Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap kimia dasar lanjut dengan judul “Hukum


Kesetimbangan Kimia Tetapan Kesetimbangan” yang disusun oleh:
nama : Nila Ardia Cahyani
NIM : 1613042005
kelompok : I (satu)
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten/Koordinator Asisten, maka
dinyatakan diterima.
Makassar, Mei 2017
Koordinator Asisten Asisten

Dwi Kurniawan Anugrah Alam


NIM. 1413041006 NIM. 1413441010

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra. Hj. Army Auliyah, M.Si


NIP. 19640306 199203 2 001
A. JUDUL PERCOBAAN
Hukum kesetimbangan Kimia Tetapan Kesetimbangan
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mempelajari cara menentukan tetapan kesetimbangan suatu
reaksi kimia sederhana
C. LANDASAN TEORI
Dalam industri, amonia dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut
persamaan: N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = 92 kJ. Stoikiometri reaksi
menunjukkan bahwa 1 mol nitrogen bereaksi dengan 3 mol hidrogen membentuk
2 mol amonia, tetapi dari percobaan diketahui bahwa hal seperti itu tidak pernah
tercapai. Ternyata reaksi berlangsung tidak tuntas. Reaksi seolah-olah berhenti
setelah sebagian nitrogen dan hidrogen bereaksi. Reaksi berakhir dengan suatu
campuran yang mengandung NH3, N2, dan H2. Hal seperti itulah yang disebut
dengan kesetimbangan kimia (Tim Penyusun, 2011:317)
Hanya sedikit reaksi kimia yang berlangsung satu arah. Kebanyakan
merupakan reaksi reversible. Pada awal proses reversible, rekasi berlangsung
maju kea rah pembentukan produk. Segera setelah beberapa molekul produk
terbentuk, proses balik mulai berlangsung, yaitu pembentukan molekul reaktan
dari molekul produk. Bila laju rekasi maju dan reaksi balik sama besar dan
konsentrasi reaktan darn produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu,
maka tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Kesetimbangan
kimia merupakan proses dinamik. Ini dapat diibaratkan dengan para pemain ski di
suatu resor ski yang ramai, dimana jumlah pemain ski yang dibawa ke atas
gunung dengan menggunakan lift kursi sama dengan jumlah pemain ski yang
turun berseluncur. Jadi, meskipun ada perpindahan pemain ski terus terjadi,
jumlah orang di atas dan jumlah orang yang berada dibawah gunung itu tidak
berubah (Chang, 2005:66).
Suatu reaksi dikatakan telah mencapai kesetimbangan dinamis, bila laju
reaksi ke arah produk berkurang sedangkan laju reaksi ke arah pereaksi
bertambah, dan laju bertambahnya produk sama besar dengan laju berkurangnya
produk. Istilah dinamis digunakan karena reaksi terus berlangsung secara
mikroskopis (pada tingkat molekul). Guldberg dan Waage menemukan hubungan
sederhana antara konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk reaksi sewaktu reaksi
kimia mencapai kesetimbangan dinamis. Jika reaksi kesetimbangan dinyatakan
sebagai :
mA + nB ⇌ pC + qD

maka hubungan antara konsentrasi pereaksi dan produk reaksi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Q = [C]p [D]q
[A]m [B]n

Rumus ini dikenal dengan rumus aksi massa dimana Q adalah kuotion reaksi.
Pada keadaan setimbang, nilai Q adalah tetap dan inilah yang dikenal sebagai
tetapan kesetimbangan Kc (subscrib c menyatakan konsentrasi). Jadi tetapan
kesetimbangan Kc dirumuskan sebagai berikut:
Kc= [C]p [D]q
[A]m [B]n

(Tim Penyusun, 2011:319).

