Anda di halaman 1dari 4

MODEL PENCEGAHAN BERBASIS LINGKUNGAN TERHADAP

PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

OLEH :

FAUZIAH

031 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAMPROGRAM

STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah nasional
yang belum teratasi hingga saat ini. Penyebab utama meningkatnya jumlah kasus DBD di
Indonesia antara lain karena; kepadatan dan mobilitas penduduk yang tinggi. Selain itu
semakin baiknya transportasi antar daerah, serta adanya pemukiman-pemukiman baru. Faktor
lain yang mempengaruhi terjadinya KLB adalah penyimpangan pola hujan, faktor musim,
perilaku masyarakat menyimpan air secara tradisional, kurangnya partisipasi masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gejala DBD dan keterlambatan membawa ke tempat pelayanan kesehatan. Penyebab lainnya
adalah kurangnya koordinasi lintas sektor, tersebarnya vektor nyamuk Aedes aegypti di
seluruh tanah air, adanya empat serotype virus yang bersirkulasi sepanjang tahun serta
keterlambatan penanggulangan kasus di lapangan turut berperan pada KLB. Metode yang
digunakan untuk menentukan skala prioritas dan faktor penting dalam pencegahan berbasis
lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta adalah metode AHP,
ISM dan Pendekatan Sistem. Berdasarkan nilai rataan global priority AHP pada alternative
tujuan yang merupakan rata-rata dari level stakeholder, prinsip dan faktor dari yang paling
tinggi ke paling rendah berturut-turut adalah Law enforcement (P) sebesar 0.480, Monitoring
dan Pemberdayaan masyarakat (N) sebesar 0.227, Pengembangan budidaya tanaman anti
nyamuk (M) sebesar 0.152, Memasyarakatkan budaya PHBS (O) sebesar 0.104, dan
Tindakan pencegahan (L) sebesar 0.043, dengan inconsistency indexsebesar 0.055.
Sementara itu, untuk mendukung program pencegahan penyakit DBD pada skenario optimis-
moderat maka direkomendasikan pelibatan partisipasi masyarakat yang diikuti usaha-usaha
sosialisasi, kampanye, pencanangan gerakan-gerakan maupun penyuluhan kepada
masyarakat, peningkatan peran ibu rumah tangga dengan peningkatan pengetahuan tentang
usaha-usaha pencegahan penyakit DBD melalui kader-kader PKK, petugas PSN maupun
petugas sukarelawan lainnya, pengembangan budidaya tanaman anti nyamuk dan pemberian
reward bagi pihak yang menggerakan kegiatan pengembangan budidaya tanaman anti
nyamuk untuk pencegahan penyakit DBD.
B. Angka Kejadian Demam Berdarah
Di Indonesia DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, jumlah
penderita yang dilaporkan pada waktu itu adalah 58 penderita, 24 (41,3%) diantaranya
meninggal. Dalam tahun 1988 DBD berjangkit di 156 daerah tingkat II (di 23 Provinsi)
dengan jumlah penderita 15.340 orang, 549 (3,6%) diantaranya meninggal. Meskipun angka
kematian DBD cenderung menurun, yaitu dari 41,3% (1968) menjadi 3,6% (1988)
penyebarannya semakin luas. Sampai tahun 2002, semua Provinsi telah melaporkan kasus
DBD. Selama 36 tahun sejak ditemukannya kasus DBD hingga bulan Maret 2004, sudah 12
Provinsi yang dinyatakan sebagai daerah kejadian luar biasa (KLB). Upaya pencegahan
penyebaran penyakit DBD dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang
ada di Provinsi DKI Jakarta. Ada beberapa potensi sumber daya yang dapat dikelola dalam
melakukan pencegahan penyebaran penyakit DBD; (1) Potensi memanfaatkan sumber daya
alam sebagai upaya budidaya tanaman anti nyamuk. (2) Potensi pemanfaatan program PHBS
sebagai perwujudan paradigma sehat dalam membentuk perilaku hidup bersih sehat, dan (3)
Pemanfaatan pengelolaan lingkungan yang simetris pada lingkungan seranga penular nyamuk
