GEOGRAFI SOSIAL
Oleh:
Syahril Damar Leman (18130051)
Aqilla Fadya Ahmad (18130043)
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah, hanya dengan izin-Nya terlaksana segala macam kebajikan
dan diraih segala macam kesuksesan, terlebih dalam selesainya penyusunan makalah yang
berjudul Politik Luar Negeri ini.
Selain itu kami sampaikan pula banyak terima kasih kepada orang tua, teman
seperjuangan yang selalu mendukung kami dan juga kepada Dosen pembimbing mata
kuliah Geografi Sosial, Bapak Saiful Amin, M.Pd.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membawa kemanfaatan bagi siapapun
yang membacanya. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentu masih jauh dari
kata sempurna, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan hati terbuka.
2
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................... 14
B. Saran .............................................................................................................. 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari perilaku sebuah negara dalam konteks hubungan
internasional KJ Holsti memberikan penjelasan yang menarik. Holsti menjelaskan
bahwa ketika sebuah negara berinteraksi maka disebutnya sebagai politik
internasional. Namun ketika sebuah negara melakukan kebijakan terhadap negara
lain atau lingkungan internasional maka itulah porsi studi politik luar negeri.
Penjelasan ini memberikan gambaran bahwa politik luar negeri lebih dekat dengan
kebijakan atau aksi sebuah negara terhadap lingkungannya dan juga respons negara
itu terhadap lingkungannya baik dalam bentuk kelompok politik, bisnis atau
organisasi non pemerintah.
Suatu negara sebagai pelaku yang berdiplomasi dalam urusan politik luar
negeri tentu memiliki kebijakan-kebijakan yang dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti wilayah, perekonomian, dan budaya. Terlepas dari itu semua kita bisa
menyimpulkan bahwa kebijakan politik tidak pernah lepas dari tujuan suatu negeri
itu sendiri.
Setiap negara selalu memiliki prioritas tujuan yang berbeda-beda
disesuaikan dengan apa yang hendak dicapai dalam kebijakan pilitik luar negerinya
tersebut. Untuk memahami bagaimana negara menetapkan prioritas tersebut dan
bagaimana tujuan politik suatu negara ditetapkan, dibutuhkan pemahaman terkait
dengan proses pembuatan kebijakan politik luar negeri itu sendiri. Pada dasarnya,
proses pembuatan kebijakan politik luar negeri merujuk kepada pilihan-pilihan yang
dibuat oleh individu, kelompok dan koalisi yang mempengaruhi tindakan suatu
bangsa dalam lingkungan internasional. Proses pembuatan kebijakan politik luar
negeri suatu negara juga dapat dimaknai sebagai sebuah proses pengendalian
keputusan yang mana didalamnya dilakukan penyesuaian sebagai bentuk respon
terhadap apa yang terjadi di dunia luar. Proses pembuatan kebijakan luar negeri
merupakan tahap terpenting dalam politik luar negeri. Dari itu semua bagaimanakah
4
pengaruh, hubungan, atau bahkan dampak dari urusan politik luar negeri suatu
negara terhadap wilayah dan penduduknya ? Lalu apa sajakah manfaat dan tujuan
dari politik luar negeri suatu negara terhadap negara itu sendiri ? untuk alasan-
alasan inilah makalah ini disusun.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dari pengertian politik luar negeri ?
2. Bagaimanakah konsep dari kebijakan politik luar negeri ?
3. Bagaimanakah fungsi dari politik luar negeri ?
4. Bagaimanakah manfaat dan tujuan dari politik luar negeri ?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari pengertian politik luar negeri.
2. Mengetahui konsep dari kebijakan politik luar negeri.
3. Mengetahui fungsi dari politik luar negeri.
4. Mengetahui manfaat dan tujuan dari politik luar negeri terhadap suatu negara.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Yanyan Mochamad Yani, Drs., MAIR., Ph.D.2. Politik Luar Negeri.
6
Kissinger, seorang akademisi sekaligus praktisi politik luar negeri Amerika Serikat,
menyatakan bahwa “foreign policy begins when domestic policy ends”. 2 Dengan
kata lain studi politik luar negeri berada pada intersection antara aspek dalam negeri
suatu negara (domestik) dan aspek internasional (eksternal) dari kehidupan suatu
negara. Intinya dari beberapa uraian di atas dapat diringkaskan bahwa politik luar
negeri suatu negara merupakan respons aktif terhadap lingkungan eksternalnya
untuk memenuhi kepentingan nasionalnya.
