Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/Keutamaan-ilmu-dan-ulama.html
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
ٌ َزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُكم بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َر ُء
]128 : [التوبة }وف َّر ِحي ٌم ِ {لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم ع
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]
5. Guru bertanya kepada murid tentang kondisi diri dan keluarga mereka.
Qurrah radhiyallahu 'anhu berkata:
ِ ص ِغي ٌر يَأْتِي ِه ِم ْن خَ ْل
َ ف
،ظ ْه ِر ِه َ َوفِي ِه ْم َر ُج ٌل لَ هُ اب ٌْن،ص َحابِ ِه ْ َس يَجْ لِسُ إِلَ ْي ِه نَفَ ٌر ِم ْن أ َ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َجلَ ِ َكانَ نَبِ ُّي هَّللا
« َم الِي:ال َ فَفَقَ َدهُ النَّبِ ُّي، فَ َح ِزنَ َعلَ ْي ِه،ض َر ْال َح ْلقَةَ لِ ِذ ْك ِر ا ْبنِ ِه
َ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق ُ ْك فَا ْمتَنَ َع ال َّر ُج ُل أَ ْن يَح َ َ فَهَل،فَيُ ْق ِع ُدهُ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه
ُ فَ أ َ ْخبَ َرهُ أَنَّه،ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم فَ َس أَلَهُ ع َْن بُنَيِّ ِه
َ فَلَقِيَ هُ النَّبِ ُّي،َ بُنَيُّهُ الَّ ِذي َرأَ ْيتَ هُ هَلَ ك،ِ يَ ا َر ُس و َل هَّللا:اَل أَ َرى فُاَل نًا؟» قَ الُوا
ب ا ْل َجنَّ ِة إِاَّل َ 6ب ِمنْ أَ ْب
ِ وا6 ٍ ا66َ دًا إِلَى ب6أْتِي َغ66َ أَ ْو اَل ت،َ َرك6 أَيُّ َما َكانَ أَ َح ُّب إِلَ ْي َك أَنْ تَ َمتَّ َع ِب ِه ُع ُم، ُ«يَا فُاَل ن : ثُ َّم قَا َل،فَ َع َّزاهُ َعلَ ْي ِه ،َهَلَك
َ «فَ َذاك:ال َّ َب ْال َجنَّ ِة فَيَ ْفتَ ُحهَ ا لِي لَهُ َو أَ َحبُّ إِل
َ َ ق،ي ِ بَ لْ يَ ْس بِقُنِي ِإلَى بَ ا،ِ ي هَّللا
َّ ِ يَ ا نَب: قَا َل،»َك6َ هُ ل6 ِه يَ ْفت َُح6بَقَ َك إِلَ ْي6س
َ ْد6َهُ ق6ََو َج ْدت
] صحيح:[سنن النسائي »َلَك
"Adalah kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika sedang duduk, beberapa orang dari
sahabatnya duduk menemaninya. Diantara mereka ada seorang yang memiliki anak kecil
yang mendatangi beliau dari belakang punggungnya, lalu beliau mendudukkan di depannya.
Pada suatu hari anak itu meninggal dunia. Maka orang tersebut tidak mau menghadiri majelis
karena selalu mengingat anaknya, dan ia bersedih atas kematiannya. Lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam merasa kehilangan dan bertanya: "Mengapa aku tidak melihat si fulan?"
Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, anak kecilnya yang
engkau lihat telah meninggal dunia"
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengannya dan bertanya tentang
anaknya? Ia memberitahukan bahwa anaknya telah meninggal dunia, lalu beliau
memberikan ta’ziyah atas musibahnya, kemudian bersabda: "Wahai fulan, manakah yang
lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu? Atau kelak engkau tidak
mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan anakmu telah mendahuluimu
lalu membukakannya untukmu?"
Ia menjawab; "Wahai Nabi Allah, tentu ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia
membukakannya untukku lebih aku cintai."
Beliau bersabda: "Itulah bagianmu." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
]214 : [الشعراء } َك اأْل َ ْق َربِين
َ َ{وأَن ِذرْ َع ِشي َرت
َ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. [Asy-Syu'araa: 214]
{و َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَنفِرُوا َكافَّةً ۚ فَلَوْ اَل نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَائِفَ ةٌ لِّيَتَفَقَّهُ وا فِي ال دِّي ِن َولِيُن ِذرُوا قَ وْ َمهُ ْم إِ َذا َر َج ُع وا إِلَ ْي ِه ْم
َ
]122 : [التوبة } َلَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah:
122]
ْص ونَ هَّللا َ َم ا أَ َم َرهُ ْم
ُ {يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَ ا النَّاسُ َو ْال ِح َج ا َرةُ َعلَ ْيهَ ا َماَل ئِ َك ةٌ ِغاَل ظٌ ِش دَا ٌد اَّل يَع
]6 : [التحريم } ََويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim: 6]
9. Hukum asal semua gerakan dan bacaan shalat yang rutin diperaktekkan Nabi adalah
“wajib”, keculai ada dalil yang mengalihkannya ke hukum “mustahab” atau “mubah”.