Untuk menentukan konstanta kesetimbangan, kita harus menyatakn


konstanta ini dalam konsentrasi reaktan dan produk. Saru- satunya pedoman
dalam pennetuannya adalah hokum aksi massa. Akan tetapi, karena konsentrasi
rekatan dan produk bisa saja dinyatakan dalam satuan yang berbeda dan karena
spesi yang bereaksi tidak selalu berada dalam fasa yang sama, terdapat lebih dari
satu cara untuk menyatakan konstanta kesetimbangan untuk reaksi yang sama.
Untuk memulainya, kita lihat reaksi yang reaktan dan produknya berada dalam
fasa yang sama (Chang, 2005:69).
Berdasarkan fase dari zat-zat pereaksi dan produk reaksi, kesetimbangan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesetimbangan homogen dan kesetimbangan
heterogen. Kesepakatan penulisan persamaan tetapan kesetimbangannya adalah
sebagai berikut :
“ Persamaan tetapan kesetimbangan hanya mengandung komponen yang
konsentrasi atau tekanannya berubah selama reaksi berlangsung. Pada zat padat
murni atau zat cair murni, hal itu terjadi dengan sangat lambat sehingga dapat
diabaikan. Oleh karena itu, kedua zat tersebut tidak disertakan dalam persamaan
tetapan kesetimbangan“.
1. Kesetimbangan Homogen
Yaitu kesetimbangan dimana semua pereaksi dan produk reaksi berada dalam fasa
yang sama. Contoh :
2SO2(g) + O2(g) ⇌ 2SO3(g)

CO(g) + 3H2(g) ⇌ CH4(g) + H2O(g)

2. Kesetimbangan Heterogen
Yaitu kesetimbangan dimana terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi. Contoh :
BiCl3(aq) + H2O(l) ⇌ BiOCl(s) + 2HCl(aq)

BiOCl(s) dan H2O(l) tidak disertakan karena merupakan zat padat murni dan zat
cair murni.
Mg(OH)2(s) ⇌ MgO(s) + H2O(g)
(Tim Penyusun, 2011:319).