Foreign Policy dalam ilmu Hubungan Internasional memiliki berbagai
pengertian. Salah satunya adalah yang terdapat dalam Foreign Policy in
Transformed World karya Mark Webber dan Michael Smith, foreign policy
merupakan keseluruhan komponen yang terdiri atas usaha pencapaian tujuan,
seperangkat nilai-nilai, dan keputusan-keputusan yang dibuat serta tindakan yang
dilakukan oleh negara, yang mana pemerintah nasional bertindak mewakilinya
dalam konteks hubungan eksternal dengan masyarakat antar bangsa. Upaya
merancang, mengendalikan dan mengatur hubungan itu juga termasuk ke dalam
tindakan pemerintah nasional tersebut. Sedangkan, menurut Kautiliya, foreign
policy adalah tindakan setiap bangsa dalam bidang politik, ekonomi dan militer
sesuai dengan kepentingannya untuk memaksimalkan power dan kepentingannya itu
yang seringkali mengabaikan kewajiban atau prinsip moral dalam hubungannya
dengan bangsa lain.3
Pengertian lain mengenai foreign policy dikemukakan oleh George
Modelski. Menurut beliau, foreign policy adalah sebuah sistem aktivitas yang
dikembangkan oleh komunitas-komunitas dengan tujuan untuk mengubah perilaku
dan tindakan dari negara lain serta untuk menyesuaikan aktivitasnya tersebut
dengan lingkungan internasional. 2 Tidak jauh berbeda dengan Modelski, Holsti
juga mendefinisikan foreign policy sebagai ide-ide atau tindakantindakan yang
dilakukan oleh para pembuat keputusan untuk menyelesaikan sebuah masalah
2
Wolfram F. Hanrieder. 1971. Comparative Foreign Policy: Theoretical Essays. New York: David McKay Co.,
hal. 22.
3
Boesche, Roger dan Arthur G. Coons. 2003. “Kautilya’s Arthasastra on War and Diplomacy in Ancient India”
tersedia di http://www.defencejournal.com/2003/mar/kautilya.htm
7
ataupun untuk mempromosikan sejumlah perubahan baik itu berupa kebijakan,
perilaku, maupun tindakan dari negara lain serta aktor non-negara lainnya di
lingkungan internasional.
4
Joshua Goldstein, International Relations, (New York: Longman, 1999), 147.
5
K.J. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis. (New Jersey: Prentice-Hall, 1983) 107.
6
James N. Rosenau. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and Theory, (New York:
The Free Press, 1969), 167.
7
K. J. Holsti. Op. Cit., 145.
8
Selain itu menurut Holsti (1992), paling sedikit ada empat kondisi atau
variabel yang mampu menopang pertimbangan elit pemerintah dalam pemilihan
strategi politik luar negeri, yaitu:
1. Struktur sistem internasional, yaitu suatu kondisi yang di dalamnya terdapat pola-
pola dominasi, sub ordinasi, dan kepemimpinan.
2. Strategi umum politik luar negeri berkaitan erat dengan sifat kebutuhan sosial-
ekonomi domestik dan sikap domestik.
3. Persepsi elit pemerintah (pembuat UU) terhadap tingkat ancaman eksternal.
4. Lokasi geografis, karakteristik, topografis, dan kandungan sumber daya alam
yang dimiliki negara.
Lebih lanjut politik luar negeri memiliki sumber-sumber utama yang
menjadi input dalam perumusan kebijakan luar negeri (Rosenau, 1976) yaitu:
1. Sumber sistemik (systemis sources), yaitu sumber yang berasal dari lingkungan
eksternal seperti hubungan antar negara, aliansi, dan isu-isu area.
2. Sumber masyarakat (societal sources), merupakan sumber yang berasal dari
lingkungan internal suatu negara seperti faktor budaya dan sejarah, pembangunan
ekonomi, struktur sosial, dan perubahan opini publik.
3. Sumber pemerintahan (governmental sources), merupakan sumber internal yang
menjelaskan tentang pertanggung jawaban politik dan struktur dalam pemerintahan.
4. Sumber idiosinkretik (idiosyncratic sources), merupakan sumber internal yang
melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit politik yang
mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar
negeri.
Selain empat sumber di atas terdapat pula hirauan akan faktor ukuran
wilayah negara dan ukuran jumlah penduduk, lokasi geografis, serta teknologi yang
dapat terletak pada sumber sistemik atau masyarakat.
9
1. Melindungi keamanan nasional, misalnya, dengan mengembangkan kekuatan
militer dan masuk ke aliansi keamanan dengan negara lain.
2. Menjaga dan meningkatkan kekuatan ekonomi nasional dan kesejahteraan,
misalnya, dengan membuka pasar luar negeri untuk ekspor dan investasi asing.
3. Membina pembangunan daerah strategis penting dan negara melalui bantuan
pembangunan bilateral dan multilateral.