Karena dalam hadits ini menyebutkan adanya perintah mengikuti tata cara shalat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan kaidah ushul berbunyi:
" " األصل في األمر للوجوب
“Hukum asal perintah adalah wajib”
Diantara dalil yang mengkhususkan hadits ini adalah hadits “al-mussi’ fi shalatih” dengan
berbagai riwayatnya.
Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
َ َ فَ َر َّد َوق،-صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم-
:ال َ فَ َسلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي،صلَّى َ ِ أَ َّن َرسُو َل هَّللا
َ َ ف،ٌ َد َخ َل ال َم ْس ِج َد فَ َد َخ َل َر ُجل-صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم-
«ارْ ِج ْع:ال َ َ فَق،-ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم-َ فَ َس لَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي، ثُ َّم َج ا َء،ص لَّى َ صلِّي َك َما َ ُ فَ َر َج َع ي،»ِّصل َ َّ فَإِن،ِّصل
َ ُك لَ ْم ت َ َ«ارْ ِج ْع ف
ثُ َّم ا ْق َر ْأ َما، ْصالَ ِة فَ َكبِّر َ َ فَق، فَ َعلِّ ْمنِي،ُق َما أُحْ ِسنُ َغي َْره
َّ «إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى ال:ال َ َ َوالَّ ِذي بَ َعث: فَقَا َل،صلِّ» ثَالَثًا
ِّ ك بِال َح َ ُك لَ ْم ت َ َّ فَإِن،ِّصل
َ َف
ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى،اجدًا ْ اس ُج ْد َحتَّى ت
ِ َط َمئِ َّن َس ْ ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت،آن
ْ ثُ َّم، ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْع ِد َل قَائِ ًم ا،َط َمئِ َّن َرا ِكعًا ِ ْك ِمنَ القُر َ تَيَ َّس َر َم َع
][صحيح البخاري »صالَتِكَ ُكلِّهَا َ ك فِي ْ ت
َ ِ َوا ْف َعلْ َذل،َط َمئِ َّن َجالِسًا
Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang
laki-laki masuk masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, "Kembalilah
dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!"
Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi, kemudian
datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun
Beliau kembali berkata: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!"
Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata,
"Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan haq, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari
itu. Maka ajarkkanlah aku!"
Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu
bacalah apa yang mudah buatmu dari Al-Qur'an, kemudian rukuklah sampai benar-benar
rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak,
lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk
hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu
dalam seluruh shalat (raka'at) mu." [Shahih Bukhari]
Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits ini menyebutkan semua gerakan shalat
yang wajib dilakukan, adapun gerakan dan bacaan yang dicontohkan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan tidak disebutkan dalam hadits ini maka hukumnya
hanya mustahab (sunnah/tidak wajib) atau mubah (boleh), kecuali ada dalil lain yang
memerintahkan gerakan atau bacaan tersebut.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
]44 : [النحل } َاس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون َ {وأَن َز ْلنَا إِلَ ْي
ِ َّك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن َ
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. [An-Nahl: 44]
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan shalat, maka As-Sunnah
datang menjelaskannya.
Demikian pula dengan cara penunaian zakat dijelaskan secara rinci dalam As-Sunnah.
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan ibadah haji, maka As-Sunnah
datang menjelaskannya.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallambersabda:
ِ لِتَأْ ُخ ُذوا َمن
][صحيح مسلم فَإِنِّي اَل أَ ْد ِري لَ َعلِّي اَل أَحُجُّ بَ ْع َد َح َّجتِي هَ ِذ ِه،َاس َك ُك ْم
"Pelajarilah tata cara pelaksanaan haji kalian dariku, karena sesungguhnya aku tidak tahu bisa
jadi aku tidak menunaikan haji lagi setelah ibadah hajiku ini". [Sahih Muslim]
11. Hukum adzan.
Adzan untuk shalat berjama'ah hukumnya fardhu kifayah, cukup satu adzan untuk satu
wilayah yang mampu mendengarkannya.
Lihat: http://fatwa.islamweb.net
Wallahu a’lam!