Kesetimbangan kimia mempresentasikan suatu kesetaraan antara rekasi


maju dan reaksi balik. Dalam kebanyakan kasus, kesetaraan ini sangat rentan.
Perubahan kondisi percobaa dapat menganggu kesetaraan dan menggeser posisi
kesetimbangan, sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk lebih banyak atau
kurang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia
yakni: (1)Asas Le Chatelier, yaitu aturan umum yang mebantu kita memprediksi
kea rah mana rekasi kesetimbangan akan bergeser bila terjadi perubahan
konsentrasi, tekanan, volume, atau suhu, yang menyatakan bahwa jika suatu
tekanan eksternal diberikan kepada suatu sistem yang setimbang, sistem ini akan
menyesuaikan diri sedemikian rupa untuk mengimbangi sebagian tekanan ini pada
saat sitem mecoba setimbang kembali. (2) Perubahan konsentrasi, dimana
peningkatan konsentrasi produk akan menggeser kesetimbangan ke kiri, dan
penurunan konsentrasi produk akan menggeser kesetimbangan ke kanan. (3)
Perubahan tekanan dan volume, dimana tekanan dan volume berbanding terbalik,
semakin besar tekanan, semakin kecil volume dan sebaliknya. (4) Perubahan suhu,
jika suhu dinaikkan kesetimbangan akan bergeser ke kiri dan jika suhu diturunkan
akan bergeser ke kanan. (5) Pengaruh katalis, katalis meningkatkan laju terjadinya
reaksi dimana keberadaan katalis tidak mengubah konstanta kesetimbangan, dan
tidak menggeser posisi sistem kesetimbangan (Chang, 2005:83).
Kesetimbangan adsorpsi merupakan informasi terpenting yang dapat
menunjukkan distribusi molekul adsorbat pada fase cair dan padat ketika proses
adsorpsi mencapai kesetimbangan. Pada profil adsorpsi sigmoidal, mula-mula
terjadi adsorpsi monolayer sampai titik lengkung grafik, kemudian sesudahnya
terjadi adsorpsi multilayer. Dari beberapa model yang dicobakan, model Chapman
paling mendekati data percobaan untuk menggambarkan kesetimbangan adsorpsi
uranium dengan sedimen. Secara statistik, harga SSE untuk sedimen berkadar
27,67 % bahan organic model Chapman memberikan nilai yang paling kecil
dibandingkan dengan model kesetimbangan yang lain. Hal ini menunjukkan
bahwa persamaan sigmoidal Chapman merupakan model kesetimbangan yang
paling mendekati dengan data percobaan. Peningkatan adsorpsi pada konsentrasi
yang semakin tinggi, selain disebabkan semakin meningkatnya probabilitas ion
2+
UO2 untuk menempati situs aktif juga disebabkan adanya gaya tarik menarik
antar ion uranil yang mengakibatkan terjadi adsorpsi gabungan sehingga adsorpsi
menjadi lebih optimal. Hal ini sesuai dengan asumsi dari persamaan sigmoidal
Chapman bahwa adanya gaya tarik menarik antar adsorbat mengakibatkan terjadi
adsorpsi gabungan (cooperative adsorption) (Utami dkk, 2015:32-33).
Tetapan kecepatan reaksi dapat ditentukan berdasarkan besaran-besaran
termodinamiknya berbasis energi Gibbs pembentukan. Nilai tetapan kecepatan
reaksi pembentukan butadien tiap-tiap proses dirumuskan sebagai berikut: Proses
Haundry: k = 0,629 exp(-2178/T), Proses Phillips: k = 2,53672 exp(-4714/T) ,
Proses Zeon: k = 0,9871 exp(-3346/T). Nilai tersebut menunjukkan bahwa
kecepatan reaksi secara umum proses Phillips lebih besar dibanding dengan
kecepatan reaksi proses Haundry maupun proses Zeon. Dilihat dari sensitifitas
suhu terhadap kecepatan reaksi, apabila dianggap tidak terdapat dekomposisi
selama reaksi berlangsung, maka reaksi Phillips terlalu sensitif terhadap suhu,
sehingga pilihan yang baik adalah merupakan proses dari Haundry atau proses
Zeon (Wibowo, 2014:41).
Umumnya digunakan bahan baku yang etanol pro analisis untuk mem
peroleh data kesetimbangan uap-air dan etanol-air. Kurva kesetimbangan uap.cair
sistem biner etanol.air yang dihasilkan dengan bahan baku etanol teknis
penyimpangannya lebih besar dibandingkan penggunaan bahan baku etanol pro
analitis, karena etanol teknis mengandung kadar air dan impuritis yang tinggi,
sehingga penyimpangan terjadi saat mendekati titik azeotropik. Kurva
kesetimbangan uap cair sistem biner etanol-air hasil penelitian dengan bahan
baku etanol teknis mendekati data literatur pada saat variabel berubah 0,2 dan 0,4
fraksi mol etanol. Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner etanol-air hasil
penelitian dengan bahan baku etanol pro analitis mendekati data literatur pada
saat variabel berubah 0,85 dan 0,9 fraksi mol etanol (Sari, 2012:34-39).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi 6 buah
b. Gelas kimia 250 ml 1 buah
c. Gelas ukur 10 ml 1 buah
d. Gelas ukur 25 ml 1 buah
e. Pipet tetes 3 buah
f. Botol semprot 1 buah
g. Rak tabung reaksi 1 buah
h. Penggaris 1 buah
i. Lap kasar 1 buah
j. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan Kalium Tiosianat (KSCN) 0,002 M
b. Larutan Ferri Nitrat [Fe(NO3)3] 0,2 M
c. Aquades (H2O)
d. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Lima tabung reaksi yang bersih disediakan dan diberi nomor
1,2,3,4 dan 5. Ke dalam ke-lima tabung reaksi dimasukkan
masing-masing 5,0 ml KSCN 0,002 M. Ke dalam tabung reaksi
pertama ditambahkan 5 ml larutan Fe(NO3)3 0,2 M. Tabung
reaksi ini dipergunakan sebagai standar.
2. 10,0 ml Fe(NO3)3 0,2 M diukur dan ditambahkan air sehingga
volumenya menjadi 25 ml. Kemudian 5 ml dari larutan ini
diukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi ke-dua.
3. 10 ml larutan yang tersisa dari perlakuan pertama diukur dan
ditambahkan air sehingga volumenya menjadi 25 ml.
Kemudian 5 ml dari larutan ini diukur dan dimasukkan ke
tabung reaksi ke-tiga.
4. Dengan cara yang sama dilakukan seterusnya sampai dengan
tabung ke-lima dengan menggunakan larutan Fe(NO3)3 yang
semakin encer.
5. Semua larutan diukur tinggi mula-mulanya dengan
menggunakan penggaris.
6. Warna larutan dari tabung kedua dan tabung standar
dibandingkan. Jika warna tidak sama, larutan dari tabung
standar dikeluarkan setetes demi setetes sehingga terlihat
intensitas warna yang sama dari kedua tabung tersebut
(larutan yang dikeluarkan dari tabung standar dimasukkan ke
dalam tabung kedua). Kemudian ukur tinggi larutan. Perlakuan
yang sama dilakukan seterusnya untuk tabung 1 dan 3, 1 dan
4, serta 1 dan 5.
F. HASIL PENGAMATAN
Tabung Konsentrasi Fe+
Perlakuan
ke-
5 mL KSCN + 5 mL 0,2 M
1
Fe(NO3)3
2 5 mL KSCN + 5 mL 0,08 M
Fe(NO3)3
5 mL KSCN + 5 mL 0,032 M
3
Fe(NO3)3
5 mL KSCN + 5 mL 0,0128 M
4
Fe(NO3)3
5 mL KSCN + 5 mL 0,00512 M
5
Fe(NO3)3

