Anda di halaman 1dari 10

adits Malik bin Al-Huwairits; Shalatlah seperti kalian melihatku shalat

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu 'anhu berkata:


َ ِ ‫ َو َك انَ َر ُس و ُل هَّللا‬،ً‫ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع ْش ِرينَ يَوْ ًما َولَ ْيلَة‬، َ‫اربُون‬
‫ص لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ِ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َونَحْ نُ َشبَبَةٌ ُمتَق‬ َ ‫أَتَ ْينَا إِلَى النَّبِ ِّي‬
،‫ ارْ ِج ُع وا إِلَى أَ ْهلِي ُك ْم‬:‫ال‬ َ َ‫ فَأ َ ْخبَرْ نَ اهُ ق‬،‫ َسأَلَنَا َع َّم ْن تَ َر ْكنَا بَ ْع َدنَا‬- ‫ أَوْ قَ ْد ا ْشتَ ْقنَا‬- ‫ فَلَ َّما ظَ َّن أَنَّا قَ ْد ا ْشتَهَ ْينَا أَ ْهلَنَا‬،‫َو َسلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا‬
ُ‫الص اَل ة‬
َّ ‫ت‬ْ ‫ض َر‬ َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ‬
َ ‫ فَإ ِ َذا َح‬،‫صلِّي‬ َ ‫ َو‬- ‫ َو َذ َك َر أَ ْشيَا َء أَحْ فَظُهَا أَوْ اَل أَحْ فَظُهَا‬- ،‫ َو َعلِّ ُموهُ ْم َو ُمرُوهُ ْم‬،‫فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم‬
‫ َو ْليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم‬،‫فَ ْليُ َؤ ِّذ ْن لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم‬
"Kami datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, saat itu kami adalah para pemuda
yang usianya sebaya. Maka kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh
malam. Beliau adalah seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau merasa
bahwa kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya kepada kami
tentang orang yang kami tinggalkan. Maka kami pun mengabarkannya kepada beliau.
Kemudian beliau bersabda: "Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama
mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat)." -Beliau lantas menyebutkan
sesuatu yang aku pernah ingat atau lupa -. Beliau mengatakan: "Shalatlah kalian seperti
kalian melihat aku shalat. Maka jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang
dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang
paling tua di antara kalian." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Keistimewaan Malik bin Al-Huwairits Al-Laitsiy radhiyallahu ' anhu.

Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam memberikan kuniah kepadanya dengan kuniah Abu


Sulaiman.
Ia dan beberapa temannya dari kabilah “Laits bin Bakr” datang menemui Nabi shallallahu '
alaihi wasallam pada saat beliau mempersiapkan perang Tabuk pada bulan Rajab tahun 9
hijriyah.
Beliau tinggal di Bashrah dan wafat di sana tahun 74 hijriyah.
2.      Keutamaan menuntut ilmu.

Dari Abu Ad Darda' radhiyallahu ' anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


‫ب ْال ِع ْل ِم َوإِ َّن ْال َع الِ َم‬
ِ ِ‫ض ُع أَجْ نِ َحتَهَا ِرضًا لِطَال‬ َ َ‫ُق ْال َجنَّ ِة َوإِ َّن ْال َماَل ئِ َكةَ لَت‬ َ َ‫طلُبُ فِي ِه ِع ْل ًما َسل‬
ِ ‫ك هَّللا ُ بِ ِه طَ ِريقًا ِم ْن طُر‬ ْ َ‫ك طَ ِريقًا ي‬َ َ‫َم ْن َسل‬
‫ف ْال َما ِء َوإِ َّن فَضْ َل ْال َعالِ ِم َعلَى ْال َعابِ ِد َكفَضْ ِل ْالقَ َم ِر لَ ْيلَ ةَ ْالبَ ْد ِر‬ ِ ْ‫ض َو ْال ِحيتَانُ فِي َجو‬ ِ ْ‫ت َو َم ْن فِي اأْل َر‬ ِ ‫لَيَ ْستَ ْغفِ ُر لَهُ َم ْن فِي ال َّس َم َوا‬
ٍّ ‫ب َوإِ َّن ْال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء َوإِ َّن اأْل َ ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َورِّ ثُوا ِدينَارًا َواَل ِدرْ هَ ًما َو َّرثُوا ْال ِع ْل َم فَ َم ْن أَ َخ َذهُ أَخَ َذ بِ َح‬
‫ظ َوافِ ٍر‬ ِ ‫َعلَى َسائِ ِر ْال َك َوا ِك‬
"Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke
surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut
ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan
yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan
rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi,
dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.
Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." [Sunan Abi
Dawud: Shahih]

