Aliran Kas
ESTIMASI ALIRAN KAS dan ANALISIS RESIKO
( CASH FLOW ESTIMATION and RISK ANALYSIS )
Arus kas bebas adalah arus kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada para
investor. Sebagaiman nilai sebuah perusahaan akan tergantung pada arus kas
bebasnya, demikian pula nilai suatu proyek. Kita akan mengilustrasikan estimasi
arus proyek nanti dalam bab ini dengan contoh yang lebih kompherensif.
Biaya Aktiva Tetap
yaitu , biaya aktiva tetap meliputi biaya peroleh ditambah dengan biaya
pengiriman dan pemasangan. Sebagian besar proyek membutuhkan aktiva, dan
pembelian aktiva menggambarkan arus kas negatif. Walaupun aktiva
mengakibatkan arus kas keluar, para akuntan tidak menyajikan pembelian aktiva
tetap sebagai pengurang dari laba akuntansi. Sebagai gantinya, mereka
mengurangkan beban depresiasi tiap tahun sepanjang umur aktiva tersebut.
Beban Nonkas
yaitu , dalam menghitung laba bersih, para akuntan biasanya mengurangkan
depresiasi dari pendapatan setiap tahunnya. Jadi, meskipun akuntan tidak
mengurangkan harga pembelian aktiva tetap dalam perhitungan laba akuntansi ,
tetapi mereka mengurangi beban depresiasi setiap tahun. Depresiasi melindungi
laba terhadap pajak, dan hal ini memiliki dampak arus kas, tetapi depresiasi itu
sendiri bukanlah suatu arus kas. Karenanya, depresiasi harus ditambahkan kepada
laba bersih ketika kita menghitung esyimasi arus kas suatu proyek.
Kesimpulan
Kita telah membahas tiga jenis resiko yang sering diapakai dalam analisis
penganggaran modal – resiko berdiri sendiri, resiko dalam perusahaan, dan resiko
pasar –dan kita membahas secara –cara untuk menilai masing-masing resiko
tersebut. Akan tetapi, masih tersisa dua pertanyaan yang harus dijawab : (1)
Haruskah perusahaan memperhitungkan resiko berdiri sendiri atau resiko
perusahaan dalam pengambilan keputusan penganggaran modal, dan (2) apa yang
harus dilakukan apabila penilaian resiko berdiri sendiri, resiko dalam perusahaan,
dan resiko pasar mengarah kepada kesimpulan yang berbeda-beda?
Pertanyaan- pertanyaan itu sulit untuk dijawab. Dari sudut pandang teori,
investor yang sangat terdiversivikasi seharusnya hanya peduli pada resiko pasar,
dan para menajer hanya peduli untuk memaksimalkan harga saham, dan kedua
faktor ini harus mengarah pada kesimpulan bahwa resiko pasar ( resiko beta)
seharusnya diberi bobot yang lebih besar dalampengambilan keputusan
penganggaran modal. Akan tetpi jika investornya tidak terdiversivikasi dengan baik,
jika CPAM tidak berjalan seperti yang disebutkan di dalam teori, atau jika masalah
pengukuran membuat manager tidak percaya pada pendekatan CPAM dalam
penganggaran modal , maka lebih baik memberikan bobot yang lebih besar pada
resiko berdiri sendiri dan resiko perusahaan dari pada yag disarannkan oleh teori
keuangan.
Walaupun sangat baik jika kita dapat merekonsiliasi semua masalah ini dan
mengukur resiko proyek menggunakan skala yang absolut, dlam praktiknya yang
terbaik yang dapat dilakukan adalah mengestimasi resiko proyek secara relatif dan
agak kabur. Misalnya , kita umumnya dapat mengatakan dengan tingkat
kepercayaan yang cukup besar bahwa suatu proyek tertentu memiliki resiko berdiri
sendiri yang lebih besar atau lebih kecil dari pada proyek-proyek perusahaan pada
umumnya. Lalu, dengan berasumsi bahwa resiko berdiri sendiri dan resiko
perusahaan memiliki korelasi yang tinggi, maka resiko berdiri sendiri suatu proyek
akan menjadi ukuran yang baik dari resiko perusahaannya. Terakhir, denagn
berasumsi bahwa resiko pasar dan resiko perusahaan memiliki korelasi yang tinggi (
yang umum terjadi di kebanyakan perusahaan yang ada), suatu proyek dengan
resiko yang lebih tinggi daripada biasanya jug aakan memiliki resiko pasar yang
lebih tinggi pula dan demikian pula sebaliknya untuk proyek yang memiliki resiko
perusahaan yang rendah.