4. Mendukung martabat manusia melalui, misalnya, bantuan kemanusiaan dan hak
asasi manusia strategi.
Mengidentifikasi fungsi-fungsi politik luar negeri tidak berarti bahwa negara gagal
untuk mencapai tujuan lain (misalnya, menyebarkan ideologi politik atau agama),
atau bahwa setiap negara bergerak di bidang kebijakan luar negeri di bawah setiap
fungsi, atau bahwa setiap negara diberikan mengejar fungsi-fungsi ini koheren atau
efektif.
Menggambarkan fungsi dasar membantu, namun, untuk analisis pusat pada
apa negara berusaha untuk mencapai melalui kebijakan luar negeri mereka.
Umumnya, negara apa yang di slot kebijakan luar negeri mereka ke dalam salah
satu fungsi tersebut. Secara tradisional, fungsi-fungsi kebijakan luar negeri telah ada
dalam hirarki, dengan keamanan nasional dan kekuatan ekonomi dan kesejahteraan
menerima bagian terbesar dari perhatian. Selama Perang Dingin, keamanan nasional
dan kekuatan ekonomi yang erat terhubung, terutama untuk kekuatan besar, yang
menerangi mengapa para pembuat kebijakan luar negeri dilihat hampir segala
sesuatu melalui lensa keamanan dan kekuasaan materi. Oleh karena itu, penyediaan
bantuan pembangunan, bantuan kemanusiaan, dan dukungan untuk hak asasi
manusia sebagian besar terperangkap dalam persaingan geopolitik untuk keamanan
dan kekuasaan dipupuk oleh sistem internasional bipolar. Dalam lingkungan ini,
masalah kesehatan pada dasarnya tidak berpengaruh independen pada pembuatan
kebijakan luar negeri.
10
D. Tujuan Politik Luar Negeri
Setiap negara satu dengan negara lainnya biasanya memiliki tujuan utama
yang kurang lebih sama yang hendak dicapai melalui foreign policy. Setidaknya ada
empat hal yang menjadi tujuan utama tersebut, diantaranya adalah: (1) Security atau
keamanan, (2)Otonomi, (3) kesejahteraan, (4) status atau prestige. 8 Di samping
keempat tujuan utama tersebut, terdapat dua tujuan lain yang ingin dicapai oleh
sebagian negara, yaitu (5) proteksi atas suku, ideologi, kerabat religi, (6) re-
organisasi dunia.
Holsti, dalam karyanya International Politics: A Framework for Analysis,
Sixth Edition, menjelaskan bahwa setiap negara menghadapi ancaman dan
kerentanan dengan tingkat dan efek tertentu. Ancaman dan kerentanan yang ada
dapat membahayakan keamanan nasional, mulai dari ancaman terhadap jiwa warga
negara, aktivitas privat negara, integritas wilayah negara, cara hidup negara, atau
bahkan kemerdekaan dan institusi negara itu sendiri. Oleh karena itu, untuk
mengurangi ancaman dan kerentanan yang ada, negara menjadikan security atau
keamanan sebagai salah satu tujuan utama dari foreign policy. Alasan ini juga
diperkuat dengan asumsi tradisional foreign policy itu sendiri yang menyatakan
karena negara adalah aktor utama hubungan internasional, dengan begitu perlu
untuk memperkuat security negara demi mempertahankan kedaulatan dan
independensi negara tersebut.9
Tujuan lainnya yang menjadi objektif utama dari foreign policy adalah
otonomi. Otonomi Otonomi dalam konteks ini memiliki makna kemampuan
pemerintah untuk memformulasikan dan mengambil keputusan baik yang bersifat
domestik maupun luar negeri sesuai dengan prioritas pemerintah itu sendiri.10 Ide
mengenai kedaulatan memberikan dasar hukum dari otonomi sebuah negara.
Namun, tidak semua negara memiliki otonomi secara penuh. Negaranegara
8
Holsti, K.J., International Politics: A Framework for Analysis, Sixth Edition. ( New Jersey : Prentice Hall, Inc,
1992 ), hlm. 82
9
Webber, Mark., Michael Smith., Foreign Policy in A Transformed World , ( Edinburgh : Pearson Education
Limited, 2002 ) hlm. 12
10
Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, Sixth Edition, hlm. 96
11
berkembang hanya menikmati sebagian otonominya sebagai akibat dari sistem
interdependensi yang berlaku dalam dunia internasional.