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/Keutamaan-ilmu-dan-ulama.html

3.      Keutamaan pemuda ahli ibadah.

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Nabi shallallahu'alaihi wasallam bersabda:


ِ ‫ق فِي ْال َم َس‬
‫اج ِد‬ ٌ َّ‫ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُ هُ ُم َعل‬ ِ ‫ا َد ِة هَّللا‬66َ‫أ َ فِي ِعب‬6‫ش‬
َ َ‫اب ن‬ َ ‫ َو‬ ‫َس ْب َعةٌ يُ ِظلُّهُ ْم هَّللا ُ تَ َع الَى فِي ِظلِّ ِه يَ وْ َم اَل ِظ َّل إِاَّل ِظلُّهُ إِ َم ا ٌم َع ْد ٌل‬
ٌّ 6 ‫ش‬
‫ق‬ َ ‫ب َو َج َم ا ٍل فَقَ ا َل إِنِّي أَخَ افُ هَّللا َ َو َر ُج ٌل ت‬
َ ‫َص َّد‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫ات َم ْن‬ُ ‫َو َر ُجاَل ِن تَ َحابَّا فِي هَّللا ِ اجْ تَ َم َعا َعلَ ْي ِه َوتَفَ َّرقَا َعلَ ْي ِه َو َر ُج ٌل َد َع ْتهُ ا ْم َرأَةٌ َذ‬
ْ ‫اض‬
ُ‫ت َع ْينَاه‬ ُ ِ‫ص َدقَ ٍة فَأ َ ْخفَاهَا َحتَّى اَل تَ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما تُ ْنف‬
َ َ‫ق يَ ِمينُهُ َو َر ُج ٌل َذ َك َر هَّللا َ خَالِيًا فَف‬ َ ِ‫ب‬
"Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari
Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali
naunganNya. Yaitu; Pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya
dengan 'ibadah kepada Rab-nya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua
orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena Allah dan
berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita
kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", seorang yang bersedekah dengan
menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh
tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan
diri sendirian hingga kedua matanya basah karena menangis". [Shahih Bukhari dan Muslim]
4.      Kasih sayang dan kelembutan hati Nabi shallallahu ' alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
ٌ ‫َزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُكم بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َر ُء‬
]128 : ‫[التوبة‬  }‫وف َّر ِحي ٌم‬ ِ ‫{لَقَ ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِّم ْن أَنفُ ِس ُك ْم ع‬
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]

Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

5.      Guru bertanya kepada murid tentang kondisi diri dan keluarga mereka.

Qurrah radhiyallahu 'anhu berkata:
ِ ‫ص ِغي ٌر يَأْتِي ِه ِم ْن خَ ْل‬
َ ‫ف‬
،‫ظ ْه ِر ِه‬ َ ‫ َوفِي ِه ْم َر ُج ٌل لَ هُ اب ٌْن‬،‫ص َحابِ ِه‬ ْ َ‫س يَجْ لِسُ إِلَ ْي ِه نَفَ ٌر ِم ْن أ‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َجل‬َ ِ ‫َكانَ نَبِ ُّي هَّللا‬
‫ « َم الِي‬:‫ال‬ َ ‫ فَفَقَ َدهُ النَّبِ ُّي‬،‫ فَ َح ِزنَ َعلَ ْي ِه‬،‫ض َر ْال َح ْلقَةَ لِ ِذ ْك ِر ا ْبنِ ِه‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَق‬ ُ ْ‫ك فَا ْمتَنَ َع ال َّر ُج ُل أَ ْن يَح‬ َ َ‫ فَهَل‬،‫فَيُ ْق ِع ُدهُ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه‬
ُ‫ فَ أ َ ْخبَ َرهُ أَنَّه‬،‫ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم فَ َس أَلَهُ ع َْن بُنَيِّ ِه‬
َ ‫ فَلَقِيَ هُ النَّبِ ُّي‬،َ‫ بُنَيُّهُ الَّ ِذي َرأَ ْيتَ هُ هَلَ ك‬،ِ ‫ يَ ا َر ُس و َل هَّللا‬:‫اَل أَ َرى فُاَل نًا؟» قَ الُوا‬
‫ب ا ْل َجنَّ ِة إِاَّل‬ َ 6‫ب ِمنْ أَ ْب‬
ِ ‫وا‬6 ٍ ‫ا‬66َ‫ دًا إِلَى ب‬6‫أْتِي َغ‬66َ‫ أَ ْو اَل ت‬،َ‫ َرك‬6‫ أَيُّ َما َكانَ أَ َح ُّب إِلَ ْي َك أَنْ تَ َمتَّ َع ِب ِه ُع ُم‬، ُ‫«يَا فُاَل ن‬ :‫ ثُ َّم قَا َل‬،‫فَ َع َّزاهُ َعلَ ْي ِه‬ ،َ‫هَلَك‬
َ‫ «فَ َذاك‬:‫ال‬ َّ َ‫ب ْال َجنَّ ِة فَيَ ْفتَ ُحهَ ا لِي لَهُ َو أَ َحبُّ إِل‬
َ َ‫ ق‬،‫ي‬ ِ ‫ بَ لْ يَ ْس بِقُنِي ِإلَى بَ ا‬،ِ ‫ي هَّللا‬
َّ ِ‫ يَ ا نَب‬:‫ قَا َل‬،»َ‫ك‬6َ‫ هُ ل‬6‫ ِه يَ ْفت َُح‬6‫بَقَ َك إِلَ ْي‬6‫س‬
َ ‫ ْد‬6َ‫هُ ق‬6َ‫َو َج ْدت‬
]‫ صحيح‬:‫[سنن النسائي‬ »َ‫لَك‬
"Adalah kebiasaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika sedang duduk, beberapa orang dari
sahabatnya duduk menemaninya. Diantara mereka ada seorang yang memiliki anak kecil
yang mendatangi beliau dari belakang punggungnya, lalu beliau mendudukkan di depannya.
Pada suatu hari anak itu meninggal dunia. Maka orang tersebut tidak mau menghadiri majelis
karena selalu mengingat anaknya, dan ia bersedih atas kematiannya. Lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam merasa kehilangan dan bertanya: "Mengapa aku tidak melihat si fulan?"
Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, anak kecilnya yang
engkau lihat telah meninggal dunia"
Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertemu dengannya dan bertanya tentang
anaknya? Ia memberitahukan bahwa anaknya telah meninggal dunia, lalu beliau
memberikan ta’ziyah atas musibahnya, kemudian bersabda: "Wahai fulan, manakah yang
lebih engkau cintai, engkau menikmati umurmu bersama anakmu? Atau kelak engkau tidak
mendatangi salah satu pintu surga kecuali engkau mendapatkan anakmu telah mendahuluimu
lalu membukakannya untukmu?"
Ia menjawab; "Wahai Nabi Allah, tentu ia mendahuluiku menuju pintu surga lalu ia
membukakannya untukku lebih aku cintai."
Beliau bersabda: "Itulah bagianmu." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika ayat ini diturunkan:


]2 :‫[الحجرات‬ }‫ت النَّبِ ِّي‬
ِ ْ‫صو‬ َ ْ‫{يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَرْ فَعُوا أَصْ َواتَ ُك ْم فَو‬
َ ‫ق‬
'(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara
Nabi) ' (Qs. Al Hujurat: 2) hingga akhir ayat,
Tsabit bin Qais yang sedang duduk di rumahnya dan berkata, 'Aku ini termasuk dari ahli
Neraka! Dan ia selalu mengindar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sehingga
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menanyakan itu kepada Sa'ad bin Mu'adz. Tanya beliau:
ٍ ِ‫ َما َشأْنُ ثَاب‬،‫«يَا أَبَا َع ْم ٍرو‬
»‫ت؟ ا ْشتَ َكى؟‬
"Wahai Abu Amru, bagaimanakah keadaan Tsabit? Apakah dia sakit? '
Sa'd menjawab, "Keadaannya seperti biasa dan aku tidak mendengar berita yang menyatakan
dia sakit."
Anas berkata, 'Lalu Sa'd pun mengunjunginya dan memberitahu kepadanya tentang
pembicaraannya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Tsabit berkata, 'Ayat ini
diturunkan, sedangkan kamu semua mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling keras
bersuara, melebihi suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kalau begitu aku ini
termasuk dari ahli Neraka.'
Maka Sa'd menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda:
]‫[صحيح مسلم‬ »‫«بَلْ هُ َو ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة‬
"Bahkan ia termasuk dari kalangan ahli Surga." [Shahih Muslim]