Tabung Tinggi Tinggi larutan Perbandingan


ke- larutan standar (cm) tinggi
(cm)
1 6,2 6,2 1
2 6,4 5,9 0,95
3 6,2 4,6 0,74
4 6,2 3,3 0,53
5 6,2 2,2 0,35

Tabun Konsentrasi awal Konsentrasi kesetimbangan


g [Fe3+ ] [SCN-] [FeSCN2+] [Fe3+] [SCN-]
ke-
1 ×10-3
1 0,2 M 0,002 M 1 ×10-3 M 199×10-3 M
M
0,92×10-3 79,08×10-3 1,08 ×10-3
2 0,08 M 0,002 M
M M M
0,74 ×10-3 31,26×10-3 1,26 ×10-3
3 0,032 M 0,002 M
M M M
0,53 ×10-3 12,27×10-3 1,47 ×10-3
4 0,0128 M 0,002 M
M M M
0,35×10-3 1,65 ×10-3
5 0,00512 M 0,002 M 4,77×10-3 M
M M

Tabu [Fe3+ ] [FeSCN2+] [FeSCN2+]


[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-]
ng [SCN-] [Fe3+ ] [SCN-]
ke-
1 199×10-9 M 199× 10-3 M 5,02 M-1
2 78,57 ×10-9 M 67,97 × 10-3 M 10,77 M-1
3 29,14 ×10-9 M 18,35 × 10-3 M 18,78 M-1
4 9,55 ×10-9 M 4,42 × 10-3M 29,38 M-1
5 2,75 ×10-9 M 1,01 × 10-3 M 44,46 M-1
G. ANALISIS DATA
1. Perbandingan Tinggi Larutan
Tinggi larutan
Perbandingan Tinggi =
Tinggitabung ke−¿ ¿
a. Tabung 1
6,2 cm
Perbandingan Tinggi = =1
6,2 cm
b. Tabung 2
5,9 cm
Perbandingan Tinggi = = 0,95
6,4 cm
c. Tabung 3
4,6 cm
Perbandingan Tinggi = = 0,74
6,2 cm
d. Tabung 4
3,3 cm
Perbandingan Tinggi = = 0,53
6,2 cm
e. Tabung 5
2,2 cm
Perbandingan Tinggi = = 0,35
6,2 cm
2. Konsentrasi mula-mula [Fe3+ ]
a. Tabung 1
[Fe3+ ] = 0,2 M
b. Tabung 2
0,2 M ×10 mL
[Fe3+ ] = =0,08M
25 mL
c. Tabung 3
0,08 M ×10 mL
[Fe3+ ] = =0,032M
25 mL
d. Tabung 4
0,032 M ×10 mL
[Fe3+ ] = =0,0128M
25 mL
e. Tabung 5
0,0128 M ×10 mL
[Fe3+ ] = =0,0512M
25 mL
3. Konsentrasi standar
Diketahui = [Fe3+ ] = 0,2 M
V = 5 ml
[SCN-] = 0,002 M
V = 5 ml
Ditanya: Konsentrasi larutan standar?
Penyelesaian: mol Fe3 + = [Fe3+ ] . V
= 0,2 M . 5 ml
= 1 mmol = 0,001 mol.
mol SCN- = [SCN-] . V
= 0,002 M . 5 ml
= 0,01 mmol = 0,00001 mol
Konsentrasi standar dapat dihitung melalui persamaan reaksi
berikut:
Fe3+ + SCN- FeSCN2+
Mula-mula: 0,001 mol 0,00001 mol -
Bereaksi: 0,00001 mol 0,00001 mol 0,00001 mol
Setimbang: 0,00099 mol - 0,00001 mol
Jdi, konsentrasi standar
mol 0,00001mol
[FeSCN2+] = = = 1 ×10-3 M
Vtotal 0,01 L
4. [FeSCN2+] saat setimbang
[FeSCN2+] = Perbandingan tinggi × konsentrasi standar
a. Tabung 1
[FeSCN2+] = 1 × 1.10-3 M = 1 × 10-3 M
b. Tabung 2
[FeSCN2+] = 0,95 × 1.10-3 M = 0,92 × 10-3 M
c. Tabung 3
[FeSCN2+] = 0,74 × 1.10-3 M = 0,74 × 10-3 M
d. Tabung 4
[FeSCN2+] = 0,53 × 1.10-3 M = 0,53 × 10-3 M
e. Tabung 5
[FeSCN2+] = 0,35 × 1.10-3 M = 0,35 × 10-3 M
5. [Fe3+ ] saat setimbang
[Fe3+ ] = [Fe3+ ] mula-mula - [FeSCN2+] setimbang
a. Tabung 1
[Fe3+ ] = 0,2 M - 0,001 M = 0,199 M
b. Tabung 2
[Fe3+ ] = 0,08 M - 0,92 × 10-3 M = 79,08 × 10-3 M
c. Tabung 3
[Fe3+ ] = 0,032 M – 0,74 × 10-3 M = 31,26 × 10-3 M
d. Tabung 4
[Fe3+ ] = 0,0128 M – 0,53 × 10-3 M = 12,27 × 10-3 M
e. Tabung 5
[Fe3+ ] = 0,00512 M – 0,35 × 10-3 M = 4,77 × 10-3 M
6. [SCN- ] saat setimbang
[SCN- ] = [SCN- ] mula-mula - [FeSCN2+] setimbang
a. Tabung 1
[SCN- ] = 2 ×10-3 M - 1 ×10-3 M = 1 × 10-3 M
b. Tabung 2
[SCN- ] = 2 ×10-3 M - 0,92 × 10-3 M = 1,08 × 10-3 M
c. Tabung 3
[SCN- ] = 2 ×10-3 M - 0,74 × 10-3 M = 1,26 × 10-3 M
d. Tabung 4
[SCN- ] = 2 ×10-3 M - 0,53 × 10-3M = 1,47 × 10-3 M
e. Tabung 5
[SCN- ] = 2 ×10-3 M - 0,35 × 10-3 M = 1,65 × 10-3 M
7. [Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-]
a. Tabung 1
[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-] = 199.10-3 M ×1.10-3 M ×1.10-3 M3
= 199.10-9 M
b. Tabung 2
