesempayan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti.

1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian reproduksi?
2. Anatomi Fisiologi Sistem reproduksi ?
3. Bagaimana Perubahan Endokrin?
4. Bagaimana perubahan anatomi fisiologi reproduksi pada wanita dan pria
lansia?
5. Asuhan Keperawatan gangguan reproduksi pada lanjut usia?

C. Tujuan
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui tentang kesehatan reproduksi bagi usia lanjut.
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Reproduksi.
2. Mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi
3. Mengetahui tentang perubahan endokrin.
4. Mengetahui Perubahan anatomi fisiologi reproduksi pada wanita dan
pria lansia.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang gangguan reproduksi
pada lanjut usia.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Reproduksi
Reproduksi seksual membutuhkan keteerlibatan dua individu yang biasanya
dilakukan jenis kelamin yang berbeda. Reproduksi pada manusia normal
contohnya reprosuksi seksual secara umum, organism yang komplek
melakukan reproduksi secara seksual, sekarangkan organisme yang lebih
sederhana contoh makhluk bersel satu melakukan reproduksi secara aseksual.
Reproduksi aseksual yaitu suatu individu dapat melakukan reproduksi tanpa
keterlibatan individu lain dari sepesies yang sama contoh pembelahan pada sel
bakteri menjadi dua sel anak.

B. Anatomi Fisiologi Reproduksi Manusia


Anatomi fisiologi reproduksi pada wanita secara anatomi sistem reproduksi
wanita terdiri dari genetalia ekternal dan genetalia internal. Genetalia eksternal
terdiri dari :
1. Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak sebelah fentral simfisis dan
daerah supra pubis.
2. Labia mayora
Merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang memanjang berjala
ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima
pudenda.
3. Labia Minora
Labia minora adalah organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil
terletak diantara kedua labia mayora pada kedua sisi intro itus vagina.

3
4. Klitoris
Klitoris terletak dorsal dari konissura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhanyan tertutup oleh labia minora.
5. Glandula vestibularis mayor
Merupan kelenjar yang bentuknya bulat atau avoid yang ada sepanjang
dan terletak dorsal dari bulgus festibule atau tertutup oleh bagian
vosterior bulgus festibuli.
6. Glandula vestibularis minor
Adalah daerah dengan peninggian median membulat terletak ventral dari
simfisis pubis.
Genetalia eksternal:
1. Vagina
Vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk sudut
kurang lebih 60% dengan bidang horizontal.
2. Hymen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina.
3. Tuba falopi
Memiliki panjang masing-masing kurang lebih 10 cm. dibagi atas 4
bagian yaitu pars utarina tubae, isthmus tubae, ampulla tubae, dan
infumdibulum tubae.
4. Uterus
Merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak
didalam cavum pelfis minor antara vesika urinaria dan rectum.
5. Ovarium
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adalab avoid dengan permukaan licin
dan berwarna merah muda keabu-abuan.

4
Anatomo fisiologi sistem reproduksi pada pria
Secara anatomi, sistem reproduksi pria terdiri dari genetalia eksternal dan
genetalai internal. Genetalia eksternal:
1. Penis
Secara anatomi penis dibagi menjadi dua yaitu pars occulta dan pars libera.
Pars oculta disebut juga radik penis atau pars fiksa adalah bagian penis
yang tidak bergerak, terletak dalam spatium perinea supervisialis.
2. Skrotum
Merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan subkutis yang
terletak dorsal dari penis dan kaudal dari simpisis pubis.
Genitalia Internal
1. Testis
Merupakan organ berbentuk ofoid dengan jumlah dua buah, biasanya testis
sebelah kiri lebih berat dan lebih besar dari pada yang kanan. Testis merupakan
kelenjar eksokrin karena menghasilkan spermatozoa.
2. Epididimis
Merupakan organ yang berbentuk seperti huruf C ,terletak pada fascies
posterior testis dan sedikit menutupi fascies.
3. Vas deferens
Berfungsi sebagai pembawa spermatozoa dari epididimis ke duktus
ejakulatorius dan menghasilkan cairan semen berfungsi untuk mendorong
sperema ke luar dari duktus ejakulatorius dan uretra.
4. Vesikula sminalis
Berfungsi sebagai fruktosa untuk member nutria sperma yang dikeluarkan,
mengeluarkan prostaglandin motilitas saluran reproduksi pria untuk membantu
mengeluarkan sperma, menghasilkan sebagian besar cairan semen.
5. Duktus ejakulatorius
Berfungsi membawa sperma dari vasdeferens menuju ke basis prostat.

5
6. Glandula prostatica
Berfungsi mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang
asam. Glandula bulburethralis berfungsi mengeluarkan mucus untuk
pelumasan.