6.      Wasiat dan nasehat guru kepada murid.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam mengutus Mu'adz radhiyallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berwasiat:
َ ‫ فَأ َ ْخبِرْ هُ ْم أَ َّن هَّللا َ قَ ْد فَ َر‬،َ ‫ فَإ ِ َذا َع َرفُوا هَّللا‬،ِ ‫ فَ ْليَ ُك ْن أَ َّو َل َما تَ ْدعُوهُ ْم ِإلَ ْي ِه ِعبَا َدةُ هَّللا‬،‫ب‬
َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم خَ ْم‬
‫س‬ ٍ ‫ك تَ ْق َد ُم َعلَى قَوْ ٍم أَ ْه ِل ِكتَا‬ َ َّ‫«إِن‬
،‫ فَ إ ِ َذا أَطَ اعُوا بِهَ ا‬،‫ض َعلَ ْي ِه ْم َز َكاةً ِم ْن أَ ْم َوالِ ِه ْم َوتُ َر ُّد َعلَى فُقَ َرائِ ِه ْم‬ َ ‫ فَأ َ ْخبِرْ هُ ْم أَ َّن هَّللا َ فَ َر‬،‫ فَإ ِ َذا فَ َعلُوا‬،‫ت فِي يَوْ ِم ِه ْم َولَ ْيلَتِ ِه ْم‬
ٍ ‫صلَ َوا‬
َ
ِ َّ‫ق َك َرائِ َم أَ ْم َوا ِل الن‬
]‫[صحيح البخاري ومسلم‬ »‫اس‬ َّ ‫فَ ُخ ْذ ِم ْنهُ ْم َوتَ َو‬
"Kamu akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah da'wah yang pertama kali lakukan
kepada mereka adalah mengajak mereka untuk ber'ibadah kepada Allah. Jika mereka telah
mengenal Allah, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima
waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah melaksanakannya, maka beritahukanlah bahwa
Allah telah mewajibkan atas mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang akan diberikan
kepada orang-orang faqir dari mereka. Jika mereka telah menaatinya, maka ambillah dari
mereka (sesuai ketentuannya) dan berhati-hatilah dari harta terbaik manusia (jangan diambil
dengan paksa)". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat Wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada Mu'adz.

7.      Mengutamakan da'wah kepada keluarga, kerabat, dan orang terdekat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
]214 : ‫[الشعراء‬ } َ‫ك اأْل َ ْق َربِين‬
َ َ‫{وأَن ِذرْ َع ِشي َرت‬
َ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. [Asy-Syu'araa: 214]
‫{و َما َكانَ ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لِيَنفِرُوا َكافَّةً ۚ فَلَوْ اَل نَفَ َر ِمن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَائِفَ ةٌ لِّيَتَفَقَّهُ وا فِي ال دِّي ِن َولِيُن ِذرُوا قَ وْ َمهُ ْم إِ َذا َر َج ُع وا إِلَ ْي ِه ْم‬
َ
]122 : ‫[التوبة‬ } َ‫لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون‬
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah:
122]
‫ْص ونَ هَّللا َ َم ا أَ َم َرهُ ْم‬
ُ ‫{يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَ ا النَّاسُ َو ْال ِح َج ا َرةُ َعلَ ْيهَ ا َماَل ئِ َك ةٌ ِغاَل ظٌ ِش دَا ٌد اَّل يَع‬
]6 : ‫[التحريم‬ } َ‫َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [At-Tahriim: 6]

8.      Shalat harus sesuai dengan tuntutan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Dari Aisyah radhiyallahu ' anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


‫ْس َعلَ ْي ِه أَ ْم ُرنَا فَهُ َو َر ٌّد‬
َ ‫َم ْن َع ِم َل َع َماًل لَي‬
"Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan/contohkan, maka ia
tertolak." [Shahih Muslim]
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/Sunnah-Nabi-adalah-wahyu.html

9.      Hukum asal semua gerakan dan bacaan shalat yang rutin diperaktekkan Nabi adalah
“wajib”, keculai ada dalil yang mengalihkannya ke hukum “mustahab” atau “mubah”.