Berikutnya adalah kesejahteraan. Kesejahteraan warga negara menjadi
tujuan utama dari foreign policy sebagai bentuk dari perpanjangan tugas domestik
pemerintah yaitu, memenuhi kebutuhan, dan memberikan pelayanan sosial yang
baik kepada warga negaranya sertamempromosikan pertumbuhan dan efisiensi dari
ekonomi negara tersebut. Namun, dalam upaya menciptakan kesejahteraan tersebut,
pemerintah dihadapkan pada keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karenanya,
melalui foreign policy, memungkinkan pemerintah untuk mengatasi masalah
tersebut dengan cara tukar-menukar sumber daya dalam negeri dengan sumber daya
yang tersedia dalam sistem internasional. Tujuan utama foreign policy yang
terakhir adalah status dan prestige. Status dan prestige menjadi penting dalam
hubungan internasional dikarenakan dapat digunakan sebagai sarana
mempromosikan negara dan kepentingan nasional yang seringkali menjadi lebih
efektif dibandingkan jenis foreign policy lainnya. Implikasi yang diharapkan oleh
negara dari status dan prestige ini adalah mendapatkan rasa hormat dan respek dari
negara lain. Menurut asumsi tradisional, status dan prestige hanya akan didapatkan
oleh negara-negara yang memiliki kapabilitas dalam bidang militer. Namun, dalam
dunia kontemporer, status dan prestige mampu didapatkan melalui bidang
pengetahuan, teknologi, serta olahraga. Bahkan, bagi negara berkembang,
industrialisasi sudah mampu menjadi sumber dari status dan prestige tersendiri.
Negara memiliki prioritas tujuan yang berbeda-beda yang hendak dicapai
dalam foreign policy-nya tersebut. Untuk memahami bagaimana negara menetapkan
prioritas tersebut dan bagaimana tujuan foreign policy negara ditetapkan,
dibutuhkan pemahaman terkait dengan proses pembuatan foreign policy itu sendiri.
Pada dasarnya, proses pembuatan foreign policy merujuk kepada pilihan-pilihan
yang dibuat oleh individu, kelompok dan koalisi yang mempengaruhi tindakan
suatu bangsa dalam lingkungan internasional.11 Proses pembuatan foreign policy
11
Mintz, Alex., Karl DeRouen Jr., Understanding Foreign Policy Decision Making, ( New York : Cambridge
University, 2010 ), hlm. 3
12
juga dapat dimaknai sebagai sebuah proses pengendalian keputusan yang mana
didalamnya dilakukan penyesuaian sebagai bentuk respon terhadap apa yang terjadi
di dunia luar.12 Proses pembuatan foreign policy merupakan tahapan paling penting
dalam foreign policy.
12
Goldstein, Joshua S., Jon C. Pevehouse., International Relations: Tenth Edition, 2013-2014 Update, ( New
Jersey : Pearson, 2014 ), hlm. 127
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara pengertian umum, politik luar negeri (foreign policy) merupakan
suatu perangkat formula nilai, sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan,
mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia
internasional. Suatu komitmen yang pada dasarnya merupakan strategi dasar untuk
mencapai suatu tujuan baik dalam konteks dalam negeri dan luar negeri serta
sekaligus menentukan keterlibatan suatu negara di dalam isu-isu internasional atau
lingkungan sekitarnya.
Kebijakan Luar Negeri adalah kebijakan luar negeri adalah strategi-strategi
yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan aksi mereka di dunia
internasional.
Fungsi dari kebijakan luar negeri diantaranya adalah untuk menjaga
keamanan, meingkatkan perekonomian, membangun negara, dan untuk mendukung
bantuan kemanusiaan dalam memberikan hak asasi manusia.
Setiap negara satu dengan negara lainnya biasanya memiliki tujuan utama
yang kurang lebih sama yang hendak dicapai melalui foreign policy. Setidaknya ada
empat hal yang menjadi tujuan utama tersebut, diantaranya adalah security atau
keamanan, otonomi, Kesejahteraan, Status atau prestige.
B. Saran
Dengan mempelajari materi tentang konsep, pengertian, kebijakan-
kebijakan, fungsi, dan tujuan dari politik luar negeri diharapkan bisa menambah
wawasan yang bisa digunakan sebagai alat untuk membaca isu-isu penting yang
sedang terjadi di dalam ataupun luar negeri karena sebenarnya keduanya adalah
saling berkaitan. Selain itu diharapkan semoga kita bisa memberikan kontribusi
kepada negara dengan segala upaya yang bisa kita lakukan.
14
Daftar Pustaka
Boesche, Roger dan Arthur G. Coons. 2003. “Kautilya’s Arthasastra on War and
Diplomacy in Ancient India” http://www.defencejournal.com/2003/mar/kautilya.htm
James N. Rosenau. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and
Theory, (New York: The Free Press, 1969), 167.
K.J. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis. (New Jersey: Prentice-Hall,
1983) 107,145
Wolfram F. Hanrieder. 1971. Comparative Foreign Policy: Theoretical Essays. New York:
David McKay Co., hal. 22.
15