Anda di halaman 1dari 6

PERKEMBANGAN PROFESI HUKUM

Mengamati posisi dan fungsi hukum dalam masyarakat itu suatu pekerjaan yang mengandung
arti rumit karena pada suatu sisi tampak terang mudah pengamatannya,akan tetapi pada sisi
yang lain tampak banyak kesulitan bahan terdapat lingkaran permasalahan yang simpang siur
hasil pengamatannya.

Sekarang banyak orang Indonesia yang dirundung silang pendapat mengenai hukum dalam
masyarakat ,diantaranya hukum tentang lalu lintas terutama pada KPP di Jakarta, tentang hukum
tenaga kelistrikan terutma OPAL di kota besar di Indonrsia,dan masih banyak berbagai hukum
rekayasa manusia yang justru aturan hukumnya dengan penuh harapan namun tampak
sebaliknya.

Bertolak dari teori Parsons tentang sistem sosial sub-sub sistemnya yang tersetruktur dengan
salah satunya adalah bahwa proses interaksi manusia itu sebelumnya menyimpan potensi yang
mengarah ke timbulnya konflik dan keberantakan sosial sehingga menimbulkan sengketa atau
tuntutan satu sama lainnya sebagaimana didalihkan oleh Thomas Hobbes.para ahli ilmu sosial
tentu masih paham dan belum ada yang dengan sungguh-sungguh menumbangkan teori
T.Hobbes bahwa masyarakat itu merupakan medan peperangan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lainnya.

Mengacu pada salah satu teori tentang manusia dan masyarakat seperti yang tersebut diatas,
kiranya dapat dipakai untuk mengamati posisi dan fungsi hukum ditempatkan ditengah-tengah
lalu lintas kehidupan sosial dalam masyarakat.sehingga tulisan tidak perlu memasuki jalur terlalu
jauh tentang pola hukum menjaga status quo dalam masyarakat dan pola-pola hukum yang
lainnya.

Mengapa para pakar dan tokoh masyarakat meluangkan waktu untuk berkumpul sejenak
melepas lelah memikir masalah umum tentang kesehatan.misalnya masalah masih mahalnya
harga kesehatan atau peralatan yang belum memadai untuk pelayanan kesehatan berdampak
banyak orang berobat keluar negeri, dan saat ini beralih fokus mendiskusikan tentang masalah
hukum dan pelayanan kesehatan?

Seminar hukum kesehatan program pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran UGM


mengajukan salah satu judul makalah ”Perlindungan hukum dan proses pengadilan profesi
kesehatan” yang dapat diharapkan untuk mengungkapkan berbagai masalah baik penyajian yang
tertuang dalam makalah maupun masalah lain yang berkembang dalam forum diskusi.

Masalah dasar yang dicoba untuk dikemukakan adalah : mengapa perlu dibicarakan
perlindungan hukum pelayanan kesehatan,dan apakah kelemahan proses pengadilan untuk
profesi kesehatan itu?
Hukum kesehatan itu lingkupnya luas dan tidak mungkin untuk dibicarakan dengan tuntas dalam
waktu yang singkat. Demikian pula halnya pengadilan bagi profesi kesehatan khususnya
keperawatan dalam lingkup sistem hukum dan peradilan yang ditumbuh kembangkan sesuai
dengan pola pembangunan nasional Indonesia di bidang pelayanan kesehatan nasional dan
pembaruan hukum nasional. Berhubung luas lingkup yang demikian itu, maka hukum
keperawatan harap dapat dimaklumi bahwa tidak mungkin hanya dapat dibicarakan melalui
seminar seperti ini, sehingga pada kesempatan yang baik ini hanya dapat memberikan gambaran
betapa pentingnya hukum pelayanan keperawatan.

PERATURAN HUKUM STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN.

Standar keperawatan, merupakan pernyataan diskriptif dari kualitas yang diinginkan terhadap
pelayanan yang diberikan pada pasien. Standar asuhan memberi arah dan bimbingan langsung
pada perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan atau tujuan standar keperawatan.

Para ahli mengemukakan ada beberapa tujuan dari standar asuhan keperawatan:

Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

Dengan asuhan Keperawatan, Perawat berusaha mencapai standar yang telah ditetapkan.

Menurunkan beaya perawatan.

Perawat melakukan kegiatan yang telah ditetapkan dalam standar sehingga berkurang kegiatan
yang tidak perlu-perlu dan tidak bertujuan.

Melindungi perawat dari kelalaian melakukan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang
tidak terapetik.

Dirjenyanmed. Depkes, telah menyusun buku standar Asuhan Keperawatan yang mencakup:

Standar I : Falsafah Keperawatan

Standar II : Tujuan Keperawatan

Standar III : Pengkajian Keperawatan.