Karena dalam hadits ini menyebutkan adanya perintah mengikuti tata cara shalat
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan kaidah ushul berbunyi:
" ‫" األصل في األمر للوجوب‬
“Hukum asal perintah adalah wajib”

Diantara dalil yang mengkhususkan hadits ini adalah hadits “al-mussi’ fi shalatih” dengan
berbagai riwayatnya.
Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
َ َ‫ فَ َر َّد َوق‬،-‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬-
:‫ال‬ َ ‫ فَ َسلَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬،‫صلَّى‬ َ ِ ‫أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ َ‫ ف‬،ٌ‫ َد َخ َل ال َم ْس ِج َد فَ َد َخ َل َر ُجل‬-‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬-
‫ «ارْ ِج ْع‬:‫ال‬ َ َ‫ فَق‬،-‫ص لَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم‬-َ ‫ فَ َس لَّ َم َعلَى النَّبِ ِّي‬،‫ ثُ َّم َج ا َء‬،‫ص لَّى‬ َ ‫صلِّي َك َما‬ َ ُ‫ فَ َر َج َع ي‬،»ِّ‫صل‬ َ َّ‫ فَإِن‬،ِّ‫صل‬
َ ُ‫ك لَ ْم ت‬ َ َ‫«ارْ ِج ْع ف‬
‫ ثُ َّم ا ْق َر ْأ َما‬، ْ‫صالَ ِة فَ َكبِّر‬ َ َ‫ فَق‬،‫ فَ َعلِّ ْمنِي‬،ُ‫ق َما أُحْ ِسنُ َغي َْره‬
َّ ‫ «إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى ال‬:‫ال‬ َ َ‫ َوالَّ ِذي بَ َعث‬:‫ فَقَا َل‬،‫صلِّ» ثَالَثًا‬
ِّ ‫ك بِال َح‬ َ ُ‫ك لَ ْم ت‬ َ َّ‫ فَإِن‬،ِّ‫صل‬
َ َ‫ف‬
‫ ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى‬،‫اجدًا‬ ْ ‫اس ُج ْد َحتَّى ت‬
ِ ‫َط َمئِ َّن َس‬ ْ ‫ ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت‬،‫آن‬
ْ ‫ ثُ َّم‬،‫ ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْع ِد َل قَائِ ًم ا‬،‫َط َمئِ َّن َرا ِكعًا‬ ِ ْ‫ك ِمنَ القُر‬ َ ‫تَيَ َّس َر َم َع‬
]‫[صحيح البخاري‬ »‫صالَتِكَ ُكلِّهَا‬ َ ‫ك فِي‬ ْ ‫ت‬
َ ِ‫ َوا ْف َعلْ َذل‬،‫َط َمئِ َّن َجالِسًا‬
Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang
laki-laki masuk masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, "Kembalilah
dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" 
Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi, kemudian
datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun
Beliau kembali berkata: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" 
Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata,
"Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan haq, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari
itu. Maka ajarkkanlah aku!" 
Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu
bacalah apa yang mudah buatmu dari Al-Qur'an, kemudian rukuklah sampai benar-benar
rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak,
lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk
hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu
dalam seluruh shalat (raka'at) mu." [Shahih Bukhari]

Dalam riwayat lain dengan tambahan lafadz di akhir hadits:


َ ‫ فَإِنَّ َما ا ْنتَقَصْ تَهُ ِم ْن‬،‫ َو َما ا ْنتَقَصْ تَ ِم ْن هَ َذا َش ْيئًا‬، َ‫صاَل تُك‬
]‫[سنن أبي داود‬ »َ‫صاَل تِك‬ ْ ‫«فَإ ِ َذا فَ َع ْلتَ هَ َذا فَقَ ْد تَ َّم‬
َ ‫ت‬
"Jika kamu melakukan seperti ini, maka shalatmu telah sempurna, dan apabila kamu
mengurangi dari cara ini, berarti kesempurnaan shalatmu juga akan terkurangi (tidak
sempurna)." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Rifaa’ah bin Raafi’ –radhiyallahu ‘anhu- berkata:


،َ‫اس َحتَّى يَتَ َوضَّأ‬ ِ َّ‫صاَل ةٌ أِل َ َح ٍد ِمنَ الن‬ َ ‫ فَقَا َل النَّبِ ُّي‬:‫ فَ َذ َك َر نَحْ َوهُ قَا َل فِي ِه‬،َ‫أَ َّن َر ُجاًل َد َخ َل ْال َم ْس ِجد‬
َ ‫ " إِنَّهُ اَل تَتِ ُّم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ ْ‫ َويَ ْق َرأُ بِ َم ا تَيَ َّس َر ِمنَ ْالقُ ر‬،‫ َوي ُْثنِي َعلَ ْي ِه‬،‫ َويَحْ َم ُد هَّللا َ َج َّل َو َع َّز‬،ُ‫ ثُ َّم يُ َكبِّر‬- ُ‫ض َعه‬
ُ ‫ هَّللا‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُ ول‬،‫آن‬ ِ ‫ يَ ْعنِي َم َوا‬- ‫ض َع ْال ُوضُو َء‬ َ َ‫فَي‬
‫ ثُ َّم يَ ْس ُج ُد َحتَّى‬،ُ‫ هَّللا ُ أَ ْكبَ ر‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُ ول‬،‫ي قَائِ ًم ا‬
َ ‫ َس ِم َع هَّللا ُ لِ َم ْن َح ِم َدهُ َحتَّى يَ ْس ت َِو‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُ ول‬،ُ‫اص لُه‬ ْ ‫ ثُ َّم يَرْ َك ُع َحتَّى ت‬،ُ‫أَ ْكبَر‬
ِ َ‫َط َمئِ َّن َمف‬
‫ ثُ َّم‬،ُ‫اص لُه‬ ْ ‫ ثُ َّم يَ ْس ُج ُد َحتَّى ت‬،ُ‫ هَّللا ُ أَ ْكبَ ر‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُ ول‬،‫اعدًا‬
ِ َ‫َط َمئِ َّن َمف‬ ِ َ‫ي ق‬َ ‫ َويَرْ فَ ُع َر ْأ َسهُ َحتَّى يَ ْست َِو‬،ُ‫ هَّللا ُ أَ ْكبَر‬:ُ‫ ثُ َّم يَقُول‬،ُ‫صلُه‬ ِ ‫َط َمئِ َّن َمفَا‬ْ ‫ت‬
]‫ صحيح‬:‫[سنن أبي داود‬ " ُ‫صاَل تُه‬ َ ‫ت‬ َ ِ‫ فَإ ِ َذا فَ َع َل َذل‬،ُ‫يَرْ فَ ُع َر ْأ َسهُ فَيُ َكبِّر‬
ْ ‫ك فَقَ ْد تَ َّم‬
Bahwasanya seorang laki-laki masuk masjid…" -selanjutnya dia melanjutkan seperti hadits
Abu Hurairah-, lalu dia berkata; "Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang sehingga dia berwudhu' yaitu membasuh
anggota wudhu'nya (dengan sempurna) kemudian bertakbir, memuji Allah Jalla wa 'Azza,
menyanjung-Nya dan membaca Al-Qur'an yang mudah baginya. Setelah itu
mengucapkan Allahu Akbar, kemudian ruku' sampai tenang semua persendiannya, lalu
mengucapkan "Sami'allahu liman hamidah" sampai berdiri lurus, kemudian
mengucapkan Allahu Akbar, lalu sujud sehingga semua persendiannya tenang. Setelah itu
mengangkat kepalanya sambil bertakbir. Apabila dia telah mengerjakan seperti demikian,
maka shalatnya menjadi sempurna." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits ini menyebutkan semua gerakan shalat
yang wajib dilakukan, adapun gerakan dan bacaan yang dicontohkan Nabi shallallahu
'alaihi wasallam dan tidak disebutkan dalam hadits ini maka hukumnya
hanya mustahab (sunnah/tidak wajib) atau mubah (boleh), kecuali ada dalil lain yang
memerintahkan gerakan atau bacaan tersebut.

Lihat: Hukum mengucapkan salam di akhir shalat.


10.  Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan hukum global  (mujmal) dalam
Al-Qur'an.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
]44 : ‫[النحل‬ } َ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ َ ‫{وأَن َز ْلنَا إِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬ َ
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. [An-Nahl: 44]

Hadits ini menjelaskan hukum global firman Allah subhanahu wa ta'aalaa:


َّ ‫{وأَقِي ُموا ال‬
]43 :‫[البقرة‬ }َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاة‬ َ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat. [Al-Baqarah:43]

Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan shalat, maka As-Sunnah
datang menjelaskannya.
Demikian pula dengan cara penunaian zakat dijelaskan secara rinci dalam As-Sunnah.