[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-] = 79,08.10-3 M ×0,92.10-3 M × 1,08.10-3
M3
= 78,57.10-9 M
c. Tabung 3
[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-] = 31,26.10-3 M × 0,74.10-3 M ×1,26.10-
3
M3
= 29,14.10-9 M
d. Tabung 4
[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-] = 12,27.10-3 M × 0,53.10-3 M × 1,47.10-
3
M3
= 9,55. 10-9 M
e. Tabung 5
[Fe3+ ] [FeSCN2+] [SCN-] =4,77.10-3 M × 0,35.10-3 M × 1,65.10-3
M3
= 2,75. 10-9 M
8. [Fe3+ ] [FeSCN2+]
[SCN-]
a. Tabung 1
199.10−3 M ×1. 10−3 M
¿¿¿ = = 199 × 10-3 M = 0,199 M
1.10−3 M
b. Tabung 2
79,08.10−3 M × 0,92.10−3 M
¿¿¿ = = 67,97 × 10-3 M
1,08.10−3 M M
c. Tabung 3
31,26.10−3 M × 0,74.10−3 M
¿¿¿ = −3 = 18,35 × 10-3 M
1,26. 10 M
d. Tabung 4
1,27.10−3 M ×0,53. 1.10−3 M
¿¿¿ = = 4,42 × 10-3 M
1,47. 10−3 M
e. Tabung 5
4,77 .10−3 M × 0,35.10−3 M
¿¿¿ = = 1,01. 10-3 M
1,65.10−3 M
9. ¿ ¿ ¿
a. Tabung 1
1.10−3 M
¿¿¿ = = 5,02 M-1
199.10−3 M ×1.10−3 M
b. Tabung 2
0,92.10−3 M
¿¿¿ = = 10,77 M-1
79,8.10−3 M ×1,08.10−3 M
c. Tabung 3
0,74 .10−3 M
¿¿¿ = = 18,78 M-1
31,26.10−3 M ×1,26.10−8 M
d. Tabung 4
0,5396.10−3 M
¿¿¿ = −3 −3 = 29,38 M-1
12,27.10 M ×1,47.10 M
e. Tabung 5
0,35 .10−3 M
¿¿¿ = −3 −8 = 44,46 M-1
4,77.10 M × 1,65.10 M
H. PEMBAHASAN
Kesetimbangan kimia adalah bila laju reaksi maju dan laju reaksi balik
sama besar dan konsentrasi reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring
berjalanannya waktu dalam kesetimbangan. Reaksi yang di bentuk adalah reaksi
reversible atau reaksi bolak balik, dimana zat yang terbentuk akan menghasilkan
kembali zat yang semula. Hukum kesetimbangan adalah dimana keadaan
setimbang pada suhu tertentu, hasil perkelaian konsentrasi hasil reaktan dibagi
hasil konsentrasi pereaksi yang masing-masing dipangkatkan koefisiennya
mempunyai nilai konstan.
Pada percobaan ini akan dipelajari secara kuantitatif, dimana konsentrasi
dari masing-masing ion tersebut dapat ditentukan secara kolorimetri. Kolorimetri
adalah suatu metode analisa kimia berdasarkan perbandingan intensitas warna
larutan dengan warna larutan standarnya, dengan menggunakan sumber cahaya
polikromatis dengan detektor mata (Utari, 2014). Percobaan ini bertujuan
untuk menentukan tetapan kesetimbangan suatu reaksi kimia
sederhana. Pada perobaan ini akan dipelajari kesetimbangan dari
besi (III) tiosianat:
Fe3+ + SCN- FeSCN2+
Prinsip kerja dari percobaan ini adalah pengenceran.
Percobaan ini dilakukan dengan prinsip kerja pengenceran
karena setiap perlakuan ditambahkan aquades hingga diperoleh
konsentrasi larutan yang lebih encer dibandingkan sebelumnya.
Sedangkan prinsip dasar yang digunakan adalah metode
kolorimetri yang merupakan suatu metode analisa kimia berdasarkan
perbandingan intensitas warna larutan dengan warna larutan standarnya, dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor mata.
Percobaan ini dilakukan beberapa kali penambahan aquades untuk
pengenceran larutan Fe(NO3)3. Perlakuan pengenceran dilakukan untuk membuat
larutan yang lebih konsentrasinya lebih rendah dari konsentrasi larutan
sebelumnya sehingga dapat menggeser arah kesetimbangan. Selain itu, Fungsi
larutan diencerkan untuk mendapatkan warna larutan memudar mendekati bening
sehingga intensitas warna larutan dapat diketahui dengan membandingkan dengan
larutan standar dengan larutan yang telah diencerkan. Sehingga konsentrasi
larutan yang semakin encer. Percobaan ini dihasilkan larutan yang semakin encer