Standar IV : Diagnosis Kepeawatan


Standar V : Perencanaan Keperawatan

Standar VI : Intervensi Keperawatan (14 Prosedur Keperawatan Umum)

Memenuhi kebutuhan oksigen

Memenuhi kebutuhan nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit.

Memenuhi kebutuhan eliminasi.

Memenuhi kebutuhan keamanan.

Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan fisik.

Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur.

Memenuhi kebutuhan gerak dan kebutuhan jasmani.

Memenuhi kebutuhuan spirital.

Memenuhi kebutuhan emosional.

Memenuhi kebutuhan komunikasi.

Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis.

Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan.

Memenuhi kebutuhan penyuluhan.

Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

Standar VII : Evaluasi Keperawatan.

Standar VIII : Catatan layanan Keperawatan.

Standar asuhan keperawatan tersebut menguraikan prosedur yang harus dilakukan dalam
memberikan asuhan sehingga kelalaian dan kesalahan dapat dihindarkan. Sesuai pasal 53, ayat 2
dan 4 Undang Undang Kesehatan No: 23, tahun 1992, dijelaskan bahwa: ”Tenaga Kesehatan
(termasuk Perawat) dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi
dan menghormati hak pasien”. Dengan penjelasan tersebut, standar profesi mempunyai dasar
hukum dan barang siapa melanggar atau lalai akan menerima sangsi pada pasal 82 – 85 UU
Kesehatan No: 23 tahun 1992.

Seandainya perawat dituntut pasien maka akan dinilai, apakah tindakannya sesuai dengan
standar atau tidak. Dengan demikian standar berguna untuk:

Melindungi perawat dan pasien dari kesalahan.


Mengetahui perawat lalai atau salah.

STANDAR PROFESI DAN STANDAR PENEGAKAN HUKUM

Petugas profesi kesehatan tidak lagi diartikan sempit dalam arti orang-orang yang mempunyai
tugas kesehatan berhadapan dengan pasien, tetapi dalam perkembangan masyarakat,
memperluas pengertiannya menjadi orang-orang yang menyandang profesi untuk pelayanan
kesehatan tidak hanya kepada pasien, tapi keluarga maupun masyarakat.

Pengertian luas mengenai petugas profesi untuk pelayanan kesehatan membawa konsekuensi
yang luas terhadap tanggung jawab melaksanakan tugas profesi dalam hubungnannya antar
sesama profesi, antara tugas profesi dengan institusi pelayanan kesehatan dan antara petugas
profesi dengan masyarakat bahkan mungkin saja hubungan petugas profesi dengan pemerintah
atau negara dalam rangka mewujudkan cita kesejahteraan sosial.

Perluasan arti yang demikian ini penggunaan istilah tugas profesi kesehatan menjadi bagian dan
unit sentral dari profesi kesehatan yang satu sama lain saling mendukung untuk bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan kualitas pelayanan kesehatan dengan pembagian tugas secara
proporsional.

Perubahan masyarakat tradisional kearah masyarakat modern dengan komplek kepentingan


untuk peningkatan kesejahteraan manusia turut mngubah pula cara pandang petugas profesi
kesehatan tidak lagi tradisional. Petugas profesi kesehatan harus sadar bahwa keberadaannya
profesi yang ditekuni sangat dekat dengan unsur kemanusiaan dan unsur ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu dibutuhkan persyaratan tentang mutu untuk tugas profesi yang menyangkut
aspek integritas moral dan aspek intelektualitas yang memadai berkaitan dengan nilai nilai dan
norma tatanan hidup manusia di dalam masyarakat.

Dilain pihak, diperlukan pula adanya perlindungan terhadap profesi kesehatan, terutama
perlindungan dari nilai nilai dan norma tatanan hukum dengan tingkat standar penegakan
hukum yang sebanding dengan beratnya tugas profesi. Tingkat pengembangan ilmu
pengetahuan tentang hukum dan pembakuan standar penegakan hukum yang menyangkut
profesi kesehatan sangat diperlukan untuk menghindari pandangan hukum sempit subyektif
terhadap pelayanan kesehatan. Pandangan yang demikian akan menghambat tugas tugas profesi
kesehatan, karena selaku manusia tidak luput dari kesalahan yang sewaktu-waktu saat
menjalankan tugas. Walaupun kesalahan itu diharapkan tidak terjadi.

Oleh karena itu perlu dikembangkan pemikiran secara konseptual dan prosedural dalam
melaksanakan profesi kesehatan sesuai dengan tuntutan zaman untuk melindungi tugas profesi
yang seimbang dan obyektif denngan mempertimbangkan lebih dahulu standar profesi. Dengan
demikian kesalahan tugas profesi kesehatan bersifat interface, yaitu ditentukan melalui standar
profesi dan penegakan standar penegakan hukum yang dinamis.