Contoh lain, Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:


ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
]97 :‫[آل عمران‬ } ‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل‬ ِ َّ‫{وهَّلِل ِ َعلَى الن‬
َ
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. [Ali 'Imran:97]

Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan ibadah haji, maka As-Sunnah
datang menjelaskannya.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallambersabda:
ِ ‫لِتَأْ ُخ ُذوا َمن‬
]‫[صحيح مسلم‬ ‫ فَإِنِّي اَل أَ ْد ِري لَ َعلِّي اَل أَحُجُّ بَ ْع َد َح َّجتِي هَ ِذ ِه‬،‫َاس َك ُك ْم‬
"Pelajarilah tata cara pelaksanaan haji kalian dariku, karena sesungguhnya aku tidak tahu bisa
jadi aku tidak menunaikan haji lagi setelah ibadah hajiku ini". [Sahih Muslim]

Lihat: Kedudukan As-Sunnah dalam penetapan hukum

11.  Hukum adzan.
Adzan untuk shalat berjama'ah hukumnya fardhu kifayah, cukup satu adzan untuk satu
wilayah yang mampu mendengarkannya.

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu ' anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


َّ ‫يَا بِاَل ُل قُ ْم فَنَا ِد بِال‬
‫صاَل ِة‬
"Wahai Bilal, bangkit dan serukanlah panggilan shalat." [Shahih Bukhari]

Lihat: http://fatwa.islamweb.net

12.  Yang paling berhak untuk adzan.

Sabda Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam kepada Abdullah bin Zayd radhiyallahu '


anhu:
َ ‫ق َعلَ ْي ِه َما َرأَيْتَ فَ ْليُؤَ ِّذ ْن بِ ِه فَإِنَّهُ أَ ْندَى‬
َ ‫صوْ تًا ِم ْن‬
‫ك‬ ِ ‫فَقُ ْم َم َع بِاَل ٍل فَأ َ ْل‬
"Berdirilah bersama Bilal dan ajarkan kepadanya mimpimu itu (tentang cara adzan), dan
hendaklah dia (Bilal) yang adzan, karena suaranya lebih lantang dari suaramu." [Sunan Abi
Dawud: Hasan]

Umur tidak menjadi pertimbangan karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda: “hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan”.

13.  Yang paling berhak untuk jadi imam shalat.

Dari Abu Mas'ud Al-Asnhariy radhiyallahu ' anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda:
‫ فَإ ِ ْن َكانُوا‬،ً‫ِ فَإ ِ ْن َكانُوا فِي ال ُّسنَّ ِة َس َوا ًء فَأ َ ْق َد ُمهُ ْم ِهجْ َرة‬،‫ِ فَإ ِ ْن َكانُوا فِي ْالقِ َرا َء ِة َس َوا ًء فَأ َ ْعلَ ُمهُ ْم بِال ُّسنَّة‬، ‫ب هَّللا‬
ِ ‫يَ ُؤ ُّم ْالقَوْ َم أَ ْق َر ُؤهُ ْم لِ ِكتَا‬
‫ِ َواَل يَ ْق ُع ْد فِي بَ ْيتِ ِه َعلَى تَ ْك ِر َمتِ ِه إِاَّل بِإ ِ ْذنِ ِه‬،‫ َواَل يَ ُؤ َّم َّن ال َّر ُج ُل ال َّر ُج َل فِي س ُْلطَانِه‬،‫فِي ْال ِهجْ َر ِة َس َوا ًء فَأ َ ْق َد ُمهُ ْم ِس ْل ًما‬
"Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah: (1) yang paling menguasai bacaan
kitabullah (Alquran), jika dalam bacaan kapasitasnya sama, maka (2) yang paling tahu
terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadits) kapasitasnya sama, maka (3) yang paling
dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka (4) yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan
seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah
seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya." [Shahih Muslim
no.1078]
● Dalam riwayat lain:
‫فَإ ِ ْن َكانُوا فِي ْال ِهجْ َر ِة َس َوا ًء فَ ْليَ ُؤ َّمهُ ْم أَ ْكبَ ُرهُ ْم ِسنًّا‬
"jika mereka dalam hijrah sama, maka yang lebih dewasa”. [Shahih Muslim no.1079]

Wallahu a’lam!

Anda mungkin juga menyukai