Aedes aegypti dan lingkungan aktivitas manusia sebagai potensi yang dijadikan untuk
pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit. Tujuan Penelitian ;
Membangun Model Pencegahan Berbasis Lingkungan terhadap Penyebaran Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Provinsi DKI Jakarta. Tujuan Antara dari Penelitian ini ; (1)
Mengidentifikasi pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di
Provinsi DKI Jakarta berdasarkan faktor-faktor yang berperan dalam penyebaran penyakit
DBD. (2) Menstrukturkan faktor-faktor penting yang potensial dan dapat digunakan untuk
menentukan pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi
DKI Jakarta.(3) Merumuskan skenario rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk upaya
pencegahan berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD di Provinsi DKI Jakarta.
Nilai kebaruan dari penelitian ini adalah (1) memberikan konsep pemikiran baru bahwa
pencegahan penyebaran DBD harus diikuti dengan pengelolaan lingkungan berdasarkan
potensi ekonomi, ekologi dan sosial sebagai petunjuk untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat khususnya dalam mewujudkan PHBS, (2) memperkuat pemikiran
bahwa strategi pencegahan penyebaran penyakit DBD harus dapat dimplementasikan tanpa
harus menunggu adanya kejadian kasus DBD, dan (3) menghasilkan model pencegahan yang
berbasis lingkungan terhadap penyebaran penyakit DBD. Lokasi penelitian diwilayah
Provinsi DKI Jakarta. Waktu penelitian pada bulan November 2006 – Juni 2007.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara kepada pakar dan masyarakat.
Wawancara dan penyebaran kuesioner kepada pakar untuk menetapkan kriteria dan
penyusunan model, sedangkan pembagian kuesioner dan wawancara pada stakeholder serta
focus group discussion (FGD) untuk mendapatkan respon keinginan masyarakat terhadap
kebijakan dan strategi pencegahan. Data sekunder meliputi data statistik, data vektor dan
penyakit DBD, hasil-hasil penelitian, potensi pemanfaatan vegetasi anti nyamuk dan data
hasil olahan lainnya Pada tahapan pertama dilakukan analisis keempat komponen sebagai
faktor yang berperan pada pencegahan dengan menggunakan AHP, tahapan kedua dilakukan
analisis keterkaitan antara faktor secara sistem dengan menggunanakan ISM untuk
menganalisis keterkaitan keempat kelompok dan menilai faktor potensial penyebaran
penyakit DBD yang dihasilkan untuk analisis tahap kedua. Pembuktian keterkaitan ini akan
dikaji melalui analisis kesisteman, yaitu model sistem dinamis.dengan Powersim Constructor.
Alternative tujuan yang merupakan rata-rata dari level stakeholder, prinsip dan faktor dari
yang paling tinggi ke paling rendah berturut-turut adalah Law enforcement (P) sebesar 0.480,
Monitoring dan Pemberdayaan masyarakat (N) sebesar 0.227, Pengembangan budidaya
tanaman anti nyamuk (M) sebesar 0.152, Memasyarakatkan budaya PHBS (O) sebesar 0.104,
dan Tindakan pencegahan (L) sebesar 0.043, dengan inconsistency index sebesar 0.055.
Rumusan skenario rekomendasi kebijakan yang diperlukan dengan menfokuskan kebijakan
pada skenario yang kemungkinan dominan terjadi dimasa yang akan datang yaitu skenario
pertama dengan kondisi (1C/2B/3B/4C/5C/6C). Penerapan struktur faktor-faktor penting
yang potensial dapat dilakukan dengan cara: Penegakan hukum terhadap pengelolaan
lingkungan dan peningkatan kegiatan monitoring dan pemberdayaan masyarakat dengan cara
peningkatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai DBD dan upaya pengelolaan dalam
mencegah penyebarannya secara berkala.

Anda mungkin juga menyukai