bertujuan untuk mengetahui perubahan intensitas warna yang menunjukkan arah
kesetimbangan. Sehingga sistem kesetimbangan akan bergeser ke kiri apabila
konsentrasi reaktan dikurangi dengan cara pengenceran. Akibatnya warna produk
yang dihasilkan menjadi lebih muda. Kemudian ketinggian larutan pada setiap
tabung diukur dengan menggunakan mistar yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan tinggi larutan.
Pencampuran antara Fe3+ dengan SCN- akan membentuk senyawa Fe(SCN)2+
dan terjadi kesetimbangan dengan warna larutan yang pekat. Ion Fe(SCN)2+ yang
semula berwarna kuning orange konsentrasinya berkurang ketika ditambahkan ion
Fe2+ dengan konsentrasi yang lebih rendah. Pada tabung pertama yang diencerkan
Fe(NO3)3 memiliki warna kuning orange yang sedikit pekat sebagai larutan
standar. Sedangkan pada tabung kedua yang telah mengalami pengenceran
mempunyai warna yang orange kurang pekat, pengenceran dilakukan sampai
tabung kelima. Dimana larutan yang digunakan semakin encer dan larutan
semakin bening. Inilah yang membedakan ke lima tabung tersebut.
Percobaan ini dilanjutkan dengan membandingkan warna dari tabung
standar dengan tabung 2, 3, 4, dan 5. Berdasarkan metode kolorimetri, cara
melihat larutan dari atas tabung, hal ini dikarenakan jika larutan dilihat dari
samping maka akan ada pengaruh dari intensitas cahaya yang dibiaskan dari kaca
tabung sehingga mempengaruhi pengamatan pada warna larutan yang ada dalam
tabung, sehingga cara membandingkan dilakukan dengan melihat warna larutan
dari atas agar intensitas cahaya tidak mempengaruhi pengamatan terhadap warna
larutan. Ketika dilakukan perbandingan warna larutan pada tabung standar dengan
larutan pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 tidak sama maka larutan yang ada dalam
tabung standar dikeluarkan setetes demi setetes yang bertujuan agar konsentrasi
larutan pada tabung standar berkurang sehingga kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga warna larutan pada tabung standar menjadi lebih muda dan akan
menyerupai warna larutan pada tabung yang dijadikan pembanding.
Data hasil percobaan yang diperoleh dari perhitungan dan
bila disesuaikan dengan rumus teori kesetimbangan, maka
tetapan kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
K = ¿¿¿
Hasil konstanta kesetimbangan yang diperoleh, untuk tabung 1,
2, 3, 4, dan 5 berturut adalah 5,02 M-1, 10,77 M-1, 18,78 M-1, 29,38 M-
1
dan 44,46 M-1. Ketidaksamaan konstanta yang diperoleh
disebabkan oleh kesalahan atau kekeliruan praktikan dalam
percobaan yaitu kurang teliti dalam mengamati objek (tabung)
dan perubahan warna yang terjadi.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hukum kesetimbangan menyatakan bahwa pada suhu dan
tekanan tertentu perbandingan hasil kali konsentrasi zat hasil
reaksi terhadap hasil kali konsentrasi reaktan, masing-masing
berpangkat koefisien persamaan reaksinya adalah tetap.
Tetapan kesetimbangan kimia dapat ditentukan dengan cara
metode kolorimetri. Dengan persamaan tetapan kesetimbangan:
K = ¿¿¿
Hasil konstanta kesetimbangan yang diperoleh, untuk tabung 1, 2, 3,
4, dan 5 berturut adalah 5,02 M-1, 10,77 M-1, 18,78 M-1, 29,38 M-1
dan 44,46 M-1.
2. Saran
Bagi praktikan sebaiknya lebih berhati- hati dan lebih teliti dalam
melakukan percobaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.