C. Perubahan Endokrin
a. Menopause
Sebelum menstruasi berhenti (menopause), telah terjadi berbagai
perubahan pada ovarium yang menyebabkan terganggunya interaksi
antara hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama yang terjadi adalah terjadinya
kegagalan fungsi korpus leteum diovarium.
Menopause memberi tanda akan berkahirnya potensi reproduksi
seiring dengan dimulainya kegagalan fungsi ovarium secara ireversibel.
Simpanan oosit ovarium habis yang menyebabkan terhentinya
perkembangan faolikel dan ovulasi. Akibatnya adalah :
1. Penurunan sirkulasi estrradiol secara bertahap dan kadar estrogen
darah sangat rendah setelah ovarium berhenti. Estrogen utama
setelah menopause adalah estron yang berasal dari konversi adrenal
di jaringan perifer.
2. Peningkatan sirkulasi gonadotropin, follicle stimulating hormone
(FSH) akibat hilangnya efek umpan balik negatif estrogen.
3. Amenore akibat tidak adanya stimulasi endometrium oleh hormon-
hormon steroid ovarium. Gambaran klinis dari estroge dapat berupa
gangguan vasomotorik, gangguan psikitis, gangguan somatik dan
gangguan siklus mentruasi.

6
b. Pramenopause
Pemendakan siklus mentruasi mungkin merupakan gambaran
yang paling awal meskipun pola menstruasi ini sangat bervariasi diantara
individu. Ovarium secara progresif semakin tidak berespons terhadap
rangsangan gonadotropin disertai penignkatan konsentrasi FSH yang
terdeteksi dalam fase falikel siklus menstruasi. Seiring dengan
mendekatnya periode menstruasi terakhir, bulan-bulan amenore sering
diselingi dengan menstruasi reguler walaupun biasanya terjadi
pemanjangan siklus. Siklus menstruasi yang lama mengindikasikan tidak
adanya ovulasi dan perdarahan mendtruasi berikutnya mungkin banyak
karena stimulasi yang berkepanjangan pada endometrium oleh esterogen
yang tanpa imbangan.

D. Perubahan anatomi fisiologi sistem reproduksi lanjut usia


1. Sistem reproduksi wanita
a. Vagina
 Vagina mengalami kontraktur, panajang dan lebar vagina
mengalami pengecilan.
 Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi
menonjol kedalam.
b. Uterus
Setelah klimakterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut
dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak
jaringan fibrotic.
c. Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaanya
menjadi kerucut sebagian akibat atrofi dari medulla, bukan akibat dari

7
ovulasi yang berulang sebelumnya, perubahan ovarium menjadi rata
lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel.
d. Payudara
Payudara akan menyusut dan akan datar, kecuali pada wanita yang
gemuk, dimana payudara tetap besar dan mengantung.

2. Reproduksi pada pria


a. Prostat
Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering terjadi pada pria
lansia, gejala yang tinggi akibat pembesaran lobus medius yang
kemudian bertindak sebagai katub yang berbentuk bola.
b. Testis
Penuaan pada pria menyebabkan penurunan libido dan kegiatan seks
yang jelas menurun adalah multipel ejakulasai dan perpanjangan
periode refrakter.

E. Asuhan Keperawatan pada reproduksi lanjut usia


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan terhadap masalah yang dialami oleh pasien
lanjut usia mengenai masalah reproduksi pada lanjut usia dan pengkajian
fisik secara umum yang berhubungan dengan masalah reproduksi pada
lanjut usia.
2. Analisis Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang kemungkinan terjadi pada masalah
reproduksi pada usia lanjut yaitu, Perubahan seksualitas dan disfungsi
seksual sulit untuk dibedakan.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
a. Bantu meningkatkan harga diri klien.

8
b. Pertahankan kepercayaan diri klien.

Rencana tindakan :
a. Memonitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan harga diri klien.
b. Berikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi pada pasien.
c. Kaji penyebab klien mengalami penurunan kepercayaan diri.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara biologi lanjut usia mengalami proses penuaan secara terus
menerus,yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Dengan semua perubahan yang dialami oleh kelompok usia lanjut dan
dampak negative yang dapat ditimbulkan dari perubahan tersebut maka sudah
sepantasnya kelompok usia lanjut memerlukan perhatian khusu dalam memenuhi
kebutuhan dasar sehari-harinya baik dari tenaga medis,paramedic,maupun keluarga.

B. Saran
Dalam pemberian perhatian khusus kepada kelompok usia lanjut berikut
dengan pelayanan kesehatan reproduksinya,diharapkan tenaga kesehatan lebih
sering memberikan penyuluhan terhadap kelompok usia lanjut dan keluarganya
tentang pentingnya memeriksakan kesehatannya ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/343168065/KESPRO-LANSIA
https://www.slideshare.net/mobile/anatomi-fisiologi-sistem-reproduksi-41916160
https://dokumen-tips.cdn.ampproject.org-/v/s/dokumen.tips/amp/dokumen/asuran-
keperawatan-lansia-dgm-sistem-reproduksi
https://www.dictio.id/c/kedokteran/kedokteran

11

Anda mungkin juga menyukai