HUBUNGAN KESALAHAN PROFESI DAN STANDAR PROFESI

Tugas melaksanakan profesi kesehatan didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) yang berkaitan dengan kesehatan dan berhubungan dengan perkembangan
masyarakat yang komplek kepentingannya berbenturan semakin tajam. Hal ini mengakibatkan
modus operandi kesalahan profesi yang sulit untuk dideteksi oleh pihak diluar profesi. Maka
apabila penanggulangan mengenai kesalahan profesi dalam kasus-kasus kesehatan tidak berhati-
hati, maka akan mengganggu program pembangunan kesehatan dimana para profesi banyak
yang terlibat. Kecuali dalam hal penyalahgunaan profesi.

Sikap dan tindakan berhati-hati tersebut harus dipahami terhadap pertumbuhan kriteria profesi
yang ada dan tidak ceroboh dalam menindak, menggugat, atau menuntut secara hukum
terhadap kesalahan profesi . dalam hal ini akan akan tumbuh kiriteria profesi yang ada

Hal tersebut akan tumbuh reaksi dari para profesi untuk melakukan ”negatif defensive
professional practice” yang bekerja terlalu melindungi dirinya sendiri berdampak mengurangi
kreativitas dinamika tugas profesi yang profesional. Hal demikian tentunya tidak diharapkan oleh
semua pihak untuk mewujudkan kesehatan masyarakat luas yang dirugikan kesalah-fahaman
tentang apa atau bagaimana kesalahan profesi itu.

Penetapan standar profesi itu ssangat perlu diadakan dan secara periodik perlu dibahas untuk
ditinjau kemabali yang hasilnya merupakan mutu peningkatan profesi yang terlihat dinamis,
bukan hanya diartikan kebiasaan dalam praktek. Perbuatan para profesi yang profesional diukur
dengan kriteria yang obyektif dari standar yang ada, dan para petugas profesional diharuskan
menguasai ketrampilan dan pengetahuan profesinya dengan sebaik-baiknya. Penilaian salah dan
tidaknya haus dilakukan atas dasar standar profesi yang berlaku dilingkungan profesi yang
bersangkutan.

Standar Profesi harus menjadi bagian yang penting dalam menentukan kesalahan profesi dan
standar profesi menjadi satu pertimbangan pada tingkat standar penegakan hukum yang
obyektif. Kesalahan profesi perlu dibedakan anatara ”kesalahan medis” , atau ”kesalahalan
keperawatan” dan ”kesalahan Yuridis” dengan pengertian intervensi hukum harus proporsional.

Dalam kepustakaan dan pandangan para ahli tentang unsur standar pofesi mengandung
cakupan hal-hal sebagai berikut:
Berbuat secara teliti dan seksama.

Sesui standar profesi yang bersumber dari ilmu pengetahuan.

Kemampuan rata-rata dibandingkan kategori pelayanan yang sama serta situasi dan kondisi yang
sama.

Sarana upaya yang sebanding atau proporsional.

Tindakan asuhan keperawatan dilakukan untuk tujuan yang konkrit.

Unsur pertama itu (1), yaitu berbuat secara teliti dan seksama apabila tidak dilakukan
sebagaimana mestinya atau ”negligence” menjadi tanggung jawab tugas profesional pada awal
”kesalahan” dan selanjutnya tingkat kesalahan itu akan diukur dari unsur – unsur lainya (2,3,4 dan
5), sebagai kiteria obyektif. Ukuran negligence itu tidak melakukan kewajiban yang berkaitan
dengan penderitaan atau kerugian dalam hubungan kausal yang jelas. Selanjutya masing masing
unsur standar profesi mempunyai pengertian dengan penafsiran tertentu sehingga seringkali
mengalami kesulitan untuk mendapatkan kepastian tolok ukur yang benar dan adil.

Atas dasar uraian tentang kelima unsur standar profesi dan masing masing pengertiannya sulit
dijabarkan dalam hubungannya dengan peristiwa yang kongkrit itu, maka diperlukan
kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk mnentukan ”kesalahan
profesi”.

Oleh karena itu perlu dikembangkan pola pemikiran baru bahwa untuk menentukan kesalahan
tugas melaksanakan profesi kesehatan harus dibedakan ”kesalahan asuhan keperawatan”, yaitu
kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar ketentuan profesi keperawatan yang
profesionsl, dan ”kesalahan yuridis” yaitu kesalahan melaksanakan tugas profesi atas dasar
ketentuan perundang-undangan atau hukum. Kesalahan asuhan keperawatan tidak serta merta /
sekaligus menjadi kesalahan yuridis karena unsur-unsur standar profesi harus ditetapkan lebih
dahulu. Apabila sesuatu perbuatan profesi tidak memenuhi cakupan unsur standar profesi, maka
fase berikutnya akan masuk penentuan adanya ”medical malpractice” yang terbagi menjadi
kesaksian berdasarkan nilai atau kaedah moral atau disebut ”Ethical malpractice”

Anda mungkin juga menyukai