Sari, Ni Ketut. 2012. Data Kesetimbangan Uap- Air dan etanol- Air dari Hasil
Fermentasi Rumput Gajah. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 1.No. 1 Hal: 34-39.

Tim Penyusun Modul Kimia UNY. 2011. Kimia. Universtas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Utami, Jasmi Budi, Gede Sutresna Wijaya, Wahyudi Budi Sediawan, Bardi
Murachman. 2015. Prediksi Kesetimbangan Adsorpsi Uranium Pada Air
Dan Berbagai Sedimen. Jurnal Forum Nuklir, 2(9).

Wibowo, Heri Budi Dan Luthfia Hajar Abdillah. 2014. Penentuan Tetapan
Kecepatan Dan Suhu Reaksi Untuk Memilih Proses Pembuatan Butadien.
Majalah Sains Dan Teknologi Dirgantara, 1(9).
JAWABAN PERTANYAAN

1. Kombinasi mana A, B, atau C yang menunjukkan harga


konstanta hampir konstan. Bentuk tersebut dikenal sebagai
apa?
Jawab:
Kombinasi yang menunjukkan harga konstanta hampir
konstan adalah Kc = ¿ ¿. Bentuk tersebut dikenal sebagai
konstanta atau tetapan kesetimbangan.
2. Jelaskan pertanyaan tersebut dengan kata-kata dengan
mempergunakan pengertian zat yang bereaksi (reaktan) dan
hasil reaksi.
Jawab:
Tetapan kesetimbangan yang dimaksud merupakan nilai yang
diperoleh dari pembagian antara hasil kali konsentrasi hasil
pereaksi (produk) yang dipangkatkan dengan koefisiennya dan
hasil kali konsentrasi pereaksi (reaktan) yang dipangkatkan
dengan koefisiennya.
3. Berikan penjelasan yang lain apa sebabnya hubungan tersebut
di atas?
Jawab:
Hubungan tersebut didasarkan pada intensitas dari suatu
berkas cahaya yang melalui larutan berwarna dan bergantung
pada jumlah partikel yang berwarna yang ada dalam jalan
berkas cahaya tersebut. Dengan demikian intensitas cahaya
ini berbanding lurus dengan konsentrasi dari larutan dan
panjangnya jalan berkas cahaya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai